MAHKAMAH KONSTITUSI
Moch. Halilintar Surya Sanjaya
30302200326
Pasal 4 berisi tentang ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua dan
Wakil Ketua diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi, dalam Susunan
Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang
Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi dipilih dari dan oleh anggota hakim konstitusi memiliki masa jabatan
selama 5 (lima) tahun dan bisa dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan yang
sama. Pengambilan keputusan dalam rapat pemilihan Ketua dan Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi dilakukan secara musyawarah mufakat untuk mencapai
aklamasi. Apabila keputusan tidak dapat dicapai secara aklamasi, keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak melalui pemungutan suara yang dilakukan
secara bebas dan rahasia.
Pasal 15 ayat (1) a – c dan (2) huruf a - h memuat tentang persyaratan untuk
menjadi hakim konstitusi yaitu memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, warga
negara Indonesia, berljazah doktor (strata tiga) dengan dasar sarjana (strata satu)
yang berlatar belakang pendidikan di bidang hukum, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berusia paling rendah 55 (lima puluh lima)
tahun, mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban, tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak sedang dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pengadilan, dan h. mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun dan/atau untuk calon hakim yang
berasal dari lingkungan Mahkamah Agung, sedang menjabat sebagai hakim tinggi
atau sebagai hakim agung. Pasal 15 ayat (3) berisi tentang persyaratan
administrasi calon hakim konstitusi.
Pasal 20 ayat (1) berisi tentang tentang ketentuan mengenai tata cara seleksi,
pemilihan, dan pengajuan hakim konstitusi. Pasal 23 berisi bahwa Hakim
konstitusi diberhentikan dengan hormat dengan alasan meninggal dunia,
mengundurkan diri atas yang diajukan kepada Konstitusi, telah berusia 70 (tujuh
puluh) tahun, sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan
sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter serta dalam Pasal 20 ayat (2) memuat tentang pemberhentian
Hakim Konstitusi tidak dengan hormat apabila dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara melakukan
perbuatan tercela tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan
kewajibannya selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah melanggar
sumpah atau janji jabatan. dengan sengaja menghambat Mahkamah Konstitusi
memberi putusan, melanggar larangan rangkap jabatan, tidak lagi memenuhi
syarat sebagai hakim konstitusi, melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim Konstitusi.