Anda di halaman 1dari 4

RESUME UU NOMOR 7 TAHUN 2020 TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI
Moch. Halilintar Surya Sanjaya
30302200326

Mahkamah Konstitusi merupakan pelaku kekuasaan kehakiman yang


merdeka mempunyai peranan penting guna menegakkan keadilan dan prinsip
negara hukum sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam perkembangannya, beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2OO3 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2Ol4 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2Ol3 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2OO3 tentang
Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-Undang juga telah diuji dan dinyatakan
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 oleh Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2O2O
Tentang Mahkamah Konstitusi merupakan perubahan ketiga atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2OO3 tentang Mahkamah Konstitusi. Perubahan
UndangUndang tersebut dilatarbelakangi karena terdapat beberapa ketentuan yang
tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan
kehidupan ketatanegaraan.

Pasal 4 berisi tentang ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua dan
Wakil Ketua diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi, dalam Susunan
Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang
Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.
Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi dipilih dari dan oleh anggota hakim konstitusi memiliki masa jabatan
selama 5 (lima) tahun dan bisa dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan yang
sama. Pengambilan keputusan dalam rapat pemilihan Ketua dan Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi dilakukan secara musyawarah mufakat untuk mencapai
aklamasi. Apabila keputusan tidak dapat dicapai secara aklamasi, keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak melalui pemungutan suara yang dilakukan
secara bebas dan rahasia.

Pasal 7A ayat (1) menegaskan bahwa Kepaniteraan merupakan jabatan


fungsional yang menjalankan tugas teknis administratif peradilan Mahkamah
Konstitusi dengan usia pensiun 62 (enam puluh dua) tahun bagi panitera, panitera
muda, dan panitera pengganti, dalam Pasal 7A ayat (2) a – d berisi tentang Tugas
teknis administratif peradilan di Mahkamah Konstitusi.

Pasal 15 ayat (1) a – c dan (2) huruf a - h memuat tentang persyaratan untuk
menjadi hakim konstitusi yaitu memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, warga
negara Indonesia, berljazah doktor (strata tiga) dengan dasar sarjana (strata satu)
yang berlatar belakang pendidikan di bidang hukum, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berusia paling rendah 55 (lima puluh lima)
tahun, mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan
kewajiban, tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak sedang dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pengadilan, dan h. mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun dan/atau untuk calon hakim yang
berasal dari lingkungan Mahkamah Agung, sedang menjabat sebagai hakim tinggi
atau sebagai hakim agung. Pasal 15 ayat (3) berisi tentang persyaratan
administrasi calon hakim konstitusi.

Pasal 20 ayat (1) berisi tentang tentang ketentuan mengenai tata cara seleksi,
pemilihan, dan pengajuan hakim konstitusi. Pasal 23 berisi bahwa Hakim
konstitusi diberhentikan dengan hormat dengan alasan meninggal dunia,
mengundurkan diri atas yang diajukan kepada Konstitusi, telah berusia 70 (tujuh
puluh) tahun, sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan
sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter serta dalam Pasal 20 ayat (2) memuat tentang pemberhentian
Hakim Konstitusi tidak dengan hormat apabila dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara melakukan
perbuatan tercela tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan
kewajibannya selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah melanggar
sumpah atau janji jabatan. dengan sengaja menghambat Mahkamah Konstitusi
memberi putusan, melanggar larangan rangkap jabatan, tidak lagi memenuhi
syarat sebagai hakim konstitusi, melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim Konstitusi.

Ketentuan dalam Pasal 26 Mahkamah Konstitusi memberitahukan kepada


lembaga yang berwenang untuk diberhentikan dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan, dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
Mahkamah Konstitusi menerima Keputusan Presiden mengenai hakim konstitusi
yang diberhentikan, Lembaga yang berwenang mengajukan pengganti hakim
konstitusi kepada Presiden dalam jangka waktu paling lama 3O (tiga puluh) hari
kerja sejak menerima pemberitahuan Mahkamah Konstitusi. Keputusan Presiden
tentang pengangkatan pengganti hakim konstitusi ditetapkan dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pengajuan diterima Presiden.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa


materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sebagaimana diatur dalam Pasal 57 ayat (1) serta
Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa
pembentukan undang-undang dimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukan
undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat diatur dalam pasal 57
(2) dan dalam Pasal 57 ayat (3) menjelaskan bahwa Putusan Mahkamah
Konstitusi yang mengabulkan Permohonan wajib dimuat dalam Berita Negara
Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak putusan diucapkan.
Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
disampaikan kepada DPR, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, dan Mahkamah
Agung, hal tersebut diatur dalam Pasal 59. Serta dalam Pasal 87 mengatur tentang
Hakim konstitusi yang sedang menjabat masa tugasnya hanya sampai usia 70
(tujuh puluh) tahun dan masa tugasnya tidak melebihi 15 (Iima belas) tahun.

Anda mungkin juga menyukai