Juknis - Penilaian Risiko Pemeriksaan
Juknis - Penilaian Risiko Pemeriksaan
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN
KEUANGAN
DIREKTORAT LITBANG
DITAMA REVBANG - BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
2017
ii
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3/K/I-XIII.2/4/2017
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
iii
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6010);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan
Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 13/K/I-XIII.2/12/2016 tentang
Perubahan Ketiga atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015
tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan.
iv
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Menetapkan dan memberlakukan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan
di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN UMUM RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
BAB III : LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
BAB IV : PENUTUP
REFERENSI
LAMPIRAN
Pasal 3
Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Pasal 4
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
v
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 April 2017
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
vi
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL : 17 APRIL 2017
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
vii
DAFTAR ISI
HAL
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................................................................... 3
C. Lingkup ...................................................................................................................................................... 3
D. Kedudukan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ............................... 4
E. Dasar Hukum ........................................................................................................................................... 5
F. Sistematika .............................................................................................................................................. 6
BAB II GAMBARAN UMUM RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN ............................................. 7
A. Risiko Pemeriksaan ................................................................................................................................ 7
B. Risiko Bawaan .......................................................................................................................................... 11
C. Risiko Pengendalian .............................................................................................................................. 12
D. Risiko Deteksi ........................................................................................................................................... 13
E. Risiko Kecurangan .................................................................................................................................. 15
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN ................ 19
A. Tujuan Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ......................................................................... 19
B. Langkah-langkah Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan .................................................... 19
C. Penetapan Tingkat Risiko Pemeriksaan Keuangan ..................................................................... 19
D. Penilaian Risiko Bawaan dan Risiko Pengendalian ..................................................................... 21
E. Penetapan Tingkat Risiko Deteksi ..................................................................................................... 27
F. Perancangan Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang telah
Diidentifikasi ............................................................................................................................................ 30
G. Hubungan Antarrisiko Pemeriksaan Keuangan dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhinya ................................................................................................................................... 31
H. Penilaian Risiko Kecurangan .............................................................................................................. 32
I. Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan Grup/Konsolidasian ............................................... 35
J. Revisi Penilaian Risiko .......................................................................................................................... 41
viii
HAL
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................... 43
A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ......................... 43
B. Perubahan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ................................ 43
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ............................. 43
REFERENSI ....................................................................................................................................................... 45
LAMPIRAN ....................................................................................................................................................... 46
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Kecurangan Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
Tabel 3.1 Hubungan Tingkat Kelemahan Pengendalian dengan Tingkat Risiko
Pengendalian
Tabel 3.2 Tingkat Risiko Pengendalian Kuantitatif dan Kualitatif
Tabel 3.3 Tingkat Risiko Deteksi dan Keselarasannya dengan Materialitas dan Lingkup
Pengujian
xii
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
01. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pemeriksa menghadapi Keterbatasan dan
berbagai keterbatasan, seperti waktu, sumber daya manusia, Pertimbangan Risiko
dan biaya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut mengakibatkan Pemeriksaan
pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh
area pemeriksaan dalam suatu entitas yang diperiksa. Kondisi
tersebut mengharuskan pemeriksa untuk mempertimbangkan
dilakukannya pemeriksaan pada area-area yang berisiko tinggi.
Oleh karena itu, pemeriksa perlu mempertimbangkan risiko
pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaannya.
02. Penilaian dan penyesuaian atas risiko pemeriksaan merupakan Tahapan Penilaian Risiko
langkah-langkah dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam Metodologi
pemeriksaan keuangan sebagaimana diatur dalam Petunjuk Pemeriksaan Keuangan
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan. Metodologi Pemeriksaan
Keuangan sejak tahap perencanaan hingga pelaporan dapat
dilihat dalam Gambar 1.1 berikut:
1
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Gambar 1.1.
Metodologi Pemeriksaan Keuangan
03. Pemeriksa selalu menghadapi risiko terkait ketidakpastian dalam Risiko Pemeriksaan (AR)
melaksanakan pemeriksaan. Misalnya, risiko terhadap ketepatan
bukti, risiko atas efektivitas pengendalian intern entitas yang
diperiksa, dan risiko apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. Apabila
pemeriksa dapat memperhitungkan risiko tersebut dengan tepat
dalam pelaksanaan pemeriksaannya, maka hal itu merupakan
kunci untuk mencapai hasil pemeriksaan yang bermutu.
2
BAB I
PENDAHULUAN
04. Pemeriksa memerlukan suatu pedoman yang mudah dan jelas Manfaat Juknis
untuk menilai risiko pemeriksaan keuangan. Berdasarkan hal
tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perlu menetapkan
suatu Petunjuk Teknis (Juknis) Penilaian Risiko Pemeriksaan
Keuangan.
B. Tujuan
C. Lingkup
06. Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ini Lingkup Bahasan
mencakup penilaian risiko-risiko pemeriksaan yang terkait Juknis Ini Hanya pada
dengan pemeriksaan keuangan yaitu Risiko Pemeriksaan, Pemeriksaan Keuangan
Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian, Risiko Deteksi, dan Risiko
Kecurangan.
3
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Gambar 1.2.
Hierarki dan Hubungan Petunjuk Teknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan Keuangan dengan Pedoman Pemeriksaan BPK
4
BAB I
PENDAHULUAN
E. Dasar Hukum
08. Dasar hukum penyusunan Juknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Dasar Hukum
Keuangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654);
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6010);
d. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan
Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-
XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 13/K/I-XIII.2/12/2016 tentang Perubahan
Ketiga atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-
XIII.2/7/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan; dan
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-
XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan.
5
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
F. Sistematika
09. Petunjuk Teknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut: Sistematika
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Risiko Pemeriksaan Keuangan
Bab III Langkah-Langkah Penilaian Risiko Pemeriksaan
Keuangan
Bab IV Penutup
Referensi
Lampiran
6
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
A. Risiko Pemeriksaan
01. Risiko Pemeriksaan adalah risiko yang timbul karena pemeriksa, Pengertian
tanpa disadari, tidak memodifikasi opini sebagaimana mestinya, Risiko Pemeriksaan
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Pemeriksa menetapkan risiko pemeriksaan dalam
pemeriksaan keuangan pada tingkat keyakinan yang memadai
untuk bisa memberikan opini atas laporan keuangan entitas
yang diperiksa.
Risiko Pemeriksaan berkaitan dengan seberapa besar
kemungkinan (probabilitas) pemeriksa menyimpulkan bahwa
semua asersi yang disajikan dalam laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen entitas yang diperiksa secara material
adalah benar, padahal terdapat asersi yang keliru secara material.
Kekeliruan dan salah saji (error dan misstatement) dapat terjadi
karena bermacam-macam faktor, antara lain:
(1) transaksi hilang atau terabaikan dari sistem akuntansi;
(2) pemrosesan transaksi tidak akurat;
(3)
pemalsuan dokumen-dokumen pendukung laporan
keuangan;
(4) pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat; dan
(5) faktor kekeliruan dan salah saji lainnya.
7
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
8
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
04. Pada prinsipnya, BRM menghimpun seluruh kondisi atau peristiwa Bussines Risk Matrix
yang berisiko secara signifikan pada entitas yang diperiksa, yang (BRM)
dapat mengakibatkan entitas yang diperiksa tersebut gagal
dalam mencapai tujuannya. Risiko kegagalan tersebut juga dapat
berpengaruh kepada keandalan laporan keuangan, efisiensi dan
efektivitas, serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
9
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
05. Matriks Penilaian Risiko Kecurangan berfungsi untuk Fraud Risk Assessment
mengidentifikasi dan mendeteksi adanya risiko kecurangan pada Matrix (FRAM)
entitas yang diperiksa yang berpotensi mengakibatkan salah
saji dalam laporan keuangan. Jenis kecurangan terbagi menjadi
3 (tiga) kategori yaitu: (1) korupsi; (2) penyalahgunaan aset; dan
(3) penyajian yang menyesatkan. Pada setiap hasil identifikasi
Fraud Risk, pemeriksa menganalisis jenis kecurangannya,
klasifikasinya, dampak dan kemungkinan terjadinya, faktor
penyebabnya, prosedur alternatif tambahan untuk meyakinkan
bahwa kecurangan dapat dideteksi serta matriks dan akun yang
terkait. Format, cara pengisian dan contoh Matriks Penilaian Risiko
Kecurangan (FRAM) dapat dilihat pada Lampiran II.2 sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Risiko Pemeriksaan pada tingkat individual saldo akun, kelas Keterkaitan Risiko
transaksi serta penyajian dan pengungkapan meliputi: Pemeriksaan dengan
a. Risiko Bawaan dan Risiko Pengendalian, merupakan risiko Risiko Bawaan, Risiko
yang terkait asersi atas saldo akun, kelas transaksi, atau Pengendalian, dan
penyajian dan pengungkapan, yang mungkin mengandung Risiko Deteksi
salah saji material terhadap laporan keuangan ketika
digabungkan dengan salah saji saldo, kelas transaksi, atau
penyajian dan pengungkapan yang lain.
b. Risiko Deteksi yaitu risiko bahwa pemeriksa tidak mampu
mendeteksi salah saji.
10
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
B. Risiko Bawaan
08. Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau kelas Pengertian
transaksi terhadap salah saji material, dengan asumsi bahwa Risiko Bawaan
tidak terdapat pengendalian terkait. Setiap saldo akun atau kelas
transaksi memiliki IR yang berbeda-beda.
a. Perbedaan IR antara satu akun dengan akun lainnya. Contoh:
IR akun kas lebih tinggi dibandingkan dengan IR pada
akun persediaan karena sifat kas yang memiliki likuiditas
lebih tinggi, lebih mudah dipindahtangankan atau dicuri
dibandingkan dengan persediaan.
b. Perbedaan IR antara akun yang sama pada entitas yang
diperiksa yang berbeda karakteristik/sifat bisnisnya.
Contoh: IR atas akun persediaan kertas pada Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan IR atas akun persediaan kertas pada
Perum Percetakan Negara Republik Indonesia.
10. Input yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi Risiko Bawaan Input Risiko Bawaan
antara lain adalah hasil dari langkah-langkah: (1) pemahaman
tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan; (2) pemahaman
entitas yang diperiksa; (3) analisis pemantauan tindak lanjut; dan
(4) prosedur analitis awal.
11. Penilaian awal atas Risiko Bawaan dilakukan pada tahap Waktu Penilaian
perencanaan. Namun jika selama proses pelaksanaan Risiko Bawaan
pemeriksaan ditemukan fakta-fakta baru yang memengaruhi
penilaian Risiko Bawaan, maka pemeriksa harus merevisi dan
11
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
C. Risiko Pengendalian
12. Risiko Pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji Pengertian
material yang terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah, Risiko Pengendalian
dideteksi, dan dikoreksi secara tepat waktu oleh pengendalian
intern entitas yang diperiksa. Risiko ini merupakan fungsi
atas efektivitas desain, implementasi dan pemeliharaan
pengendalian intern oleh pimpinan entitas yang diperiksa. CR
dimaksudkan untuk mengidentifikasi risiko yang menghambat
pencapaian tujuan entitas yang diperiksa, yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan. CR hanya dapat dikurangi, tidak
dapat dihilangkan karena adanya keterbatasan bawaan dalam
setiap pengendalian intern.
13. Untuk menilai CR dengan tepat, pemeriksa harus memahami Pemahaman atas SPI
pengendalian intern entitas yang diperiksa dan melakukan entitas
pengujian pengendalian untuk menilai efektivitas pengendalian. yang diperiksa
Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat CR untuk setiap siklus untuk menilai Risiko
transaksi. Pengendalian
15. Hubungan antara IR dan CR dapat diilustrasikan sebagai berikut: Contoh Hubungan antara
Akun Kas memiliki kerentanan mudah dicuri, sehingga IR Risiko Bawaan dan Risiko
dapat dikategorikan tinggi. Untuk menutupi keterbatasan Pengendalian
bawaan tersebut, entitas yang diperiksa perlu menyusun
12
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
D. Risiko Deteksi
16. Risiko Deteksi adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat Pengertian
mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi Risiko Deteksi
dan merupakan fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan. Risiko
ini timbul karena adanya ketidakpastian baik pada saat pemeriksa
memeriksa keseluruhan (populasi) maupun sampling dari saldo
akun atau golongan transaksi.
17. Pemeriksa dapat menentukan DR setelah menetapkan AR, IR, Perumusan Risiko
dan CR. Hubungan DR, IR, CR, dan AR dirumuskan sebagai berikut: Deteksi
DR = AR
IR X CR
13
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Risiko
Bawaan
Pengendalian
Risiko
Pengendalian
Prosedur Audit
Risiko
Deteksi
Risiko
Audit
Gambar 2.1.
Ilustrasi Urutan Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian,
dan Risiko Deteksi
14
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Gambar 2.2.
Hubungan Keterkaitan Antarrisiko dan Penentuan
Risiko Pemeriksaan
E. Risiko Kecurangan
15
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
20. Selain menilai IR dan CR, pemeriksa juga harus menilai RoMM
yang mungkin timbul karena kecurangan dari informasi dalam
laporan keuangan atau data keuangan lain yang secara signifikan
terkait dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus menerapkan
prosedur tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan telah
terjadi. Oleh karena itu, penilaian FR menjadi bagian penting da-
lam perencanaan pemeriksaan.
21. Kecurangan (fraud) adalah perbuatan yang mengandung unsur Pengertian Kecurangan
kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau orang lain,
penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgu-
naan kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntung
an secara tidak sah yang dapat berupa uang, barang/harta, jasa
dan tidak membayar jasa, yang dilakukan oleh satu individu atau
lebih dari pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, pega-
wai, atau pihak ketiga.
16
BAB II
GAMBARAN UMUM
RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tabel 2.1.
Jenis Kecurangan
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
No. Jenis Kecurangan Klasifikasi Contoh
17
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
3. Penyajian yang Menyesatkan Keuangan (Financial) Salah penyajian secara sengaja ataupun
(Fraudulent Statements) penghapusan informasi keuangan
sehingga menimbulkan lebih saji
(overstatements) maupun kurang
saji (understatements) pada laporan
keuangan.
Dalam pemeriksaan keuangan, tidak semua jenis kecurangan berbentuk korupsi berpengaruh
langsung terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, illegal gratuities misalnya sulit
diukur secara langsung pengaruhnya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.
18
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
A. Tujuan Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan
02. Petunjuk Teknis ini memberikan panduan penilaian risiko Penilaian Risiko pada
pemeriksaan keuangan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan Tahap Perencanaan
pemeriksaan. Risiko pemeriksaan keuangan yang diperoleh pada dan Pelaksanaan
tahap perencanaan pemeriksaan dapat disesuaikan pada tahap Pemeriksaan
pelaksanaan pemeriksaan.
19
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
20
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
12. Risiko Bawaan pada akun-akun tertentu dipengaruhi oleh sifat 1) Sifat Bisnis/Industri
bisnis entitas yang diperiksa. IR akun-akun pada suatu entitas Entitas yang diperiksa
yang diperiksa berbeda dengan entitas yang diperiksa lainnya
21
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
14. Temuan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya yang berupa 2) Hasil Pemeriksaan
salah saji dan koreksi, memiliki IR yang tinggi karena berpotensi Sebelumnya
menjadi temuan berulang pada pemeriksaan tahun berjalan.
Misalnya: dari hasil pemeriksaan tahun sebelumnya atas belanja
modal menunjukkan salah saji yang material, maka IR akun
belanja modal yang ditetapkan untuk pemeriksaan tahun
berjalan adalah tinggi.
15. Integritas personel kunci akan berpengaruh terhadap IR akun 3) Integritas Personel
terkait. Personel kunci dengan integritas rendah atau kompetensi Kunci
kurang, lebih memungkinkan untuk terjadi salah saji atau
penyalahgunaan atas akun tertentu, sehingga IR akun tersebut
tinggi jika dibandingkan dengan yang memiliki personel kunci
dengan integritas/kompetensi tinggi.
16. Penugasan pertama pemeriksaan atas suatu entitas yang 4) Frekuensi Penugasan
diperiksa akan cenderung ditetapkan IR yang lebih tinggi Pemeriksaan pada
daripada entitas yang sudah pernah diperiksa sebelumnya. Entitas Bersangkutan
Pemeriksa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan
tentang kemungkinan salah saji setelah memeriksa entitas yang
diperiksa beberapa kali, sehingga penugasan awal dengan
tidak adanya data mengenai hasil pemeriksaan sebelumnya
akan menyebabkan IR yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penugasan berulang.
22
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
17. Jika akun-akun yang diperiksa merupakan transaksi antarpihak 5) Hubungan dengan
berelasi2 yang dapat memengaruhi independensi pihak-pihak Pihak-Pihak Istimewa
yang bertransaksi tersebut, maka pemeriksa menilai IR atas akun
tersebut tinggi. Misalnya: akun-akun yang dihasilkan dari suatu
transaksi antarpihak berelasi. Sebagai contoh, utang-piutang,
penjualan dan pembelian, dan transfer aset.
18. Pada transaksi-transaksi nonrutin, kesalahan akan lebih banyak 6) Jenis-jenis Transaksi
dijumpai karena kurangnya pengalaman atau pengetahuan (rutin/nonrutin)
tentang bagaimana pencatatan atau perlakuan akuntansinya dan Tingkat
jika dibandingkan dengan transaksi-transaksi yang sifatnya Kompleksitasnya
rutin bagi entitas yang diperiksa. Akun-akun yang berkaitan
dengan transaksi-transaksi nonrutin tersebut, IR-nya lebih tinggi
dibandingkan dengan akun-akun pada transaksi rutin. Misalnya:
akun-akun terkait transfer aset, akuisisi aset, atau tentang
kesepakatan sewa menyewa, memiliki risiko salah saji lebih besar
dibandingkan akun-akun pendapatan yang merupakan transaksi
rutin entitas yang diperiksa.
19. Dalam laporan keuangan, beberapa akun membutuhkan asumsi, 7) Pertimbangan yang
estimasi, kebijakan, dan pertimbangan profesional manajemen Diperlukan untuk
entitas yang diperiksa yang cukup tinggi dalam perlakuan dan Mencatat Saldo Akun
pencatatan akuntansinya. Misalnya: akun-akun yang terkait dengan Tepat.
dengan depresiasi aset, penyisihan piutang, dan revaluasi aset,
membutuhkan pertimbangan profesional manajemen entitas
yang diperiksa yang disyaratkan oleh standar akuntansi, sehingga
kemungkinan terjadi kesalahan dalam penyajian cukup tinggi.
Oleh karena itu, IR yang ditetapkan pemeriksa terhadap akun-
akun tersebut cenderung tinggi.
20. Semakin rentan suatu akun terhadap risiko pencurian/ 8) Tingkat Kerentanan
penyalahgunaan aset, maka semakin tinggi IR-nya. terhadap Pencurian/
Penyalahgunaan Aset
2
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 07 (2009).
23
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
21. Semakin rentan siklus/akun terhadap manipulasi atau kerugian 9) Tingkat Salah Saji
pada saat dilakukan prosedur analitis, maka semakin tinggi Dikarenakan Adanya
IR-nya. Kecurangan terhadap
Hasil dari penilaian IR pada tingkat akun tersebut Laporan Keuangan
didokumentasikan dalam tabel seperti pada Lampiran III.1
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Penentuan Risiko Bawaan berdasarkan scoring ini bersifat pilihan.
Pada prinsipnya, yang harus digunakan oleh pemeriksa dalam
menentukan IR adalah pertimbangan profesionalnya mengenai
sifat atau karakteristik suatu akun dari kemungkinan kesalahan-
kesalahan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dan
transaksi entitas yang diperiksa, sebelum mempertimbangkan
adanya pengendalian yang dimiliki oleh entitas yang diperiksa
tersebut.
22. Setelah pemeriksa menilai IR, langkah selanjutnya adalah Penilaian Awal
menentukan tingkat CR. CR yang ditetapkan adalah risiko pada Risiko Pengendalian
tingkat siklus transaksi. CR yang ditetapkan tersebut merupakan
nilai awal CR yang diberikan oleh pemeriksa dari hasil langkah-
langkah pemahaman atas SPI dan dari hasil penilaian IR.
Dalam melakukan tahapan-tahapan pemahaman SPI tersebut,
pemeriksa menggunakan Matriks Risiko Pengendalian (Control
Risk Matriks/CRM).
23. Matriks Risiko Pengendalian dilakukan untuk setiap siklus Control Risk Matrix (CRM)
transaksi entitas yang diperiksa. Tujuan penilaian CR dengan
menggunakan CRM ini adalah untuk menentukan area atau siklus
mana yang memerlukan pengujian pengendalian (test of control).
Siklus transaksi yang akan dilakukan pengujian pengendalian
adalah siklus atau kelas-kelas transaksi yang memiliki CR rendah
atau sedang.
24
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
24. Penyusunan CRM merupakan dokumentasi hasil dari pemahaman Langkah Menyusun CRM
SPI yang meliputi langkah-langkah berikut:
a. memperoleh serta menelaah data dan informasi SPI;
b. mendokumentasikan hasil pemahaman SPI;
c. mengevaluasi implementasi SPI;
d. mengidentifikasi pengendalian yang ada;
e. mengidentifikasi kelemahan pengendalian;
f. menentukan tingkat kelemahan pengendalian; dan
g. menentukan nilai awal CR.
26. Penilaian awal atas CR secara kualitatif dilakukan dengan Ukuran Kualitatif
panduan sebagai berikut: Risiko Pengendalian
a. jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka
secara umum pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa CR
awal adalah tinggi;
b. jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka
secara umum pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa CR
awal adalah sedang; dan
c. Risiko Pengendalian disimpulkan rendah jika tidak terdapat
kelemahan pengendalian atau terdapat kelemahan
pengendalian, tetapi tingkat kelemahan pengendaliannya
adalah tidak berdampak.
25
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tabel 3.1.
Hubungan Tingkat Kelemahan Pengendalian
dengan Tingkat Risiko Pengendalian
Material Tinggi
Signifikan Sedang
Tidak Berdampak Rendah
27. Penilaian awal CR dengan ukuran kuantitatif adalah sebagai Ukuran Kuantitatif
berikut. Risiko Pengendalian
1. Jika nilai CR awal adalah tinggi, maka tingkat Risiko
Pengendalian secara kuantitatif diwakili dengan 100%
(seratus persen);
2. Jika disimpulkan bahwa CR awal adalah sedang, maka tingkat
CR secara kuantitatif diwakili dengan 70% (tujuh puluh
persen); dan
3. Jika CR disimpulkan rendah, maka CR secara kuantitatif
diwakili dengan 30% (tiga puluh persen).
Secara ringkas, uraian di atas dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
26
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tabel 3.2.
Tingkat Risiko Pengendalian Kuantitatif dan Kualitatif
Tinggi 100%
Sedang 70%
Rendah 30%
29. Proses penilaian CR secara lebih lengkap dan rinci dijelaskan Risiko Deteksi (DR)
dalam Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI untuk Pemeriksaan
Keuangan.
27
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
32. Risiko Deteksi yang ditetapkan adalah hasil dari perhitungan Contoh Penghitungan
formula risiko berikut. Risiko Deteksi
DR = AR
IR X CR
DR = 5%
70% X 30%
DR = 24%
28
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
34. Risiko Salah Saji Material merupakan kombinasi dari IR dan Risiko Salah Saji Material
CR. RoMM mengindikasikan bahwa salah saji material (error (RoMM)
atau fraud) terjadi (sebelum pemeriksaan dilakukan) dan tidak
dapat dicegah atau dideteksi tepat waktu oleh SPI entitas yang
diperiksa.
29
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tabel 3.3.
Tingkat Risiko Deteksi dan Keselarasannya dengan Materialitas
dan Lingkup Pengujian
30
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
38. Secara ringkas hubungan antarrisiko pemeriksaan keuangan dan Hubungan Antarrisiko
faktor-faktor yang memengaruhinya ditunjukkan dengan Gambar Pemeriksaan
3.1 berikut. Dimana “D” menunjukkan hubungan langsung antara Keuangan dan
suatu risiko tertentu dengan DR atau bukti pemeriksaan yang Hubungan Risiko
direncanakan, sedangkan “I” menunjukkan hubungan terbalik Pemeriksaan dengan
antara keduanya. Sebagai contoh: AR ditetapkan tinggi akan Faktor-Faktor yang
menyebabkan DR yang direncanakan juga tinggi, sehingga bukti Memengaruhinya
pemeriksaan yang akan dikumpulkan sedikit.
31
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
D = Direct Relationship
I = Inverse Relationship
Gambar 3.1
Hubungan Antarrisiko Pemeriksaan dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhinya
39. Jenis kekeliruan dan potensi kecurangan yang diindikasikan, Pengertian Risiko
menjadi penting dalam menyusun prosedur substantif Kecurangan (FR)
tambahan. FR adalah kecurangan yang menyebabkan salah
saji material, sekecil apapun kecurangan tersebut. Penilaian FR
merupakan penilaian kualitatif dan apabila ditemukan indikasi
32
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
33
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
Gambar 3.2.
Proses Identifikasi Risiko Kecurangan
45. Ketiga, berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Identifikasi Risiko
2 (dua) kegiatan di atas, pemeriksa mengidentifikasi risiko Kecurangan
34
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
46. Hasil dari proses identifikasi FR yang memengaruhi hasil Matriks Analisis Risiko
pemeriksaan dan relevan dengan tujuan pemeriksaan tersebut, Kecurangan
kemudian didokumentasikan ke dalam FRAM. (Format dan cara
pengisian matriks dapat dilihat pada Lampiran II.2 sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini).
35
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
50. Jika RoMM dalam suatu LK Grup/Konsolidasian telah Risiko Salah Saji Material
teridentifikasi pada suatu entitas komponen, Tim Pemeriksaan yang Teridentifikasi
grup/konsolidasian harus mengevaluasi ketepatan prosedur dalam LK Grup/
pemeriksaan lebih lanjut yang harus dilaksanakan untuk Konsolidasian –
merespons risiko tersebut. Berdasarkan pemahaman Tim Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan grup/konsolidasian atas Tim Pemeriksaan entitas Lebih Lanjut
komponen, Tim Pemeriksaan grup/konsolidasian harus
menentukan apakah perlu terlibat dalam prosedur pemeriksaan
lebih lanjut.
Tim Pemeriksaan grup/konsolidasian harus mengevaluasi
ketepatan, kelengkapan, dan akurasi penyesuaian dan
36
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
37
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
38
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
39
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
54. Contoh kondisi atau peristiwa yang dapat menunjukkan RoMM Contoh Faktor-faktor
dalam LK Grup/Konsolidasian, antara lain: yang Memengaruhi
a. struktur tata kelola yang buruk, termasuk dalam proses RoMM dalam LK Grup/
pengambilan keputusan yang tidak transparan; Konsolidasian
b. tidak adanya atau tidak efektifnya pengendalian grup/
konsolidasian secara keseluruhan, termasuk tidak
memadainya informasi manajemen grup/konsolidasian atas
pemantauan operasi entitas komponen dan hasilnya;
c. entitas komponen yang beroperasi pada yurisdiksi
asing, yang mungkin menghadapi faktor-faktor seperti
intervensi pemerintah yang tidak biasa dalam beberapa
bidang, misalnya dalam kebijakan perdagangan dan fiskal,
pembatasan atas pergerakan mata uang dan dividen, serta
fluktuasi dalam kurs mata uang;
d. aktivitas bisnis entitas komponen yang berisiko tinggi, seperti
kontrak atau perdagangan jangka panjang dalam instrumen
keuangan yang inovatif atau kompleks;
e. ketidakpastian tentang informasi keuangan entitas
komponen yang perlu digabungkan ke dalam LK Grup/
Konsolidasian sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, misalnya apakah terdapat entitas komponen
bertujuan khusus atau entitas komponen nondagang yang
harus dimasukkan dalam LK Grup/Konsolidasian;
f. hubungan dan transaksi yang tidak biasa antara pihak-pihak
yang berelasi;
g. adanya ketidakcocokan saat rekonsiliasi saldo akun dalam
grup/konsolidasian pada waktu konsolidasi;
h. adanya transaksi yang kompleks yang dicatat lebih dari satu
entitas komponen;
i. penerapan kebijakan akuntansi entitas komponen
yang berbeda dengan yang diterapkan dalam LK Grup/
Konsolidasian;
j. proses penyelesaian konsolidasi yang tidak diotorisasi atau
tidak lengkap.
40
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN RISIKO
PEMERIKSAAN KEUANGAN
55. Sejalan dengan proses pemeriksaan dan diperolehnya bukti Revisi atas
pemeriksaan tambahan, pemeriksa dapat merevisi penilaian penilaian risiko
risiko yang telah dibuat. Dalam kondisi pemeriksa memperoleh
bukti tambahan yang tidak konsisten dengan bukti awal yang
dijadikan dasar penilaian risiko sebelumnya, maka pemeriksa
harus merevisi penilaian risiko yang telah dibuat. Pemeriksa harus
memodifikasi prosedur pemeriksaan lanjutan untuk merespons
perubahan penilaian risiko tersebut. Revisi penilaian risiko dan
prosedur pemeriksaan tersebut harus didokumentasikan dalam
kertas kerja pemeriksaan.
41
PETUNJUK TEKNIS
PENILAIAN RISIKO PEMERIKSAAN KEUANGAN
42
BAB IV
penutup
BAB IV
penutup
A. Pemberlakuan Juknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan
01. Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan ini mulai Pemberlakuan Juknis
berlaku saat ditetapkan melalui Keputusan BPK.
43
WAKIL KETUA, KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
ttd
ttd
Nizam Burhanuddin
44
Referensi
Arens, A. A., Beasley, M. S., dan Elder, R. J. (2010), Auditing and Assurance Services: An Integrated
Approach, 13th Global Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Boynton, W., C., dan Johnson, R., N. (2006), Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity
of Financial Reporting, 8th Edition, Hokoben: John Wiley & Sons Inc.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2013, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta:
Salemba Empat.
Konrath, H. F. (2001), Auditing: A Risk Analysis Approach, 5th Edition, Australia: South Western.
Messier, W. F., Glover, S., M., dan Prawitt, D., F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic
Approach, 4th Edition, New York: McGraw-Hill Companies.
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Republik Indonesia, 2006. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654.
Tuanakotta, T.M. (2010), Berpikir Kritis Dalam Auditing, Jakarta: Salemba Empat.
Tuanakotta, T.M. (2007), Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Jakarta: LP FEUI.
W.S. Albrecht., C.C. Albrecht., dan C.O.Albrecht. (2006), Fraud Examination. Second Edition.
Thomson/South-Western.
45
46
LAMPIRAN II.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3 /K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL : 17 APRIL 2017
LAMPIRAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Indeks KKP :
MATRIKS RISIKO BISNIS (BUSINESS RISK MATRIX/BRM) Dibuat oleh :
[Laporan Keuangan (Nama Entitas yang Diperiksa) Tahun 20XX] Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan perubahan kebijakan, lingkungan operasi, peraturan perundang-undangan ataupun peristiwa lain baik internal maupun
eksternal yang berpengaruh terhadap entitas. Faktor-faktor tersebut di antaranya:
a. Perubahan kebijakan pemerintah pusat atau daerah yang signifikan;
b. Sorotan masyarakat terhadap integritas manajemen entitas yang diperiksa;
c. Kejadian luar biasa seperti peristiwa bencana alam;
d. Perubahan atau pergantian kepemimpinan dalam manajemen entitas yang diperiksa;
e. Terbitnya peraturan perundang-undangan yang baru;
f. Perubahan iklim sosial dan politik;
g. Peristiwa dan kejadian penting lainnya.
3. Kolom (3) diisi dengan pengaruh faktor yang teridentifikasi pada kolom (2) terhadap entitas yang diperiksa.
4. Kolom (4) diisi dengan akun/siklus/asersi yang terpengaruh.
5. Kolom (5) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diperiksa yang diidentifikasi terhadap pemeriksaan secara keseluruhan.
6. Kolom (6) diisi dengan kontrol dari entitas yang diperiksa terhadap adanya perubahan tersebut.
7. Kolom (7) diisi dengan respons pemeriksaan atas risiko yang teridentifkasi. Respons dapat berupa perencanaan pemeriksaan khususnya me
ngenai lingkup dan strategi pemeriksaan untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
8. Kolom (8) diisi dengan langkah-langkah yang perlu dicantumkan atau disesuaikan dalam P2, beserta referensinya.
Contoh:
LAMPIRAN
ta penambahan Stan BPHTB di Kas Daerah.
Ref: B.4.2.1.1.1
47
48
Perubahan Kebijakan, Respons
Pengaruh terhadap Akun/Siklus/Asersi Kontrol dari
Lingkungan Operasi dan Signifikansi Pemeriksaan Langkah dan
yang Terpengaruh Entitas yang
Peraturan Perundang- Entitas yang Diperiksa Risiko terhadap Risiko Referensi P2
Diperiksa
Undangan Teridentifikasi
LAMPIRAN
dard Operating Proce
dure (SOP) baru;
- Karena merupakan
hal baru, hal ini dapat
menimbulkan risiko
seperti kemungkinan
tidak terpungut, data
base tidak lengkap
maupun dasar pene
tapan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) yang be
lum jelas.
2. Hubungan dengan Stakeholder yang Berkepentingan terhadap Pelayanan dan Laporan Keuangan Entitas yang Diperiksa
Respons
Kontrol dari
No. Pengaruh terhadap Akun/Siklus/Asersi Signifikansi Pemeriksaan Langkah &
Stakeholder Entitas yang
Entitas yang Diperiksa yang Terpengaruh Risiko terhadap Risiko Referensi P2
Diperiksa
Teridentifikasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan stakeholder yang mempunyai hubungan dan kepentingan dengan entitas yang diperiksa dalam hal pelayanan dan
laporan keuangannya. Berikut ini beberapa contoh pola hubungan tersebut :
a. Pengaruh hubungan kerja antara entitas yang diperiksa selaku pihak eksekutif dengan Dewan Perwakilan Rakyat selaku legislatif;
b. Tuntutan ataupun desakan dari pihak lain, seperti dari aparat penegak hukum;
c. Sengketa hukum atau permasalahan hukum yang sedang dihadapi entitas yang diperiksa;
d. Hubungan kerjasama melaksanakan suatu kegiatan ataupun program;
e. Kebijakan yang dikeluarkan oleh stakeholder yang dapat berdampak pada entitas yang diperiksa;
f. Kemungkinan-kemungkinan sifat hubungan lainnya.
3. Kolom (3) diisi dengan pengaruh faktor yang teridentifikasi pada kolom (2) terhadap entitas yang diperiksa.
4. Kolom (4) diisi dengan akun/siklus/asersi yang terpengaruh.
5. Kolom (5) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diperiksa yang diidentifikasi terhadap pemeriksaan secara keseluruhan.
6. Kolom (6) diisi dengan kontrol dari entitas yang diperiksa terhadap adanya kondisi tersebut.
7. Kolom (7) diisi dengan respons pemeriksaan atas risiko yang teridentifkasi. Respons dapat berupa perencanaan pemeriksaan khususnya
mengenai lingkup dan strategi pemeriksaannya untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
8. Kolom (8) diisi dengan langkah-langkah yang perlu dicantumkan atau disesuaikan dalam P2, beserta referensinya.
LAMPIRAN
49
50
Contoh:
LAMPIRAN
1. PT. X Pada Tahun 2011, PT. X Akun Lain-lain Signifikan – dari Pembuatan MoU Pemeriksa harus meng Evaluasi MoU
berencana membangun Pendapatan yang sisi nilainya, dan evaluasi proses kasus PT. X antara PT. X
proyek di lokasi yang la- Sah & Aset Tetap; karena menjadi dan Pemda Y baik terkait dan Pemda Y;
hannya saat ini dikuasai Siklus Penerimaan fokus perhatian permasalahan sengke- Analisis kasus
oleh Pemerintah Daerah Kas; masyarakat luas. ta lahan, MoU, maupun sengketa lahan
(Pemda) Y. Pemda Y saat Asersi akurasi dan hal-hal lain yang terkait yang bersang-
aseri hak dan ke- dengan permasalahan kutan secara
ini sedang membangun
wajiban. tersebut. mendalam;
dermaga pelabuhan di
Jika diperlukan pemeriksa Lakukan sur-
atas lahan tersebut, se
dapat meminta pendapat vei nilai peng-
hingga menjadi sengketa. hukum dari Ditama Bin- gantian yang
Untuk mengatasi perma- bangkum BPK. tepat untuk
salahan tersebut, telah lahan yang di
dilakukan MoU antara sengketakan;
Pemda Y dan PT. X yang P e r m i n t a a n
isinya : pendapat ke
1. Pemda Y akan menye Ditama Bin-
rahkan tanah kepada bangkum BPK.
PT. X dan mempermu- Ref: A.3.2.1.1.3
dah perizinan pendi-
rian proyek PT. X;
2. PT. X akan memberi-
kan penggantian atas
tanah tersebut berser-
ta biaya pembangunan
pelabuhan.
Hal ini akan menimbulkan
risiko hukum dan risiko
nilai penggantian yang
tidak sesuai dengan nilai
investasi.
3. Pemahaman Risiko Kinerja Keuangan
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan jenis permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan risiko kinerja keuangan. Permasalahan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu tekanan terhadap kinerja keuangan, transaksi dan saldo yang berisiko tinggi, serta perubahan
akuntansi.
3. Kolom (3) diisi dengan identifikasi masalah terkait risiko kinerja keuangan dan pengaruhnya terhadap entitas yang diperiksa. Contoh
permasalahan antara lain:
a. Banyak lembaga atau organisasi sosial dan kemasyarakatan yang mengharapkan bantuan finansial dari entitas yang diperiksa;
b. Pada tahun anggaran berjalan, entitas yang diperiksa banyak melakukan program atau pun kegiatan yang menyerap dan
memerlukan pendanaan dengan jumlah besar;
c. Entitas yang diperiksa melakukan perubahan yang signifikan atas kebijakan akuntansinya yang digunakan sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan;
d. Pada tahun anggaran berjalan, terdapat mutasi dan transaksi keuangan dengan jumlah besar.
Pengaruh terhadap entitas yang diperiksa diisi dengan akibat langsung terhadap entitas yang diperiksa terkait kinerja keuangannya.
LAMPIRAN
4. Kolom (4) diisi dengan akun/siklus/asersi yang terpengaruh.
51
52
5. Kolom (5) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diperiksa yang diidentifikasi pada kolom (2) terhadap pemeriksaan
secara keseluruhan.
6. Kolom (6) diisi dengan kontrol dari entitas yang diperiksa terhadap adanya masalah tersebut.
7. Kolom (7) diisi dengan respons pemeriksaan atas risiko yang teridentifkasi. Respons dapat berupa perencanaan pemeriksaan
LAMPIRAN
khususnya mengenai lingkup dan strategi pemeriksaannya untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
8. Kolom (8) diisi dengan langkah-langkah yang perlu dicantumkan atau disesuaikan dalam P2, beserta referensinya.
Contoh:
Identifikasi Respons
Masalah dan Akun/Siklus/ Signifikansi Kontrol dari
No. Jenis Pemeriksaan Langkah &
Pengaruhnya Asersi yang Risiko Entitas yang
Permasalahan terhadap Risiko Referensi P2
terhadap Entitas Terpengaruh Diperiksa
Teridentifikasi
yang Diperiksa
1. Tekanan terhadap Ki Identifikasi Masalah: Akun Belanja Hi- Signifikan – karena Peraturan Pimpinan Pemeriksa mengeva Analisis dan ban
nerja Keuangan - Banyaknya permin bah dan Bantuan nilainya material Entitas yang Di luasi proses peneta- dingkan Peraturan
taan dari lembaga Sosial; dan adanya potensi periksa tentang pan penerima dana Pimpinan Entitas
masyarakat dan or- Siklus Pengelu- terjadi fraud atas Tata Cara dan Alo- hibah dan bansos. yang Diperiksa
ganisasi untuk men aran Kas; belanja hibah dan kasi Belanja Hibah tentang Hibah dan
dapat alokasi dana Asersi keterjadi- bansos. dan Bantuan Sosial. Bansos dengan
hibah dan bansos. an. peraturan perun-
Pengaruh terhadap dangan di atasnya;
Entitas yang Diperiksa: Evaluasi daftar
- Adanya tekanan un- penerima dana
tuk merealisasikan hibah dan bansos
belanja hibah dan dan cek apakah
bansos kepada pi ada pihak-pihak
hak-pihak yang penerima dana
terafiliasi dengan yang memiliki
pejabat daerah atau hubungan istime-
hibah dan bansos wa dengan peja-
yang digunakan bat entitas yang
untuk kepentingan diperiksa.
politik, sehingga Konfirmasi kepada
memboroskan pihak penerima
keuangan daerah. dana.
Ref: A.3.2.4.1
4. Hubungan dengan Stakeholder yang Berkepentingan terhadap Pelayanan dan Laporan Keuangan Entitas yang Diperiksa
Pengaruh Respons
Akun/Siklus/ Kontrol dari
No. terhadap Signifikansi Pemeriksaan Langkah dan
Tujuan Sasaran Strategi Asersi yang Entitas yang
Entitas yang Risiko terhadap Risiko Referensi P2
Terpengaruh Diperiksa
Diperiksa Teridentifikasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2), (3) dan (4): Pemeriksa mengidentifikasi, tujuan, sasaran maupun strategi yang ingin dicapai oleh entitas yang diperiksa, meliputi
program ataupun kegiatan yang dilaksanakan entitas yang diperiksa. Seringkali tujuan dan sasaran tersebut menjadi slogan utama dari
suatu entitas yang diperiksa. Berikut ini beberapa contoh tujuan, sasaran maupun strategi entitas yang diperiksa yang bisa menjadi
perhatian pemeriksa, antara lain:
a. Suatu entitas yang diperiksa yang berkeinginan untuk menjadi pusat perdagangan, dengan cara banyak membangun pusat-pusat
perdagangan dan perniagaan;
b. Program wajib belajar yang dicanangkan oleh suatu entitas yang diperiksa dengan melibatkan banyak pihak, seperti masyarakat,
guru, sekolah, maupun pihak lainnya;
c. Program atau kegiatan yang menyangkut kependudukan;
d. Tujuan dan sasaran lainnya yang dapat berpengaruh secara signifikan pada risiko bisnis entitas yang diperiksa.
3. Kolom (5) diisi pengaruh tujuan, sasaran dan strategi pada kolom (2), (3) dan (4) terhadap entitas yang diperiksa.
4. Kolom (6) diisi dengan akun/siklus/asersi yang terpengaruh.
5. Kolom (7) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diperiksa yang diidentifikasi pada kolom (2), (3), dan (4) terhadap
LAMPIRAN
keseluruhan pemeriksaan.
53
54
7. Kolom (9) diisi dengan respons pemeriksaan atas risiko yang teridentifkasi. Respons dapat berupa perencanaan pemeriksaan
khususnya mengenai lingkup dan strategi pemeriksaan untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
LAMPIRAN
8. Kolom (10) diisi dengan langkah-langkah yang perlu dicantumkan atau disesuaikan dalam P2, beserta referensinya.
Contoh:
Respons
Risiko terkait Kontrol dari
No. Pengaruh terhadap Akun/Siklus/Asersi Signifikansi Pemeriksaan Langkah &
Sistem Entitas yang
Entitas yang Diperiksa yang Terpengaruh Risiko terhadap Risiko Referensi P2
Informasi Diperiksa
Teridentifikasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) : Pemeriksa mengidentifikasi risiko-risiko terkait sistem informasi yang berpengaruh pada entitasyang diperiksa, seperti:
a. Sistem informasi yang belum terintegrasi antarbagian;
b. Sistem informasi yang belum up to date dengan kebutuhan entitas yang diperiksa;
c. Belum adanya pengaman dan pengendalian yang cukup terhadap akses sistem informasi entitas yang diperiksa;
d. Risiko atas sistem informasi lainnya.
3. Kolom (3) diisi dengan pengaruh dari risiko sistem informasi pada kolom (2) terhadap entitas yang diperiksa.
4. Kolom (4) diisi dengan akun/siklus/asersi yang terpengaruh.
5. Kolom (5) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diperiksa terhadap pemeriksaan secara keseluruhan.
6. Kolom (6) diisi dengan kontrol dari entitas yang diperiksa terhadap adanya masalah tersebut.
7. Kolom (7) diisi dengan respons pemeriksaan atas risiko yang teridentifikasi. Respons dapat berupa perencanaan pemeriksaan khususnya
mengenai lingkup dan strategi pemeriksaannya untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
8. Kolom (8) diisi dengan langkah-langkah yang perlu dicantumkan atau disesuaikan dalam P2, beserta referensinya.
LAMPIRAN
55
56
Contoh:
Respons
Risiko terkait Akun/Siklus/ Kontrol dari
No. Pengaruh terhadap Signifikansi Pemeriksaan Langkah &
Sistem Asersi yang Entitas yang
Entitas yang Diperiksa Risiko terhadap Risiko Referensi P2
LAMPIRAN
Informasi Terpengaruh Diperiksa
Teridentifikasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Penggunaan Sistem Berpotensi terjadi kesala- Seluruh akun, Signifikan – karena Pendamping Pemeriksa perlu Uji pengendalian
Informasi Manaje- han input dan kesalahan siklus dan transaksi kesalahan input dan an dari BPKP mencermati sistem in- umum dan pe
men Daerah (SIM- pencatatan. pencatatan akan ber- formasi, alur transaksi ngendalian aplika-
DA) untuk pertama pengaruh terhadap pen- dan dokumen serta si terkait sistem in-
kali di daerah. yajian dan pengungka- ketelitian pencatatan formasi yang baru
pan dalam LK. transaksi dan penyusu- digunakan;
nan laporan keuangan. Footing dan cross
footing laporan;
Rekonsiliasi lapo-
ran output dari
sistem dengan
laporan manual.
Ref: A.3.4.1.1
LAMPIRAN II.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL : 17 APRIL 2017
No. Hasil Identifikasi Jenis Kecurangan Klasifikasi Dampak dan Prosedur Alternatif
Faktor Penyebab Referensi
Kemungkinan Terjadi Tambahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor.
2. Kolom (2) diisi dengan hasil identifikasi faktor kecurangan pada entitas yang diperiksa.
Input pengisian kolom ini bersumber dari:
a. Matriks risiko sebelumnya seperti BRM, CRM atau formulir penilaian risiko;
b. Diskusi dengan anggota tim pemeriksa;
LAMPIRAN
57
58
c. Komunikasi dengan pemeriksa terdahulu;
d. Informasi dari media ataupun pihak lain yang terpercaya; dan
e. Kondisi-kondisi anomali yang teridentifikasi dari prosedur analitis awal.
3. Kolom (3) diisi dengan salah satu dari jenis kecurangan:
LAMPIRAN
a. Korupsi (Corruption);
b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation); dan
c. Penyajian yang Menyesatkan (Fraudulent Misstatement).
4. Kolom (4) diisi dengan klasifikasi fraud.
Klasifikasi fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah sebagai berikut.
a. Korupsi (Corruption):
1) Konflik kepentingan (Conflict of Interest);
2) Suap (Bribery);
3) Pemberian ilegal (Illegal Gratuity);
4) Pemerasan (Economic Extortion).
b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation):
1) Kecurangan kas (Cash Misappropriation);
Contoh: penjarahan (Skimming), pencurian (Lacerny) dan penggelapan (Fraudulent Disbursement);
2) Kecurangan atas persediaan dan aset lainnya.
Contoh: penyalahgunaan aset (Misuse) dan pencurian (Lacerny).
c. Penyajian yang Menyesatkan (Fraudulent Misstatement)
1) Keuangan: a) Penyajian aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset/Revenue Overstatements);
b) Penyajian aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset/Revenue Understatements);
2) Nonkeuangan, contoh: pemalsuan dokumen internal dan eksternal, pemutarbalikan keadaaan dengan menyajikan
laporan nonkeuangan yang lebih baik dari keadaan sebenarnya.
5. Kolom (5) diisi dengan Dampak dan Kemungkinan Terjadinya Risiko Kecurangan.
Pemeriksa menganalisis jenis fraud tersebut di atas dengan mempertimbangkan dampak terhadap laporan keuangan dan
kemungkinan terjadinya fraud tersebut.
Contoh:
a. Dampak : signifikan atau tidak signifikan, tergantung dari besarnya pengaruh kecurangan terhadap salah saji laporan
keuangan.
b. Kemungkinan terjadinya : besar atau kecil, tergantung pertimbangan pemeriksa, misalnya didasarkan pada hasil pe-
meriksaan sebelumnya dari pimpinan entitas yang diperiksa terkait dengan kecurangan.
6. Kolom (6) diisi dengan Faktor Penyebab.
Pemeriksa mengidentifikasi faktor fraud dan menghubungkan sebab terjadinya fraud tersebut dengan menggunakan tri
angle fraud (kesempatan-tekanan-rasionalisasi)
a. Adanya Kesempatan
Misalnya:
1) Terdapat celah kelemahan dalam standar baru atau peraturan perundang-undangan yang ada;
2) Faktor kelemahan sistem pengendalian.
b. Adanya Tekanan/Insentif
Misalnya:
1) Target/ambisi tertentu dari pimpinan pusat/daerah;
2) Faktor ekonomi, keluarga atau kroni.
c. Rasionalisasi dan Perilaku
Misalnya:
1) Keserakahan untuk memperkaya diri sendiri;
2) Moral yang buruk dan pembenaran tindakan kecurangan.
7. Kolom (7) diisi dengan langkah-langkah prosedur alternatif tambahan untuk meyakinkan agar kecurangan tersebut dapat
dideteksi.
LAMPIRAN
8. Kolom (8) diisi dengan referensi berupa matriks risiko, akun terkait dan referensi dalam P2.
59
60
Contoh Kasus:
LAMPIRAN
[Tahun Anggaran Laporan Keuangan Entitas yang Diperiksa] Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI MATRIKS PENILAIAN RISIKO KECURANGAN
(FRAUD RISK ASSESSMENT MATRIX)
Seorang pimpinan Daerah Korupsi Konflik Kepenting - Dampak: Signifikan- 1. Adanya Kesempatan Berdasarkan hasil identifi- - BRM,
1. X diindikasikan melaku- an karena potensi keru- Kesempatan sebagai kasi tersebut, pemeriksa khususnya
kan kecurangan dengan gian dan atau pem- Bupati/Walikota untuk kemudian menyusun faktor sosial
tujuan memperkaya diri borosan dari fraud menganggarkan proyek prosedur alternatif tam- politik;
sendiri. Identifikasi: tersebut sangat besar. tersebut dan mengalo- bahan untuk meyakin - Akun Belan-
- Banyaknya keluarga kasikan bantuan sosial kan bahwa kecurangan ja Modal;
Bupati/Walikota ke yayasan milik Bupati/ tersebut dapat dide- - Akun Belan-
yang menduduki Walikota. teksi. ja Bantuan
posisi penting di 1. Meminta SK peng Sosial.
pemerintahan maupun angkatan Bupati/Wa- - Ref: A.5.1.1
lembaga perwakilan likota;
(disebutkan siapa saja 2. Meminta doku-
dan menjabat sebagai men pendukung
apa) selengkapnya terkait
- Bupati/Walikota men- proyek;
jadi pengurus parpol 3. Konfirmasi ke
atau yayasan yang yayasan terkait ban-
mempunyai hubungan sos;
keuangan dengan 4. Analisis kontrak;
pemerintah daerah. 5. Analisis kepemilikan ;
(disebutkan organisasi 6. Analisis hubungan
apa saja dan posisinya istimewa;
di organisasi tersebut)
No. Jenis Dampak dan Prosedur Alternatif
Hasil Identifikasi Klasifikasi Faktor Penyebab Referensi
Fraud Kemungkinan Terjadi Tambahan
LAMPIRAN
61
LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL : 17 APRIL 2017
Skor Nilai
No Faktor-faktor Kriteria Kondisi
(5)
(1) (2) (3) (4)
1 2 3
62 LAMPIRAN
Skor Nilai
No Faktor-faktor Kriteria Kondisi
(5)
(1) (2) (3) (4)
1 2 3
10. Tingkat kerentanan terhadap pen- Semakin rentan suatu akun ter-
curian/penyalahgunaan aset hadap risiko pencurian/ peny-
alahgunaan aset, maka semakin
tinggi IR-nya.
11. Tingkat salah saji dikarenakan ada Semakin rentan siklus/akun ter-
nya kecurangan terhadap laporan hadap manipulasi atau kerugian
pada saat dilakukan prosedur
analitis, maka semakin tinggi
IR-nya.
Sub Total 5 5 5
TOTAL 6
Kesimpulan Tingkat IR 7
Keterangan:
9 – 14 : Rendah (30%)
15 – 21 : Sedang (70%)
22 - 27 : Tinggi (100%)
7. Angka (7) diisi kesimpulan tingkat IR yang ditetapkan dari nilai yang dihasilkan dari kolom (6) kemu-
dian dilihat berdasarkan kategori rentang nilai tingkat IR.
LAMPIRAN 63
64
Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan
LAMPIRAN III.2
LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN
: KEPUTUSAN BPK-RI
BPK-RI
NOMOR
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/4/2017
: 3/K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL
TANGGAL : 17
: APRIL 2017
17 APRIL 2017
LAMPIRAN
TABEL SKENARIO RISIKO DETEKSI (DETECTION RISK/DR)
TABEL SKENARIO RISIKO DETEKSI (DETECTION RISK/DR)
Keterangan:
RoMM DR
Range Tingkat Range Tingkat
1% - 21% Low (L) 1% - 10% Low (L)
22% - 50% Medium (M) 11% - 32% Medium (M)
51% - 100% High (H) 33% - 56% High (H)
ttd ttd
LAMPIRAN
65
66
LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/4/2017
TANGGAL : 17 APRIL 2017
LAMPIRAN
Indeks KKP :
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Dibuat oleh :
[Laporan Keuangan Entitas yang Diperiksa] Direviu oleh :
[Tahun Anggaran Laporan Keuangan Entitas yang Diperiksa] Disetujui oleh :
Keterangan :
1. Kolom (1) diiisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan nama sub akun atau kelompok akun pada laporan keuangan, disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Misalnya, kelompok akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jarin-
gan, Aset Tetap Lainnya, serta Konstruksi dalam Pengerjaan. Maka kolom (2) dapat diisi dengan masing-masing sub akun dimaksud,
atau diisi dengan menggunakan kelompok akun Aset Tetap.
3. Kolom (3) diisi dengan saldo atas akun atau kelompok akun yang diisikan pada kolom (2). Angka saldo yang diisikan pada kolom (3)
bersumber dari laporan keuangan unaudited tahun yang sedang diperiksa.
4. Kolom (4) diisi dengan tingkat signifikansi akun yang ditentukan oleh pemeriksa dengan pertimbangan profesionalnya
atau berdasarkan planning materiality.
5. Kolom (5) diisi dengan siklus transaksi yang terkait dengan akun atau kelompok akun yang diisikan pada kolom (2). Misal-
nya, untuk akun kas, siklus yang terkait dengan akun ini adalah transaksi penerimaan dan pengeluaran.
6. Kolom (6) diisi dengan IR akun pada kolom (2) yang diidentifikasi oleh pemeriksa.
7. Kolom (7) diisi dengan tingkat IR atas akun yang diidentifikasi pada kolom (6).
Misal: IR untuk Akun Belanja Modal yang dinilai dengan faktor-faktor IR hasilnya adalah Sedang atau Medium, maka
tingkat IR untuk Akun Belanja Modal yang diisikan pada kolom (7) adalah Sedang atau Medium.
8. Kolom (8) diisi dengan CR yang diidentifikasi pemeriksa terkait akun atau kelompok akun yang diisikan pada kolom (2).
9. Kolom (9) diisi dengan tingkat CR atas akun atau kelompok akun yang diidentifikasi, apakah Rendah, Sedang, atau
Tinggi berdasarkan hasil dari Matriks Risiko Pengendalian (CRM). Cara pengisian CRM lebih detail dijelaskan dalam Juknis
Pemahaman dan Pengujian SPI.
10. Kolom (10) diisi dengan Risiko Salah Saji Material (RoMM). RoMM merupakan kombinasi dari IR dan CR. Panduan pengi-
sian dapat mengikuti Lampiran III.2 atau dengan kombinasi sebagai berikut:
LAMPIRAN
67
68
11. Kolom (11) diisi dengan tingkat DR yang dihasilkan dari model AR yaitu AR = IR x CR x DR, sehingga DR = AR / (IR x CR).
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji material pada saat melaksanakan
prosedur substantif. Semakin tinggi DR, semakin rendah efektivitas pelaksanaan prosedur substantif. Sebaliknya, semakin
rendah DR, semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur substantif.
LAMPIRAN
Pengisian level DR ini bersumber dari tabel skenario DR pada Lampiran III.2.
12. Kolom (12) diisi dengan strategi pemeriksaan yang ditetapkan, apakah akan dilakukan pengujian substantif mendalam,
moderat, atau terbatas. Apakah akan dilakukan uji pengendalian atau tidak. Strategi pemeriksaan tersebut ditetapkan
berdasarkan hasil tingkat DR pada kolom (11). Sesuai dengan risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan di-
dasarkan pada tingkat DR pada suatu akun. Contohnya semakin rendah DR maka semakin tinggi efektivitas prosedur
substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari
jumlah pemeriksa, cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut. Contoh alternatif strategi
pemeriksaan berdasarkan tingkat Risiko Deteksi adalah sebagai berikut:
Medium • Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan
kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau
kepemilikan, sesuai dengan keadaan.
• Sample menengah.
• Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas).
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.
Risiko Deteksi Strategi Pemeriksaan Umum
Strategi di atas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan
pertimbangan profesional masing-masing. Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa
mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa BPK yang sudah tersertifikasi penilai
aset.
13. Kolom (13) diisi dengan reference pada Program Pemeriksaan (P2) yang sesuai dengan indeks yang ada pada P2.
LAMPIRAN
69
70
Contoh: Formulir Penilaian Risiko pada Pemeriksaan atas LKPD Kabupaten/Kota
Inherent Risk Control Risk
(IR) (CR) Risk of
Signifikansi Siklus Refe-
No. Akun Saldo (Rp) Material Detection Strategi
Akun Terkait H/ H/ Misstatement Risk (DR) rensi
Pemeriksaan
Identifikasi M/L Identifikasi M/ P2
(RoMM)
LAMPIRAN
L
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1. Piutang xxx Signifikan Pendapatan K u r a n g L Tidak dilakukan L L L Tidak menjadi fokus A.4.2.1.
Bagi Ha- dan Peneri- diterima pencocokan pemeriksaan. x1.2.4
sil Pajak maanKas atau telat penerimaan bagi Dapat mengandalkan
Provinsi dibayarkan; hasil pajak provin- pengendalian.
Salah alo- si dengan SK Gu- Pengujian substantif
kasi. bernur dan SPD terbatas atau tidak
Provinsi. dilakukan. Bila dilaku-
kan dapat hanya sub-
stantif saldo saja.
Sampel kecil atau ti-
dak diuji.
Prosedur analitis dan
uji akurasi merupa-
kan prosedur utama.
2. Belanja Tak xxx Signifikan Belanja dan Kesalahan M Tidak terdapat M M M Pengujian substantif A.4.2.
Terduga Pengeluaran Alokasi pemantauan atas tidak terlalu men- 2.5.1
Kas ketertiban ad- dalam. Pilih apakah
ministrasi penge- mengutamakan
luaran belanja tak substantif saldo atau
terduga. transaksi.
Sample menengah.
Prosedur analitis dan
uji akurasi tetap harus
dilakukan.
Inherent Risk Control Risk
(IR) (CR) Risk of
Signifikansi Siklus Refe-
No. Akun Saldo (Rp) Material Detection Strategi
Akun Terkait H/ H/ Misstatement Risk (DR) rensi
Pemeriksaan
Identifikasi M/L Identifikasi M/ P2
(RoMM)
L
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
3. Persediaan xxx Signifikan Persediaan Barang hi H Tidak terdapat H L L Menjadi fokus pe- A.4.2.
lang/rusak/ pemeriksaan meriksaan; 1.1.3.
tidak dapat fisik akhir per- Tidak atau sedikit 1
difung- sediaan; mengandalkan pen-
sikan lagi; Tidak ada gendalian.
Tidak di kontrol atas Pengujian Substantif
laporkan, pencatatan mendalam. Pilih apa-
salah catat persediaan di kah mengutamakan
dan peng SKPD oleh tim substantif saldo
ungkapan; penyusun LK atau transaksi, atau
T i d a k dan Pengelola dua-duanya dengan
dilakukan Barang; intensitas yang sama.
inventar i- Tidak ada pe- Prosedur analitis dan
sasi sesuai meriksaan oleh uji akurasi tetap harus
dengan pe- pengguna ba- dilakukan.
manfaatan- rang kepada
nya dan pengurus ba-
kesesuaian rang atas pen-
penggu- catatan dan
nanya. stock opname
persediaan.
LAMPIRAN
71
72
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Jl. Jenderal Gatot Subroto 31
Jakarta 10210 Indonesia
+62-21-25549000 ext. 3306/3308
Pkeuangan.litbang@bpk.go.id