Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA PT.

HM SAMPOERNA TBK
DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN KEUANGAN

Oleh:

Amelia Natasya Eka Puspita

203141914111030

BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI TERAPAN

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ujian akhir
semester yang berjudul “Analisis Risiko Investasi Pada PT. HM Sampoerna Tbk
Dalam Perspektif Manajemen Keuangan” ini tepat pada waktunya

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian akhir semester Ibu Fitriana Rahma Dhanias, SE., MSA., Ak pada mata kuliah
Manajemen Keuangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Analisis Risiko Investasi Pada PT. HM Sampoerna Tbk Dalam
Perspektif Manajemen Keuangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitriana Rahma Dhanias, SE.,
MSA., Ak selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 10 Desember 2021

Amelia Natasya Eka Puspita

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Pengertian Investasi .................................................................................. 4
2.2 Keputusan Investasi .................................................................................. 4
2.3 Pengertian Pasar Modal ............................................................................ 5
2.4 Risiko Investasi ........................................................................................ 6
2.5 Risiko Pasar .............................................................................................. 6
2.6 Risiko Bisnis............................................................................................. 6
2.7 Risiko Likuiditas ...................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS .......................................................... 8
3.1 Profil dan Sejarah PT. HM Sampoerna .................................................... 8
3.2 Analisis Risiko Saham PT. HM Sampoerna Tbk. .................................. 12
3.3 Analisis Risiko Pasar PT. HM Sampoerna ............................................. 14
3.4 Risiko Bisnsi Perusahaan PT. HM Sampoerna ...................................... 16
3.5 Analisis Portofolio PT. HM Sampoerna Tbk ......................................... 20
3.6 Analisis Program CSR dan Pengelolaan Risiko PT. HM Sampoerna .... 22
BAB IV ................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................. 25
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
4.2 Evaluasi .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai penghasil
tembakau dengan kualitas terbaik di dunia. Lebih dari 100 jenis tembakau
dihasilkan di Indonesia. Dari 200 juta kilogram tembakau yang diproduksi
tiap tahunnya di Indonesia, 70% adalah jenis rajangan yang lazim digunakan
untuk membuat rokok kretek. Rokok merupakan salah satu produk yang
cukup unik karena produk ini memberikan kepuasan kepada konsumen
melalui hasil pembakaran tembakau dan campuran lain di dalamnya yang
dihisap melalui mulut.
Indonesia pun menjadi salah satu negara konsumen tembakau
terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-
negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia.
Menurut Global Tobacco, Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam
konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per
tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970
dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut
berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok
di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar
54% terjadi dalam konsumsi tembakau, walaupun terjadi krisis
ekonomi.Saat ini konsumsi rokok relatif tinggi di masyarakat, baik remaja
maupun orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kehidupan
sehari-hari seringkali ditemui orang merokok, baik di area publik maupun
yang tidak.
Dengan keadaan Indonesia sebagai penghasil tembakau terbaik di
dunia, menjadikan peluang besar bagi perusahaan-perusahaan rokok yang
ada. Dalam industri rokok, dominasi dari para pelaku utama bisnis ini cukup
dikenal. PT. HM Sampoerna Tbk yang merupakan perusahaan rokok
raksasa yang mendominasi industri rokok di Indonesia, dalam
perdagangannya terbukti cukup likuid diperdagangkan.

1
Penjualan Sampoerna pada kuartal I 2012 mencapai Rp 15,4 triliun,
meningkat dibanding penjualan di kuartal I 2011 sebesar Rp 11,7 triliun.
Pada 2011, Sampoerna mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar
16,4% menjadi 91,7 miliar batang dari 78,8 miliar batang pada 2010.
Kenaikan volume tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan industri
rokok di Indonesia, yang menurut data Nielsen, naik sekitar 8,9% pada
tahun lalu. Perusahaan ini masih memimpin pasar industri rokok di
Indonesia dengan market share 31,1%.
Industri rokok juga selalu menarik perhatian para investor. Hal ini
terlihat dari peningkatan harga saham dari PT. HM Sampoerna Tbk,
perusahaan rokok yang telah listing di Bursa Efek Indonesia. Investor tentu
saja tidak melihat dari tingkat harga saham perusahaanperusahaan tersebut
di pasar, namun mereka pun juga melihat dari sisi tingkat pengembalian
(return) dari harga saham per tahunnya dan juga tingkat risiko yang akan
mereka hadapi dalam melakukan investasi di dalamnya.

Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana profil, visi, dan misi Perusahaan PT. HM Sampoerna
Tbk?
1.2.2 Bagaimana analisis risiko investasi saham pada PT. HM Sampoerna
Tbk?
1.2.3 Bagaimana analisis risiko investasi pasar pada PT. HM Sampoerna
Tbk?
1.2.4 Bagaimana analisis risiko bisnis pada PT. HM Sampoerna Tbk?
1.2.5 Bagaimana analisis portofolio pada PT. HM Sampoerna Tbk?
1.2.6 Bagaimana analisis program CSR dan pengelolaan risiko pada PT.
HM Sampoerna Tbk?

Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui profil, visi, dan misi Perusahaan PT. HM
Sampoerna Tbk
1.3.2 Untuk mengetahui analisis risiko investasi saham pada PT. HM
Sampoerna Tbk

2
1.3.3 Untuk mengetahui analisis risiko investasi pasar pada PT. HM
Sampoerna Tbk
1.3.4 Untuk mengetahui analisis risiko bisnis pada PT. HM Sampoerna
Tbk
1.3.5 Untuk mengetahui analisis portofolio pada PT. HM Sampoerna Tbk
1.3.6 Untuk mengetahui analisis program CSR dan pengelolaan risiko
pada PT. HM Sampoerna Tbk

Manfaat Penulisan
Bagi penulis makalah ini sangat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Analisis Risiko Investasi Pada PT.
HM Sampoerna Tbk Dalam Perspektif Manajemen Keuangan.
Bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang bagaimana profil perusahaan dan analisis risiko investasi pada PT.
HM Sampoerna Tbk dalam perspektif manajemen keuangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Investasi


Pengertian investasi menurut Jogiyanto Hartono (2008: 1) adalah
“Penundaan konsumsi sekarang yang dimasukkan ke dalam aktiva atau
proses yang produktif yang hasilnya untuk konsumsi mendatang dapat
dikatakan sebagai suatu investasi.” Investasi menurut Martono dan Harjito
(2007: 137) adalah “Penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan
kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di
masa yang akan datang.”
Jika seseorang melakukan investasi orang tersebut akan
mengorbankan sesuatu yang bernilai dan akan mengharapkan mendapat
sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi dari pengorbanan yang dilakukan
dengan mendapatkan keuntungan dari faktor lainnya.
Investasi biasanya dilakukan dengan membeli aktiva berwujud
seperti rumah, tanah, perlengkapan, saham, obligasi, dan lainnya. Investasi
biasanya juga dilakukan dari sejumlah dana yang tidak habis dikonsumsi,
dan melakukan investasi dengan harapan mendapatkan keuntungan.

2.2 Keputusan Investasi


Keputusan investasi yang akan dilakukan menentukan apakah suatu
investasi layak dilakukan atau tidak. Pengambilan keputusan tersebut
mempertimbangkan kas keluar yang akan dikeluarkan dan aliran kas masuk
yang akan diperoleh berkaitan dengan invetasi yang diambil.
Ada tiga macam aliran kas yang terjadi dalam investasi, yaitu initial
cashflow, operational cashflow, dan terminal cashflow menurut Martono
dan Harjito (2007: 138):
1. Initial Cashflow
Initial cashflow (capital outlays) merupakan aliran kas yang
berhubungan dengan pengeluaran kas pertama kali untuk keperluan
suatu investasi seperti harga pembelian suatu tanah, pembangunan

4
pabrik, pembelian mesin, perbaikan mesin dan investasi aktiva tetap
lainnya.
2. Operational Cashflow
Operational cashflow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur
investasi berasal dari pendapatan yang diperoleh dikurangi biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh kegiatan bisnis. Aliran kas operasi sering disebut
cash inflow (aliran kas masuk) yang nantinya akan dibandingkan dengan
cash outflow untuk menutup investasi. Operational cashflow ini
biasanya diterima setiap tahun selama umur ekonomis investasi yang
berupa aliran kas masuk bersih atau proceeds.
3. Terminal Cashflow
Terminal cashflow merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh
perusahaan sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek
investasi.

2.3 Pengertian Pasar Modal


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
pasal 1 butir tentang pasar modal adalah “Kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bsia
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta (Husnan,
2007).
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan:
1. Pasar modal bisa berupa pasar dalam pengertian abstrak maupun dalam
pengertian konkret. Dalam pengertian abstrak maka perdagangan surat
berharga tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu. Sedangkan
dalam pengertian konkret maka pasar modal adalah bursa efek.
2. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga jangka
panjang.

5
3. Bursa efek merupakan pasar yang sangat terorganisir karena terdapat
serangkaian peraturan yang mengikat pihak-pihak yang terkait di
dalamnya.

2.4 Risiko Investasi


Investor dalam mengambil setiap keputusan investasi adalah selalu
berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik risiko yang
bersifat jangka pendek maupun risiko yang bersifat jangka panjang. Setiap
perubahan berbagai kondisi mikro dan makro ekonomi akan turut
mendorong terbentuknya berbagai kondisi yang mengharuskan seorang
investor memutuskan apa yang harus dilakukan dan strategi apa yang
diterapkan agar ia tetap memperoleh return yang diharapkan. Menurut
Fahmi (2012), Dengan begitu risiko investasi dapat kita artikan sebagai
kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return and expected return.
Setiap keputusan investasi memiliki keterkaitan yang kuat dengan risiko,
sehingga risiko selalu dijadikan barometer utama untuk dianalisis jika
investasi dilakukan. Analis risiko adalah proses pengukuran dan
penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi.
(Adisetiawan, 2017)

2.5 Risiko Pasar


Halim (2005) Risiko Pasar adalah risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan
kondisi perekonomian lain. Risiko pasar merupakan risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini di
pengaruhi faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Risiko pasar dapat dihitung dengan melihat Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tahunan.

2.6 Risiko Bisnis


Risiko bisnis adalah ketidak pastian yang melekat dalam proyeksi
pengembalian atas modal yang diinvestasikan, ketidak pastian pada
perkiraan pendapatan operasi perusahaan di masa mendatang. Menurut
Gitman dan Jiehnk (2008) business risk adalah suatu risiko yang merupakan

6
tingkat ketidak pastian yang berhubungan dengan pendapatan dari suatu
investasi dan kemamouan dari suatu investasi dalam membayar sejumlah
return kepada investor. Menurut Brigham dan Houston (2006) Risiko
didefinisikan sebagai peluang atau kemungkinan terjadinya beberapa
peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko bisnis adalah ketidakpastian
yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko
bisnis tersebut merupakan risiko yang mencakup intrinsic business risk,
financial leverage risk, dan operating leverage risk. Earning Volatility atau
biasa disebut Business Risk adalah variabel indikator yang menggambarkan
risiko yang diciptakan akibat tidak efisiennya operasional perusahaan,
dimana terdapat kegagalan internal kontrol yang mengakibatkan kerugian
yang tidak diperkirakan sebelumnya diukur dengan standar deviasi dari
EBIT dibagi dengan total aktiva,

2.7 Risiko Likuiditas


Menurut Tandelilin (2007), Risiko Likuiditas ini adalah risiko yang
berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan
bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas
diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya.
Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas
yang dihadapi perusahaan. Current ratio yang tinggi maka semakin baiklah
posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar
bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya

7
BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS

3.1 Profil dan Sejarah PT. HM Sampoerna


PT. HM Sampoerna Tbk. merupakan salah satu produsen rokok
terkemukan di Indonesia. Masuk dalam jajaran perusahaan keluarga
terbesar di dunia masih tetap dari generasi ke generasi. Sejarah perusahan
tak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga Sampoerna secara turun
temurun. Kesuksesan diawali dari perintisan bisnis oleh Liem Seeng Tee,
dilanjutkan kesuksesan Liem Swie Ling membangun pondasi bisnis yang
kokoh, lalu kemudian diteruskan hingga kini oleh Putera Sampoerna dan
Michael Joseph Sampoerna.
Sejarah perusahaan ini dimulai jauh sebelum 1923 ketika Liem
Seeng Tee dan istrinya, Tjiang Nio, mendirikan perusahaan dengan nama
Handel Maastchapij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV
Handel Maastchapij Sampoerna (HM Sampoerna). Usai Perang Dunia II,
nama perusahaan tersebut di-Indonesia-kan menjadi Hanjaya Mandala
Sampoerna dengan tetap menonjolkan inisial HM. Kesempatan besar
muncul pada awal 1916, ketika Liem Seeng Tee membeli berbagai jenis
tembakau dalam jumlah besar dari seorang pedagang tembakau yang
bisnisnya bangkrut. Sejak sat itu Liem Seeng Tee dan istrinya, Tjiang Nio,
mencurahkan seluruh tenaganya untuk mengembangkan bisnis tembakau.
Ditengah situasi keuangan yang sulit Liem Seeng Tee tetap bertekad
menjadikan perusahaannya sebagai “Kerajaan Tembakau” dengan
menempatkan karakter bahasa Mandarin “Wang‟ (yang dalam dialek
Hokkian disebut „Ong‟) yang berarti „Raja‟ didepan produk unggulan “Dji
Sam Soe‟, kemudian ia mengembangkan simbol “Wang‟ dengan huruf
Mandari “Ren‟ yang berarti “Orang‟ sehingga menghasilkan paduan kata
yang bermakna “Sampoerna‟. Hal ini sangat jelas menggambarkan
keinginan Liem Seeng tee untuk menghasilkan produk tembakau yang
terbaik dan meraih predikat sebagai “Raja Rokok kretek‟.
Pada produk Sampoerna yang ber-merk “Dji Sam Soe‟ memiiki
jumlah huruf 9 dan bila angka “234‟ dijumlahkan juga akan berjumlah 9.

8
Selain itu, pada setiap kemasan “Dji Sam Soe‟ terdapat 9 bintang tersudut
sembilan. Jumlah huruf dalam angka “Sampoerna‟ juga 9. Ini berhubungan
dengan kepercayaan di Cina Selatan tentang angka 9 sebagai angka
keberuntungan. Rangkaian produk awal yang dibuat Sampoerna antara lain
“Sampoerna Star‟, “Summer Place‟, dan “Statue of Liberty‟. Merk
“Sampoerna Star‟ termasuk salah satu rokok filter yang pertama di
Indonesia.
Sejak awal Liem Seeng Tee bertekad untuk menghasilkan produk
yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Dari rokok murah
bermerk “Djangan Lawan‟, sampai ke rokok yang berharga lebih mahal
karena terbuat dari tembakau pilihan dan rempah alami. Mulai awal 1940,
bisnis HM Sampoerna terus tumbuh dengan pesat. Produksi gabungan
rokok lintingan tangan dan lintingan mesin mencapai kurang lebih 3 juta
batang setiap minggunya. Untuk melinting “Dji Sam Soe‟ saja diperlukan
sekitar 1.300 pekerja.
Perang Dunia II yang dimulai dengan pendaratan tentara Jepang di
Pulau jawa, memporak-porandakan aset perusahaan ini. Liem Seeng Teee
ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara selama masa perang. Pabriknya
digunakan oleh pasukan jepang untuk membuat rokok bermerk “Fuji‟
Seusai perang, tidak sedikitpun harta benda keluarga ini yang tertinggal
selain merk “Dji Sam Soe‟. Dengan berakhirnya pendudukan Jepang di
Indonesia selama 3.5 tahun lamanya, keluarga ini perlahan-lahan mulai
membangun kembali bisnisnya. Hal ini juga ditunjang dengan keberhasilan
“Dji Sam Soe‟ di pasar, sehingga pada 1949 kondisi usaha HM Sampoerna
sudah dapat dikataskan pulih kembali. Pada 1956, Liem Seeng Tee wafat
dalam usia 63 tahun.
Perusahaan dipimpin oleh Liem Swee Ling yang lebih dikenal
dengan nama Aga Sampoerna. Beliau adalah putra kedua dari pasangan
Liem Seeng Tee dan Tjiang Nio. Pada 16 Juni 1968, Aga Sampoerna mulai
memproduksi rokok kretek bermerk “Sampoerna A‟ di Denpasar Bali, kini
merk tersebut lebih dikenal dengan sebutan “Sampoerna Hijau‟. Di masa
itu pula muncul merk “Penamas Kuning‟. Kini sigaret kretek tangan buatan

9
Surabaya tersebut lebih banyak beredar di wilayah Sumatra. Aga
Sampoerna wafat di Singapura pada tanggal 13 Oktober 1995.
Putera Sampoerna, putra kedua Liem Swee Ling, mulai aktif dalam
perusahaan pada awal 70-an. Pada 1978, Putera Sampoerna dipercaya untuk
mengelola pabrik baru di Malang. Dengan kian berkembangnya perusahaan,
ruang untuk produksi di taman Sampoerna dan di malang kian menjadi
terbatas, sehingga pada 1982 manajemen memutuskan pemindahan pusat
usaha ke kawasan industry Rungkut, Surabaya. Sejak saat itu, telah banyak
prestasi yang berhasil dicetak, antara lain pendirian leboratorium kontrol
untuk memenuhi standar internasional dan perolehan lisensi untuk
tranportasi komersial bagi PT Sampoerna transportasi Nusantara (STN).
STN dimanfaatkan untuk keperluan distribusi produk-produk Sampoerna.
Pada 1989, munsul ide brilian Putera sampoerna dalam
mengembangkna jajaran merk lokal berlabel “A‟, ditandai dengan
peluncuran A Mild, rokok dengan kadar tar dan nikotin terendah, produk ini
meraih sukses di pasaran karena dapat memenuhi keinginan masyarakat luas
yang kian berpikiran modern. Selain itu, masih ada beberapa merk rokok
lainnya yang di produksi HM Sampoerna di masa kepemimpinan Putera
Sampoerna, diantaranya adalah merk A Internasional.
Keberhasilan lainnya adalah dengan terdaftarnya HM Sampoerna
sebagai perusahaan publik pada 27 Agustus 1990. Ketika itu, PT. HM
Sampoerna Tbk berhasil menjual sahamnya sebanyak 27 juta lembar denga
harga Rp 12.600 per lembar saham. Sejaak saat itu, PT. HM Sampoerna
Tbk., selalu menduduki lapisan saham papan atas (blue chip).
Pada 27 Juni 2001, Michael Joseph Sampoerna menduduki posisi
sebagai Presiden Direktur sekaligus sebagai Chief Operating Officer dan
Chief Financial Officer PT. HM Sampoerna Tbk. Hingga pada tahun 2005
perusahaan HM Sampoerna Tbk., dijual kepada Philip Morris International.
Akuisisi Philip Morris International terhadap saham PT. HM Sampoerna
Tbk. akan diikuti dengan pergantian jajaran direksi. Banyak yang
berspekulasi siapa pengganti Michael joseph Sampoerna. Martin King,
managing Director Philip Morris Cina. Lulusan Harvard University ini

10
bergabung pertama kali dengan Philip Morris AS pada 1991. Pada tanggal
17 Mei 2005, melalui RUPS PT. HM Sampoerna Tbk., ia resmi diangkat
menjadi presiden Direktur yang baru.

Visi PT. HM Sampoerna Tbk

Visi Sampoerna digambarkan dengan “Falsafah Tiga Tangan”.


Masing- masing dari ketiga Tangan, yang mewakili perokok dewasa,
karyawan dan mitra bisnis, dan masyarakat luas, merupakan tiga grup
pemangku kepentingan yang harus dirangkul oleh Perseroan untuk meraih
tujuan menjadi perusahaan paling terkemuka di Indonesia. PT HM
Sampoerna Tbk. meraih tiga kelompok ini dengan cara sebagai berikut:

1. Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi


perokok dewasa. Sampoerna berkomitmen penuh untuk memproduksi
sigaret berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi konsumen
dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan dan inovatif
untuk memenuhi selera konsumen yang dinamis.
2. Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada
karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra usaha. Karyawan
adalah aset terpenting Sampoerna. Kompensasi, lingkungan kerja dan
peluang yang baik untuk pengembangan adalah kunci utama
membangun motivasi dan produktivitas karyawan. Di sisi lain, mitra
usaha Sampoerna juga berperan penting dalam keberhasilan Sampoerna,
dan Sampoerna mempertahankan kerjasama yang erat dengan mereka
untuk memastikan vitalitas dan ketahanan mereka.
3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas. Kesuksesan
Sampoerna tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh
Indonesia. Dalam memberikan sumbangsih, Sampoerna memfokuskan
pada kegiatan pengentasan kemiskinan, pendidikan, pelestarian
lingkungan, penanggulangan bencana dan kegiatan sosial karyawan.

Misi PT. HM Sampoerna Tbk

11
Misi Sampoerna adalah menawarkan pengalaman merokok terbaik
kepada perokok dewasa di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan senantiasa
mencari tahu keinginan konsumen, dan memberikan produk yang dapat
memenuhi harapan mereka. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. bangga
atas reputasi yang diraihnya dalam hal kualitas, inovasi dan keunggulan.

3.2 Analisis Risiko Saham PT. HM Sampoerna Tbk.


Pengujian yang dilakukan terhadap data harga saham PT. HM
Sampoerna Tbk. sejak tanggal 1 Januari 2010 sampai 23 Oktober 2015
menunjukkan rata-rata return saham sebesar Rp 52.041,4 dan standar
deviasi saham sebesar 0,025321676 dan standar deviasi return pasar sebesar
0,011795785. Sementara return pasar yang dilakukan terhadap data harga
saham JKSE sebesar Rp 4.204,816698. Beta saham PT. HM Sampoerna
Tbk. mencapai 0,541261236.
Beta saham sebesar 0,541261236 menunjukkan bahwa risiko saham
di PT. HM Sampoerna Tbk. terbilang aman. Beta saham merupakan
instrument pengukur risiko saham suatu perusahaan dengan rentang nilai di
bawah 1 hingga di atas 1. Jika nilai beta saham kurang dari 1, maka risiko
saham perusahaan terbilang cukup aman untuk investasi terutama bagi
investor pemula karena risikonya cukup rendah. Begitu sebaliknya dengan
nilai beta saham di atas 1 menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut
memiliki sifat high risk high return, risiko yang ditanggung cukup tinggi
namun diberi apresiasi berupa return yang tinggi pula.
Return saham perusahaan sebesar Rp 52.041,4 dan return pasar
sebesar Rp 4.204,816698 menunjukkan adanya selisih return sebesar Rp
47.836,5833. Tingkat return pasar menjelaskan tingkat keuntungan rata-rata
yang diberikan oleh perusahaan tercatat di BEI. Selisih return yang besar ini
mengindikasikan bahwa saham PT. HM Sampoerna Tbk. bersifat high
return. Tingkat keuntungan yang tinggi ini bisa didapat dari:
1. Harga per lembar saham PT. HM Sampoerna Tbk. yang tinggi. Rata-
rata harga saham per tahun 2010 mencapai Rp 18.370 per lembar, tahun
2011 Rp 29.980 per lembar, tahun 2012 Rp 51.813 per lembar, tahun

12
2013 Rp 73.708 per lembar, tahun Rp 2014 Rp 69.100 per lembar, dan
hingga tanggal 23 Oktober 2015 Rp 73.781 per lembar.
2. Rokok merupakan komoditas yang memiliki pangsa pasar yang cukup
besar di Indonesia. Hingga akhir tahun 2014 sebesar 34.9% dari jumlah
keseluruhan perokok aktif di Indonesia merupakan pelanggan PT. HM
Sampoerna Tbk. Dengan tren peningkatan jumlah perokok aktif di
Indonesia, jumlah ini diproyeksikan akan terus meningkat seiring
dengan kenaikan jumlah perokok aktif di Indonesia.
3. Konsumen mulai memiliki kesadaran akan risiko di balik konsumsi
rokok yang memiliki kandungan TAR dan Nikotin tinggi. Produk
Sampoerna memiliki keunggulan berupa kandungan TAR dan Nikotin
yang relatif rendah sehingga banyak konsumen beralih ke produk rokok
Sampoerna yang Low Tar Low Nicotin (LTLN) yang sudah diproduksi
sejak tahun 1988 dengan merk A-Mild dan Dji Sam Soe.
4. Jumlah penduduk di Indonesia terbesar ketiga setelah China dan India
sehingga tidak menutup kemungkinan pangsa pasar rokok akan terus
melebar.
5. Adanya tren rokok bukan hanya barang konsumsi masyarakat pria tetapi
juga dikonsumsi oleh masyarakat wanita mulai dari remaja hingga
dewasa.
6. Indonesia merupakan satu-satunya negara yang belum meratifikasi
Konvensi Anti Tembakau.

Standar deviasi saham sebesar 0,025321676 dibandingkan standar


deviasi return pasar sebesar 0,011795785 menunjukkan selisih sebesar
0,013525891 atau sekitar 1,35%. Selisih ini terbilang relatif kecil sehingga
bisa dikatakan kondisi saham perusahaan relatif stabil terlihat dari
pergerakan harga saham perusahaan yang cenderung mengikuti pergerakan
harga saham pasar namun tidak terlalu ekstrim sehingga saham perusahaan
relatif responsif terhadap perubahan harga di pasar saham namun memiliki
risiko yang relatif rendah.

Beta saham perusahaan sebesar 0,541261236 menunjukkan bahwa


saham PT. HM Sampoerna Tbk. merupakan saham defensif. Return saham

13
perusahaan ini cenderung stabil dibandingkan dengan return pasar sehingga
saham perusahaan memiliki risiko serta tingkat volatilitas yang relatif
rendah. Saham PT. HM Sampoerna Tbk. relatif aman dibeli para investor
terutama bagi investor pemula.

3.3 Analisis Risiko Pasar PT. HM Sampoerna


Pergerakan return saham dan return pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terjadi selama periode waktu 1 Januari 2010 dan 23 Oktober 2015.
Faktor-faktor ini meliputi faktor eksternal yang mempengaruhi faktor
internal, di antaranya:
a. Tahun 2010
Beberapa kali tercatat pergerakan saham yang mengalami kenaikan
dan penurunan karena pada tahun 2010 ekonomi dunia sedang
mengalami krisis dan pergolakan. Indonesia sebagai negara yang cukup
tergantung terhadap perekonomian global kapital turut merasakan
dampaknya. Akibat pergolakan ekonomi dunia dan ketergantungan
Indonesia sangat tinggi maka tidak heran bila pada tahun 2010 terdapat
cukup banyak fluktuasi return saham secara signifikan.
Meski terjadi satu kejadian penurunan yang signifikan pada bulan
Mei 2010, namun secara keseluruhan kinerja dalam 1 tahun PT. HM
Sampoerna Tbk. mengalami penguatan saham bersama dengan PT.
Gudang Garam Tbk. dan PT. Univeler.
b. Tahun 2011
Pada tahun ini perusahaan berhasil mempertahankan posisinya
sebagai produsen rokok nomor satu di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dari kinerja yang kuat selama kuartal pertama tahun 2011. Pada periode
tersebut perusahaan berhasil meningkatkan volume penjualan sebanyak
20.6 miliar batang dengan laba bersih meningkat sebanyak 20.6% atau
setara dengan Rp 1.824 miliar.
c. Tahun 2012
Isu yang berkaitan dengan investasi saham PT. HM Sampoerna Tbk.
tahun 2012 adalah perayaan hari jadi perusahaan ke-99 pada bulan
Agustus. Sebelumnya, pada bulan Juli 2012 perusahaan meresmikan

14
dua pabrik baru yaitu di Probolinggo dan Lumajang yang artinya ini
akan mengundang banyak investor untuk menanamkan modal di
perusahaan karena pembukaan pabrik baru berarti akan menambah
produksi sebagai respon akan permintaan produk yang meningkat. Hal
inilah yang cukup mempengaruhi tren investasi saham perusahaan pada
tahun 2012 hingga mengalami kenaikan return saham perusahaan.
Faktor-faktor lain yang menunjang kenaikan return saham
perusahaan adalah PT. HM Sampoerna Tbk. berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan yang mendukung Milennium Development Goals
1 yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim. Ini merupakan
isu positif yang memberikan imej perusahaan yang bertanggung jawab
secara sosial.
d. Tahun 2013
Secara keseluruhan pada tahun ini kinerja PT. HM Sampoerna Tbk.
berhasil memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan
selama 9 bulan pertama tahun 2013 dengan penjualan bersih mencapai
Rp 54.7 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 12.8% di periode
yang sama tahun 2012. Hal ini ditunjukkan dari volume penjualan yang
kuat didorong oleh merek unggulan serta bersamaan dengan hari jadi
perusahaan ke-100 perusahaan juga memberikan sumbangsih penting
sebagai penyedia lapangan pekerjaan, investor, pembayar pajak dan
kontributor kegiatan sosial.
e. Tahun 2014
Pada tahun 2014 survei yang dilakukan Schroders Global
Investment Trends Report 2014 menunjukkan adanya peningkatan
investasi yang dipicu dari perilaku investor Indonesia yang
mengalokasikan dananya lebih banyak untuk saham dan alokasi dana ini
didapat dari sisa pendapatan yang sudah dikurangi dengan pengeluaran
rutin. Laporan yang diberikan menunjukkan tanda-tanda kepercayaan
investor yang meninggi didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan
performa pasar yang baik di banyak negara berkembang.

15
Hal ini kemudian juga memberikan dampak bagi saham PT. HM
Sampoerna Tbk. yang terbukti mengalami kenaikan return saham secara
signifikan pada bulan Mei 2014, sekitar 2 bulan setelah peluncuran hasil
survey tersebut.
f. Tahun 2015
Pada tahun ini perusahaan mengalami penurunan kinerja yang
tercermin dari return saham perusahaan yang menurun pada bulan April
2015. Hal ini disebabkan karena segmen SKT turun meski tidak terlalu
signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2014.
Tercatat adanya peningkatan yang cukup signifikan pada saham
perusahaan bulan Oktober 2015 karena perusahaan meluncurkan saham
baru dengan harga Rp 77.000 per lembar guna mencari tambahan dana
baru dan membuka peluang bagi masyarakat umum yang ingin
menanamkan modalnya di PT. HM Sampoerna Tbk. di samping
perusahaan ingin mewujudkan ketaatan pada ketentuan yang ditetapkan
Bursa Efek Indonesia bahwa perusahaan terbuka yang terdaftar harus
memenuhi syarat kepemilikan publik minimal 7.5%.
Kabar peluncuran saham baru ini direspon cukup antusias oleh
masyarakat umum bahkan sebelum penawaran saham baru dibuka pada
26 hingga 30 Oktober 2015. Hal ini terbukti dari harga saham yang terus
meningkat selama bulan Oktober 2015 dari isu harga saham baru yang
ditawarkan sebesar Rp 77.000 per lembar saham hingga pada tanggal 23
Oktober 2015 tercatat harga penutupan saham mencapai Rp 98.100 per
lembar saham.

3.4 Risiko Bisnsi Perusahaan PT. HM Sampoerna


Dalam menjalankan bisnisnya, PT. HM Sampoena memiliki beberapa
faktor yang mempengaruhi risiko bisnis perusahaan dari sisi risiko
keuangan adalah
1. Risino nilai tukar mata uang asing
Risiko nilai tukar mata uang asing timbul dari transaksi komersial
masa depan serta asset dan liabilitas yang diakui dalam mata uang asing
dengan menggunakan instrument keuangan lain. PT. HM Sampoerna

16
menggunakan kontrak swap valuta asing atas pinjaman tersebut dibayar
dengan arus kas yang berasal dari mata uang yang sama. Tujuan dari
transaksi swap ini untuk mengantisipasi dampak perubahan nilai tukar
mata uang asing terhadap laporan keuangan konsolidasian. Risiko nilai
tukar mata uang asing yang timbul dari berbagai eksposur mata uang,
terutama pada Dollar AS.
2. Risiko suku bunga
Risiko perusahaan berupa risiko suku bunga atas pinjam an jangka
pendek. Kebijakan PT. HM Sampoerna untuk meminimalisasi risiko
suku bunga adalah dengan menganalisa opergerakan tingkat suku bunga
dan profil jatuh tempo asset dan liabilitas.
3. Risiko Kredit
Penjualan produk terhadap pelanggan dilakukan secara tunai dan kredit.
Penjualan dengan jangka waktu kredit diatas jumlah tertentu dijamin
dengan bank garansi dari pelanggan. Kualitas kredit dari tiap pelanggan
dinilai berdasarkan posisi keuangan, pengalaman masa lalu, dan faktor
lainnya. PT HM Sampoerna mengelola risiko kredit yang terkait dengan
simpanan di bank dengan simpanan di bank dengan memonitor reputasi
dan tingkat rasio permodalan bank.
4. Risiko Likuiditas
PT. HM Sampoerna Tbk. mengelola risiko likuiditas dengan
memastikan ketersediaan kas dan setasa kas yang cukup dan tersedianya
pendanaan dari sejumlah fasilitas kredit yang meningkat.
5. Fluktuasi Laba Perusahaan
Penjualan bersih yang didapatkan oleh perusahaan dari produk-
produk yang dipasarkan per tahunnya adalah sebagai berikut:

Tahun Penjualan Bersih Rata-Rata Nilai Konversi ke


Tukar Rupiah dalam Dollar AS
(dalam jutaan
Per US$1
Rupiah)

17
2010 Rp 43.381.658,00 Rp 9,130.02 $4,751,538,120.86

2011 Rp 52.856.708,00 Rp 8,823.43 $5,990,496,552.28

2012 Rp 66.626.123,00 Rp 9,427.22 $7,067,420,347.41

2013 Rp 75.025.207,00 Rp 10,503.67 $7,142,760,746.82

2014 Rp 80.690.139,00 Rp 11,937.73 $6,759,255,740.09

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa secara nominal Rupiah


penjualan bersih produk PT. HM Sampoerna Tbk. mengalami kenaikan dari
tahun 2010 hingga akhir tahun 2014. Namun perlu diketahui bahwa nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar AS juga mengalami fluktuasi dengan rata-rata
terlampir dalam tabel. Analisis ini dihubungkan dengan nilai tukar terhadap
dollar karena memengaruhi perekonomian Indonesia dalam hal penetapan
harga komoditas. Pengkonversian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
yang sama dari penjualan bersih perusahaan di tahun yang berbeda, untuk
menghitung nilai yang sama, maka nilai penjualan bersih perusahaan diubah
ke dalam kurs dollar dengan menyesuaikan nilai dollar pada tahun terkait.

Selain ada kontribusi risiko keuangan, terdapat faktor lain yang


mempengaruhi bisnis perusahaan yaitu nilai wajar instrumen keuangan dan
pengelolaan modal. Nilai wajar instrument berupa nilai tercatat dari asset
dan liabilitas keuangan diasumsikan mendekati nilai wajarnya karena jatuh
tempo dalam jangka waktu yang pendek dan dampak dari diskonto yang
tidak signifikan.

Pengelolaan modal dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan


usaha PT. HM Sampoerna Tbk. guna memberi imbal hasil kepada
pemegang saham. Untuk mempertahankan atau menyesuaikan struktur
modal, perusahaan menyesuaikan jumlah dividen yang dibayar kepada
pemegang saham, menerbitkan saham baru atau menjual asset untuk
mengurangi hutang.

A. Faktor Regulasi

18
Hingga saat ini PT. HM Sampoerna Tbk. masih berdiri dan
menjalankan bisnisnya tidak hanya pada sektor industri rokok tetapi
juga membuka usaha lain yang dikelola anak perusahaan seperti
1. bidang usaha distribusi rokok
2. Investasi saham pada perusahaan lain
3. Jasa ekspedisi dan pergudangan
4. Manufaktur dan perdangan rokok
5. Pengembangan property
6. Percetakan dan pengemasan
7. Perdagangan umum
8. Properti, perdagangan, dan jasa, serta
9. Wisata dan jasa lapangan golf.
Meski industri rokok dikatakan sebagai sektor bisnis yang cukup
beresiko akibat produk yang dinilai membahayakan bagi konsumen
serta kerap menghadapi banyak kontra, namun PT. HM Sampoerna Tbk.
terbukti bisa mempertahankan bisnisnya. Hal ini disebabkan oleh
ketaatan dan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi yang berlaku. PT.
HM Sampoerna Tbk. terbukti telah menjalankan kewajibannya dalam
berbisnis sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti:
1. Mengikuti ketentuan yang berlaku dalam peraturan yang
mengatur semua kegiatan promosi, iklan dan pemberian
sponsor, maupun pemasangan label peringatan kesehatan
bergambar pada semua kemasan rokok yang dijual di Indonesia
berlaku mulai Juni 2014.
2. Berkontribusi secara sukarela dalam upaya mencegah anak di
bawah umur dari kegiatan merokok sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 109/2012 melalui program
pencegahan akses pengecer yang bertujuan meningkatkan
kesadaran mitra dagang perusahaan akan larangan penjualan dan
pembelian rokok oleh anak berusia di bawah umur
3. Perusahaan telah berkontribusi secara signifikan terhadap
penerimaan negara melalui pajak dengan total pembayaran pajak

19
perusahaan tahun 2014 sebesar Rp 44.2 triliun yang terdiri dari
pajak cukai, PPN, pajak rokok, dan pajak penghasilan
perusahaan. Pembayaran pajak cukai Sampoerna sebesar 28%
dari total penerimaan negara dengan nominal Rp 112 triliun
menjadikan PT. HM Sampoerna Tbk. sebagai salah satu
penyumbang terbesar dari segi penerimaan cukai negara..
4. Perusahaan telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar
78.000 pekerja dan berperan serta dalam menghimbau
pemerintah untuk mempertimbangkan pentingnya perlindungan
ketenagakerjaan yang cukup besar dalam sektor industri rokok
saat menentukan kebijakan cukai.

3.5 Analisis Portofolio PT. HM Sampoerna Tbk


Analisis portfolio perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan
model BCG matrix. Model ini didasarkan pada pertumbuhan pasar dan
pangsa pasar. BCG matrix diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. DOG
Pada posisi ini tingkat pertumbuhan suatu produk masih sangat rendah
dan market sharenya juga masih rendah. Pada posisi ini harus segera
mengambil tindakan, kalau tidak secepatnya mengambil tindakan maka
suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
2. Question
Pada quadrant ini, product yang ditawarkan walau masih mempunyai
market share rendah, tapi demannya udah kelihatan banyak. sehingga
market growthnya tinggi.
3. Star
Kalau sudah sampai di posisi star dimana market share sudah dominan,
tapi growth masih banyak, advertising bisa seperlunya saja, penambahan
fitur minor bisa dilakukan, kerjasama dengan club juga bisa digiaatkan lagi
dalam promosi.
4. Cash Cow

20
Pada posisi ini perusahaan sudah mempunyai market share yang tinggi
dan growth yang cukup baik, untuk mempertahankan produk perusahaan
dapat menjaga satabilitas dari tingkat pemasaran produk dan harga.

Analisis studi kasus terhadap unit bisnis rokok PT. HM Sampoerna Tbk:

A. Sampoerna A: Cash Cow

Pangsa pasar yang dimiliki sampoerna A sangat besar terbukti pada


tahun 2014 penjualan rokok sampoerna A mencapai 45.4 miliar batang.
Selama periodetahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 penjualan rokok
sampoerna A selalu mengalami peningkatan yang sangat baik. Sehingga
rokok sampoerna A dapat dimasukkan dalam kategori Stars karena memiliki
market share yang tinggi dan pertumbuhan yang stabil.

B. Dji Sam Soe: Stars

Rokok dji sam soe dapat dimasukkan dalam kategori stars karena masih
memiliki tingkat pertumbuhan yang belum cukup stabil. Hal itu dibuktikan
dengan naiknya tingkat pertumbuhan dari tahun 2010 sampai 2013 lalu
mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan pada tahun
2014. Hal ini juga berakibat pada penjualan rokok dji sam soe yang juga
mengalami penurunan yang amat drastis pada tahun 2014.

C. Marlboro: Question

Rokok Marlboro ini dimasukkan dalam kategori question. Hal itu


dikarenakan pertumbuhan yang dimiliki oleh rokok Marlboro yang masih
naik turun sehingga dapat dikatakan belum stabil. Selain itu Marlboro juga
masih memiliki pangsa pasar yang tidak besar sehingga mengakibatkan
penjualan yang tidak terlalu besar.

D. Sampoerna Kretek: Question

Sampoerna kretek memiliki pertumbuhan yang belum stabil dimana


pada tahun 2010 rokok sampoerna kretek ini mengalami penurunan
walaupun pada akhirnya mengalami peningkatan untuk tahun-tahun
selanjutnya. Pangsa pasar yang dimiliki oleh sampoerna kretek juga tidak

21
terlalu besar sehingga mengakibatkan penjualan yang tidak terlalu banyak.
Berdasarkan hal tersebut maka rokok sampoerna kretek dikategorikan
sebagai question.

E. U Mild: Question

U Mild adalah produk LTLN yang dikeluarkan oleh PT HM Sampoerna


Tbk. Pangsa pasar yang dimiliki oleh produk ini sebelumnya masih
tergolong rendah karena masyarakat belum sadar akan pentingnya
kesehatan. tetapi, seiring bertambahnya tahun sudah banyak masyarakat
yang mulai mengkonsumsi produk ini sehingga mengakibatkan naiknya
penjualan dan juga pangsa pasar yang ada.

Stars Question

- DJI SAM SOE - Malboro

- Sampoerna Kretek

- U Mild

Cash Cow Dog

- Sampoerna A

3.6 Analisis Program CSR dan Pengelolaan Risiko PT. HM Sampoerna


Sebagai perusahaan yang peduli dengan lingkungan dan masyarakat,
PT. HM. Sampoerna Tbk. bertanggung jawab secara social, ditingkat lokal
maupun global. Beberapa program CSR yang dijalankan perusahaan
adalah:
1. Bidang Pemberdayakan Masyarakat Setempat
Sampoerna mendukung sejumlah program kewirausahaan untuk
mengembangkan usaha kecil dan menumbuhkan usaha yang sudah
berjalan. Diantaranya adalah dukungan yang diberikan melalui Pusat

22
Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS) yang didirikan tahun 2007
di Pasuruan, Jawa Timur. Sampoerna juga mendukung program
pemerintah RI untuk membina 1500 usaha baru pada tahun 2013.
Sampoerna juga melanjutkan dukungan bagi metode System of Rice
Intensification (SRI) yang dimulai sejak tahun 2008 dan saat ini telah
diterapkan pada lahan seluas 1300 Ha diberbagai wilayah di Pulau Jawa
dan Bali.
PT. HM Sampoerna Tbk. juga membantu pengecer kecil untuk
memperbarui toko mereka melalui program Sampoerna Retail
Community. Tahun 2010 sekitar 3400 pedagang pengecer berpartisipasi
dalam program tersebut. Pada tahun 2014 PT. HM Sampoerna Tbk,.
menerapkan pemberdayaan wanita, perusahaan berkomitmen untuk
mendukung terciptanya lingkungan yang dapat bermanfaat baik
lingkungan internal maupun eksternal. Melalui program Peningkatan
Kesehatan dan Sanitasi Masyarakat yang diadakan di Aceh, perusajaan
melatih 2.069 perempuan tentang pentingnya pola hidup sehat.
Kemudian ada juga program pelatihan tentang manahemen keuangan
yang diadakan di Banyuwangi, dan Lombok.
2. Bidang Pendidikan
Sampoerna berkomitmen untuk berperan dalam meningkatkan
system pendidikan Indonesia yang diwujudkan melalui kerjasama
dengan Putera Sampoerna Foundation. Salah satu programnya adalah
Teacher Learning Centre (TLC) untuk mendukung upaya pemerintah
dalam meningkatkan kualitas pengajaran, dan pada tahun 2011
mendukung 13 Taman Belajar Masyarakat dengan melayani masyarakat
di sekitar pabrik Sampoerna di Surabaya, Pasuruan, dan Karawang,
termasuk mobil Pustakka Sampoerna dan dua perpustakaan karyawan.
Mulai tahun 2012 PT. HM Sampoerna Tbk. bekerja sama dengan Putera
Sampoerna Foundation dalam melaksanakan komitmen untuk
memberikan dukungan bagi program peningkatan akses kepada
pendidikan berkualitas tinggi dan meningkatkan kapasitas para
pendidik.

23
3. Bidang Tanggap Darurat Bencana
Sampoerna memandang perlunya membina kesiapan masyarakat
dalm mengurangi risiko bencana alam, setiap tahunnya ada program
yang dilakukan sebagai bentuk kepeduliannya terhadap bencana yang
menimpa Indonesia. Pada tahun 2011 PT. HM Sampoerna Tbk.
memberikan perawatan medis bagi lebih dari 200 orang ketika Gunung
Gamalama di Ternate meletus, perusahaan juga memberi layanan
pemeriksaan kesehatan bagi hampir 10.300 orang di masyarakat sekitar
lokasi pabrik dan kegiatan operasional usaha Sampoerna dan
masyarakat daerah penghasil tembakau di Jawa, Denpasar, Bali,
Lampung, Sumatra, Ternate. Pada tahun 2012 tim Sampoerna Rescue
(SR) terus berkiprah dalam membangun kesiapan masyarakat dan
menanggulanggi bencana alam dengan program pembangunan rumah
aman gempa sejumlah 45 unit rumah aman gempa untuk warga desa
Seraya Barat dan Bukit, Kabupaten Karangasem dan warga desa
Sanggalangit dan Geogak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Tahun
2013 juga demikian., contohnya dengan Sampoerna Search & Rescue
training Centre (SARTC), Pekan bakti kesehatan di berbagai wilayah,
dan dengan mewujudkan program “Desa Tangguh Bencana”.
4. Bidang Pelestarian Lingkungan
Sampoerna memandang pengelolaan lingkungan itu penting dalam
memastikan keberlangsungan masyarakat. Perusahaan mendukung
inisiatif untuk mengurangi risiko bencana alam yang dapat mengancam
masyarakat dan berisiko terhadap pasokan bahan baku, terutama
tembakau dana cengkih. Program pelestarian lingkungan ini berfokus
pada kegiatan penanaman pohon dan rebosasi hutan di berbagai daerah
di Indonesia. Pada bulan Maret 2010 perusahaan melakukan
penanaman sekitar 23.500 pohon di Gunung Arjuno dan menjadi bagian
dalam kegiatan penanaman kembali 50 hektar kawasan hutan di lereng
Gunung Arjuno. Selain itu perseroran juga menyumbangkan kebih dari
tujuh juta bibit pohon kepada masyarakat setempat untuk mendukung
“Hutan Lestari” di Lombok, NTB.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Studi kasus dilakukan pada PT. HM Sampoerna Tbk. dengan
menganalisis return saham harian sebesar Rp 52.041,4 dan return pasar
harian dengan nilai sebesar Rp 4.204,816698 yang mengindikasikan adanya
selisih yang cukup besar dan berarti saham PT. HM Sampoerna Tbk.
bersifat high return. Analisis rata-rata standar deviasi sebesar 0,025321676
berarti semakin kecil kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang
diharapkan sehingga resikonya pun terbilang semakin rendah. Beta saham
perusahaan sebesar 0,541261236 berarti saham PT. HM Sampoerna Tbk.
tergolong saham defensif dan merupakan saham yang cukup aman karena
dinilai memiliki resiko yang relatif rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan return saham perusahaan tercermin dari isu-isu
yang terjadi setiap tahunnya mulai dari 1 Januari 2010 hingga 23 Oktober
2015. Analisis risiko perusahaan yang terbagi dalam risiko saham
perusahaan, risiko pasar, dan risiko bisnis perusahaan. Unit bisnis rokok PT.
HM Sampoerna dianalisis dengan BCG Matrix dengan hasil merek produk
Sampoerna A berada di posisi Cash Cow, merek Dji Sam Soe berada di
posisi Stars, dan merek produk Malboro, Sampoerna Kretek, serta U Mild
berada di posisi Question. Program CSR dilakukan di bidang pemberdayaan
masyarakat setempat, pendidikan, tanggap darurat bencana, dan pelestarian
lingkungan.

4.2 Evaluasi
Pencapaian yang sudah dicapai oleh PT. HM Sampoerna Tbk.
sebaiknya dipertahankan dan terus ditingkatkan. Banyak hal di masa yang
akan datang dapat mempengaruhi perusahaan, entah hal tersebut dapat
diprediksi maupun tidak, sehingga perusahaan bisa lebih siap menghadapi
risiko tersebut. Salah satu risiko yang mungkin akan dihadapi dan menjadi
tantangan berat bagi perusahaan adalah peresmian Masyarakat Ekonomi
ASEAN sebagai perekonomian terbuka dan ini artinya perusahaan tidak

25
hanya bersaing dengan produk dan pesaing dalam negeri namun juga
dengan produk dan pesaing dari luar negeri.
Selain itu diharapkan perusahaan bisa lebih terbuka dan transparan
dalam memberikan Laporan Keberlanjutan atau Sustainability Report setiap
tahunnya dan diunggah pada situs perusahaan sehingga konsumen dan
pembaca lainnya bisa mengetahui tanggung jawab perusahaan yang
dicerminkan dari agenda Corporate Social Responsibility secara rinci. Hal
itu akan meningkatkan nama baik perusahaan serta menghindarkan
perusahaan dari risiko yang merugikan, meningkatkan daya saing,
meningkatkan kepercayaan, dan juga sebagai bahan analisis investasi bagi
para investor.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sumarno, S. B., & Kuncoro, M. (2002). Struktur, Kinerja, dan Kluster


Industri Rokok Kretek: Indonesia, 1996-1999. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, 18 (1).

Husnan, Suad. (2005). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Brigham, Eugene F and Joel F. Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi
sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Tandelilin, Eduardus., 2007. Analisis Investasi dan Manajemen. Portofolio


(Edisi Pertama, Cetakan Kedua). Yogyakarta: BPFE.

Adisetiawan, R., and Yunan Surono, 2016, Indonesia Capital Market


Efficiency, British Journal of Economics, Finance and Management
Sciences, 11(1), 108-121.

Adisetiawan, R., 2017, Does Stock Option Force Bid-Ask Spread and
Abnormal Return. International Research Journal of Finance and
Economics, (161), 96-104.

27

Anda mungkin juga menyukai