Anda di halaman 1dari 11

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

III.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Status Bekerja

Pendapatan Keluarga

Ras

Usia Perkawinan Pertama Variabel Terikat

Frekuensi Hubungan Seksual Tingkat Fertilitas

Nilai Anak

Preferensi Anak

Nilai Agama
Preferensi Jenis Kelamin Anak
Jumlah Anak Ideal

Variabel Pengganggu

Tempat Tinggal*, Pelayanan Kontrasepsi, Status Gizi & Kesehatan,


Status Migrasi, Pendidikan, Tingkat Mortalitas, Norma-Norma Terkait
Hubungan Seksual, Selibat Permanen, Lama Berstatus Kawin,
Abstinensia, Fekunditas, Pemakaian Kontrasepsi, Mortalitas
Janin, Paritas dan Riwayat Persalinan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti.

: Variabel yang tidak diteliti.

* : Variabel yang dikendalikan.

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian.


43
44

III.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

III.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel tidak tergantung (independent

veriable) adalah variabel yang variasi nilainya mempengaruhi variasi nilai

variabel lain (Notoatmodjo, 2010). Beberapa variabel bebas dalam

penelitian ini sesungguhnya merupakan variabel antara. Variabel antara

(intervening variable) adalah faktor yang secara teoritik mempengaruhi

hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini biasanya tidak

pernah disebut dalam kajian operasional, tetapi disebutkan keberadaannya

dalam variabel teoritik (Sandjaja dan Heriyanto, 2006). Adapun variabel-

variabel bebas dalam penelitian ini antara lain meliputi status bekerja,

pendapatan keluarga, ras, usia perkawinan pertama, frekuensi hubungan

seksual, nilai anak, preferensi anak, nilai agama dan jumlah anak ideal.

III.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variable)

adalah variabel yang variasi nilainya dipengaruhi oleh variasi nilai variabel

yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah tingkat fertilitas.


45

III.2.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu atau variabel perancu (confounding variable)

adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tetapi tidak diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Variabel pengganggu dalam penelitian ini antara

lain area tempat tinggal, pelayanan Keluarga Berencana (KB), status gizi

dan kesehatan, status migrasi, pendidikan, tingkat mortalitas, norma-

norma terkait hubungan seksual, selibat permanen, lama berstatus kawin,

abstinensia (sukarela maupun terpaksa), fekunditas (disengaja maupun

tidak disengaja) pemakaian kontrasepsi, mortalitas janin, paritas dan

riwayat persalinan.

III.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian

dari variabel-variabel yang diamati/diteliti (Notoatmodjo, 2010). Selain

itu, dijabarkan pula proses pengukuran suatu variabel, antara lain cara

ukur, alat ukur, hasil ukur dan skala pengukurannya. Pengukuran

didefinisikan sebagai suatu proses kuantifikasi hasil observasi dengan

memperhatikan referensi tertentu dan dinyatakan dalam unit yang baku

atau yang dianggap baku (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Berikut adalah

definisi operasional yang digunakan untuk menjabarkan variabel-variabel

dalam penelitian ini, antara lain :


46

Tabel III.1
Definisi Operasional Penelitian.

Definisi Cara Alat Hasil Skala


No. Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur

1. Variabel Bebas

a. Status Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Tidak Bekerja Nominal


Bekerja sebagai wanita
pasangan usia subur 1. Bekerja
yang menyatakan
tentang ada atau
tidak adanya suatu
aktivitas yang
dilakukan dirinya
untuk memperoleh
penghasilan atau
upah dari pihak lain
atas usaha yang dia
lakukan

b. Pendapatan Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Rendah, jika Ordinal


Keluarga sebagai wanita pendapatan keluarga
pasangan usia subur < standar Upah
yang menyatakan Minimum Kota
tentang besarnya (UMK) Singkawang
upah atau Tahun 2016 sebesar
penghasilan rata-rata Rp. 1.839.750,- per
yang didapat oleh bulan
suaminya dan dirinya
setelah salah satu 1. Cukup, jika
maupun keduanya pendapatan keluarga
bekerja selama ≥ standar Upah
sebulan, yang Minimum Kota
dinyatakan dengan (UMK) Singkawang
satuan rupiah Tahun 2016 sebesar
Rp. 1.839.750,- per
bulan

Sumber :
SK Gubernur Kalbar
Nomor
863/Disnakertran/
2015 tanggal 19
Nopember 2015
tentang Penetapan
UMK dan UMSK
Kota Singkawang
Tahun 2016.

c. Ras Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Tionghoa Nominal


sebagai wanita 1. Melayu
pasangan usia subur 2. Dayak
yang menyatakan 3. Bugis
suatu ragam entitas
budaya tertentu yang
47

melekat sebagai
sebuah identitas pada Sumber :
dirinya, yang dianut National Geographic
berdasarkan Indonesia (2014).
pertalian darah dari
entitas budaya
ayahnya, yang mana
entitas budaya
tersebut secara
umum dikenal oleh
masyarakat Kota
Singkawang

d. Usia Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Tidak Ideal, jika Ordinal


Perkawinan sebagai wanita usia responden saat
Pertama pasangan usia subur perkawinan pertama
yang menyatakan < 20 tahun
bilangan umur dalam
satuan tahun, di saat 1. Ideal, jika usia
pertama kali dirinya responden saat
melakukan hubungan perkawinan pertama
seksual dengan ≥ 20 tahun
seorang laki-laki
dewasa Sumber :
Instruksi Menteri
Dalam Negeri Nomor
27Tahun 1983
tanggal 24 Juli 1983
tentang Usia
Perkawinan.

e. Frekuensi Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Sering, jika Ordinal


Hubungan sebagai wanita frekuensi hubungan
Seksual pasangan usia subur seksual > frekuensi
yang menyatakan rata-rata menurut
jumlah rata-rata kelompok umur,
penetrasi seksual yaitu :
pervagina yang - 3,25 kali
disertai ejakulasi seminggu pada
caian mani ke dalam umur 18-24 tahun
organ reproduksinya, - 2,55 kali
yang dilakukan oleh seminggu pada
dirinya bersama umur 25-34 tahun
pasangan - 2 kali seminggu
pernikahannya dalam pada umur 35-44
kurun waktu satu tahun
minggu selama 6 - 1 kali seminggu
bulan terakhir, yang pada umur 45
batasannya mengacu tahun ke atas
pada rata-rata
frekuensi hubungan 1. Cukup, jika
seksual berdasarkan frekuensi hubungan
kelompok umur seksual ≤ frekuensi
rata-rata menurut
kelompok umur,
yaitu :
- 3,25 kali
seminggu pada
umur 18-24 tahun
48

- 2,55 kali
seminggu pada
umur 25-34 tahun
- 2 kali seminggu
pada umur 35-44
tahun
- 1 kali seminggu
pada umur 45
tahun ke atas

Sumber :
Pangkahila (2001).

f. Nilai Anak Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Positif, jika jumlah Ordinal
sebagai wanita skor responden > 8,
pasangan usia subur yang mana nilai
yang menyatakan median ini digunakan
besarnya motivasi karena distribusi nilai
dirinya dan suaminya skor tidak normal
sebagai orang tua
untuk memiliki anak 1. Negatif, jika jumlah
sebagai bentuk dari skor responden ≤ 8,
persepsi orang tua yang mana nilai
terhadap segi median ini digunakan
kegunaan dan biaya karena distribusi nilai
memiliki anak skor tidak normal
tersebut

g. Preferensi Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Laki-laki, jika Nominal


Anak sebagai wanita jawaban responden
pasangan usia subur menyatakan adanya
yang menyatakan salah satu atau
kuatnya beberapa kesimpulan
kecenderungan yang di bawah ini :
berlaku di dalam a. Anak laki-laki
runah tangganya yang melanjutkan
menganggap nama/tradisi
pentingnya memiliki keluarga (jawaban
anak dengan jenis “Ya” pada nomor
kelamin tertentu, yang soal 14, dan
dianggap istimewa “Tidak” pada
jika memperolehnya, nomor soal 15 dan
bermanfaat dalam hal 16); atau
tertentu, atau yang b. Keharusan
dianggap dapat memiliki anak
melanjutkan warisan laki-laki dalam
nama (marga) dari keluarga (jawaban
kepala keluarga “Ya” pada nomor
soal 17, dan
“Tidak” pada
nomor soal 18 dan
19); atau
c. Anak laki-laki
kelak lebih banyak
membantu orang
tuanya (jawaban
“Ya” pada nomor
49

soal 20, dan


“Tidak” pada
nomor soal 21 dan
22); atau
d. Anak laki-laki
tidak perlu cepat
menikah seperti
anak perempuan
meskipun usianya
cukup matang
untuk menikah
(jawaban “Ya”
pada nomor soal
23, dan “Tidak”
pada nomor soal
24);
Dengan syarat, jika
salah satu atau
beberapa point a - d
di atas menunjukkan
preferensi, maka sisa
point lainnya
menunjukkan tidak
adanya preferensi.

1. Perempuan, jika
jawaban responden
menyatakan adanya
salah satu atau
beberapa kesimpulan
di bawah ini :
a. Anak perempuan
melanjutkan
nama/tradisi
keluarga (jawaban
“Ya” pada nomor
soal 15, dan
“Tidak” pada
nomor soal 14 dan
16); atau
b. Keharusan
memiliki anak
perempuan dalam
keluarga (jawaban
“Ya” pada nomor
soal 18, dan
“Tidak” pada
nomor soal 17 dan
19); atau
c. Anak perempuan
kelak lebih banyak
membantu orang
tuanya (jawaban
“Ya” pada nomor
soal 21, dan
“Tidak” pada
nomor soal 20 dan
22); atau
d. Anak perempuan
tidak perlu cepat
menikah meskipun
usianya cukup
50

matang untuk
menikah (jawaban
“Tidak” pada
nomor soal 23 dan
24)
Dengan syarat, jika
salah satu atau
beberapa point a - d
di atas menunjukkan
preferensi, maka sisa
point lainnya
menunjukkan tidak
adanya preferensi.

2. Netral (Berimbang),
jika jawaban
responden
menyatakan adanya
salah satu atau
beberapa kesimpulan
di bawah ini :
a. Nama/tradisi
keluarga tidak
ditentukan oleh
jenis kelamin anak
(jawaban “Ya”
pada nomor soal
16, dan “Tidak”
pada nomor soal
14 dan 15); atau
b. Memiliki anak
laki-laki atau
perempuan dalam
keluarga sama saja
(jawaban “Ya”
pada nomor soal
19, dan “Tidak”
pada nomor soal
17 dan 18); atau
c. Anak laki-laki atau
perempuan kelak
sama-sama bisa
diandalkan
membantu orang
tuanya (jawaban
“Ya” pada nomor
soal 22, dan
“Tidak” pada
nomor soal 20 dan
21); atau
d. Anak laki-laki atau
perempuan sama-
sama menikah di
usia yang cukup
matang untuk
menikah (jawaban
“Ya” pada nomor
soal 24, dan
“Tidak” pada
nomor soal 23)
Dengan syarat,
semua point a - d di
51

atas harus
menunjukkan tidak
adanya preferensi,
atau jika ditemukan
beberapa point a – d
yang menunjukkan
preferensi saling
berlawanan maka
dianggap netral.

h. Nilai Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Mendukung, jika Ordinal


Agama sebagai pasangan jumlah skor
suami istri usia subur responden > 7, yang
yang menyatakan mana nilai median ini
kuatnya norma digunakan karena
agama yang berlaku distribusi nilai skor
di dalam keluarganya tidak normal.
yang menganggap
pentingnya memiliki 1. Tidak Mendukung,
anak terkait jika jumlah skor
pemahaman responden ≤ 7, yang
beragama yang mana nilai median
dianutnya ini digunakan karena
distribusi nilai skor
tidak normal

i. Jumlah Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Banyak, jika jumlah Ordinal


Anak Ideal sebagai pasangan anak yang diinginkan
suami istri usia subur > 2 orang
yang menyatakan
tentang banyaknya 1. Ideal, jika jumlah
jumlah anak yang anak yang diinginkan
diinginkan bersama ≤ 2 orang
oleh dirinya dan
pasangan Sumber :
pernikahannya BKKBN (2011).

2. Variabel Terikat

Tingkat Jawaban responden Wawancara Kuesioner 0. Tinggi, jika Ordinal


Fertilitas sebagai wanita kelahiran hidup >
pasangan usia subur TFR Kota
yang menyatakan Singkawang Tahun
banyaknya jumlah 2010, yaitu 2,97
kelahiran hidup yang anak
pernah dialami oleh
responden selama 1. Sedang, jika
masa reproduksinya kelahiran hidup ≤
TFR Kota
Singkawang Tahun
2010, yaitu 2,97
anak

Sumber :
BPS Provinsi Kalbar
(2015).
52

III.4 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah pernyataan sementara yang harus diuji

kebenarannya atau jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Jenis

hipotesis ada dua, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif

(Notoatmodjo, 2010).

III.4.1 Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada

perbedaan suatu kejadian antara dua kelompok atau hipotesis yang

menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel

lainnya (Nugrahaeni, 2011).

III.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan ada

perbedaan suatu kejadian antara dua kelompok atau hipotesis yang

menyatakan ada hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya

(Nugrahaeni, 2011). Adapun hipotesa alternatif (Ha) yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain :

1. Ada hubungan antara status bekerja dengan tingkat fertilitas pada

wanita pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

2. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan tingkat fertilitas

pada wanita pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

3. Ada hubungan antara ras dengan tingkat fertilitas pada wanita

pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.


53

4. Ada hubungan antara usia perkawinan pertama dengan tingkat fertilitas

pada wanita pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

5. Ada hubungan antara frekuensi hubungan seksual dengan tingkat

fertilitas pada wanita pasangan usia subur di wilayah Kota

Singkawang.

6. Ada hubungan antara nilai anak dengan tingkat fertilitas pada wanita

pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

7. Ada hubungan antara preferensi anak dengan tingkat fertilitas pada

wanita pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

8. Ada hubungan antara nilai agama dengan tingkat fertilitas pada wanita

pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

9. Ada hubungan antara jumlah anak ideal dengan tingkat fertilitas pada

wanita pasangan usia subur di wilayah Kota Singkawang.

Anda mungkin juga menyukai