Sistem Perwakilan Politik

Dr. H.Yaya Mulyana A. Aziz, M.S.i

Jurusan Ilmu administrasi Negara
Fisip Unpas
2021
Continue…
• Teori Perwakilan  Indirect Democracy
• Perwakilan seseorang atau kelompok yang
mempunyai kemampuan atau kewajiban
untuk berbicara atau bertindak atas nama
suatu kelompok yang lebih besar.
• Perwakilan miniatur dari masyarakat secara
keseluruhan (perasaan, pikiran, peta kondisi
masy).
• Perwakilan  principal agent (bertinak atas
nama pihak lain)
Jenis Perwakilan
2 Jenis Perwakilan (C.F. Strong):
• Perwakilan Politik  terjadi dari
adanya pe milihan umum (pemilu).
• Perwakilan Fungsional  dengan
menggunakan mekanisme peng-
angkatan.
4 Kategori Perwakilan
• Independent  prinsip kepentingan publik
yang diperjuangkan tidak tergantung rakyat
atau pemerintah.
• Partai  Prinsip perjuangannya sesuai dengan
program yang telah digariskan oleh partai.
• Rakyat  memperjuangkan kepentingan
rakyat, akuntabilitas pada konstituen.
• Pemerintah  mewakili kepentingan
pemerintah, orientasinya hanya sebagai
kepanjangan tangan pemerintah.
K O M PA S , S AB T U , 1 9 D ES E M B E R 2 0 2 0
Saat Legislasi Tak Sejalan
dengan Kebutuhan Publik
Kesenjangan kebutuhan publik versus kerja legislasi DPR menunjukkan problem representasi. DPR
dan rakyat kerap tak satu frekuensi. Momentum pandemi untuk ambil keputusanjadi
pembenaran.
epanjang 2020, pembu- Dari 37 RUU yang diterus-
S
publik.
atan legislasi di DPR
mendapat sorotan tajam
Momentum pandemi
kan, hingga Desember 2020, baru
13 RUU disahkan DPR. Artinya,
masih
belum
lebih banyak RUU
diselesaikan ken- dati
Covid-19 menjadikan penyu-
sunan legislasi lebih sensitif target penyelesaian ditu- runkan.
bagi publik karena sejumlah Persoalan capaian tar- get dapat
rancangan undang-undang di- nilai dipahami karena kondisi pandemi
tak mendesak untuk ce- pat-cepat tak ideal un- tuk membahas
dibahas di tengah pandemi. Di secara kompre- hensif,
sisi lain, dengan alasan deliberatif, dan partisi- patif.
pandemi, DPR merevisi target Bahkan, sejumlah pakar
legislasi, tetapi tetap membahas mendorong DPR sebaiknya
sejumlah RUU yang dinilai menjalankan fungsi pengawas- an
kontroversial. penanganan pandemi.
Dari 50 RUU yang ditarget- Namun, beberapa RUU
kan diselesaikan pada 2020, justru terkesan dikebut, seda-
Badan Legislasi (Baleg) DPR ngkan untuk RUU lain ter-
akhirnya merevisi target men- jadi abaikan. Beberapa RUU yang
37 RUU dengan memper- hatikan belum jelas nasibnya ialah
kondisi pandemi. Da- lam RUU Masyarakat Hukum Adat
kondisi serba ter- dan RUU Perlindungan
batas itu, jumlah target
legislasi yang terlalu be-
sar dikhawatirkan tak Pembantu Rumah
Tangga. Kedua RUU itu
selesai diharmonisasi di
mampu dipenuhi DPR dan Baleg DPR, dua kali ma-
dipandang hanya akan jadi LAPO sa sidang lalu.
beban. Hingga kini, RUU itu
Ketua Baleg DPR RAN belum diparipurnakan jadi
Supratman Andi Agtas usulan DPR. Belum lagi
mengatakan, daripada AKHI usulan RUU Peng-
kinerja DPR dinilai buruk ka- R hapusan Kekerasan Seksual
rena dianggap tak mampu TAHU se- yang dikeluarkan dari Proleg-
lesaikan target, lebih baik tar- nas Prioritas 2020. Apakah RUU
getnya dikoreksi dan dievalu- N Penghapusan Kekerasan Seksual
asi. Terlebih, kini DPR tak ha- dan RUU lainnya ma- suk
rus terikat jumlah ProgramLe- Prolegnas Prioritas 2021? Sampai
gislasi Nasional (Prolegnas) akhir 2020, belum ada
Prioritas tahunan yang dite- kesepakatan DPR dan peme-
tapkan karena sewaktu-waktu rintah tentang Prolegnas Pri-
Baleg bisa merevisi Prolegnas. oritas 2021.
Hal itu dimungkinkan UU No Aktivis perempuan dan hak
15/2019 tentang Pemben- asasi manusia sudah lama me-
nyuarakan perlunya regulasi yang
memungkinkan pengha- pusan
tukan Peraturan Perun-
dang-undangan, yang merevisi kekerasan seksual. RUU ini pun
disepakati dibahas di Komisi
UU No 12/2011. UU itu juga
mengatur pembahasan RUU VIII DPR. Namun, akhirnya
pimpinan Komisi VIII
carry over sehingga ketika ada
mengusulkan pembahas- an RUU
RUU belum tuntas, dapat di- itu ditarik dari Proleg- nas
tuntaskan pada periode be-
Prioritas 2020. Soal RUU yang
rikutnya. Pembahasan itu juga tak banyak disuarakan publik ini,
harus dimulai dari awal dan
Wakil Ketua Baleg DPR
tinggal melanjutkan pada pe-
riode sebelumnya.
Beragam sepatu diletakkan di depan gerbang Gedung MPR/DPR/DPD,Senayan,Jakarta, dalam aksi 500
Langkah Awal Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), Rabu (25/11/2020). Aksi itu
bagian dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasanterhadap Perempuan untuk mendorong penghapusan
kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Komnas Perempuan mendesak RUU PKS, yang jadi
payung hukum bagi korban kekerasan seksual, masuk di Prolegnas 2021.
dari Fraksi Nasdem Willy Aditya
mengatakan, pemba- hasan RUU
diserahkan ke Ba- leg DPR dan
pimpinan DPR setelah surati
Baleg DPR.
RUU Penghapusan Kekeras- an
Seksual juga tak bisa lang-
sung dibahas karena prosedur-
nya harus dikeluarkan dari
Prolegnas Prioritas 2020 se-
bagaimana usulan Komisi VIII.
Setelah itu, tahun berikutnya
diusulkan dibahas lagi.
Pembahasan super cepat
Supratman mengakui, eva-
luasi sejumlah RUU itu di-
lakukan karena Baleg harus pula
mempertimbangkan ke- mampuan
DPR dalam mem- bahas
RUU. Pada saat yang sama,
ada RUU Cipta Kerja yang
memerlukan energi besar
untuk dituntaskan karena me-
liputi 76 UU dan ada 7.197
daftar inventarisasi masalah.
Berkebalikan dengan RUU lain
yang nasibnya menggan- tung,
RUU Cipta Kerja dibahas justru
segenap tenaga. DIM di- bahas
sejak 20 April hingga 3
Oktober 2020. DPR hanya per- lu
waktu 6 bulan tuntaskan RUU
yang dibentuk dengan mekanisme
omnibus law.
Sejak persetujuan RUU Cip- ta
Kerja diberikan DPR, 5 Ok-
tober 2020, aksi unjuk mere-
bak. Bahkan, kontroversi terus
iringi proses pengesahan RUU,
mulai dari klaim kesalahan tu-
lis hingga ketertutupan akses
publik atas draf RUU. Saat
RUU disahkan jadi UU, 2 No-
vember, kesalahan rujukan pa- sal
masih ditemukan.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Memang, di satu sisi, keha-
diran UU No 11/2020 tentang
Cipta Kerja disambut baik pe-
laku usaha. Sejumlah ketentu- an
UU dianggap memudahkan
perizinan, memangkas biro- krasi
berbelit, dan menghemat waktu.
Pemerintah pun opti- mistis UU
itu mengakselerasi ekonomi
setelah Covid-19.
Revisi UU Mahkamah Kon-
stitusi juga dibahas supercepat.
Seperti UU Cipta Kerja, pem-
bahasan revisi UU MK juga
mendapat kritik pengamat hu-
kum. Substansi revisi UU MK
hanya fokus usia pensiun ha-
kim konstitusi dan perpan-
jangan masa jabatan hakim.
Pada 2020, DPR juga selesai-
kan RUU Mineral dan Batu-
bara yang disambut baik peng-
usaha, tetapi dikritik publik ka-
Politik&Hukum
rena tak berikan hak-hak war- ga
dalam kegiatan tambang.
Problem representasi
Gap antara kebutuhan pub- lik
dan kerja legislasi DPR me-
nunjukkan problem represen- tasi.
Sebab, kerap kali DPR dengan
rakyat tak satu fre- kuensi.
Lebih dari itu, masukan dan
aspirasi elemen masyara- kat
seolah diabaikan dan ter- kesan
mengambil momentum pandemi
untuk memuluskan.
Ketua Program Doktor Ilmu
Politik Universitas Nasional Tb
Massa Djafar mengingatkan,
representasi DPR sebagai cer-
minan kedaulatan rakyat mesti
dipertanyakan ulang, termasuk
saat pembuatan keputusan
merumuskan legislasi. ”Apa- kah
legislasi itu mencerminkan
aspirasi rakyat, itu pertanyaan
penting. Kalau legislasi itu tak
menjawab kebutuhan publik, lalu
dia mewakili siapa? Apa- kah
pemilik modal?” katanya.
Legislasi yang tak sejalan de-
ngan kebutuhan publik tak ha-
nya berbahaya bagi peran re-
presentasi DPR, tetapi lebih jauh
lagi mengancam demo- krasi.
Sebab, tambah Massa, kuasa
oligarki mencengkeram demokrasi
Indonesia. Ketika itu terjadi, ada
sejarah yang terputus, sebab saat
itu pendiri bangsa memberi
fondasi de- mokrasi, salah satu
tujuannya memberikan
kemanfaatan se- besar-besarnya
bagi rakyat.
Sayang, demokrasi Indone- sia
cenderung masih prosedu- ral.
Demokrasi prosedural ha- nya
menghasilkan politisi yang sangat
bergantung pada keku- atan
modal sebagai anggota partai
maupun legislatif. Ber- kaca pada
legislasi 2020, kita berharap
penyusunan legislasi ke depan
kian baik dan lebih
memperhatikan kebutuhan
publik…. (RINI KUSTIASI)
3
SENG KETA
PILKADA
KPU Siap
Adu Bukti
di MK
JAKARTA, KOMPAS —
Sejumlah pasangan calon kepala
daerah yang berkontestasi di
Pilkada
2020 mengajukan gugatan se-
lisih hasil pemilihan ke Mah-
kamah Konstitusi. Para kandi- dat
akan adu bukti dengan Ko- misi
Pemilihan Umum yang ha- rus
mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan pilkada.
Hingga Jumat (18/12/2020)
sore, MK telah menerima 39
permohonan sengketa hasil pil-
kada. Permohonan itu, antara lain,
berasal dari calon bupati
Lampung Tengah, Kaimana,
Musi, Bulukumba, Karo, dan
Konawe Kepulauan, yang ma-
suk sejak Kamis (17/12).
Sesuai dengan Undang-Un-
dang Nomor 10 Tahun 2016
tentang Pilkada, peserta bisa
mengajukan permohonan per-
selisihan hasil penghitungan suara
ke MK maksimal tiga hari kerja
setelah penetapan rekapi- tulasi
hasil perolehan suara. Se- suai
jadwal, rekapitulasi dan pe-
netapan di tingkat kabupaten dan
kota berlangsung 13-17 De-
sember, sedangkan di tingkat
provinsi untuk pemilihan gu-
bernur pada 16-20 Desember.
Anggota KPU, I Dewa Kade
Wiarsa Raka Sandi, menyata-
kan, KPU telah mempersiapkan
diri untuk menghadapi sengke- ta
hasil di MK. KPU RI telah
meminta KPU daerah mem-
persiapkan jawaban permohon- an,
menyiapkan data tentang teknis
penyelenggaraan, pemi- lih,
penyelenggaraan kampa- nye, serta
menyiapkan saksi.
Sementara itu, Juru Bicara
Mahkamah Konstitusi Fajar
Laksono Suroso mengatakan, MK
melayani permohonan sengketa,
baik daring maupun luring. MK
telah memberlaku- kan sistem
sif kerja bagi pe- gawainya
untuk kepentingan tersebut.
Setelah permohonan diajukan,
kepaniteraan MK akan mengecek
kelengkapan dokumen kemudian
meregis- trasi perkara. Registrasi
perkara dijadwalkan hingga 18
Januari, sementara sidang mulai
dilaku- kan 26 Januari. (SYA/DEA)