Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ARBITRASE INTERNASIONAL
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Arbitrase

OLEH : SALSABILA LUBIS (0720072 )

DOSEN PENGAMPU : H. FAISAL AMRI, M.Ag

JURUSAN AHWAL SYAKHSIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL ISLAHIYAH

BINJAI

2022/2023
Kata penghantar
Assalamualaikum Wr.Wb. Puji Syukur Atas Rahmat Allah SWT, Berkat
Rahmat Serta Karunia-Nya Sehingga Makalah Dengan Berjudul Arbitrase
Internasional dapat Selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
mata kuliah Arbitrase dari Pak H. Faisal Amri, M.Ag. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Arbitrase

Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pak H. Faisal Amri, M.Ag
selaku Dosen mata kuliah Arbitrase. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan saya berkaitan dengan topik yang diberikan. Saya juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Saya juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Binjai, Desember 2022

Penyusun

SALSABILA LUBIS

i
DAFTAR ISI

Kata Penghantar........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
Pendahuluan.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................1
Pembahasan..........................................................................................................1
A. Pengertian Arbitrase Internasional............................................................1
B. Terjadinya Perikatan Arbitrase Internasional............................................1
C. Putusan Arbitrase Internasional.................................................................1
D. Lembaga-Lembaga Arbitrase Internasional Dan Permasalahan Dalam
Arbitrase Internasional......................................................................................1
BAB III....................................................................................................................1
Kesimpulan Dan Penutup.....................................................................................1
A. Kesimpulan...................................................................................................1
B. Penutup..........................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arbitrase internasional mirip dengan litigasi pengadilan domestik, tetapi alih-alih
terjadi di hadapan pengadilan domestik, itu terjadi di hadapan para juri pribadi yang
dikenal sebagai arbiter. Ini adalah sebuah konsensual, netral, mengikat, pribadi dan
dapat ditegakkan cara penyelesaian sengketa internasional, yang biasanya lebih cepat
dan lebih murah dari proses pengadilan domestik. Tidak seperti putusan pengadilan
domestik, penghargaan arbitrase internasional dapat diberlakukan di hampir semua
negara di dunia, menjadikan arbitrase internasional sebagai mekanisme utama untuk
menyelesaikan sengketa internasional.

B. RUMUSAN MASALAH
Saya membatasi pembahasan dalam penulisan ini pada masalah-masalah sebagai
berikut:

1. Kapan Terjadinya Perikatan Arbitrase Internasional?

2. Apa itu Arbitrase Internasional?

3. Bagaimana Putusan Arbitrase Internasional?


4. Lembaga-Lembaga Arbitrase Internasional dan Permasalahan Dalam Arbitrase
Internasional?

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca dalam
hal Arbitrase Internasional.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Arbitrase Internasional
Suatu arbitrase dianggap "internasional" apabila para pihak pada saat dibuatnya
perjanjian yang bersangkutan mempunyai tempat usaha mereka (place of business) di
negara-negara yang berbeda.1 Misalnya salah satu pihak memiliki tempat usaha di
Amerika dan pihak lain memiliki tempat usaha di Indonesia. Jika terjadi perselisihan di
antara mereka, dan mereka memilih cara penyelesaian melalui arbitrase, maka arbitrase
ini tergolong arbitrase internasional.

B. Terjadinya Perikatan Arbitrase Internasional


Dalam pasal 1 UNCITRAL Rule dinyatakan bahwa undang-undang ini
diberlakukan untuk apa yang dinamakan internasional commericial arbitration. Artinya,
bahwa UNCITRAL Rule hanya digunakan untuk menyelesaikan perselisihan
perselisihan commericial yang bersifat internasional dan suatu perselisihan akan
tergolong perselisihan commericial International apabila beberapa hal terpenuhi dari
ketentuan pasal 1 UNCITRAL boleh tersebut disimpulkan bahwa suatu arbitrase adalah
internasional. Jika meliputi jarak-jarak berikut ini:

1. Apabila pihak yang membuat klausul arbitrase atau perjanjian Arbitrase pada saat
membuat perjanjian itu mempunyai tempat usaha di negara-negara yang berbeda.
Suatu contoh misalnya perusahaan dagang "PT Asmara Jaya" mempunyai tempat
usaha di Indonesia Sedangkan perusahaan "PT Budi Utama" mempunyai tempat
usaha di Malaysia.
2. Jika tempat di mana akan dilakukannya Abi rasa atau yang ditentukan dalam
perjanjian adirasa terletak di luar negara tempat usaha para pihak. Jadi Meskipun
mereka memiliki tempat usaha yang sama dalam satu negara, tetapi karena mereka
memilih tempat penyelesaian perselisihan di negara yang berbeda dengan tempat

1
Sudargo Gautama, Perkembangan Arbitrase Dagang Internasional Di Indonesia, (Bandung:
Eresco, 1989), Hal 3

4
usaha mereka, Maka arbitrasi tersebut akan tergolong Albert rasa internasional.
Misalnya dua perusahaan dagang Indonesia yang berkantor dan berkedudukan di
Jakarta menentukan dalam kontrak mereka bahwa bila simbol sengketa, arbitrase
yang akan diadakan akan dilakukan di Singapura.
3. Bila tempat di mana bagian yang terpenting kewajiban atau hubungan dagang dari
para pihak harus dilaksanakan atau tempat di mana objek sengketa paling erat
hubungannya memang terletak di luar negara tempat usaha para pihak. Misalnya
dua perusahaan dagang yang tempat usahanya sama-sama di Singapura membuat
perjanjian mengenai pembangunan konstruksi hotel di Jakarta jika mereka
membuat klausul arbitrase dalam perjanjian mereka ini maka arbitrase ini akan
bersifat International.
4. Apabila para pihak secara tegas menyetujui bahwa objek perjanjian arbitrase
mereka ini berhubungan dengan lebih dari satu Negara

Dari apa yang diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang
menunjukkan suatu arbitrase dapat disebut International adalah sebagai berikut: 2

1. Internasional menurut badan arbitrasenya


Dikatakan internasional menurut badan arbitrase International jika di dalam
klausul arbitrase para pihak memilih badan arbitrase internasional untuk
menyelesaikan perselisihan mereka. Suatu contoh yang menggambarkan
internasionalnya arbitrase adalah para pihak memilih ICSID sebagai arbitrase
internasional yang didiri berdasarkan convention of the stetement didputes
between national of other States. Menurut konvensi ini, setiap negara peserta atau
negara yang ikut serta meratifikasi dapat menggunakan ICSID untuk
menyelesaikan perselisihan oleh warga negaranya atau warga negara lain. Jika
warga negara mereka memilih ICSID untuk menyelesaikan perselisihannya
arbitrase ini tergolong arbitrase internasional.
2. International menurut struktur atau prosedur
2
H Sudiarto, Negosiasi, Mediasi, Dan Arbitrase Penyelwsaian Sengketa Alternative Di Indonesia,
(Bandung; Pustaka Reka Cipta, 2019), Hal 66-67

5
Umumnya arbitrase internasional dilaksanakan di dalam suatu negara. Akan
tetapi ada kalanya terlepas dari sistem, struktur atau prosedur hukum di negara di
mana arbitrase itu akan dilakukan. Tata Cara atas prosedur persidangannya dan
lain-lainnya dilaksanakan menurut atau sesuai dengan ketentuan yang disepakati
oleh mereka yang terlibat. Jika mereka sepakat untuk menggunakan struktur atau
prosedur suatu badan arbitrase yang berada di luar negara di mana persidangan
arbitrase itu dilaksanakan, arbitrase ini tergolong arbitrasi internasional.
3. Internasional menurut subjeknya
Suatu arbitrase dapat pula dikatakan arbitrase internasional jika subjek-subjek
yang terkait berbeda kewarganegaraan atau domisili. Suatu contoh salah seorang
subjeknya berkewarganegaraan Indonesia berhubungan hukum dengan pihak lain
yang berkewarganegaraan Inggris. Dalam hal ini memang terjadi hubungan
hukum perdata internasional yang konsekuensinya akan berkaitan pula dengan
penyelesaian perselisihan melalui arbitrase. Arbitrase seperti ini akan tergolong
arbitrase internasional.
4. Internasional menurut faktanya
Suatu arbitrase dapat pula dikatakan internasional berdasarkan hubungannya
dengan lebih dari satu yuridiksi badan arbitrase. Hal ini dapat terjadi meskipun
arbitrase ini diorganisasi dan dilaksanakan menurut hukum nasional dari suatu
negara tertentu tetapi asalkan berhubungan dengan yurisdiksi badan arbitrase dari
negara lain(unsur asing), maka dapat tergolong arbitrase internasional. Salah satu
instrumen arbitrase yang mensyaratkan sahnya suatu perjanjian arbitrase
internasional agar suatu negara mengakui perjanjian arbitrase tersebut telah diatur
secara lengkap dan pasal II.1. Konvensi New York 1985 syarat-syarat tersebut
adalah;
a. Perjanjian tersebut harus dibuat secara tertulis,
b. Perjanjian tersebut mengatur sengketa-sengketa yang timbul atau yang
mungkin akan timbul di antara para pihak,

6
c. Sengketa-sengketa yang timbul tersebut adalah sengketa-sengketa yang
berasal dari hubungan hukum baik yang sifatnya kontraktual atau bukan,
d. Sengketa-sengketa tersebut adalah masalah-masalah yang bisa diselesaikan
oleh arbitrase,
e. Para pihak dalam perjanjian tersebut memiliki kemampuan hukum yang
berlaku kepada mereka dan,
f. Perjanjian arbirase tersebut harus sah menurut hukum para pihak dan apabila
tidak ada pengaturan seperti itu, perjanjian tersebut harus sah menurut negara
di mana suatu putusan arbitrase dibuat.

Di samping syarat-syarat tersebut, ada pula syarat-syarat lainnya yang juga


bersifat mengikat, misalnya syarat tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum
kemampuan percakapan para pihak dan lain-lain.

C. Putusan Arbitrase Internasional


Putusan arbitrase internasional menurut Pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 1999
adalah: “putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan
di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap
sebagai putusan arbitrase Internasional.” Pengertian putusan arbitrase internasional
tersebut pada pokoknya merupakan pengulangan dari ketentuan yang diatur dalam pasal
2 PERMA No. 1 Tahun 1990, dimana dikatakan bahwa: “yang dimaksud dengan
putusan arbitrase asing adalah putusan arbitrase yang dijatuhkan oleh suatu badan
arbitrase ataupun arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau
putusan arbitrase yang dijatuhkan oleh suatu badan arbitrase ataupun arbiter perorangan
yang menurut ketentuan hukum RI dianggap sebagai suatu putusan arbitrase asing, yang
berkekuatan hukum tetap sesuai degan Keppres No. 34 Tahun 1981 LN Tahun 1981.” 3

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu putusan arbitrase akan
dikualifikasikan sebagai putusan arbtirase internasional apabila putusan arbitrase
3
Makalah BAB II http://repository.uki.ac.id/1241/3/BAB_II.pdf, hal 32, diakses pada 11 desember
2022 pukul 19:54

7
tersebut dijatuhkan di luar wilayah teritorial hukum Republik Indonesia. Sepanjang
putusan arbitrase tersebut diputusakan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, maka
dikualifikasikakn sebagai putusan internasional. Jadi, untuk menentukan apakah putusan
arbitrase itu merupakan putusan arbitrase internasional didasarkan pada prinsip
kewilayahan (territory) dan hukum yang digunakan dalam penyelesaian sengketa
arbitrase tersebut.

Pengertian dari putusan arbitrase internasional juga dapat diketahui dalam Pasal 1
ayat (1) Konvensi New York 1958. Dalam pasal ini dijelaskan, yang dimaksud dengan
putusan arbitrase internasional menurut konvensi ini adalah putusan-putusan arbitrase
yang dibuat di wilayah negara lain dari negara tempat dimana diminta pengakuan dan
pelaksanaan eksekusi atas putusan arbitrase yang bersangkutan. Syarat utamanya yakni
putusan arbitrase dibuat di luar negara-negara yang diminta pengakuan dan
eksekusinya. Adapun syarat lain untuk menentukan suatu putusan arbitrase yaitu
putusan arbitrase internasional dimana putusan itu harus mengenai peselisihan yang
timbul, antara perorangan atau badan hukum.4

Faktor perbedaan kewarganegaraan tidak mutlak. Tidak mesti persengketaan


terjadi antara dua pihak yang saling berbeda kewarganegaraannya. Bisa juga
persengketaan terjadi antara orang-orang atau badan hukum yang memiliki
kewarganegaraan yang sama, tetapi mereka sepakat persengketaannya akan diselesaikan
oleh badan arbitrase luar negeri. Dalam kasus demikian, putusan arbitrase tersebut
adalah putusan arbitrase internasional. Meskipun putusan arbitrase diambil dalam
wilayah satu negara, tetapi putusan arbitrase yang bersangkutan tunduk dan didasarkan
atas suatu konvensi internasional, putusan arbitrase yang demikian tidak dianggap
putusan arbitrase nasional. Dengan demikian, maksud internasional disamping
berdasarkan tempat dijatuhkan putusan arbitrase, juga didasarkan pada hukum yang
digunakan para pihak dalam menyelesaikan sengketa arbitrase tersebut. Apabila
menggunakan hukum asing sebagai dasar penyelesaian sengketanya, walaupun putusan
4
S. Adi Nugroho, 2015, Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya, Kencana,
Jakarta, h. 377

8
dijatuhkan didalam wilayah hukum Republik Indonesia, putusan arbitrase itu tetap
merupakan putusan arbitrase internasional.

D. Lembaga-Lembaga Arbitrase Internasional dan Permasalahan Dalam


Arbitrase Internasional
Mengenai lembaga-lembaga arbitrase internasional atau badan arbitrase
internasional yang dikenal oleh beberapa kalangan. Lembaga-lembaga atau badan
arbitrase internasional itu adalah sebagai berikut;5

1. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Berdirinya BANI diprakarsai oleh


Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) pada tanggal 30 Nopember
1977 dengan Surat Keputusan Pendirian No. SKEP/152/ DPH/1977.
Pengurusnya dilantik padatanggal 3 Desember 1977. BANI bertujuan
memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa perdata mengenal
soal perdagangan, industri dan keuangan, baik yang bersifat nasional maupun
internasional. Badan Arbitrase Nasional Indonesia didirikan untuk waktu yang
tidak ditentukan lamanya, berkedudukan di Jakarta dan mempunyai cabang-
cabang di tempat lain di Indonesia yang dianggap perlu setelah diadakan
mufakat dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.
2. The International Centre for Settlement of Invesment Disputes (ICSID). Yang
kemudian disingkat Center didirikan pada tanggal 14 Oktober 1966, diprakarsal
oleh World Bank (Bank Dunia) yang berpusat dan berke- dudukan di
Washington. Center ini merupakan badan arbitrase internasional yang lahir dan
Convention On The Settlement of Invesment Disputes Between States and
Nationals of Other States. Center men jadi pusat arbitrase internasional yang
khusus menyelesaikan persengketaan penanaman modal antara suatu negara
dengan warga negara asing. Tujuannya pendiriannya untuk melaksanakan
ketentuan konvensi The Settlement of Invesment Disputes Between States and

5
H Sudiarto, Zaeni Asyhadie, 2004, Mengenal Arbitrase, salah satu alternative penyelesaian
sengketa bisnis, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta. Hal 153

9
Nationals of Other States. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1958 Indone- sia ikut
serta meratifikasi konvensi tersebut
3. The Court of Arbitrasetion of The International Chamber of Commerce (ICC)
Prakarsa untuk membentuk lembaga mi diawali dengan diadakannya pertemuan
the International Congress of Chamber of Commerce and Industrial Associations
tahun 1905. Pertemuan ini kemudian diikuti oleh pertemuanpertemuan
berikutnya sehingga pada tahun 1919 pada per- temuan di kota Atlantic City
Amerika Serikat yang dihadiri oleh delegasicjelegasj saudagar dan Belgia,
Prancis, Italia, Inggris dan Amerika Serikat melahirkan The International
Chamber of Commerce (ICC) atau Badan Kamar Dagang Internasional Badan
ini merupakan lembaga Kamar Dagang Internasional yang paling tua yang
sampai sekarang berpusat dan berkedudukan di Paris.

Fungsi organisasi ini adalah:

a. Meningkatkan kerja sama dan perdagangan dunia;


b. Menentang proteksionisme dan menetapkan standar perdagangan internasional
melalui kebijaksanaan ekonomi internasional yang luas;
c. Penurunan kendala-kendaja perdagangan; dan
d. Sebagai sarana untuk saling tukar-menukal pandangan pikiran diantara para
pengusaha.

Di samping itu, ICC juga memberikan jasa-jasa bisnis melalui organ atau
lembaga-lembaganya berupa:

a. The Court of Arbitration (Peradilan Arbitrase) yang berkedudukan di Paris.


Peradilan yang dibentuk tahun 1923 mi merupakan suatu pusat penyelesaian
sengketa internasional di antara pihak-pihak yang tunduk kepada kontrak
internasional.
b. The Institute of International Business Law and Practice (Institut Hukum
Bisnis dan Praktik Internasional) yang berkedudukan di Paris dan didirikan
pada tahun 1979 merupakan wadah dan para pengusaha dan ahliahli hukum

10
untuk bersama-sama membahas masalahmasalah bisnis internasional. Untuk
maksud tersebut, institut menyelenggarakan seminar-seminar yang membahas
topik- topik tertentu dan masalah-masalah bisnis internasional seperti kontrak,
arbitrase dan lain-lain Institut juga memberikan kursus- kursus atau
latihanlatihan dalam bidang hukum dagang atau komersial kepada para
pengusaha negara berkembang.
c. The Institute Maritime Bureau (Biro Maritim Institut) yang berke- dudukan di
London, Inggris dan didirikan pada tahun 1981. Badan mi berupaya keras
memerangi kecurangan-kecurangan dalam bisnis transportasi maritim yang
menyebabkan kerugian-kerugian yang sangat besar terhadap industri
(perusahaan) maritim. Se bagian besar pekerja biro mi adalah mengupayakan
langkah- langkah pencegahan (preventif) melalui penyerbarluasan informasi
kepada pihak-pihak yang berwajib di negara-negara untuk menahan atau
menyidangkan para tersangka kriminal dalam bidang maritim ini.

Selain badan arbitrase internasional disebut di atas, ada lagi suatu lembaga/badan
arbitrase yang bersifat regional yang didirikan oleh negaranegara Asia Afrika, yaitu
Center AALCC (Asia-Africa Legal Consul- tative Commite)6

Dasar pertimbangan pendirian badan arbitrase regional ini karena sudah sejak
lama negara-negara dunia ketiga merasakan bahwa badan arbitrase ICC dalam
memberikan keputusannya mengenai sengketa antara warga negara-warga negara maju
dengan warga negara-warga negara negara berkembang, tampaknya kurang
memerhatikan negara berkembang. Oleh karena itu, pada sidangnya ke-20 Asla-Africa,
Legal Consultative Commite (AALCC) yang bermarkas besar di New Delhi, India,
mengadakan sidang di Seoul. Pada sidang tersebut diadakan pembahasan mengenai
masalah sengketa-sengketa perdagangan internasional Berkaitan dengan dasar per-
timbangan sebagaimana dikemukakan di atas, sudah dirasakan pentingnya koordinasi

6
H Sudiarto, ibid, hal 160

11
antara negara-negara Asia Afrika untuk rnenyelesajkan sendiri sengketasengke yang
terjadi di antara rnereka tanpa ber- gantung kepada ICC.7

Selanjutnya, pada sidangnya di Bagdhad tahun 1977, AALCC me- mutuskan


alangkah baiknya apabila untuk wilayah negaranegara Asia Afrika dapat didirikan enarn
pusat arbitrase secara regional yang dapat menampung dan menyelesaikan sengketa-
sengketa perdagangan dan negara-negara yang bersangkutan. Akan tetapi dalam taraf
pertama disepakati untuk didirikan dua pusat arbitrase dengan ketentuan I satu untuk
wilayah Asia dan satu untuk wilayah Afrika dengan menggunakan IJNCITRAL Rule
(Peraturan Arbitrase dan United Nation Corisio for International Trade Law) sebagai
pedoman untuk menyelesaikan perselisihan yang diajukan kepada mereka. Akhirnya,
pada bulan Oktober tahun 1978 di Kuala Lumpur (Malay sia), AALCC berhasil
mendirikan suatu Arbitrase Center di Kuala Lumpur yang dimaksudkan untuk melayani
kawasan Asia, sedangkan pada sidangnya pada bulan Januari 1979 didirikan lagi suatu
Regional Center di yang Kairo untuk melayani benua Afrika.8

Selain itu, suatu bagian yang penting dan usaha pihak AALCC dalam
arnembentuk center-center arbitrase regional mi adalah persetujuan antara AALCC
dengan International Centre for the Settlement of Invesment usaha Dispute (ICSID).
Persetujuan tersebut pada intinya berisikan bahwa arbitrase arbitrase yang mungkin
diadakan di bawah konvensi ICSID dapat diada- kan secara keseluruhan atau sebagian
di center-center AALCC di Kuala Lumpur. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi suatu
sengketa antara penanam modal luar negeri yang menanam modalnya di negara-negara
Asia (tidak termasuk negara-negara Asia Barat), kemudian hendak mengadakan
arbitrase atas sengketa-sengketa mereka dengan pihak pemerintah dan negaranegara
Asia, dapat diadakan di Kuala Lumpur. Bukan saja prosesnya yang dapat dilakukan di
Kuala Lumpur, bahkan soalsoal pengambilan bukti dapat dilakukan melalui center di

7
ibid
8
ibid

12
Kuala Lumpur. Selanjutnya, perlu ditambahkan bahwa ada beberapa perjanjian
internasional yang berkaitan dengan perikatan arbitrase internasional, yaitu:9

1) Treaty on the law of Procedur yang disepakati oleh Negara-negara Amerika


Selatan (the South American Kongress) di Montevideo tanggal 4 Januari 1889
dan diubah pada tanggal 19 Maret 1940, dan biasanya disebut Perjanjian
Montevideo
2) Protokol Jenewa mengenai Klausul Arbitrase (Genewa Protocol on Arbitration
Clausues) tanggal 24 september 1923 yang dipersiapkan oleh Liga Bangsa-
bangsa dan biasa disebut Protokol
3) Konvensi jenewa mengenai pelaksanaan putusan-putusan arbitrase asing
tanggal 26 september 1927, biasanya disebut konvensi jenewa
4) Bustamante Code of 1928, biasanya disebut Bustamande Kode
5) Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Pengakuan dan pe laksanaan
Putusan Arbitrase Asing, tanggal 10 Juni 1958, biasa di- sebut Konvensi New
York
6) Konvensi Eropa mengenai Arbitrase Komersial Internasional 21 April 1961
dibuat dengan bantuan Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk
Eropa
7) Perjanjian yang berhubungan dengan penerapan konvensi Eropa mengenai
Arbitrase Komersial Internasional, tanggal 17 Desember 1962 yang dibuat
oleh Dewan Eropa
8) Konvensi mengenai Penyelesaian Peananaman Modal antara negara dan
warga negara dari negara lain, tanggal 18 Maret 1965 yang dibuat dengan
bantuan Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pem- bangunan, biasa
disebut Konvensi Washington
9) The General Conditions for the Delivery of Good between Organisationsof the
Member States of Comecon of 1968, dibuat oleh the Council of Mutual
Economic Assisten, biasa disingkat atau disebut Comecon GCD.
9
Ibid, hal 161-162

13
14
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pasal 1 UNCITRAL Rule dinyatakan bahwa undang-undang ini
diberlakukan untuk apa yang dinamakan internasional commericial arbitration. Artinya,
bahwa UNCITRAL Rule hanya digunakan untuk menyelesaikan perselisihan
perselisihan commericial yang bersifat internasional dan suatu perselisihan akan
tergolong perselisihan commericial International apabila beberapa hal terpenuhi dari
ketentuan pasal 1 UNCITRAL boleh tersebut disimpulkan bahwa suatu arbitrase adalah
internasional.

Putusan arbitrase internasional menurut Pasal 1 angka 9 UU No. 30 Tahun 1999


adalah: “putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan
di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap
sebagai putusan arbitrase Internasional.”

Lembaga-lembaga atau badan arbitrase internasional itu adalah sebagai berikut;


Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), The International Centre for Settlement of
Invesment Disputes (ICSID), The Court of Arbitrasetion of The International Chamber
of Commerce (ICC), lembaga/badan arbitrase yang bersifat regional yang didirikan oleh
negaranegara Asia Afrika, yaitu Center AALCC (Asia-Africa Legal Consul- tative
Commite).

B. PENUTUP
Demikian makalah ini saya susun, apabila ada kesalahan diharapkan kritik dan
saran dari semua pihak, apabila ada kebenaran dari apa yang kami tulis itu semua adalah
murni pertolongan dan petunjuk dari Allah. Semoga tulisan ini dapat diambil manfaat
oleh para pembaca sebagai tambahan pengetahuan dalam mengarungi samudera ilmu
tuhan, dan menjadi amal baik saya, Aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gautama, Sudargo, (1989). Perkembangan Arbitrase Dagang Internasional Di

Indonesia

Nugroho, S. Adi, (2015). Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya

Makalah BAB II http://repository.uki.ac.id/1241/3/BAB_II.pdf

Sudiarto, H, (2019). Negosiasi, Mediasi, Dan Arbitrase Penyelwsaian Sengketa

Alternative Di Indonesia

Sudiarto, H, Zaeni Asyhadie, (2004). Mengenal Arbitrase, salah satu alternative

penyelesaian sengketa bisnis

16

Anda mungkin juga menyukai