Pak Sartono mengajar di kelas 6 SD Terbuka. Suatu pagi, Pak Sartono masuk kelas
dengan membawa sebuah globe. Perhatian anak-anak tertuju kepada globe tersebut,
namun Pak Sartono hanya meletakkan globe itu di depan kelas.
Sesudah beliau ucapkan salam dan menanyakan siapa yang tidak hadir, Pak Sartono
sampaikan bahwa hari ini, dalam pelajaran IPA akan dibahas mengenai tata
surya dengan topik terjadinya siang dan malam. Disampaikan olehnya pada akhir
pembelajaran nanti, anak-anak diharapkan dapat menjelaskan tentang terjadinya siang
dan malam. Tanpa memberi kesempatan bertanya, Pak Sartono melanjutkan
pertanyaan.
Sambil berdiri di depan kelas, Pak Sartono menjelaskan terjadinya siang dan malam.
Anak-anak melihat ke Pak Sartono dengan muka penuh tanda tanya. Dengan lancar
Pak Sartono menjelaskan bahwa siang dan matam teoadi karena bumi berputar pada
porosnya sendiri. Anak-anak kelihatan mulai bosan, mereka seperti masih menunggu
Pak Sartono menggunakan globe yang dipajang di depan kelas, namun sampai
penjelasan berakhir, globe itu tidak pemah disentuh.
Ketika anak-anak bekerja, Pak Sartono keluar kelas. Anak-anak kelihatan bingung
karena tidak mengerti bagaimana harus menjawab soal tersebut. Mereka akhimya
membuka buku IPA dan mencoba mencari jawabannya di sana. Namun, banyak anak
yang malas membaca sehingga mereka sama sekali tidak menjawab.
Ketika Pak Sartono masuk kelas dan bertanya apakah anak-anak sudah selesai
mengerjakan soal tersebut, beliau menjadi marah karena temyata hanya 5 orang dari
30 orang anak yang selesai mengerjakan soal tersebut. Anak yang lima orang tersebut
hanya menyalin dari buku IPA, tanpa meyakini apakah jawabannya benar atau salah,
sedangkan anak-anak yang lain mengatakan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut
karena tidak mengerti.
Pak Sartono terdiam, ia sangat marah dan kecewa, tetapi mencoba menahan
amarahnya. Beliau meminta anak-anak beristirahat. Pak Sartono tinggal sendiri di
dalam kelas. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi di kelasnya.
Pertanyaan :
Rambu Jawaban
1. Peristiwa penting yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah.
1) Pada awal pelajaran tidak ada tanya jawab tentang topik yang akan dibahas.
2) Topik yang akan dibahas tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3) Tidak menggunakan alat peraga misalnya globe, ketika menjelaskan hanya dipajang
saja.
4) Tldak memberi contoh atau ilustrasi.
5) Tidak memeriksa pemahaman siswa setelah menjelaskan.
6) Tidak memberikan petunjuk yang jelas ketika siswa diberi latihan
7) Tldak melakukan pengelolaan kelas mlsalnya melakukan supervisi saat siswa
mengerjakan latihan
2. Rencana Perbalkan
ldentifikasi Masalah :
a. Pembelajaran Pak Sartono kurang berhasil
b. Hanya 5 dari 30 anak yang selesai mengeriakan soal, sisanya mengatakan tidak
dapat menjawab soal tersebut.
Analisis Masalah
a. Guru tidak menggunakan alat peraga
b. Penjelasan terlampau abstrak
c. Tidak ada tanya jawab, baik pada kegiatan awal, maupun kegiatan inti
d. Siswa hanya menjadi pendengar pasif
e. Topik tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
f. Tidak memeriksa pemahaman siswa
g. Tldak memberikan petunjuk sebelum siswa berlatih
h. Tidak memantau kegiatan yang dilakukan siswa ketika berlatih
Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik tata surya datam hal
ini terjadinya siang dan matam melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Tujuan Perbaikan
Meningkalkan kinerja guru sehingga meningkatkan pemahaman siswa terhadap topik
tata surya melalui :
a. Penggunaan alat peraga, atau
b. Diskusi kelompok, atau
c. Metode demonstrasi, atau
d. Eksperimen
Kegiatan Inti :
a. Dengan bantuan anak, guru mendemonstrasikan terjadinya siang dan malam
dengan menggunakan globe dan lampu senter.
b. Selama peragaan, guru melakukan tanya jawab (untuk mengonkretkan terjadinya
siang dan malam, serta mengaktifkan anak)
Atau
a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan menjelaskan yang harus dilaksanakan.
b. Secara berkelompok, anak-anak memperagakan terjadinya siang dan malam
dengan menggunakan bola dan lampu senter yang dibawa oleh masing-masing
kelompok (untuk memantapkan pemahaman siswa, atau melatih kerja sama.
c. Setiap kelompok memberi laporan tentang hasil kerja kelompoknya (untuk berbagi
pengalaman dengan kelompok lain)
Kegiatan Penutup :
a. Memberikan tes tertulis dan membahas hasil tes dan memberikan balikan, atau
b. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas, atau
c. Siswa dengan bimbingan guru membuat rangkuman materi yang telah dibahas.
TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)
Soal:
Ibu Pratiwi mengajar di kelas satu SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-
anak mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan cerita tersebut, Bu
Pratiwi bertanya kepada anak-anak.
Bu Pratiwi: “ Bagus sekali anak-anak, sekarang coba tulis nama Dewi di buku masing-masing”.
Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati anak-anak menulis. Setelah
semua anak kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk
menuliskan kata dewi di papan tulis.
Dari jawaban ini, Bu Pratiwi mengajak anak-anak bercerita tentang jenis-jenis tumbuhan yang
ada di desa, tentang sawah, tentang penerangan yang digunakan orang-orang di desa, tentang jual
beli di pasar desa, dan tentang sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang
hilir mudik. Cerita itu menjadi menarik karena Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan
menarik tentang desa, yang dipajangnya di papan tulis.
Pertanyaan:
Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran apa
yang diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model
pembelajaran tersebut.
Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung jawaban Anda dengan
3 (tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.
CONTOH JAWABAN:
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi adalah model pembelajaran terpadu.
Adapun 3 (tiga) karakteristik model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:
Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun
secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji
suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata
yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih
bermakna. Dengan ini, dapat diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan
belajaranya pada pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan
untuk terlibat secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari
gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang
ingin dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan pengetahuannya
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu dikembangkan
pendekatan penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan minat dan
kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk
belajar.
Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan
dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari
sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih
arif dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi kejadian yang ada.
Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa
berada.
2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, karena 3 alasan berikut:
Sesuai dengan cara belajar anak. Anak yang duduk di kelas awal SD dalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting
dan sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia seperti anak kelas 1 SD
masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu keterpaduan (berpikir holistik) dan
memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap
anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam
pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman
tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan
konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-
konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak
dengan lingkungannya.
Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi konkret.
Anak-anak belajar dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, dapat didengar, dapat diraba,
dapat dirasa, dan dapat dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek konkret
dan pengalaman yang dialami mereka secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah
belajar bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak
untuk belajar dari hal-hal yang konkret sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi.
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar menghasilkan
pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak
mudah dilupakan.
Saat proses belajar melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD, tidak
sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa kegiatan
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga
sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
Untuk mendapatkan doc dokumen format .pdf nya silahkan Bapak/Ibu klik disini
Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak diluluskan
(diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.
Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.
Kasus A
Pak Purwadi adalah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di daerah pegunungan.
Dalam mata pelajaran matematika tentang pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara
menjumlahkan pecahan dengan memberi contoh di papan tulis. Salah satu penjelasannya adalah
sebagai berikut:
Pak Purwadi:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan
terlebih dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan contoh berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4
+ 1/4 = 3/4. Perhatikan lagi contoh ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Jadi yang dijumlahnya adalah
pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"
Pak Purwadi:
Pasti sudah jelas, kan. Nah sekarang coba kerjakan soal-soal ini."
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan anak-anak mengeluarkan buku latihan. Secara
berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut karena tidak
tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal,
yang lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama anak-anak
bekerja Pak Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.
Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta
seorang anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Pak
Purwadi lalu menuliskan semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak-anak diminta memeriksa
pekerjaan temannya, dan mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak
Purwadi ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan
seorang lagi benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.
Pertanyaan Kasus A
Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di atas. Berikan
alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6).
Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan anda
tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan mengapa
langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)
Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak.
Karena tak seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar.
"Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan suara keras.
Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince diam saja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian
anak-anak menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-
main. Mendengar suara gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk
seorang anak untuk membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya
kalimat yang akan dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak
membuat kalimat.
Pertanyaan Kasus B
Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf selanjutnya, ditinjau dari
segi guru, murid, dan kegiatan (skor 6).
Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika mengajar
tentang sayur-sayuran untuk anak-anak kelas 1? Berikan alasan, mengapa pendekatan tersebut
yang anda anggap sesuai. (skor 3).
Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan yang anda sebut
pada nomor 2 (skor 5)
Demikian salah satu contoh soal TAP S1 PGSD UT (Universitas Terbuka) untuk Program
Pendas atau pendidikan dasar dari blog penelitian tindakan kelas. Pada tulisan berikutnya kami
akan memberikan bagaimana contoh jawaban untuk kedua kasus pembelajaran di atas. Sampai
jumpa.
Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan
"Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak dapat mengecek pemahaman siswa.
Seharusnya ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, misalnya
dengan menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah menjadi
4 dan 6?" dan sebagainya. Pertanyaan langsung mengarah ke materi pelajaran, bukan
menanyakan apakah anak mengerti atau tidak saja.
Pak Purwadi tidak membimbing siswa, setelah memberikan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling
memberikan bantuan pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di
kursinya) sambil membaca.
Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak
meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran, padahal
apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi bahan diskusi dan kesempatan untuk
menjelaskan kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan dapat menjadi lebih
baik.
2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jika saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-
langkah yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN
Melakukan apersepsi
Memberikan motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
Memberikan sebuah contoh soal tentang penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut yang
berbeda, misal 1/4 + 1/2
Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menyelesaikan contoh soal tersebut secara
runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa.
Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menyelesaikan soal tersebut
selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru memberikan
bimbingan bila diperlukan.
PENUTUP
Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti.
Memberikan tugas rumah (PR) dan meminta siswa belajar untuk materi pada pertemuan
berikutnya.
==========
1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-siswa
tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran
mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melakukan pembelajaran di bagian
awal. Anak-anakpun dengan mudah mengikutinya dengan senang dan gembira. Berbeda dengan
paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta anak-anak kelas 1 itu untuk membuat
kalimat dari kata-kata yang telah ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja
pelajaran berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka
menuliskan sayuran yang disukai. Lebih-lebih anak-anak tidak diberikan contoh atau cara
bagaimana membuat dan menulis kalimat yang berhubungan dengan sayur-sayuran tersebut, dan
tanpa pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.
2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk anak-anak kelas 1 ini adalah
pembelajaran terpadu (tematik), karena pemikiran anak-anak kelas 1 masih bersifat holistik.
Selain itu pembelajaran tematik membuat siswa lebih aktif (terlibat aktif dalam pembelajaran),
fleksibel dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.
3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka
tema ini dapat dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada berbagai mata pelajaran yang
terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa, siswa dapat diminta menuliskan
jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa dapat
diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran seperti daun,
batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru dapat mengajarkan
perilaku jujur dalam kegiatan jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk
tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-
sayuran yang kita konsumsi.
Bagi Bapak/Ibu yang ingin mendapatkan file doc dokumen .Pdf nya silahkan anda klik disini
Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia
mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model
organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan LKS tentang nama – nama organ pernapasan
manusia.
Sebelum mengajar, Bu Is memberikan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah
bernapas. Bu Is juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang
macam/nama organ pernapasan manusia dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu,
Bu Is memulai mengajar materi tentang organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik
napas untuk membuktikan bahwa manusia bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ –
organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan manusia di papan tulis, dan tanya
jawab tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memberikan LKS
sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain
menanggapinya.
Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is menunjukkan model organ pernapasan manusia. Hal
ini juga bertujuan membuat siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk
mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia. Sambil menunjukkan pada model, Bu Is
mengadakan tanya jawab tentang fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia.
Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan setelah dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa
hasilnya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30
siswa. Bu Is merenung, mengapa target tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa
mendapat nilai 75 ke atas ?
1. Mengidentifikasi masalah yang penting
Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan manusia kelas V SD.
Media yang digunakan adalah gambar dan model organ pernapasan manusia.
LKS yang berisi gambar organ pernapasan manusia dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama.
Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah
bernapas.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui tentang nama –
nama organ pernapasan manusia dan fungsinya.
Metode yang dipakai demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi, ceramah.
Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari
30 orang siswa.
Seharusnya dalam proses belajar mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak menggunakan metode,
karena hal itu justru membuat proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa
metode saja yang dianggap paling tepat untuk mengajarkan materi tersebut.
Pada akhir proses belajar mengajar, seharusnya Bu Is memberikan pemantapan dan kesimpulan,
supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan.
Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is adalah karena kurang
menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi professional. Artinya ia harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari
bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan
konsep teoritik, mampu memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai
metode dalam PBM. Guru juga harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan
dan pemahaman terhadap murid.
Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri
profesionalisasi jabatan guru salah satunya adalah para guru di tuntut memiliki pemahaman serta
ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik dan landasan
kependidikan.
Johnson ( 1980 ) menjabarkan cakupan kemampuan professional guru diantaranya adalah
penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru adalah mutlak
adanya. Jadi untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus
dikerjakan adalah peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan
mengembangkan ilmunya. Dengan langkah seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Jadi kasus di atas tidak akan terulang
kembali.