Anda di halaman 1dari 57

TUGAS PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

JEMBATAN

Dosen:
Ir. I Wayan Muliawan, M.T

Disusun Oleh:

I Wayan Widiantara

1661121058

Kelas: C2

JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Jembatana ini.

Saya berharap tugas ini mampu berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang pemahaman terhadap perencanaan Struktur Jembatan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. I Wayan Muliawan, MT. selaku dosen pengampu mata


kuliah Jembatan di Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.

2. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas yang telah saya selesaikan
ini masih terdapat banyak kekurangan. Mengingat tidak ada sesuatu yang bisa
sempurna tanpa adanya saran yang membangun, saya berharap adanya kritik dan
saran demi perbaikan tugas yang saya buat di masa yang akan datang.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga tugas yang sederhana ini
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 19 Juni 2019

I Wayan Widiantara

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I DATA PERENCANAAN 1
1.1 Spesifikasi Jembatan 1
1.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure)
1
1.3 Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure) 2
BAB II PERENCANAAN JEMBATAN 3
2.1 Perencanaan Railing Jembatan 3
2.1.1 Pipa Sandaran 3
2.1.2 Tiang Sandaran 6
2.2 Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan 10
2.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Jembatan 11
2.2.2 Perhitungan Gaya Momen Pada Lantai Kendaraan
14
2.2.3 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Kendaraan 29
2.3 Perencanaan Gelagar Jembatan 32
2.3.1 Pembebanan Pada Gelagar Jembatan 34
2.3.2 Perhitungan Momen Pada Gelagar Jembatan 37
2.3.3 Perhitungan Gaya Geser: 41
2.3.4 Perhitungan Penulangan Gelagar Jembatan 43
LAMPIRAN 48

ii
BAB I
DATA PERENCANAAN

1.1 Spesifikasi Jembatan

Adapun spesifikasi dari jembatan yang akan direncanaan adalah sebagai


berikut:
1. Bentang Jembatan : 15 meter
2. Panjang Jembatan : 16 meter
3. Lebar Jembatan : 8.5 meter
4. Lebar Trotoar : 1 meter
5. Lebar Lantai Kendaraan : 6.5 meter
6. Lantai Kendaraan : Beton Bertulang
7. Bahan Abutment : Beton Bertulang
8. Kondisi Muka Air Banjir : Di Bawah Muka Jalan
9. Kondisi Tanah Dasar : Sedang

1.2 Spesifikasi Bangunan Atas Jembatan (Super Structure)

Bangunan atas jembatan (Super Structure) yang direncanakan terdiri dari


beberapa konstruksi yaitu:

1) Sandaran:
a. Pipa Sandaran : Pipa Ø76.2 mm,
Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 MPa
b. Tiang Sandaran : Mutu Beton (f’c) = 25 Mpa,
Mutu Tulangan BJ 37 (fy) = 240 Mpa
2) Pelat Lantai Kendaraan:
a. Mutu Beton : Mutu Beton (f’c) = 25 Mpa,
b. Mutu Tulangan : Mutu Baja BJ 37 (fy) = 240 Mpa
3) Gelagar Jembatan :
a. Mutu Beton : Mutu Beton (f’c) = 30 Mpa,
b. Mutu Tulangan : Mutu Baja BJ 55 (fy) = 410 Mpa

1
1.3 Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure)

Bangunan bawah jembatan (Sub Structure) yang akan direncanakan pada


tugas ini adalah:
a. Abutment (Kepala Jembatan)
b. Pondasi

Tetapi karena kendala waktu, bangunan bawah jembatan (Sub Structure)


pada tugas ini tidak dihitung.

2
BAB II
PERENCANAAN JEMBATAN

2.1 Perencanaan Railing Jembatan

2.1.1 Pipa Sandaran

Data perencanaan :

Diameter pipa sandaran (do) : 76,2 mm

Mutu BJ 37 (fy) : 240 Mpa = 2447,319 kg/cm2

Berat pipa (q) : 9,11 kg/m

Momen inersia pipa (I) : 73,5 cm4 = 0,000000735 mm4

Section modulus (Zx) : 19,3 cm3 = 29133 mm3

Jarak tiang sandaran : 1,25 m = 1250 mm

Gambar Pipa Sandaran

3
1. Pembebanan

Gambar Resultante Beban pada Pipa


a. Beban vertikal :

q vertikal (qy) = q pipa

= 9,11 kg/m = 0,089278 kN/m

Momen akibat beban vertikal:

= 4.555 kg.m = 464.795 N.mm

b. Beban horizontal :

q horizontal (qx) = q sandaran

= 1 kN/m = 101,97 kg/m

Momen akibat beban horisontal:

= 50.985 kg.m = 5202.551 N.mm

c. Resultan Momen:

4
=

= 51.19 kg.m
d. Kontrol kekuatan pipa :
Mn = 0,9 . fy . Zx
= 0,9 . 240 . 19,3

= 42509,929 kg.cm = 425,099 kg.m

(OK)

2. Lendutan
a. Lendutan ijin

= 8.33mm = 0.833 cm

b. Lendutan yang terjadi akibat beban vertikal

5
= 0,001266 m = 0,1266 cm

c. Lendutan yang terjadi akibat beban horiozontal

= 0,001417 m = 0,14172 cm

d. Resultan Lendutan

= 0,18998 cm

0,18998 < 0,833 (OK)

6
3. Tegangan
Jari-jari pipa (R) = 38,1 mm
Momen inersia arah x (Ix) = 735000 mm4
Momen inersia arah y (Iy) = 735000 mm4

Gambar Resultante Regangan pada Pipa


a. Tegangan akibat beban horizontal

b. Lendutan akibat beban vertikal

c. Resultante tegangan

d. Resultante tegangan

7
(OK)

2.1.2 Tiang Sandaran

Menurut PMJJR tiang-tiang sandaran pada tiap jembatan harus


diperhitungkan dapat menahan muatan horisontal sebesar 100 Kg/m yang bekerja
setinggi 90 cm di atas lantai trotoar.

Gambar Tiang Sandaran

1. Beban Tiang Sandaran

Jarak antara tiang sandaran (L) = 2.00 m

Tinggi total tiang sandaran (h) = 1,2 m

Jarak ke railing (y) = 0,9 m

Beban horisontal pada railing (qL) = 1 kN/m

Gaya horisontal pada tiang sandaran (HL) = ql x L = 1 x 2.00 = 2,00 kN

Momen pada tiang sandaran (ML) = HL x y

= 2,00 x 0,9 = 1,8 kN.m

Faktor beban ultimit (K) =2

8
Gaya geser ultimit rencana (Vu) = K x HL = 2 x 2.00 = 4.00 kN

Momen ultimit rencana (Mu) = K x ML

= 2 X 1,8 = 3.6 kN.m

9
2. Penulangan Tulangan Lentur Tiang Sandaran

Kuat tekan beton (f'c) = 25 Mpa

Tegangan leleh baja (fy) = 240 Mpa

Tebal tiang sandaran (h) = 150 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton (d') = 20 mm

Modulus elastis baja (E ) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton (β) = 0,85 (f’c ≤ 30 Mpa)

Rasio tulangan balance:

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0,8

Momen rencana ultimit (Mu) = 3.6 kN.m

Tebal efektif tiang railing (d) = h – d’

= 150 – 20 = 130 mm = 0,13 m

Lebar tiang railing (b) = 150 mm = 0,15 m

10
Momen nominal rencana (Mn) = = = 4.5 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn) = =

= 2219 kN/m2

Kontrol:

(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan:

Rasio tulangan minimum:

Jadi digunakan rasio tulangan

11
Luas tulangan perlu (As) = .150.130 = 190.8 mm2

Coba digunakan tulangan diameter (Ø) = 12 mm

Jumlah tulangan yang dipakai (n)

Jadi digunakan tulangan geser 2Ø12mm.

3. Penulangan Tulangan Geser Tiang Sandaran

Faktor reduksi kekuatan geser (ф) = 0,6

Gaya geser ultimit rencana (Vu) =2 kN = 2000 N

Ø.Vc = 0,6.16250 = 9750 N

Karena: Ø.Vc > Vu

9750 N > 2000 N (OK)

Maka tidak memelukan tulangan geser.

Untuk kestabilan struktuk maka dipasang tulangan minimum (spasi


maksimum) digunakan spasi:

Smaks = 0,5.d = 0,5. 130 = 65 mm

dengan luas tulangan minium:

Coba digunakan tulangan diameter (Ø) = 8 mm

12
Luas penmapang tulangan sengkang:

jarak spasi tulangan sengkang yang diperlukan:

dibulatkan menjadi 100 mm

Jadi digunakan sengkang Ø8-100mm.

Gambar Penulangan Tiang Sandaran.

2.2 Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan

1 Pelat lantai kendaraan direncanakan dengan lebar 1.62 m dan panjang


6.5 m. Berdasarkan SNI 1725-2016 persyaratan tebal pelat (d3) dan
tebal aspal (d4) dapat dihitung dengan perumusan dibawah ini :
2 Ditentukan jarak antar balok memanjang (b1) = 1.32 m
3 d3 ≥ 100 + 40 b1, atau d3 ≥ 200 mm
4 d3 ≥ 100 + 40 (1.25)
5 d3 ≥ 150 mm

13
Gambar Pelat lantai kendaraan

6 Dari syarat-syarat diatas maka diambil tebal pelat lantai kendaraan


sebesar 250 mm, sedangkan untuk perencanaan tebal aspal berdasarkan
SNI T-1725-2016 dapat dilihat sebagai berikut: d4 ≥ 5 – 8 cm
7 Dari syarat diatas maka diambil tebal aspal sebesar 50 mm.

2.2.1 Pembebanan Pelat Lantai Jembatan

Pembebanan pada pelat lantai jembatan terdiri dari beban hidup dan beban
mati.

1. Beban Mati:

Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan, berat isi dari


bahan bangunan pada jembatan adalah:

Beton bertulang / pratekan sebesar 23.5 - 25.5 kN/m3 = 2400-2600 kg/m3

Dipakai = 2400 kg/m3


Perkerasan jalan beraspal sebesar 22.0 kN/m3 = 2240 kg/m3

Perhitungan beban mati pada trotoar:

Akibat berat sendiri pelat:

Lebar Pelat Lantai (b) = 1 m1

Tebal Pelat Lantai (ts) = 0,25 m

Beban berat sendiri pelat = BJ beton bertulang x b x ts

14
= 2400 x 1 x 0,25 = 600 kg/m

Akbitat berat pipa sandaran:

Berat pipa sandran = 9,11 kg/m

Akibat berat tiang sandaran:

Lebar tiang sandaran (bt) = 0,15 m

Tinggi tiang sandaran (lt) = 0,9 m

Beban berat sendiri tiang = BJ beton bertulang x bt x lt

= 2400 x 0,15 x 0,9 = 324 kg/m

Akibat berat paving:

BJ Paving = 2200 kg/m3

Lebar paving (bp) = 1 m’

Tebal paving (tp) = 0,06 m

Beban berat sendiri tiang = BJ paving x bp x tp

= 2200 x 1 x 0,06 = 132 kg/m

Akibat berat pasir:

BJ Pasir = 1600 kg/m3

Lebar pasir (br) = 1 m’

Tebal pasir (tr) = 0,19 m

Beban berat sendiri pasir = BJ pasir x br x tr

= 1600 x 1 x 0,19 = 304 kg/m

Total beban mati pada trotoar (qd) = 600 + 9,11 + 324 + 132 + 304

= 1369,11 kg/m

Perhitungan beban mati pada pelat lantai kendaraan:

Akibat berat sendiri pelat:

Lebar Pelat Lantai (b) = 1 m’

15
Tebal Pelat Lantai (ts) = 0,25 m

Beban berat sendiri pelat = BJ beton bertulang x b x ts

= 200 x 1 x 0,25 = 600 kg/m

Akibat perkerasan:

Disini direncanakan perkerasan dengan tebal 5 cm dan 1 kali overlay dengan tebal
3 cm.

Lebar perkerasan (ba) = 1 m’

Tebal total perkerasan (ta) = 5 cm + 3 cm = 8 cm = 0,08 m

Beban berat sendiri perkerasan = BJ aspal x ba x ta

= 2200 x 1 x 0,08 = 179,2 kg/m

Akibat beban air hujan:

BJ air = 1000 kg/m

Lebar air hujan (bw) = 1 m’

Tebal air hujan (tw) = 0,03 m

Beban berat sendiri pasir = BJ pasir x bw x tw

= 30 kg/m

Total beban mati pada pelat lantai kendaraan (qd) = 600 + 179,2 + 30

= 809,2 kg/m

Gambar Beban Mati Pada Lantai Kendaraan.

2. Beban Hidup:

Perhitungan beban hidup pada trotoar:

16
Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan, semua
elemen dari trotoar atau jembatan penyebrangan yang langsung memikul pejalan
kaki adalah dengan beban nominal 5 kPa.

Beban Hidup pada trotoar (ql) = 5 kPa

= 509, 858 kg/m

Perhitungan beban hidup pada pelat lantai kendaraan:

Menurut RSNI-t-02-2005 standar pembebanan untuk jembatan,


Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana.

Beban kendaraan (T) = 500 kN

= 50985,8 kg

Gambar Beban Hidup pada Lantai Kendaraan.

2.2.2 Perhitungan Gaya Momen Pada Lantai Kendaraan

Untuk mempermudah perhitungan momen pelat pada lantai kendaraan, pelat


tersebut dianggap sebagai balok.

a. Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan SNI-03-2847-2002, didapat kombinasi pembebanan untuk


beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:

1,2D+1,6L dimana: D = Beban Mati

L = Beban Hidup

Jadi gaya - gaya yang bekerja adalah:

Pada Trotoar:

Beban mati = 1,2D = 1,2(1369,11) = 1642,93 kg/m

17
Beban hidup = 1,6L = 1,6(508,858) = 815,77 kg/m

Totat (q1) = 1642,93 + 815,77 = 2458,70 kg/m

Pada Lantai Kendaraan:

Beban mati (q2) = 1,2q2 = 1,2(809,2) = 971,04 kg/m

Beban hidup (P1) = 1,6T = 1,6(50985,8) = 81577,28 kg

b. Perhitungan Momen Akibat Beban pada Trotoar

Diketahui lebar trotoar (L) = 1 m.

Gambar Momen Akibat Beban pada Trotoar

Av(batang AA') = = = 1229,35 kg

MAA' = = = -1229,35 kg.m = ME'E

MA'A = = = 1229,35 kg.m = MEE'

c. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati pada Lantai Kendaraan

Untuk mencari momen yang terjadi pada tiap perletakkan maka kita
sederhanakan dahulu sendi - sendi menjadi jepit - jepit.

Perhitungan Momen Primer:

Diketahui jarak antar balok adalah1,5 m, sehingga:

Lebar lantai jembatan (l) = 1,5 m

18
Gambar Momen Akibat Beban pada Lantai Kendaraan

Analisa Perhitungan Distribusi Momen:

Untuk mencari momen ujung terjepit pada tiap perletakan, dilakukan


distribusi momen dengan menggunakan metode cross.

* Perhitungan Kekakuan dan Distribusi Momen

Join A:
Kekakuan:
KAA' =0

KAB = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

∑ KA = 2,45EI

Faktor distribusi:

FAA' = 0

FAB = ∑KAB/∑KA = 2,667EI/2,667EI =1

19
Join B:

Kekakuan:

KBA = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

KBC = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

Faktor distribusi:

FBA = ∑KBA/∑KB = 2,45EI/4.9EI = 0,5

FBC = ∑KBA/∑KB = 2,45EI/4.9EI = 0,5

Join C:

Kekakuan:

KCB = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

KCD = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

∑KC = 4,9EI

Faktor distribusi:

FDC = ∑KCB/∑KC = 2,45EI/4.9EI = 0,5EI

FDE = ∑KCD/∑KC = 2,45EI/4.9EI = 0,5EI

Join D:

Kekakuan:

KDC = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

KDE = 4EI/L = 4EI/1,63 = 2,45EI

∑KC = 4,9EI

Faktor distribusi:

FDC = ∑KCB/∑KC = 2,45EI/4.9EI = 0,5EI

FDE = ∑KCD/∑KC = 2,45EI/4,3EI = 0,5EI

Join E:

Kekakuan:

20
KED = 4EI/L = 4EI/1,5 = 2,45EI

KEE' = 0EI

∑KE = 2,45EI

Faktor distribusi:

FED = ∑KED/∑KE = 2,45EI/2,45EI = 1

FEE' =0

Catatan:

Batang A'A dan EE' tidak memiliki kekakuan, karena ditumpu satu tumpuan saja
(balok kantilever)

* Perhitungan Kekakuan dan Distribusi Momen

SIKLUS 1

Momen Jepit:

Di titik A:

Ma = MAA' + MABº = -1229,35 + 214.99 = -1014,35 kg.m

Di titik B:

Mb = MBAº + MBCº = -214,99 + 214,99 = 0 kg.m

Di titik C:

Mc = MCBº + MCDº = -214,99 + 214,99 = 0 kg.m

Di titik D:

Md = MDCº + MDEº = -214,99 + 214,99 = 0 kg.m

Di titik E:

Me = MEDº + MEE' = --1229,35 + 214,99 = 1014,35 kg.m

Momen Perlawanan:

Di titik A:

MAA' = -Ma . FAA' = -1014,35 . 0 = 0 kg.m

21
MAB = -Ma . FAB = -(-1014,35) . 1 = 1014,35 kg.m

Di titik B:

MBA = -Mb . FBA = -0 . 0,5 = 0 kg.m

MBC = -Mb . FBC = -0 . 0,5 = 0 kg.m

Di titik C:

MCB = -Mc . FCB = -0 . 0,5 = 0 kg.m

MCD = -Mc . FCD = -0 . 0,5 = 0 kg.m

Di titik D:

MDC = -Md . FDC = -0 . 0,5 = 0 kg.m

MDE = -Md . FDE = -0 . 0,5 = 0 kg.m

Di titik E:

MED = -Me . FED = -1014,35 . 1 = -1014,35 kg.m

MEE' = -Me . FEE' = -0 . 0 = 0

Momen Induksi:

Pada batang AA'

MAA' = 0 kg.m

Pada batang AB

MAB = 1/2MBA = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang BA

MBA = 1/2MAB = 1/2.(1014,35) = 507,17 kg.m

Pada batang BC

MBC = 1/2MCB = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang CB

MCB = 1/2MBC =1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang CD

22
MCD = 1/2MDC = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang DC

MDC = 1/2MCD = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang DE

MDE = 1/2MED = 1/2.(-1014,35) = -507,17 kg.m

Pada batang ED

MED = 1/2MDE = 1/2.(0) = 0 kg.m

Pada batang EE'

MEE' = 1/2.(0) = 0 kg.m

Kemudian momen induksi dianggap momen primer dilakukan pengulangan


perhitungan siklus yang disajikan pada tabel dibawah sampai didapat hasil momen
distribusi = 0.000.

(Untuk tabel perhitungan kekakuan dan distribusi momen di halaman selanjutmya)

23
Tabel Perhitungan Kekakuan Dan Distribusi Momen
Joint A B C D E
Batang AA' AB BA BC CB CD DC DE ED EE'
K 2.454 2.454 4.908 4.908 4.908 4.908 4.908 4.908 2.454 2.454
No. DF 0 1 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 0
FEM -1229.352 214.996 -214.996 214.996 -214.996 214.996 -214.996 214.996 -214.996 1229.352
1
Bal 0.000 1014.356 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -1014.356 0.000
CO 507.178 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -507.178
2
Bal 0.000 -507.178 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 507.178 0.000
CO -253.589 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 253.589
3
Bal 0.000 253.589 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -253.589 0.000
CO 126.795 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -126.795
4
Bal 0.000 -126.795 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 126.795 0.000
CO -63.397 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 63.397
5
Bal 0.000 63.397 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -63.397 0.000
CO 31.699 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -31.699
6
Bal 0.000 -31.699 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 31.699 0.000
CO -15.849 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 15.849
7
Bal 0.000 15.849 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -15.849 0.000
CO 7.925 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -7.925
8
Bal 0.000 -7.925 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 7.925 0.000
CO -3.962 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 3.962
9
Bal 0.000 3.962 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -3.962 0.000
CO 1.981 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -1.981
10
Bal 0.000 -1.981 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.981 0.000
CO -0.991 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.991
11
Bal 0.000 0.991 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.991 0.000
CO 0.495 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.495
12
Bal 0.000 -0.495 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.495 0.000
CO -0.248 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.248
13
Bal 0.000 0.248 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.248 0.000
CO 0.124 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.124
14
Bal 0.000 -0.124 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.124 0.000
CO -0.062 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.062
15
Bal 0.000 0.062 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.062 0.000
CO 0.031 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.031
16
Bal 0.000 -0.031 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.031 0.000
CO -0.015 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.015
17
Bal 0.000 0.015 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.015 0.000
CO 0.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.008
18
Bal 0.000 -0.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.008 0.000
CO -0.004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004
19
Bal 0.000 0.004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.004 0.000
CO 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.002
20
Bal 0.000 -0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000
CO -0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001
21
Bal 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 -0.001 0.000
CO 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
22
Bal 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
CO 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
23
Bal 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Total -891.234 891.234 -214.996 214.996 -214.996 214.996 -214.996 214.996 -891.234 891.234
Ceck
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Statika

24
Sehingga dari tabel diatsa didapatkan momen sebagai berikut:

MAA' = -891,23 kg.m

MAB = 891,23 kg.m

MBA = -214,99 kg.m

MBC = 214,99kg.m

MCB = -214,99 kg.m

MCD = 214,99 kg.m

MDC = -214,99 kg.m

MDE = 214,99 kg.m

MED = -891,233 kg.m

MEE' = 891,233 kg.m

Gambar Momen – Momen yang Terjadi.

* Perhitungan Momen

Untuk batang AB

Reaksi perletakan:

25
……. Reaksi Perletakan BENAR!

Bidang Momen (M):

26
x=0

x = 0,5

x=1

x = 1,5

Mmax :

27
Karena batang AB dan batang DE simetris, maka bidang momen pada batang AB
dan DE sama.

Untuk batang CB:

Reaksi perletakan:

28
……. Reaksi Perletakan BENAR!

Bidang Momen (M):

x=0

x = 0,5

x=1

x = 1,5

29
Mmax :

Karena batang BC dan batang CD simetris, maka bidang momen pada batang BC
dan CD sama.

30
d. Perhitungan Momen Akibat Beban Hidup pada Lantai Kendaraan

Diketahui: P = 50985,8 kg

L = 1,63 m

Momen pada tumpuan:

Momen pada lapangan:

31
Gambar pelat yang menumpu pada 2 tepi sejajar yang memikul beban
terpusat r = 1/2 (untuk pelat yang terjepit penuh pada kedua tumpuannya)
dapat dilihat pada gambar dibawah:

Untukly > 3r.lx

Sa = 3/4.a + 3/4.r.lx

ly = 20 > 3r.lx = 3.1/2.8 = 12

a1 = 85 mm

a2 = 105 mm

Sesuai PBBI 1971 hal. 207, maka ditentukan :

Sa = 3/4. 85 + 3/4.1/2.150 = 120 cm

Sb = 3/4. 105 + 3/4.1/2.150 = 135 cm

Dari gambar ditentukan nilai S yang terkecil yaitu 120 cm

32
Mlapanganx =

Mtumpuanx = = -86,56964 kg.m

Momen pada lantai kendaraan:

* Daerah tumpuan balok A dan E :

Mu = -86,56964 + (-891,2338) = -977,80344 kg.m

* Daerah tumpuan balok B, C, dan D :

Mu = -86,56964 + (-214,9963) =-301,56599 kg.m

Pada daerah tumpuan diambil Mu terbesar = -977.803kg.m

* Daerah lapangan balok AB dan DE :

Mu = 519,417 + (-609,65707) = -90,239 kg.m

* Daerah lapngan balok BC dan CD :

Mu = 519,417 + (107,498) = 626,916 kg.m

Pada daerah lapngan diambil Mu terbesar = 626,916 kg.m

2.2.3 Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Kendaraan

Tebal pelat lantai (h) = 25 cm

Tebal selimut beton (P) = 3,5 cm

Diameter tulangan (Ø) = 10 mm = 1 cm

* Perhitungan Tulangan Lentur Negatif:

Momen rencana pada tumpuan (Mu) = 977,803 kg.m = 9,582 kNm

33
Mutu beton (f'c) = 25 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Modulus elastis baja (E) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan (β) = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur (ф) = 0,8

Ditinjau lebar pelat (b) = 1.00 m’ = 1000 mm’

Rasio penulangan balance (ρb):

Faktor tahan momen maksimal (Rmaks):

Momen nominal rencana (Mn):

Faktor tahanan momen (Rn):

34
Jadi : Rn < Rmaks

…… OK!

Rasio tulangan yang diperlukan:

Rasio tulangan minimum :

Karena ρ < ρmin, maka dugunakan ρmin = 0,00145

Luas tulangan perlu (As):

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

Jadi digunakan tulangan 7Ø10-142.58mm.

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 20% tulangan pokok

35
Diameter tulangan yang digunakan (D) = 6 mm

Jumlah tulangan yang dipakai (n):

Jadi digunakan tulangan 3Ø6-333mm.

Gambar Detail Penulangan Pelat Lantai Kendaraan

2.3 Perencanaan Gelagar Jembatan

Pada perencanaaan Gelagar jembatan perlu mengatahui data-data yang akan


digunakan dalam perhitungannya, data-data tersebut yaitu:

A. Data Struktur Atas

36
Gambar Struktur Atas Jembatan

37
Panjang bentang jembatan (L) = 15 m

Lebar jalan (jalur lalu-lintas) (B1) = 6.5 m

Lebar trotoar (B2) =1m

Lebar total jembatan (B1+2*B2) = 8.5 m

Jarak antara Girder (s) = 1,63 m

Dimensi Girder: Lebar girder (b) = 0,5 m

Tinggi girder (h) = 1,25 m

Dimensi Diafragma: Lebar diafragma (bd) = 0,3 m

Tinggi diafragma (hd) = 0,4 m

Tebal slab lantai jembatan (ts) = 0,25 m

Tebal lapisan aspal + overlay (ta) = 0,08 m

Tinggi genangan air hujan (th) = 0,03 m

Tinggi bidang samping (ha) =2m

Jumlah Balok Girder (jb) = 5 buah

B. Bahan Struktur

Mutu beton:

Kuat tekan beton (fc’) = 25 Mpa

Modulus elastic = 23500 Mpa

Angka poisson (u) = 0,2

Modulus geser (G) = Ec / [2*(1 + u)]

= 23500 / [2*(1 + 0,2)] = 9791,67 Mpa

Koefisien muai panjang untuk beton (α) = 0 °C

Mutu baja:

38
Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U - 41

Tegangan leleh baja (fy) = U*10 = 41*10 = 410 Mpa

Untuk baja tulangan dengan Ø ≤ 12 mm : U - 32

Tegangan leleh baja (fy) = U*10 = 32*10 = 320 Mpa

Specific Gravity:

Berat beton bertulang (wc) = 25 kN/m3

Berat beton tidak bertulang (beton rabat) (w’c) = 24 kN/m3

Berat aspal padat (wa) = 22 kN/m3

Berat jenis air (ww) = 10 kN/m3

2.3.1 Pembebanan Pada Gelagar Jembatan

Pembebanan pada gelagar jembatan terdiri dari beban hidup dan beban mati.

1. Beban Mati

Berat Sendiri Girder (Ms)

Faktor beban ultimit: KMS = 1,3

Berat sendiri (self weight) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Beban berat sendiri balok diafragma pada Girder
dihitung sbb.:

Tabel Perhitungan Beban Berat Sendiri Girder


No. Jenis   Lebar Tebal Berat Beban
(kN/
      (m) (m) m3) (kN/m)
Plat
1 lantai   1.63 0.25 25.00 10.188
2 Girder   0.50 1.00 25.00 12.500
QMS = 22.688

2. Beban Mati Tambahan

Faktor beban ultimit: KMA = 2

39
Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat seluruh bahan
yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-
struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan
dianalisis harus mampu memikul beban tambahan seperti:

a) Penambahan lapisan aspal (overlay) di kemudian hari.


b) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,

Panjang bentang Girder, L = 15 m

Tabel Perhitungan Beban Mati Tambahan


Lebar Tebal Berat Beban Beban
No. Jenis (kN/ (kN/
(m) (m) m3) (kN/m) m2)
Lap.Aspal+overla
1 y 1.63 0.08 22.00 2.869 1.76
2 Air hujan   1.63 0.03 10.00 0.489 0.3
Beban mati tambahan : QMA = 3.358 2.060

3. Beban Hidup

Beban Lalu Lintas: Beban Lajur “D” (TD)

Faktor beban ultimit: KTD = 1,8

Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata
(Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL
seperti pada Gambar 1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yg besarnya tergantung
pada panjang bentang L yg dibebani lalu-lintas seperti Gambar 2 atau dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:

q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30

q = 9,0*(0,5+15/L) kPa untuk L > 30

Gambar 1.

40
Untuk panjang bentang (L) = 15 m dengan UDL (q) = 9 kPa

KEL mempunyai intensitas (P) = 49 kN/m

Gambar 2.

Jarak girder 2,3, dan 4 (s) = 1,63 m

Jarak girder 1 dan 5 (s) = 1 m

Untuk panjang bentang (L) = 15 m

Beban merata lajur pada Girder 2,3 dan 4:

QTD = q * s = 9 * 1,63 = 14.670 kN/m

Beban merata lajur pada Girder 1 dan 5:

QTD = q * s = 9 * 1 = 9,000 kN/m

Beban merata untuk satu lajur pada Girder 2,3 dan 4:

Beban merata untuk satu lajur pada Girder 1 dan 5:

Beban garis lajur pada Girder 2,3 dan 4:

PTD = p * s = 49 * 1,63 = 79.870 N

Beban garis lajur pada Girder 1 dan 5:

41
PTD = p * s = 49 * 1 = 49 N

Beban garis untuk satu lajur pada Girder 2,3 dan 4:

Beban garis untuk satu lajur pada Girder 1 dan 5:

2.3.2 Perhitungan Momen Pada Gelagar Jembatan

Momen yang terjadi pada gelagar jembatan terjadi akibat beban mati dan
beban hidup.
Momen Lentur Akibat Beban Mati

MqDL = MX = RA * x - 1/2 * Qdl * x2 dimana: Qdl = QMS + QMA

MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2 = 26.05 kN/m

RA = 1/2 * Qdl * L

= 1/2 * 26,05* 15 = 195,337 kN

RB = 1/2 * Qdl * L

= 1/2 * 26,05* 15 = 195,337 kN

Momen pada potongan 1, x = 0 m (M1.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 195,337 * 0 - 1/2 * 26,05 * 02

42
M1.DL = MX = 0 kNm = 0 Nm

Momen pada potongan 2, x = 3.75 m (M2.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 195,337* 0 - 1/2 * 26,05 * 3.752

M2.DL = MX = 549.39 kNm = 549393.04 Nm

Momen pada potongan 3, x = 7.5 m (M3.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 195,337* 0 - 1/2 * 26,05* 7.52

M3.DL = MX = 732,5240 kNm = 732524,0625Nm

Momen pada potongan 4, x = 11.25 m (M4.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 195,337* 0 - 1/2 * 26,05* 11.252


M4.DL = MX = 549,3930 kNm = 549393 Nm
Momen pada potongan 5, x = 15 m (M5.DL)

MqDL = MX = RB * x - 1/2 * Qdl * x2

MX = 195,337* 0 - 1/2 * 26,05* 152

M5.DL = MX = 0 kNm = 0 Nm

Gambar Momen Akibat Beban Mati

Momen Lentur Akibat Beban Hidup:

Diketahui: Qtd = 5,33kN/m

Ptd = 29.044 kN

43
Mx (P) = RA*1/2L = 1/2 P x 1/2 L = 1/4 P L

RA = 1/2 * Ptd = 1/2 * 29.044 = 14.522 kN

RA = 1/2 * Ptd = 1/2 * 29.044 = 14.522 kN

Mx (Q) = MX = RA * x - 1/2 * Qtd * x2

MX = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

RA = 1/2 * Qtd * L

= 1/2 * 5,33* 15 = 40.009 kN

RB = 1/2 * Qtd * L

= 1/2 * 5,33* 15 = 40.009 kN

Gambar Beban Hidup Merata Pada Balok T Arah Memanjang.

Gambar Beban Hidup Garis Pada X3 Balok T Arah Memanjang

Momen pada potongan 1, x = 0 m (M1.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 40.009 * 0 - 1/2 * 5,33 * 02

= 0 kNm

M1.LL = Mx (Q) = 0 kNm = 0 Nm

44
Momen pada potongan 2, x = 3.75 m (M2.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 40.009 * 0 - 1/2 * 5,33* 3.752

= 112.523 kNm

M2.LL = Mx (Q) =112.523 kNm = 112525.6 Nm

Momen pada potongan 3, x = 7.5 m (M3.LL)

Mx (P) = 1/4 P.L

= 1/4 29.44 . 15

= 108.9136 kNm

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 40.009 * 0 - 1/2 * 5,33 * 7.52

= 150.0341 kNm

M3.LL = Mx (P) + Mx (Q)

= 108.9136 + 150.0341 = 258.948 kNm = 258947.7 Nm

Momen pada potongan 4, x = 11.25 m (M4.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 40.009* 0 - 1/2 * 5,33 * 11.252

= 112.5256 kNm

M4.LL = Mx (Q) =112.5256 kNm = 112525.6 Nm

Momen pada potongan 5, x = 15 m (M5.LL)

Mx (Q) = RB * x - 1/2 * Qtd * x2

= 40.009* 0 - 1/2 * 5,33 * 152

= 0 kNm

M5.LL = Mx (Q) = 0 kNm = 0 Nm

45
Gambar Momen Akibat Beban Hidup

46
Untuk mendapatkan kombinasi momen akibat beban mati dan beban hidup, maka
dilakukan perhitungan seperti tabel dibawah ini:
Tabel Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Hidup
Faktor M1 M4
Pembebanan M2 (N.m) M3 (N.m) M5 (N.m)
Beban (N.m) (N.m)
Beban mati, DL 2.0 0 1098786.094 1465048.13 1098786 0
Beban hidup,
1.8 0 202546.0227 466105.909 202546 0
LL
Total   0 1301332 1931154 1301332 0

Dari tabel diatas diambil Momen maksimum yaitu: 1931154,034 Nm.

2.3.3 Perhitungan Gaya Geser:

Bidang Lintang akibat beban mati merata:

Beban Mati (qd) = 26,050 kN/m

Reaksi Perletakan RA = 195,3397 kN

RB = 195,3397 kN

Kontrol: ∑V = 0

∑V = Ra+Rb-qd.L = 195,3397 + 195,3397 –(26,050 . 15)

∑V = 0 ………OK!

Gaya lintang pada potong 1, X = 0 m

Vx1 = RA = 195,3397 kN

Gaya lintang pada potong 2, X = 3.75 m

Vx2 = RA – qd.X = 195,3397 – 26,045 x 3.75 = 97,6698 kN

Gaya lintang pada potong 3, X = 7.5 m

Vx3 = RA – qd.X = 195,3397– 26,045 x 7.5 = 0 kN

Gaya lintang pada potong 4, X = 11.25 m

Vx4 = RA – qd.X = 195,3397– 26,045 x 11,25 = -97,6698 kN

Gaya lintang pada potong 5, X = 15 m

Vx5 = RA – qd.X = 195,3397– 26,045 x 15 = -195,3398kN

47
Bidang Lintang akibat beban hidup merata:

Beban hidup merata (ql) = 5,335 kN

Reaksi Perletakan RA = 40.009 kN

RB = 40.009 kN

Kontrol: ∑V = 0

∑V = Ra+Rb-qd.L = 40.009 + 40.009 – (5,335 . 15)

∑V = 0 ………OK!

Gaya lintang pada potong 1, X = 0 m

Vx1 = RA = 40.009 kN

Gaya lintang pada potong 2, X = 3,75 m

Vx2 = RA – qd.X = = 40.009 – 5,335 x 3,75 = 20.0045 kN

Gaya lintang pada potong 3, X = 7.5 m

Vx3 = RA – qd.X = 40.009 – 5,335x 7.5 = 0 kN

Gaya lintang pada potong 4, X = 11.25 m

Vx4 = RA – qd.X = 40.009 – 5,335 x 11,25 = -20.0045 kN

Gaya lintang pada potong 5, X = 15 m

Vx5 = RA – qd.X = 40.009 – 5,335 x 15 = -40.009 kN

Bidang Lintang akibat beban hidup terpusat:

Beban hidup terpusat (Pl) = 29.004 kN

Reaksi Perletakan RA = 14.522 kN

RB = 14.522 kN

Kontrol: ∑V = 0

∑V = Ra+Rb-P1 = 14.522 + 14.522 – 29.004

∑V = 0 ………OK!

Gaya lintang pada potong 1, X = 0 m

48
Vx1 = RA = 14.522 kN

Gaya lintang pada potong 2, X = 3,75 m

Vx2 = RA = 14.500 kN

Gaya lintang pada potong 3, X = 7.5 m

Vx3 = RA = 14.500 kN

Gaya lintang pada potong 4, X = 11.25 m

Vx4 = RA = 14.500 kN

Gaya lintang pada potong 5, X = 15 m

Vx5 = RA = 14.500 kN

Tabel Perhitungan Gaya Geser Akibat Beban Mati dan Hidup


Faktor
Pembebanan V1 (kN) V2 (kN) V3 (kN) V4 (kN) V5 (kN)
Beban
-
Beban mati, DL 2.0 390.680 195.340 0.000 -390.680
195.340
Beban hidup, LL 1.8 98.156 62.147 26.139 -9.869 -45.877
-
Total   488.835 257.487 26.139 -436.557
205.209
Vmax = Vu = 489 kN
Dari tabel diatas diambil gaya geser maksimum yaitu: 489 Nm.

2.3.4 Perhitungan Penulangan Gelagar Jembatan

A. Perhitungan Penulangan Lentur

Momen rencana ultimit gelagar =1931,154 kN.m


= 1931154,034 N.m

Kuat tekan beton (Fc') = 30 Mpa

Kuat leleh baja (fy) = 410 Mpa

Tebal slab beton (ts) = 20 cm = 200 mm

Lebar badan gelagar (b) = 0,5 m = 500 mm

Tinggi Gelagar (h) = 1,25 m = 1250 mm

Panjang Bentang (L) = 15 m = 15000 mm

49
Modulus elastis baja (Es) = 200000 Mpa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton = 0,85

Faktor reduksi kekuatan lentur Ø = 0,8

Diameter tulangan yang digunakan (D) = 29 mm

Diameter sengkang yang digunakan (ds) = 6 mm

Tebal selimut beton (sb) = 20 mm

d’ = tebal selimut + diameter sengkang + ½ diameter tulangan utama

= 20 + 8 + ½ x 22 = 40,5mm

Tinggi efektif (d) = h – tebal selimut – diameter sengkang – ½ diameter

tulangan utama

= 1250 – 20 – 6 – (½ x 29)

= 1209,5 mm.

Dicoba:

 Tulangan bawah menggunaan 8 buah tulangan dengan diameter 29


sehingga diperoleh As = 5284,15884 mm2.
 Tulangan atas menggunakan 4 buah tulangan dengan diameter 29
sehingga diperoleh As’ = 2642,07942 mm2.

Didapat:

50
0.008737 OK

OK

51
Mn = 2523487929 Nmm

1,931,154,034.09 Nmm

(OK)

Jadi untuk tulangan tekan dipakai 8D29 mm.

Jadi untuk tulangan tarik dipakai 4 D29 mm.

B. Perhitungan Tulangan Geser

Vu = 488835,1364 N

ØVc > Vu

52
488835,1364 > 441647 Ok (Tidak perlu sengkang)
Walau secara teoritis tidak perlu sengkang tetapi untuk kestabilan struktur
dan peraturan mensyaratkan dipasang tulangan minimum (spasi minimum).

Jadi digunakan sengkang Ø6-250mm.

Gambar Detail Penulangan Gelagar.

53
LAMPIRAN

Gambar Brosur Pipa yang Digunakan pada Perencanaan Railing.

54

Anda mungkin juga menyukai