Anda di halaman 1dari 3

“Sociological Jurisprudence” dari Roscoe Pound

Disarikan oleh:
Joeni A. Kurniawan, Ph.D.

Sumber:
• Roscoe Pound, 1907, “The Need of a Sociological Jurisprudence”, Annual Report of
the American Bar Association, 30, 911-926.
• Roscoe Pound, 1943, “Sociology of Law and Sociological Jurisprudence”, the
University of Toronto Law Journal, Vol. 5 No. 1, pp. 1-20.

-----------------------

Nathan Roscoe Pound was an American legal scholar and


educator. He served as Dean of the University of Nebraska
College of Law from 1903 to 1911 and Dean of Harvard Law
School from 1916 to 1936.

Nathan Roscoe Pound (1870 – 1964) adalah seorang botanis sekaligus ahli hukum Amerika. Ia
pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Nebraska dari tahun 1903 – 1911
dan kemudian menjadi Dekan di Fakultas Hukum Universitas Harvard dari tahun 1916 – 1936.

Latar belakang Pound dalam mengajukan gagasannya tentang sociological jurisprudence atau
ilmu hukum sosiologis adalah berawal dari kritiknya terhadap keadaan hukum di Amerika di
saat ia hidup yakni adanya jurang perbedaan (divergence) antara apa yang diatur oleh hukum
dan kesadaran atau aspirasi masyarakat (popular thought).

Pound berpendapat bahwa ilmu hukum klasik, baik yang terpengaruhi oleh aliran natural law (Ius
Naturale) seperti yang dimiliki oleh Grotius, aliran analitis (analytical school of jurisprudence)
seperti yang dimiliki oleh John Austin, maupun aliran historis (historical school of jurisprudence)
seperti yang dimiliki oleh Fredrich Carl von Savigny, telah terlepas dari realitas, dalam hal ini
situasi konkret di masyarakat. Oleh karena itu, Pound berargumen bahwa sebuah kecenderungan
baru dalam ilmu hukum diperlukan, yakni yang ia namakan sebagai sociological jurisprudence.

1
Terkait hal tersebut, Pound berpendapat bahwa diperlukan adanya re-investigasi atas teori-teori
keadilan, hukum, dan hak yang mana re-investigasi tersebut dilakukan dengan mencari landasan
atas doktrin-doktrin yang ada melalui penangkapan ilmiah hubungan hukum dan masyarakat
serta kebutuhan, kepentingan dan pendapat masyarakat hari ini.

Sebagaimana yang Pound ungkapkan sebagai berikut:1

“We must reinvestigate the theories of justice, of law and of rights. We must seek the basis
of doctrines, not in Blackstonc's wisdom of our ancestors, not in the apocryphal reasons of
the beginnings of legal science, not in their history, useful as that is in enabling us to
appraise doctrines at their true value, but in a scientific apprehension of the relations of
law to society and of the needs and interests and opinions of society of today.”

Berdasarkan adanya kebutuhan tersebut, yakni kebutuhan agar hukum benar-benar mencocoki apa
yang berkembang di masyarakat, Pound berpendapat bahwa pendidikan hukum harus berisikan
hal-hal yang konkret, yakni mendiskusikan problem-problem hukum yang konkret, doktrin-
doktrin hukum yang konkret, serta putusan-putusan pengadilan yang aktual. Oleh karena
itu, para akademisi hukum harus juga pakar di bidang sosiologi, ekonomi, dan politik. Hal
tersebut dikarenakan para ahli hukum tidak hanya perlu memahami soal aturan-aturan hukum
dan/atau putusan-putusan pengadilan serta prinsip-prinsip yang melatari aturan-aturan dan
putusan-putusan tersebut, melainkan juga perlu memahami kondisi sosial dan ekonomi di mana
prinsip-prinsip hukum tersebut akan diterapkan, sebagaimana juga perasaan dan kesadaran
masyarakat sebagai lingkungan di mana prinsip-prinsip tersebut beroperasi secara nyata. 2

Itulah mengapa, Pound berpendapat bahwa adalah tugas para akademisi hukum untuk juga
meneliti basis sosiologis dari setiap aspek dari hukum pada saat mereka mengajarkan ilmu
hukum (di fakultas-fakultas hukum).3

Menurut Pound, hukum bukanlah tujuan melainkan sarana.4 Dan di dalam setiap keadaan di mana
terjadi perbedaan antara standar hukum yang ada dengan standar publik (baca:
masyarakat), maka menurut Pound standar publik lah yang pada akhirnya akan menang, dan
cepat atau lambat pada akhirnya apa yang menjadi tuntutan opini publik akan diakui dan diterapkan
oleh institusi-institusi hukum.5

Terkait adanya progres menuju kepada standar yang baru sesuai dengan aspirasi masyarakat,
seperti yang sudah dipahami dan diakui oleh para sosiolog, para praktisi hukum menurut Pound
harus menjadi faktor pendorong (progres yang ada) alih-alih menjadi faktor penghalang jalannya
perkembangan hukum. 6 Oleh karena itu, Pound lebih lanjut mengungkapkan:7

1
Rocoe Pound, 1907, “The Need of a Sociological Jurisprudence”, Annual Report of the American Bar Association,
30, 911-926, h. 917-918.
2
Ibid., h. 919.
3
Ibid., h. 920.
4
Ibid.
5
Ibid., h. 925.
6
Ibid., h. 926.
7
Ibid.

2
“To this end it is the duty of teachers of law… to teach it in the spirit and from the standpoint
of the political, economic and sociological learning of today. It is their task to create in this
country a true SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE, to develop a THOROUGH
UNDERSTANDING BETWEEN THE PEOPLE AND THE LAW, to ensure that the
common law remain what its exponents have always insisted it is the custom of the
people…..(Untuk tujuan ini adalah tugas akademisi hukum ... untuk mengajarkannya
dalam semangat dan dari sudut pandang pembelajaran politik, ekonomi dan sosiologis
hari ini. Adalah tugas mereka untuk menciptakan di negeri ini suatu ILMU HUKUM
SOSIOLOGIS yang sejati, untuk mengembangkan suatu PEMAHAMAN
MENYELURUH ANTARA MASYARAKAT DAN HUKUM, untuk memastikan bahwa
common law tetap seperti yang selalu ditegaskan oleh para eksponennya bahwa itu adalah
kebiasaan masyarakat….)”

Adanya tendensi pergeseran yang terjadi di masyarakat dari konsep standar tentang “keadilan
hukum” (legal justice) kepada apa yang disebut sebagai “keadilan sosial” (social justice) menurut
Pound adalah contoh dari adanya perkembangan yang sifatnya keluar dari doktrin-doktrin kuno
yang sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi mencerminkan realitas sosial yang ada. 8 Menurut
Pound, hal tersebut dikarenakan konsep standar tentang “keadilan hukum” diletakkan pada
prinsip-prinsip keadilan yang terlalu individualistik yang mengasumsukan begitu saja bahwa
semua orang adalah sepenuhnya setara, sedangkan pada kenyataannya realitas sosial yang terjadi
penuh dengan ketidaksetaraan. 9 Oleh karena itu, merujuk pada konsep “keadilan sosial” ini, hak
dan kewajiban seharusnya dilekatkan pada orang yang telah dewasa dan disesuaikan dengan
kapasitas alamiahnya terkait posisinya di masyarakat dan pekerjaan yang ia emban. 10

Berdasarkan semua penjabaran di atas, maka apakah sociological jurisprudence adalah sama
dengan sosiologi hukum? Menurut Pound, keduanya adalah kajian yang berbeda.11 Sosiologi
hukum adalah kajian sosiologi tentang hukum, yang diantaranya dirintis oleh Eugen Ehrlich,
sedangkan sociological jurisprudence adalah kajian hukum, yang berasal dari kajian filsafat
hukum dan aliran hukum historis, yang bertujuan untuk menggunakan kajian-kajian ilmu sosial
untuk membuat kajian hukum menjadi lebih luas dan lebih efektif. 12 Sebagai sebuah kajian hukum
(jurisprudence), maka menurut Pound sociological jurisprudence pada akhirnya tetap akan
berurusan dengan hal-hal yang sifatnya normatif, yakni masalah-masalah hukum konkrit dan nilai-
nilai, doktrin serta prinsip-prinsip yang ada di balik putusan-putusan hakim terkait kasus-kasus
tersebut.13 Adapun sosiologi hukum, sebagai suatu ilmu sosial (sosiologi), tidak berurusan dengan
hal-hal yang bersifat sarat nilai. 14

-----------------------

8
Ibid., h. 924-925.
9
Ibid., h. 921.
10
Ibid., h. 924.
11
Roscoe Pound, 1943, “Sociology of Law and Sociological Jurisprudence”, the University of Toronto Law Journal,
Vol. 5 No. 1, h. 1-20.
12
Ibid, h. 2-3.
13
Ibid, h. 20.
14
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai