Anda di halaman 1dari 24

PTK BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PIDATO SISWA


SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA MELALUI
METODE QUANTUM LEARNING

Disusun Oleh :
ANI BUDIYATI,S.S.

SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA


TAHUN AJARAN 2019-2020
PENINGKATAN KEMAMPUAN PIDATO SISWA SMA WACHID HASYIM 1
MELALUI METODE QUANTUM LEARNING

PENDAHULUAN

Biasanya guru dalam menyampaikan pelajaran pidato dimulai dengan


penjelasan menyusun naskah pidato, kemudian siswa membuat naskah pidato,
setelah siswa selesai menyusun naskah pidato, naskah tersebut ditukar dengan
teman sebangkunya. Selanjutnya naskah dikoreksi bersama mengenai penggunaan
ejaan, tanda baca, dan pilihan kata (diksi). Setelah itu siswa disuruh membacakan
naskah pidatonya atau menghafal naskah pidato kemudian seorang demi seorang
tampil di depan kelas, sementara itu siswa yang lainnya menunggu giliran
dipanggil oleh gurunya untuk tampil di depan kelas. Pada saat itu guru konsentrasi
menilai kemampuan pidato siswa dan memanggil siswa yang akan tampil. Model
pembelajaran seperti di atas kurang diminati siswa karena sangat membosankan
dan menegangkan pada saat siswa antri menunggu giliran maju ke depan dan juga
perasaan mereka menjadi tidak nyaman jantung berdegup kencang.
Kegiatan Belajar mengajar seperti di atas menghambat ketercapaian
kemampuan siswa dalam belajar pidato. Untuk dapat mencapai kemampuan pidato
pada siswa, maka siswa harus memiliki kemampuan berbicara, dalam hal ini
ditekankan pada aspek berbicara.. Materi pidato dipilih berdasarkan ungkapan
pikiran, persaan atau informasi yang dialami atau diamati siswa. Kemudian siswa
menyampaikan melalui pidato di depan kelas. Jika kemampuan pidato siswa
tercapai maka akan ada peningkatan kemampuan pidato para siswa sehingga dapat
dikatakan bahwa pembelajaran pidato berhasil dengan baik.
Namun, untuk dapat mencapai peningkatan kemampuan pidato pada siswa
diperlukan skenario pembelajaran yang baik. Skenario yang baik memerlukan
penguasaan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga guru dituntut untuk
dapat menyesuaikan penggunaan metode yang bervariasi dengan kondisi siswa
yang ada. Hal tersebut dituangkan oleh guru dalam menyusun dan melaksakan
pembelajaran agar dapat menggali kemampuan diri siswa khususnya dalam
pelajaran pidato.
Berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia tetap
ditekankan pada empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah aspek Membaca,
aspek Menulis, aspek Berbicara, dan aspek Mendengarkan. Pidato atau ceramah
merupakan salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia yang menekankan pada
aspek berbicara pada siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Dengan
demikian memunculkan pertanyaan bagi penulis tentang apakah metode Quantum
Learning dapat meningkatkan kemampuan pidato pada siswa?

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam makalah ini, metodologi penelitian yang digunakan penulis dapat


dideskripsikan sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan kemampuan pidato siswa dengan mengguanakan metode
Quantum Learning
2. Tempat dan waktu penelitian
SMA Wachid Hasyim 1 yang terletak di Jalan Sidotopo Wetan Baru No. 37
Surabaya.
3. Setting Penelitian
SMA Wachid Hasyim 1 tereltak di Jalan Sidotopo Wetan Baru No. 37 yang
memiliki ruang kelas sebanyak 17 lokal ruang kelas yang terdiri dari kelas X MIPA
IPS, XI MIPA IPS dan XII MIPA IPS. Waktu belajar 6 hari Senin-Sabtu mulai
pukul 06.30 sampai dengan 14.00.Para siswa melaksanakan kegiatan berbagai
macam ekstrakurikuler pada hari jumat setelah KBM dan hari Minggu pk. 07.00-
13.00.
Penelitian ini akan dilakukan di kelas XI IPS1 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari
13 putra dan 15 putri. Pertimbangan kelas ini dijadikan subjek penelitian karena
para siswa di kelas tersebut berlatar belakang 90% berasal dari ekonomi menengah
ke atas, tetapi dalam bidang kemampuan akademik rata-rata siswa kelas XI IPS 1
tergolong agak rendah dibandingkan dengan kelas XI lainnya. Sedangkan dalam
proses belajar mengajar, kemampuan merespon pelajaran siswa kelas tersebut
lamban dan pasif.
4. Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode tindakan kelas dengan prinsip untuk
mengatasi sesuatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Stephen
Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup empat langkah yakni: 1) merencanakan
tindakan; 2) melaksanakan tindakan dan pengamatan; 3) merefleksi hasil
pengamatan; 4) revisi perencanaan untuk pengembangan tindakan selanjutnya.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai siklus. Oleh
karena itu pengertian siklus pada penelitian ini adalah suatu putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi
1) Merencanakan Tindakan
Pengamatan Awal:
1. Melakukan penyebaran angket lembar observasi terfokus
tentang materi dan pembelajaran pidato kepada para siswa kelas XI IPS 1
2. Wawancara dengan guru mata pelajaran kelas XI IPS 1
yang pernah mengajarkan pidato
3. Mengidentifikasikan kesulitan yang dialami siswa pada
saat pembelajaran berpidato.
4. Kolaborator dipilih dua orang berasal dari dalam dan
luar sekolah berdasarkan kesediaan dan izin dari pihak sekolah.
Kegiatan perencanaan:
1. Menentukan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.
2. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.
3. Menyiapkan sumber belajar dari lingkungan sekolah untuk pemodelan
pidato dan pembawa acara sesuai dengan metode mencontoh dalam
Quantum Learning.
4. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan seperti voucher yang
berisi tugas-tugas anggota kelompok mulai nomor 1 sampai dengan 8 yang
salah satu nomor secara berurut telah ditentukan tampil pidato dan yang
lainnya menilai. Kemudian voucher tersebut dilipat – lipat berbentuk
persegi atau digulung-gulung seperti arisan ibu-ibu sesuai dengan metode
permainan dalam Quantum Learning.
5. Membuat lembar penilaian berpidato berupa format penilaian kebahasaan
maupun nonkebahasaan. Metode Quantum Learning dapat diterapkan pada
penilaian nonkebahasaan seperti suara, gagasan/ ide, dan gerak tubuh.
6. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran
di kelas ketika metode Quantum Learning diaplikasikan.
7. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan untuk menguji
keterlaksanaan rancangan, sehingga menambah kepercayaan diri
peneliti dalam pelaksanaan yang sebenarnya.
2) Melasakan Tindakan dan Pengamatan
Rancangan satu siklus dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1) Memberikan pernyataan yang bermanfaat kepada siswa berupa sugesti
positif.
2) Menampilkan model pembelajaran yang bervariasi (pemodelan pidato
dan pembawa acara) untuk dicermati oleh para siswa.
3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai penampilan dan isi
pesan yang disampaikan para model di depan kelas dalam
pembelajaran pidato yang dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya
yang telah dipelajari (apersepsi).
4) Menyampaikan tujuan yang jelas mengenai materi yang akan dipelajari
hari itu.
5) Menggunakan rasa ingin tahu dan menumbuhkan minat siswa terhadap
materi pelajaran.
6) Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal.
b. Tahap penyampaian
c. Tahap inti
1. Memberikan keyakinan kepada para siswa setelah menyaksikan para
model di depan kelas. Misalnya : Coba kalian perhatikan kedua siswa
tadi mengenai keberanian tampil di depan kelas ini padahal mereka
bukan teman sekelas kalian bahkan satu anak tadi adalah dari kelas XI.
Sebenarnya, kalian juga bisa berani seperti mereka asal kalian tanamkan
dalam pikiran kalian bahwa saya juga bisa.
2. Memberikan kesempatan para siswa mengembangkan otak kirinya
untuk menganalisis sistematika isi pidato melalaui tanya jawab dan
menyusun konsep/ kerangka pidato.
3. Para siswa berpasangan dengan teman sebangku untuk saling menilai
kerangka/konsep yang dibuatnya dengan lembar penilaian dari guru.
4. Memberikan terapi agar para siswa berani tampil maka minimal siswa
diberi kesempatan tampil di depan kelompoknya sendiri yang
berjumlah 7 siswa. Terapi lain siswa diberi penjelasan terlebih dahulu
bagaimana cara berekspresi, cara gerak tubuh, cara bersuara dengan
artikulasi dan intonasi yang tepat, cara berdiri di depan audiens. Metode
ini perpaduan antara pemercepat pembelajaran dengan NLP
5. Setiap kelompok mendapat voucher dari guru yang berisi urutan tampil
dan tugas anggota kelompok. Cara seperti ini termasuk menggunakan
metode permainan untuk memudahkan pelaksanan pidato pada
kelompoknya masing-masing.
6. Memberikan kesempatan untuk berkonsultasi jika ada siswa perlu
mendapat bimbingan khusus dengan kondisi kelas masih dalam kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar hubungan siswa dan guru
terjalin sesuai dengan yang diharapkan masing-masing.
Menjelaskan langkah-langkah simulasi sebagai berikut:
1) Setelah para siswa menampilkan pidato para anggotanya, selanjutnya
memberi peringkat berdasarkan jumlah nilai tertinggi hingga terendah
sesuai jumlah nomor anggotanya masing-masing.
2) Peringkat nomor dari kelompok masing-masing tersebut
diklasifikasikan menjadi para peringkat I, II, III, IV, V, VI, dan VII.
Untuk para peringkat I dan II sebagai nominasi I dan II; peringkat III
sebagai juri nominasi I, peringkat IV sebagai juri nominasi II, peringkat
V sebagai pembawa acara nominasi I, peringkat VI sebagai pembawa
acara nominasi II, dan peringkat VII sebagai komentator nominasi . Para
peringkat sejenis masing-masing mendapat pengarahan dari guru
dengan memberikan sugesti agar mereka melaksanakan perannya
masing-masing semaksimal mungkin. Misalnya, para peringkat I kalian
sebagai nominasi I yang mendapat kesempatan mengeluarkan segala
kemampuan kalian untuk kalian harus percaya bahwa kalianlah yang
akan menjadi seorang pidato terbaik. Begitu pula dengan pembawa cara,
para juri dan komentator mendapat pengarahan.
3) Guru menata ruang kelas berdasarkan barisan duduk dalam ruang kelas.
4) Para peringakat sejenis duduk sesuai bangku yang ditentukan dengan
cara bergerak maju dan yang paling depan ke belakang kecuali
komentator sedangkan para nominasi yang akan tampil beridiri di
belakang sambil latihan pernapasan dan mengendalikan emosi.
5) Simulasi dimulai dengan kesiapan juri dan komentator kemudian
menampilakan pembawa acara selanjutnya memanggil nomintor I,
sedangkan komentator mencatat hal yang dianggap perlu dikomentari
dari isi dan penampilan pidato, begitu selanjutnya bergantian sesuai
tugas peran siswa masing-masing. Sementara para juri menyerahkan
hasil penilaian kepada guru .
6) Guru memberikan kesempatan para komentator untuk menyampaikan
komentar kepada para nominator maupun pembawa acara yang telah
tampil dengan alasan yang logis. Setiap selesai pidato, menyampaikan
acara dan memberi komentar diakhiri dengan tepukan. Hal ini dilakukan
untuk memompa diri siswa supaya lebih berhasil lagi.
7) Memberikan refleksi kepada siswa dengan memberikan tanggapan
secara langsung
d. Tahap penampilan hasil
1. Meminta siswa menyusun kerangka/ konsep pidato pendek untuk waktu
penampilan  3 menit berdasarkan hasil analisis sistematika isi pidato yang
telah disepakati dan mengembangkan ide/ gagasan mereka masing-masing
sesuai dengan pengalaman dan pemikiran yang mereka miliki sebagai bahan
yang akan disampaikan di depan umum nantinya.
2. Meminta siswa untuk menilai sistematika kerangka/ konsep pidato tersebut
dengan lembar penilaian yang telah disiapkan. Hal ini untuk merangsang
pengembangan otak kiri karena tak satu pun bagian otak ini bekerja secara
sempurna tanpa adanya dorongan dari bagian lainnya.
3. Meminta siswa menampilkan pidato satu persatu sedangkan siswa lainnya
menilai dengan lembar penilaian yang telah disiapkan pada masing-masing
kelompoknya. Hal ini merupakan penerapan hasil interaksi yang berupa
inspirasi siswa untuk berani tampil berpidato dan menyampaikan gagasan/
ide sendiri.
4. Meminta siswa yang terbaik hasil nilai pidato untuk ditampilkan

di depan kelas sebagai contoh. Hal ini menerapkan metode


belajar berdasarkan pengalaman.
3) Refleksi hasil kegiatan
Peneliti mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan
hasil yang didapatkan dalam tahap pelaksanaan dan pengamatan serta hasil refleksi
yang mencakup seluruh proses pembelajaran pidato dengan lembar observasi
terstruktur, pedoman wawancara kolaborator, jurnal harian, lembar penilaian
kebahasaan dan nonkebahasaan, serta lembar refleksi pembelajaran siswa.
Jika nilai/ skor siswa berpidato mencapai atau melebihi kriteria kentuntasan
minimal dari indikator yang telah ditetapkan, maka peneliti menganggap bahwa
kemampuan pidato siswa meningkat.
4) Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan hasil belajar siswa, penulis menyiapkan format
penilaian berpidato yakni format kerangka isi pidato secara sistematik terdiri dari 6
aspek sebagai berikut: penggunaan salam, sapaan, pendahuluan, isi, penutup, salam
penutup dan format penilaian pidato yang terdiri dari 10 aspek sebagai berikut:
berdiri tegak melihat khalayak, ekspresi wajah, gerak tubuh, artikulasi, nada suara,
volume suara, diksi, tidak mengulang-ulang, menyampaikan pesan dengan jelas,
dan menyimpulkan. Kedua format penilaian tersebut digunakan untuk mengukur
kemampuan pidato siswa kelas XI IPS 2 pada saat persiapan dan pada saat pidato.
Demikian juga angket dari siswa yang sebelumnya telah mereka isi, sedangkan
kolaborator telah mengisi lembar observasi terstruktur dan pedoman wawancara
sebagai bahan pengolahan data dan pembahasan masalah.
5. Instrumen penelitian
Untuk mengamati jalannya tindakan penelitian ini, penulis menggunakan
instrumen terbuka (lampiran 1) dan terfokus (lampiran 2) untuk para siswa,
instrumen terstruktur (lampiran 3) untuk kolaborator guru kelas, instrumen
pedoman wawancara (lampiran 4) untuk kolaborator guru dari sekolah lain, dan
jurnal harian. ( lampiran 5)
6. Teknik analisis data
Hasil belajar pidato siswa, hasil pengamatan peneliti dan kolaborator diolah
dengan menggunakan metode kualitatif walaupun pada umumnya hasil belajar
pidato siswa kelas XI IPS2 SMA Wachid Hasyim 1 berupa angka, angka-angka
tersebut sebagai bukti pemaparan hasil perlakuan tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi data satu siklus


a. Perencanaan tindakan
Dalam merencanakan tindakan, peneliti melakukan kegiatan membuat : lembar
observasi terbuka, terstruktur, format pedoman wawancara guru mata pelajaran
dan kolaborator, voucher, format penilaian persiapan pembibicaraan pidato
(konsep), format penilaian pidato, format rekapitulasi hasil penilaian pidato,
dan daftar pertanyaan refleksi.
b. Pelaksanaan tindakan dan pengamatan
Dalam pelaksanaannya, penulis telah menetapkan bahwa pembelajaran
kompetensi dasar 10.1 berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang
tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas, dapat dilaksanakan 2 X
pertemuan atau (4 X 40 menit). Untuk itu rangkaian 2 kali pertemuan tersebut
dikemas dalam satu siklus dan penulis melaksanakan hanya satu siklus dengan
alasan bahwa metode yang digunakan bervariasi sehingga tidak ada kesempatan
bagi siswa untuk tidak beraktifitas.
Pada pertemuan pertama, penulis menyampaikan arahan tentang tujuan
pembelajaran pidato bagi siswa kemudian para siswa diminta untuk mengamati dan
mendengarkan pidato dari seorang siswa (sebagai model). Sebelum pidato dimulai,
para siswa menyaksikan seorang siswa (sebagai model) membawakan acara
sebagai pengantar siswa berpidato. Para siswa mendengarkan dan mencatat pokok-
pokok sistematika isi pidato serta mengamati penampilan model pidato dengan
lembar pengamatan yang telah diterima dari guru. Guru memberi kesempatan pada
siswa untuk mengomentari model pidato dan pembawa acara tadi, ternyata dari
komentar tadi memunculkan pertanyaan dari siswa tentang isi pidato tadi yang
telah disampaikan. Pada dasarnya guru dan siswa bersepakat untuk menyusun isi
pidato atau mempersiapkan pembicaraan selama 3 menit dengan tema yang bebas.
Setelah siswa menyusun isi pidato yang membutuhkan waktu 30 menit maka para
siswa tersebut menukar naskahnya dengan teman sebangku untuk diperiksa
mengenai sistematika isi pidato dengan lembaran penilaian yang telah disiapkan
dan dibagikan oleh guru. Kemudian naskah dan hasil penilaian siswa dikumpulkan
kepada guru. Guru bertanya langsung kepada siswa tentang pembelajaran pada hari
itu, para siswa menyatakan sangat memahami bahwa sebelum berpidato harus
menyiapkan materi pidato untuk disampaikan kepada para pendengar, sehingga
pendengar dapat memahami isi pesan pidato.
Pertemuan kedua, guru menghubungkan materi minggu yang lalu tentang
penampilan, keberanian, ekspresi, gerak tubuh dan suara yang dimiliki model
pidato dan pembawa acara untuk diimplementasikan pada diri para siswa. Para
siswa bertanya jawab tentang bagaimana mengatasi rasa gugup, rasa malu, dan rasa
takut untuk tampil di depan kelas.
Guru menjawab dan memberikan kiat-kiat mengatasi perasaan yang dialami
para siswa tersebut dengan pemberian sugesti. Sebagai terapi pertama, maka
dibentuklah kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 7 karena satu
kelasberjumlah 28 siswa, jadi terbentuklah 4 kelompok. Masing-masing kelompok,
para anggotanya menerima voucher yang berisi nomor urut tampil di depan
kelompoknya. Selain itu tiap kelompok para anggotanya mendapatkan lembar
format penilaian pidato dan satu lembar rekapitulasi penilaian yang memuat
peringkat berdasarkan urutan jumlah nilai anggota kelompok. Kegiatan tersebut
membutuhkan waktu 35 menit, kemudian hasil peringkat dikelompokan antara
peringkat yang sama dari masing-masing kelompok Seperti peringkat I dari
masing-masing kelompok menjadi nominasi I, peringkat II menjadi nominasi II,
peringkat III menjadi Juri nominasi I, peringkat IV menjadi juri nominasi II,
peringkat V menjadi pembawa acara para nominator I, peringkat VI menjadi juru
para nominator II, peringkat VII menjadi komentator para nominator I. Meja dan
kursi siswa ditata sesuai dengan tata letak ruang kelas hanya fungsinya berbeda.
Tata letak yang berbentuk barisan terdiri 4 kolom dan 8 baris difungsikan bahwa
baris pertama tempat duduk juri nominasi I, baris kedua tempat duduk pembawa
acara nominasi I, baris ketiga tempat duduk para nominator II, baris keempat
tempat duduk juri nominsi II, baris kelima tempat duduk
pembawa acara nominasi II, baris keenam dan ketujuh tempat duduk komentator
nominasi I dan II, baris kedelapan temapat duduk para nominator I. Para siswa
yang telah duduk pada tempatnya masing-masing tersebut bergerak maju ke depan
setelah satu periode nominasi selesai, kecuali tempat duduk komentator tetap,
sedangkan yang paling depan bergerak ke tempat duduk paling belakang. Para
siswa masing-masing sibuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugasnya
masing-masing. Kemudian mereka satu persatu tampil berpidato dengan terlebih
dahulu dimulai oleh pembawa acara. Pada saat para siswa tampil, nampak mereka
sedikit demi sedikit mengeluarkan kemampuan dirinya untuk mencapai cara pidato
yang baik. Namun, ada satu siswa yang menjadi pembawa acara merasa masih
kurang percaya diri akan tetapi siswa tersebut tunjuk-tangan untuk menyampaikan
keluhannya dan minta dibimbing agar kepercayaan-dirinya dapat diperoleh
kembali. Pada gilirannya diluar dugaan siswa tersebut ternyata penyampaian dan
penampilannya baik sehingga teman-temannya memberikan tepukan-tangan,
tertawa riang dan pujian. Setelah para siswa yang mendapat peringkat I sampai
dengan VI sudah tampil semua, para siswa peringkat VII diberi kesempatan
menyampaikan komentarnya kepada para nominator I dan II, ada siswa yang lebih
dari 3 kali memberikan komentar dengan cara berdiri di dekat tempat duduknya. Isi
komentar mereka tentang isi pidato dan penampilan pidato. Para juri menyerahkan
hasil penilaian kepada guru. Kegiatan pembelajaran ini diakhiri dengan pertanyaan
langsung dan tidak langsung kepada para siswa mengenai model cara belajar pidato
yang baru saja mereka alami. Pada umumnya mereka merasa senang, tidak jenuh,
dapat menyusun konsep/ kerangka isi pidato dengan mudah dan percaya diri.
c. Pengamatan dari jurnal harian dan pedoman wawancara kolaborator
1) Materi pembelajaran yang diberikan dapat mencapai kompetensi
dasar karena materi yang disampaikan dapat memberi rangsangan untuk
berpikir kritis dan kreatif sehingga siswa banyak bertanya dan cenderung untuk
berbuat. Hal ini terlihat siswa berani tampil berpidato satu per satu. Selain itu
peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran secara jelas, sistematis dan tidak
terlalu cepat sehingga siswa mudah untuk mengikuti. Penguasaan dan wawasan
yang dimiliki peneliti sangat luas.
2) Kolaborator juga mengamati media yang digunakan peneliti berupa
lembaran kertas yang dibentuk menjadi voucher, format penilaian dan kartu
rekapitulasi penilaian serta pemodelan pidato yang divariasi dengan pemodelan
pembawa acara diambil dari siswa yang sudah berkompetensi. Baik media
maupun sumber belajar diguanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
berpidato.
3) Metode yang digunakan adalah metode yang bervariasi,
memudahkan, mempercepat belajar dan menyenangkan para siswa untuk bisa
lebih percaya diri berpidato di depan umum.
4) Strategi yang disusun diterapkan sesuai dengan pelaksanaan,
terbukti hanya satu siklus mampu meningkatkan minat pidato para siswa.
5) Pelaksanaan Evaluasi selama proses pembelajaran dapat diukur
dengan memberi skor pada masing-masing aspek kemampuan dari penjabaran
indikator.
6) Model pembelajaran pidato dengan metode Quantum Learning yang
telah diuji-cobakan secara baik karena dapat memotivasi siswa untuk berani
tampil, menarik, menyenangkan dan sangat bermanfaat untuk menjadikan siswa
memiliki kompetensi dalam berpidato.
d. Hasil tes kemampuan pidato siswa satu siklus dan pembahasannya.
Kemampuan pidato yaitu pembicara mampu menyampaikan dan
menanamkan pikiran, informasi, atau gagasan kepada khalayak lain. Dalam hal ini
pembicara berusaha mempersiapkan pembicaraan pidato yang akan disampaikan
dan mempersiapkan diri tampil berbicara di depan umum
Hasil Pengujian kemampuan mempersiapkan pembicaraan terdiri dari 6
aspek yang masing-masing aspek diberi skor paling rendah 1 dan paling tinggi 5.
Berdasarkan penskoran tersebut rata-rata para siswa memperoleh jumlah skor 23,5
yang artinya para siswa rata-rata memperoleh nilai 78. Data ini menunjukan bahwa
sebagian besar siswa mampu menyusun persiapan pembicaraan. Adapun siswa
yang memperoleh skor paling tinggi 29 atau mendapat nilai 96 sedangkan skor
yang paling rendah 13 atau mendapat nilai 43. Ini diperoleh siswa dengan nomor
kode 37. Nilai 43 termasuk nilai ekstrem karena paling rendah dan berbeda jauh
dengan perolehan nilai dari siswa-siswa liannya. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti dan kolaborator, siswa ini kurang berpartisipasi aktif di kelas. Padahal
dalam pengelolaan kelas, peneliti cukup banyak berinteraksi dengan siswa tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, misalnya kurang konsentrasi dalam
belajar sehingga tidak memahami dan mencermati model pidato yang telah
ditampilkan. Hal lain kurang berinteraksi denga teman-temannya. Berdasarkan
pengamatan peneliti, siswa yang bercirikan tersebut memiliki konflik pribadi
terutama lingkungan hidup sehari-hari khususnya di rumah. Hal ini dibenarkan oleh
guru kelasnya dan beberapa temannya.
Sedangkan, hasil pengujian kemampuan menampilkan pidato ada 10 aspek
yang masing-masing aspeknya jika dijawab ya diberi skor 1 dan jika jawab tidak
skornya 0 (nol). Jumlah skor tertinggi 10 atau nilainya 100 dan terendah 0 (nol).
Berdasarkan penskoran tersebut rata-rata para siswa memperoleh jumlah skor 7
atau nilai 70. data tersebut menujnjukan sebagian para siswa mampu tampil pidato
di depan khalayak. Jumlah skor yang paling tinggi dari data tersebut adalah 9 atau
nilai 90 sedangkan yang paling rendah adalah 6 atau nilai 60. Jumlah siswa yang
memperoleh nilai 60 adalah 6 siswa. Data tersebut menunjukan bahwa pada
dasarnya siswa mampu pidato di depan khalayak.
e. Rekapitulasi kemampuan pidato dengan metode Quantum Learning
Berdasarkan nilai rata-rata kelas tersebut, maka persentase kemampuan pidato
siswa dalam satu siklus 74%. Namun, berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
yang ditetapkan pada sekolah tersebut yang besarnya 71, maka persentase
kemampuan pidato siswa dalam satu siklkus 84%. Hal ini terbukti dari jumlah
siswa yang memperoleh nilai kurang dari 71 ada 6 siswa.

2. Refleksi satu siklus


Langkah-langkah dan seluruh kegiatan yang telah dilakukan pada satu
siklus tersebut diamati, dicatat, dan dievaluasi bersama oleh peneliti dan
kolaborator untuk kemudian disimpulkan sebagai refleksi dan bahan evaluasi
penyempurnaan pembelajaran pidato yang akan datang. Hal tersebut dicatat dalam
catatan peneliti dan jurnal kolaborator. Refleksi uga dilakukan dengan mengamati
hasil rekapitulasi nilai kemampuan pidato siswa melalui metode Quantum
Learning, dan memperhatikan pendapat siswa melalui lembar refleksi kegitatan
pembelajaran satu siklus.

3. Keterbatasan penulis
1. Belum maksimal dalam penanganan individual siswa yang masih memilki
masalah dalam menyiapkan dan menampilkan pidato karena keterbatasan
waktu dan tenaga.
2. Kurang maksimalnya pengamatan kolaborator dan peneliti karena keterbatasan
tenaga
3. Penyusunan strategi pembelakajaran yang masih perlu disempurnakan terutama
dalam kegiatan simulasi karena pada siswa yang berperan juri hanya
mendapatkan kesempatan beribcara satu kali.
4. Penelitian ini belum mencakup keseluruhan metode Quantum Learning
melainkan hanya mencakup metode mencontoh, permainan dan simulasi.
5. Hasil penelitian ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih besar.
KESIMPULAN

1. Kemampuan pidato siswa ternyata cukup tinggi, hal ini nampak pada antusias
mereka dala belajar pidato
2. Metode Quantum Learning ternyata dapat meningkatkan kemampuan pidato
pada siswa.
3. Model pembelajaran yang bervariatif mampu menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan berkompetitif bagi siswa.

SARAN

1) Para Pimpinan SMA Wachid Hasyim 1 disarankan untuk memrogramkan


penyelenggaraan kegiatan pelatihan/ workshop para guru mengenai penguasaan
berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya metode Quantum
Learning secara menyeluruh.
2) Guru sebaiknya menciptakan banyak alternatif dan variatif dalam
mempersiapkan skenario pembelajaran
3) Sebaiknya guru menyiapkan sumber belajar atau media pembelajaran
sebagai alat bantu mempercepat dan memudahkan pembelajaran Pidato.
KEMAMPUAN PIDATO SISWA SMA WACHID HASYIM 1
MELALUI METODE QUANTUM LEARNING

ANI BUDIYATI,S.S.
(Guru SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya)

ABSTRAK

Ani Budiyati, S.S. : Peningkatan Kemampuan Pidato melalui Metode Quantum


Learning pada Siswa Kelas XI IPS2 SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Karya
Penelitian Tindakan Kelas, SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya tahun 2019
Penelitian ini dilakukan di SMAWachid Hasyim 1 terhadap siswa kelas XI,
semester gasal , tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian dilaksanakan dangan desain
penelitian model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart meliputi: (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan (3) tahap refleksi, ketiga
tahapan dikemas dalam satu siklus. Pengambilan sample dilakukan pada satu kelas
yakni kelas IX-5 yang berjumlah 38 siswa. Fokus masalah penelitian yakni (1)
kemampuan pidato dan fokus tindakan penelitian adalah (2) metode Quantum Learning
dengan teknik mencontoh, permainan dan simulasi. Instrumen berupa observasi
terfokus, terstruktur, pedoman wawancara dan lembar penilaian. Lembar penilaian
telah diujicobakan kepada 33 siswa kelas XI IPS 2 SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya.
Teknik analisis data diolah berdasarkan perhitungan dan pengukuran dengan
metode kualitatif. Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil rentang skor siswa
yang mampu berpidato sebesar 84% yang berarti hipotesis yang berbunyi bahwa
kemampuan pidato siswa akan meningkat melalui metode Quantum Learning diterima.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan adanya peningkatan kemampuan
pidato siswa tersebut, maka metode Quantum Learning dengan teknik mencontoh,
permainan dan simulasi tepat disarankan sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran pidato.

KATA KUNCI
Pembelajaran: Quantum Learning
Berbicara : Pidato

TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian
pendahuluan, tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui Bagaimanakah metode
Quantum Learning dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam hal pidato untuk
mengungkapkan pengalamannya pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Wachid Hasyim 1
Surabaya.
MANFAAT PENELITIAN
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
mengajar dengan metode-metode pengajaran yang efektif dan efisien dalam
pembelajaran.
Pidato bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat mempermudah belajar
pidato dengan senang dan senyum dalam menguasai kemampuan pada aspek
berbicara.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode tindakan kelas dengan prinsip
untuk mengatasi sesuatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Stephen Kemmis
dan Mc Taggart yang mencakup empat langkah yakni: 1) merencanakan tindakan; 2)
melaksanakan tindakan dan pengamatan; 3) merefleksi hasil pengamatan; 4) revisi
perencanaan untuk pengembangan tindakan selanjutnya. Keempat komponen yang
berupa untaian tersebut dipandang sebagai siklus. Oleh karena itu pengertian siklus
pada penelitian ini adalah suatu putaran kegiatan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Peneliti ini menguraikan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
metode kaji tindak atau action research. Setiap tahap yang dilakukan dalam penelitian
ini berdasarkan penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc.Taggart, yakni:
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan refkeksi yang dilakukan
dalam satu siklus. Berikut ini deskripsi data satu siklus yang meliputi :
1. Perencanaan tindakan
Dalam merencanakan tindakan, peneliti melakukan kegiatan membuat : lembar
observasi terbuka, terstruktur, format pedoman wawancara guru mata pelajaran dan
kolaborator, voucher, format penilaian persiapan pembibicaraan pidato (konsep),
format penilaian pidato, format rekapitulasi hasil penilaian pidato, dan daftar
pertanyaan refleksi.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Dalam pelaksanaannya, penulis telah menetapkan bahwa pembelajaran
kompetensi dasar 10.1 berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang
tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas, dapat dilaksanakan 2 X
pertemuan atau (4 X 40 menit). Untuk itu rangkaian 2 kali pertemuan tersebut
dikemas dalam satu siklus dan penulis melaksanakan hanya satu siklus dengan
alasan bahwa metode yang digunakan bervariasi sehingga tidak ada kesempatan
bagi siswa untuk tidak beraktifitas.
Pada pertemuan pertama, penulis menyampaikan arahan tentang tujuan
pembelajaran pidato bagi siswa kemudian para siswa diminta untuk mengamati dan
mendengarkan pidato dari seorang siswa (sebagai model). Sebelum pidato dimulai,
para siswa menyaksikan seorang siswa (sebagai model) membawakan acara
sebagai pengantar siswa berpidato. Para siswa mendengarkan dan mencatat pokok-
pokok sistematika isi pidato serta mengamati penampilan model pidato dengan
lembar pengamatan yang telah diterima dari guru. Guru memberi kesempatan pada
siswa untuk mengomentari model pidato dan pembawa acara tadi, ternyata dari
komentar tadi memunculkan pertanyaan dari siswa tentang isi pidato tadi yang
telah disampaikan. Pada dasarnya guru dan siswa bersepakat untuk menyusun isi
pidato atau mempersiapkan pembicaraan selama 3 menit dengan tema yang bebas.
Setelah siswa menyusun isi pidato yang membutuhkan waktu 30 menit maka para
siswa tersebut menukar naskahnya dengan teman sebangku untuk diperiksa
mengenai sistematika isi pidato dengan lembaran penilaian yang telah disiapkan
dan dibagikan oleh guru. Kemudian naskah dan hasil penilaian siswa dikumpulkan
kepada guru. Guru bertanya langsung kepada siswa tentang pembelajaran pada hari
itu, para siswa menyatakan sangat memahami bahwa sebelum berpidato harus
menyiapkan materi pidato untuk disampaikan kepada para pendengar, sehingga
pendengar dapat memahami isi pesan pidato.
Pertemuan kedua, guru menghubungkan materi minggu yang lalu tentang
penampilan, keberanian, ekspresi, gerak tubuh dan suara yang dimiliki model
pidato dan pembawa acara untuk diimplementasikan pada diri para siswa. Para
siswa bertanya jawab tentang bagaimana mengatasi rasa gugup, rasa malu, dan rasa
takut untuk tampil di depan kelas.
Guru menjawab dan memberikan kiat-kiat mengatasi perasaan yang dialami
para siswa tersebut dengan pemberian sugesti. Sebagai terapi pertama, maka
dibentuklah kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 orang
mengingat jumlah satu kelas 38 orang, jadi terbentuklah 5 kelompok. Masing-
masing kelompok, para anggotanya menerima voucher yang berisi nomor urut
tampil di depan kelompoknya. Selain itu tiap kelompok para anggotanya
mendapatkan lembar format penilaian pidato dan satu lembar rekapitulasi penilaian
yang memuat peringkat berdasarkan urutan jumlah nilai anggota kelompok.
Kegiatan tersebut membutuhkan waktu 35 menit, kemudian hasil peringkat
dikelompokan antara peringkat yang sama dari masing-masing kelompok Seperti
peringkat I dari masing-masing kelompok menjadi nominasi I, peringkat II menjadi
nominasi II, peringkat III menjadi Juri nominasi I, peringkat IV menjadi juri
nominasi II, peringkat V menjadi pembawa acara para nominator I, peringkat VI
menjadi juru para nominator II, peringkat VII menjadi komentator para nominator
I. Meja dan kursi siswa ditata sesuai dengan tata letak ruang kelas hanya fungsinya
berbeda. Tata letak yang berbentuk barisan terdiri 4 kolom dan 8 baris difungsikan
bahwa baris pertama tempat duduk juri nominasi I, baris kedua tempat duduk
pembawa acara nominasi I, baris ketiga tempat duduk para nominator II, baris
keempat tempat duduk juri nominsi II, baris kelima tempat duduk
pembawa acara nominasi II, baris keenam dan ketujuh tempat duduk komentator
nominasi I dan II, baris kedelapan temapat duduk para nominator I. Para siswa
yang telah duduk pada tempatnya masing-masing tersebut bergerak maju ke depan
setelah satu periode nominasi selesai, kecuali tempat duduk komentator tetap,
sedangkan yang paling depan bergerak ke tempat duduk paling belakang. Para
siswa masing-masing sibuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugasnya
masing-masing. Kemudian mereka satu persatu tampil berpidato dengan terlebih
dahulu dimulai oleh pembawa acara. Pada saat para siswa tampil, nampak mereka
sedikit demi sedikit mengeluarkan kemampuan dirinya untuk mencapai cara pidato
yang baik. Namun, ada satu siswa yang menjadi pembawa acara merasa masih
kurang percaya diri akan tetapi siswa tersebut tunjuk-tangan untuk menyampaikan
keluhannya dan minta dibimbing agar kepercayaan-dirinya dapat diperoleh
kembali. Pada gilirannya diluar dugaan siswa tersebut ternyata penyampaian dan
penampilannya baik sehingga teman-temannya memberikan tepukan-tangan,
tertawa riang dan pujian. Setelah para siswa yang mendapat peringkat I sampai
dengan VI sudah tampil semua, para siswa peringkat VII diberi kesempatan
menyampaikan komentarnya kepada para nominator I dan II, ada siswa yang lebih
dari 3 kali memberikan komentar dengan cara berdiri di dekat tempat duduknya. Isi
komentar mereka tentang isi pidato dan penampilan pidato. Para juri menyerahkan
hasil penilaian kepada guru. Kegiatan pembelajaran ini diakhiri dengan pertanyaan
langsung dan tidak langsung kepada para siswa mengenai model cara belajar pidato
yang baru
3. Pengamatan dari jurnal harian dan pedoman wawancara
a. Materi pembelajaran yang diberikan dapat mencapai kompetensi dasar
karena materi yang disampaikan dapat memberi rangsangan untuk berpikir
kritis dan kreatif sehingga siswa banyak bertanya dan cenderung untuk berbuat.
Hal ini terlihat siswa berani tampil berpidato satu per satu. Selain itu peneliti
dalam menyampaikan materi pelajaran secara jelas, sistematis dan tidak terlalu
cepat sehingga siswa mudah untuk mengikuti. Penguasaan dan wawasan yang
dimiliki peneliti sangat luas.
b. Kolaborator juga mengamati media yang digunakan peneliti berupa
lembaran kertas yang dibentuk menjadi voucher, format penilaian dan kartu
rekapitulasi penilaian serta pemodelan pidato yang divariasi dengan pemodelan
pembawa acara diambil dari siswa yang sudah berkompetensi. Baik media
maupun sumber belajar diguanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
berpidato.
c. Metode yang digunakan adalah metode yang bervariasi, memudahkan,
mempercepat belajar dan menyenangkan para siswa untuk bisa lebih percaya
diri berpidato di depan umum.
d. Strategi yang disusun diterapkan sesuai dengan pelaksanaan, terbukti
hanya satu siklus mampu meningkatkan minat pidato para siswa.
e. Pelaksanaan Evaluasi selama proses pembelajaran dapat diukur dengan
memberi skor pada masing-masing aspek kemampuan dari penjabaran
indikator.
f. Model pembelajaran pidato dengan metode Quantum Learning yang telah diuji-
cobakan secara baik karena dapat memotivasi siswa untuk berani tampil,
menarik, menyenangkan dan sangat bermanfaat untuk menjadikan siswa
memiliki kompetensi dalam berpidato
4. Hasil tes kemampuan pidato siswa pada satu siklus dan pembahasan
Hasil Pengujian kemampuan mempersiapkan pembicaraan terdiri dari 6
aspek yang masing-masing aspek diberi skor paling rendah 1 dan paling tinggi 5.

Rekapitulasi Nilai berpidato melalui metode


Quantum Learning
Kode Aspek    
Penilaian
Berpidato
Siswa Nilai
Jumlah
  Skor A Skor B  
Skor
1. 60 70 130 65 (R)
2. 72 72 144 72
3. 80 70 150 75
4. 90 70 160 80
5. 90 80 170 85
6. 76 70 146 73
7. 86 80 166 83
8. 80 70 150 75
9. 72 72 144 72
10. 93 90 183 91,5
11. 72 75 140 70 (R)
12. 83 80 163 81,5
13. 96 70 166 83
14. 90 80 170 85
15. 73 70 143 71,5
16. 70 60 130 65 (R)
17. 76 70 146 73
18. 80 70 150 75
19. 86 80 166 83
20. 75 70 145 72,5
21. 80 70 150 75
22. 73 70 143 71,5
23. 86 80 166 83
24. 73 70 143 71,5
25. 70 60 130 65 (R)
26. 70 60 130 65 (R)
27. 80 80 160 80
28. 86 70 156 78
Rata-Rata 78 70 154 77
Persentase 78 70 154 77

Keterangan:
( T ) : Nilai Tertinggi
( R ) : Nilai Terendah

Berdasarkan penskoran tersebut rata-rata para siswa memperoleh jumlah


skor 23,5 yang artinya para siswa rata-rata memperoleh nilai 77. Data ini
menunjukan bahwa sebagian besar siswa mampu menyusun persiapan
pembicaraan. Adapun siswa yang memperoleh skor paling tinggi 29 atau mendapat
nilai 91,5 sedangkan skor yang paling rendah 13 atau mendapat nilai 65. Ini
diperoleh siswa dengan nomor kode 37. Nilai 65 termasuk nilai ekstrem karena
paling rendah dan berbeda jauh dengan perolehan nilai dari siswa-siswa liannya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan kolaborator, siswa ini kurang
berpartisipasi aktif di kelas. Padahal dalam pengelolaan kelas, peneliti cukup
banyak berinteraksi dengan siswa tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan hal
ini, misalnya kurang konsentrasi dalam belajar sehingga tidak memahami dan
mencermati model pidato yang telah ditampilkan. Hal lain kurang berinteraksi
denga teman-temannya. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa yang bercirikan
tersebut memiliki konflik pribadi terutama lingkungan hidup sehari-hari khususnya
di rumah. Hal ini dibenarkan oleh guru kelasnya dan beberapa temannya.

Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pidato siswa melalui


Metode Quantum Learning

Kode Aspek  
Penilaian  
Siswa Berpidato Nilai
Skor
  Skor B Jumlah Skor  
A
1. 75 70 145 72,5
2. 75 72 147 73,5
3. 80 80 160 80
4. 90 80 170 85
5. 90 80 170 85
6. 76 70 146 73
7. 86 80 166 83
8. 80 70 150 75
9. 72 72 144 72
10. 93 90 183 91,5
11. 72 75 140 70
12. 83 80 163 81,5
13. 96 70 166 83
14. 90 80 170 85
15. 73 70 143 71,5
16. 75 75 150 75
17. 76 70 146 73
18. 80 70 150 75
19. 86 80 166 83
20. 75 70 145 72,5
21. 80 70 150 75
22. 73 70 143 71,5
23. 86 80 166 83
24. 73 70 143 71,5
25. 70 75 145 72,5
26. 70 75 150 75
27. 80 80 160 80
28. 86 70 156 78
Rata-
78 70 154 77
Rata

Keterangan:
( T ) : Tertinggi
( R ) : Terendah

Sedangkan, hasil pengujian kemampuan menampilkan pidato ada 10 aspek yang


masing-masing aspeknya jika dijawab ya diberi skor 1 dan jika jawab tidak skornya
0 (nol). Jumlah skor tertinggi 10 atau nilainya 100 dan terendah 0 (nol).
Berdasarkan penskoran tersebut rata-rata para siswa memperoleh jumlah skor 7
atau nilai 70. data tersebut menujnjukan sebagian para siswa mampu tampil pidato
di depan khalayak. Jumlah skor yang paling tinggi dari data tersebut adalah 9 atau
nilai 90 sedangkan yang paling rendah adalah 5 atau nilai 65. Jumlah siswa yang
memperoleh nilai 28 adalah 5 siswa. Data tersebut menunjukan bahwa pada
dasarnya siswa mampu pidato di depan khalayak
Berdasarkan nilai rata-rata kelas tersebut, maka persentase kemampuan pidato
siswa dalam satu siklus 74%. Namun, berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
yang ditetapkan pada sekolah tersebut yang besarnya 71, maka persentase
kemampuan pidato siswa dalam satu siklkus 84%. Hal ini terbukti dari jumlah
siswa yang memperoleh nilai kurang dari 71 ada 5 siswa

SARAN
1) Para Pimpinan SMA Wachid Hasyim 1 disarankan untuk memprogramkan
penyelenggaraan kegiatan pelatihan/ workshop para guru mengenai penguasaan
berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya metode Quantum
Learning secara menyeluruh.
2) Guru sebaiknya menciptakan banyak alternatif dan variatif dalam
mempersiapkan skenario pembelajaran
3) Sebaiknya guru menyiapkan sumber belajar atau media pembelajaran sebagai
alat bantu mempercepat dan memudahkan pembelajaran Pidato.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung, Kaifa.
Nugroho, Adi. 1996. Teknik Mahir Berpidato. Yogyakarta, Indah Surabaya
Ridwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Muda.
Bandung, Alfabeta.
Tim Penyusun. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Anda mungkin juga menyukai