Anda di halaman 1dari 10

STUDI KITAB KITAB RIJALUL HADIST

(PENGERTIAN DAN METODE PENYUSUNAN HADIST)

Dosen Pengampuh: HASAN BISRI S.PD,M.PD.I

Di Susun Oleh Kelompok 7:

Khoiron fahid (22862081133)

M rizqy fitra khoir (22862081119)

Kartono Idris (22862081040)

Alfin shofiul umam (22862081045)

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Sahalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarganya yang baik dan suci.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini dengan
judul “studi kitab rijalul hadist (pengertian dan metode penyusunan hadist) “. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam, Bapak Hasan bisri s.pd,m.pd.i semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Malang, 24 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Biografi Abed Al-Jabiri.............................................................................3

2.2. Konsep Dan Teori Nalar Dalam Ilmu-ilmu Keislaman.............................8

2.3. Kritik Nalar Arab dan Fondasi Pemikiran Islam Kontemporer.................12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................................16

3.2. Saran..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
-BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan bukti historis ini menggambarkan bahwa periwayatan dan
perkembangan hadist sejalan seiring dengan perkembangan lainnya menatap persektif
keilmuan hadits bergambar jelas bahwa ajaran hadits ternyata mempunyai andil besar dalam
mendorong kemajuan umat islam sebab, hadist nabi sebagaimana Al Qur’an telah
memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan dengan demikian disiplin ilmu
hadits justru menyebabkan kemajuan umat islam.

Ilmu Hadits muncul pada abad 99 H- 101 H. Umar bin Abdul Aziz mempunyai ide
untuk membukukan hadist dengan jalan memerintahkan semua ulama’ di seluruh dunia
untuk
mengumpulkan hadist-hadist Rasul yang menurut anggapan mereka sama. Pembukuan
hadist pada periode ini dilakukan dengan cara mengemukakan riwayat-riwayat disertai
dengan sanadnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui mutu hadist yang di
riwayatkan baik shohih maupun dhoif dengan cara meneliti sanadnya dengan bantuan ilmu
lain yang bermacam-macam.

Ilmu Rijalul Hadits merupakan salah satu cabang besar yang tumbuh dari hadits
riwayah dan Dirayah dengan ilmu ini dapat membantu kita untuk mengetahui keadaan para
perowi yang menerima hadits dari Rasulullah dengan keadaan rawi yang menerima hadits
dari sahabat dan seterusnya. Dengan mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad,
dan memudahkan kita menilai kualitas suatu hadits maka biasa di simpulkan bahwa ilmu
Rijalul Hadits merupakan separuh dari ilmu hadits.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah ulumul hadist?
2. Apa pengertian rijalul hadist?
3. Siapa saja periwayat Rijalul hadist?
4. Bagaimana fungsi ilmu rijalul hadist?
5. Apa saja cabang-cabang ilmu rijalul hadist?
6. Apa saja syarat-syarat ilmu rijalul hadist?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah ,pengertian, biografi dan metode-metode prowi hadist
2. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang periwanyatan hadist

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Rijalul Hadist


1.   Mulainya Penggunaan Isnad

Penggunaan isnad ini sebenarnya telah ada di masa sahabat Rasulullah  Saw yaitu
bermula dari sikap taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita yang datang kepada mereka,
sebagaimana diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq  dalam kisah nenek yang datang
meminta bagian warisan, kemudian kisah Umar bin Al Khaththab  dalam peristiwa isti’dzan
(minta izinnya) Abu Musa, juga kisah tatsabbut (klarifikasi) Ali bin Abi Thalib  dimana
beliau meminta bersumpah bagi orang yang menyampaikan padanya hadits Rasulullah
shallallohu alaihi wasallam.

Hanya saja makin banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan makin intensnya orang
meneliti dan memeriksa isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah Abdullah bin Saba
dan pengikut-pengikutnya yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman bin Affan  dan
penggunaan sanad terus berlangsung dan bertambah seiring dengan menyebarnya para
Ashabul-ahwaa(pengikut hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin, juga banyaknya
fitnah yang mengusung kebohongan sehingga orang-orang tidak mau menerima hadits tanpa
isnad agar supaya mereka mengetahui perawi-perawi hadits tersebut dan mengenali keadaan
mereka. Imam Muslim meriwayatkan dengan isnadnya dari Muhammad bin Sirin
bahwasanya beliau berkata:

« ‫ت ْالفِ ْتنَةُ قَالُوا َس ُّموا لَنَا ِر َجالَ ُك ْم فَيُ ْنظَ ُر ِإلَى َأ ْه ِل ال ُّسنَّ ِة فَيُْؤ َخ ُذ َح ِديثُهُ ْم َويُ ْنظَ ُر ِإلَى‬
ْ ‫لَ ْم يَ ُكونُوا يَ ْسَألُونَ ع َْن اِإْل ْسنَا ِد فَلَ َّما َوقَ َع‬
ُ ُ
‫َع فَاَل يُْؤ َخذ َح ِديثهُ ْم‬ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ ْه ِل البِد‬ «

Artinya: “Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah

terjadi fitnah maka dilihat hadits Ahli Sunnah lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’

lalu tidak diterima (ditolak)”

Ali ibnul Madini mengatakan bahwa Muhammad bin Sirin adalah orang yang selalu
melihat hadits dan memeriksa isnadnya, kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih
dahulu darinya.

2
2. Munculnya Ilmu Rijalul Hadits

Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah dari berkembang dan menyebarnya


penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap maju zaman, maka
makin banyak dan panjang jumlah perawi dalam sanad. Maka perlu untuk menjelaskan
keadaan perawi tersebut dan memisah-misahkannya, apalagi dengan munculnya bid’ah-
bid’ah dan hawa nafsu serta banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah
ilmu Rijaal yang merupakan suatu keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat
lainnya.

Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal nanti muncul setelah pertengahan abad-2.
Dan karya tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al
Laits bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah bin
Mubarak (wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid bin Muslim
(wafat 195 H) juga memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu secara berturut-turut muncul
karya-karya tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa kodifikasi ini pembahasan tentang
perawi hadits dan penjelasan hal ihwal mereka hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer
sedemikian rupa oleh para ulama dari masa ke masa.

2.2 Pengertian Rijalul Hadist

Secara etimologi, Rijalul hadits berarti orang-orang di sekitar hadits. Secara


terminologi, Ilmu rijalul hadits adalah ilmu yang membahas tentang para periwayat hadits,
baik dari kalangan Sahabat, tabi'in, maupun generasi setelahnya yang disebut tabi'ut tabi'in
dalam kapasitas mereka sebagai periwayat hadits(1). Dalam pengertian yang lain, ilmu rijalul
hadits adalah sebagai berikut.

‫علم يعرف به رواة الحديث من حيث انهم رواة الحدي‬

Yang artinya : ilmu untuk mengetahui para perawi dalam kapasitas nya sebagai perawi
Hadits.

Maksud dari definisi diatas adalah ilmu yang membicarakan tentang sejarah
kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabi'in, maupun tabi'ut tabi'in. Dalam arti
lain, ilmu Rijalul Hadits adalah ilmu yang membahas tentang hal ihwal dan sejarah para
perawi dari kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Para ulama muhadditsin
mendefenisikan ilmu rijalul hadits adalah ilmu yang membahas tentang para perawi dan
biografi nya dari kalangan sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Dengan ilmu rijalul hadits, kita
bisa mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah Saw, dan
keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.

2.3 Periwayat Ilmu Rijalul Hadist

D. Cabang-cabang Ilmu Rijalul Hadits

Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu Rijal pada masa-masa awal menempuh beberapa
metode sehingga hal ini melahirkan percabangan dalam ilmu rijal al hadits, diantaranya:

3
1. Kitab-kitab tentang  thabaqat ar Rijal melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan-tingkatan
rijal) yang mencakup 4 thabaqat (sahabat, taabi’un, atbaa’ut tabi’in dan taba’ul atba’)
2.      Kitab-kitab Ma’rifah Ash Shohaabah melahirkan ilmu tentang ma’rifatush shohabah
(pengenalan tentang sahabat-sahabat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam)
3. Kitab-kitab al jarh wat ta’dil melahirkan ilmu tentang al jarh wat ta’dil
              Ilmu Tawarikh Ar- Ruwah
Secara sederhana ilmu Tawarikh Ar-Ruwah adalah :
 Ilmu yang mempelajari waktu yang membatasi keadaan kelahiran , wafat,
peristiwa/kejadian lainnya. Ilmu tentang hal-ihwal para rawi, tanggal lahir, tanggal wafat,
guru-gurunya, tanggal kapan mendengar dari gurunya, orang yang berguru kepadanya, kota
kampung halamannya, perantauannya, keadaan masa tuanya dan semua yang berkaitan
dengan per hadits
Atau dalam pengertian lain Ilmu Tawarikh Ar- Ruwah adalah ilmu yang membahas
tentang hal keadaan para perawi hadits dan biografinya dari segi kelahiran dan wafat mereka,
siapa gurunya siapa muridnya atau kepada siapa mereka menyampaikan periwayatan hadits,
baik dari kalangan sahabat, tabi’ maupun tabi’ tabiin.
Tujuan Ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung(muttasil) atau tidaknya sanad
suatu hadits. Maksud persaambungan sanad adalah petemuan langsung apakah perawi berita
itu bertemu langsung dengan gurunya atau pembawa berita ataukah tidak atau hanya
pengakuan saja. Semua itu dapat dideteksi melalui ilmu ini. Muttasilnya sanad ini menjadi
salah satu syarat kesahihan suatu hadits dari segi sanad [Ilmu ini berkaitan dengan
perkembangan riwayat. Para ulama sangat perhatian terhadap ilmu ini dengan tujuan
mengetahui para perawi dan meneliti keadaan mereka. Karena dari situlah mereka menimba
ilmu agama. Muhammad bin Sirin pernah mengatakan : "Sesungguhnya ilmu ini adalah
agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agamamu" (Muqaddimah Shahih Muslim).
Maka dengan ilmu tarikh rijalul hadist hadist ini9 sangat membantu untuk mengetahui
derajat hadist dan sanad (apakah sanadnya muttasil atau munkothi’)
Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali muncul di sekitar penghujung abad II H dan
pertengahan abad III H, setelah itu menjadi banyak dan meluas.
1. Kitab-kitab Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri-negeri), yang memuat
biografi para ruwaat (rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota tertentu. Ilmu ini mulai muncul
pada paruh kedua dari abad III H
2. Kitab-kitab Ma’rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan terhadap nama-nama perawi
dan cara membedakannya). Ilmu ini muncul agak belakangan dari yang lainnya, yaitu setelah
jumlah periwayat dari yang lainnya, yaitu setelah jumlah periwayat hadits semakin banyak,
dan nama kuniyah dan nasab mereka banyak yang serupa sehingga dibutuhkan
pembedaannya.
3. Kitab-kitab biografi rijaal al hadits yang terdapat pada suatu kitab hadits atau beberapa
kitab hadits tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan dan mulai meluas setelah abad V H.s
2.3 Biografi Para Penghimpun Hadist
a) Imam malik bin annas 94-179 H
Nama lengkapnya adalah Abu Amr Bin harist Bin gaiman Bin Kutail Bin Amr Bin
Harist al Ashbahi. Ia lahir pada tahun 94 H / 712 M. Di kota madinah daerah hijaz. Ia
adalah keturunan arab dari dusun dzu ashbhah, sebuah dusun di kota hamiyat semasa
kecilnya, ia terdidik dalam suasana lingkungan yg kondusif dan mendukung. Hidup di
tengah-tengah sahabat yg cerdik dan para hukum agama sebagai anak yg cerdas cepat
menerima pelajaran yang kuat dalam berfikir dan memiliki daya kritis yang tinggi.

4
Kesungguhannya dalam menekuni agama islam telah menjadikan imam malik sebagai
panutan di bidang fiqih dan hadist. Bahkan dalam bidang fiqih, ia di kenal sebagai
pendiri salah satu madzab fiqih, yaitu madzab Maliki. Mengenal sikap pribadi dan
kepandaian imam malik, beberapa tokoh terutama oleh annasa’i mengatakan bahwa, “
pada sisiku tidak ada orang yg lebih pandai dari malik. Dia orang yg mulia yang dapat
di percaya serta paling jujur”. Setelah 60 tahun mencurahkan tenaga, harta benda, dan
pikirannya kepada khalayak ramai tentang ilmu islam, pada hari ahad tanggal 10
Robi’ul Awwal 179 H / 798 M, Imam malik kembali ke rahmatullah dengan tenang,
dalam usia 87 tahun.di antaranya kitab- kitab karanmgan beliau adalah kitab al
muwhatha’ Risalah ila ibnu wahb fi al qodr, annujum, risalah aAl-Aqdhiyah , tafsir
ghorib Al Qur’an, Risalah al laits bin sa’d, Risalah ila abu ghassan, Al siyar,kitab
almanasik.
b. AHMAD BIN MUHAMMAD BIN HAMBAL

BAB III

PENUTUPAN

5
2.1 Kesimpulan
Problem filosofis dalam ilmu-ilmu keislaman yaitu kegelisahan dan keprihatinan
atas kegagalan kebangkitan Islam pasca persinggungannya dengan kolonialisme sejak
abad ke-19,pembaruan pemikiran yang diharapkan mampu membangkitkan peradaban
Islam tidak kunjung datang, dunia Arab bahkan semakin dikagetkan dengan kekalahan
perang melawan Israel pada tahun 1948 dan 1967.
Muhammad Abed Al-Jabiri menyerukan untuk membangun epistemologi nalar arab
yang tangguh, yaitu bayānī ,irfani, dan burhānī. Pertama, dalam epistemologi bayānī
pemecahan masalah keagamaan dicari di dalam dan melalui teks, dengan menggunakan
qiyas. ke-dua, epistemologi irfānī adalah pengetahuan yang diperoleh secara langsung
melalui pengalaman sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang didapat lewat
transformasi (naql) dan rasionalitas (aql). Ke-tiga, epistemologi burhānī adalah sebagai
suatu aktifitas berfikir untuk menetapkan kebenaran proposisi (qadliyah) melalui
pendekatan deduktif (al-istintaj) dengan mengaitkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain yang telah terbukti kebenarannya secara aksiomati (badhihi). .
Dengan demikian wilayah kritik yang dikembangkan oleh Al-Jabiri merupakan wilayah
epistemologi.
3.2 Saran

Makalah yang telah tersusun ini ada banyak kekurangan atau dapat dikatakan jauh
dari kata sempurna, Kami selaku tim penyusun makalah ini mengharapkan supaya
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri dan orang lain,
tidak lupa kami mengharapkan partispasi dari teman- teman pembaca agar menyalurkan
partisipasinya untuk memeberikan saran ataupun kritikan yang membangun yang dapat
memberikami kami sebagai tim penyusun motivasi supaya hari esok menjadi lebih baik
dan untuk pendidik dan calon pendidik diharapkan mampu menerapkan interaksi yang
positif dalam hubungan antar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

6
P. Hardono, Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), (Yogyakarta: Kanisius, 1994)

Bahri, Samsul. “Bayani, Burhani Dan Irfani Trilogi Epistemologi Kegelisahan Seorang
Muhammad Abid al-Jabiri.” Cakrawala Hukum 11, No. 1 (2015).

Muhammad Aunul Abied Syah & Sulaiman Mappiase, Kritik Akal Arab: Pendekatan
Epistimologis Terhadap Trilogi Kritik Al-Jabiri, dalam Muhammad Aunul Abied Syah,
dkk, ed., Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah (Bandung: Mizan, 2001)

Abbas, Nurlaelah, “Al-Jabiri Dan Kritik Nalar Arab (Sebuah Reformasi Pemikiran Islam)”,
Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu Aqidah, vol. 1, no. 1, 2015, hlm. 163–185.

Al-Jabiri, Muhammad Abed, Formasi Nalar Arab; Kritik Tradisi Menuju Pembebasan dan
Pluralisme Wacana Intereligius, trans. by Imam Khoiri, Yogyakarta: IRCISoD, 2003.

Anda mungkin juga menyukai