Anda di halaman 1dari 7

PERDA DALAM BIDANG PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN

Peraturan daerah adalah instrumen yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan masing-masing daerah otonom. Menurut Prof. Dr. Jimmly
Asshiddiqie, SH., pengertian peraturan daerah adalah sebagai salah satu bentuk aturan
pelaksana undang-undang sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Kewenangan peraturan daerah bersumber dari kewenangan yang telah ditentukan suatu
undang-undang. Meski demikian, peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk mengatur
hal-hal yang kewenangan untuk mengatur hal-hal tersebut tidak diatur secara eksplisit
oleh suatu undang-undang. Hal tersebut dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan
ketentuan UUD 1945 sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3) dan (4).

Pengertian peraturan daerah dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


peraturan perundang-undangan dapat dibedakan menjadi dua pengertian: peraturan
daerah negara bagian dan peraturan daerah kabupaten/kota. Pengertian Tata Negara
diatur dalam Pasal 1 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagai berikut:
Peraturan Negara adalah undang-undang yang dibuat oleh DPRD negara bagian dengan
persetujuan Gubernur. Omong-omong, yang dimaksud dengan peraturan daerah
kabupaten/kota adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Pasal 8 Tahun 2011
Undang-Undang Nomor 12 tentang berlakunya ketentuan hukum sebagai berikut. Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

Ada tiga faktor pengambilan keputusan: jumlah orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan, aturan pengambilan keputusan, dan informasi. Jika informasi ini
sangat diperlukan untuk membuat keputusan. Selanjutnya, dalam isi kebijakan umum,
dijelaskan ciri-ciri kebijakan publik wajib dalam arti pelaksanaannya karena pembebanan
fisik yang dimonopoli (dikuasai) oleh pemerintah. Ada empat jenis kebijakan yaitu:

1. Kebijakan regulatif terjadi ketika pedoman mencakup penegakan dan berlaku


langsung kepada individu.
2. Kebijakan redistribusi yang bercirikan pemaksaan langsung kepada warga
dilaksanakan melalui lingkungan.
3. Kebijakan distribusi dicirikan oleh paksaan dan paksaan tidak langsung, tetapi
kebijakan tersebut berlaku langsung kepada individu.
4. Kebijakan anggota terakhir dicirikan oleh kemungkinan melakukan paksaan fisik
sebanyak mungkin dan menerapkan kebijakan ini secara tidak langsung melalui
lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan, yaitu:

1. Lingkungan dimana kebijakan direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka


waktu yang lama.
2. Kesadaran pembuat kebijakan terkait lingkungan, aktivitas pemerintah terkait
kebijakan, dan aktivitas masyarakat terkait kebijakan.
3. Membuat keputusan tentang kebijakan publik dan pegawai negeri, tergantung
pada informasi yang dimiliki pembuat keputusan, kita membutuhkan informasi
yang lengkap dan akurat tentang apakah keputusan itu tahan lama, lengkap, dan
benar.

Terkusus wilayah Aceh, PERDA dikenal sebagai Qanun, Qanun adalah Peraturan
Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang mengatur penyelenggaraan
pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Provinsi Aceh. Qanun terdiri atas:

1. Qanun Aceh, yang berlaku di seluruh wilayah Provinsi Aceh. Qanun Aceh
disahkan oleh Gubernur setelah mendapat persetujuan dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh.
2. Qanun Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. Qanun
kabupaten/kota disahkan oleh bupati/wali kota setelah mendapat persetujuan
bersama dengan DPRK (Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten atau Dewan
Perwakilan Rakyat Kota).

Qanun merupakan bentuk keistimewaan di Aceh, namun isinya tidak boleh


bertentangan dengan UUD Indonesia atau UUD 1945. Kedudukan Qanun secara jelas
tertuang dalam UU III. Dalam Pasal 7 poin f secara tegas disebut Qanun harus sesuai
dengan peraturan daerah (perda) provinsi. Aturan daerah negara termasuk Kanun di Ase
dan daerah khusus. Termasuk dalam Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang
berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) serta Peraturan
Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Letak Qanun setara dengan peraturan provinsi, sehingga kekuatan hukum Qanun harus
dijaga secara hierarkis.
Salah satu Qanun yang berlaku dalam pendidikan di Aceh berupa penyelenggaraan
pendidikan dayah yang diatur oleh Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2018. Dayah (dalam
bahasa Arab; ?‫ ز?ا?و?ي?ة‬zawiyah. Arti harfiahnya adalah sudut, karena pengajian pada masa
Rasulullah dilakukan di sudut-sudut masjid). Dibeberapa negara muslim lain Dayah juga
lazim disebutkan sebagai sekolah agama Islam (madrasah) Di Indonesia penyebutan
dayah untuk sebuah lembaga pendidikan agama Islam adalah di Aceh (di pulau Jawa
disebut pesantren, asal kata "pe-santri-an". Artinya tempat para santri menetap dan
menimba ilmu).

Dayah di Aceh merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan


untuk membimbing generasi Islam secara umum melalaui pendidikannya untuk menjadi
manusia yang berkepribadian islami. Lulusan dan alumni dayah dididik sanggup menjadi
sosok yang berguna bagi kehidupan masyarakat luas secara total.

IMPLEMENTASI

i. Kebaikan untuk Dunia Pendidikan

Pendidikan dayah di Aceh memiliki Lembaga yang mengatur dan mengelola yaitu
BPPD Aceh (Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh). Hadirnya dinas dayah menjadi
kekuatan bagi dayah atau pesantren di Aceh, dayah kembali menjalankan pendidikannya
menata kembali kurikulum, meningkatkan kualitas, baik itu pembangunan maupun
tenaga sumber daya manusia. Dinas dayah harapan terbesar masyarakat paska konflik
yang sebelumnya dayah termarginalisasi baik secara fungsional dimana dayah terkesan
masih sangat tradisional maupun secara struktural dimana dayah kurang dapat perhatian
dari pemerintah. Kini dinas dayah menjadi nomor satu dan tempat mengadu dayah-dayah
di Aceh baik itu dayah salafiah maupun dayah terpadu.

Rumah besar pesantren Aceh ini menjadi tempat bernaung para dayah yang
berperan membina, memajukan, menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
di hadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan dayah. Pembangunan fasilitas dayah dan
kesejahteraan guru-guru dayah pun mulai terasa sejak hadirnya instansi kebanggaan
rakyat Aceh ini. Mereka memfasilitasi sejumlah pembangunan dayah, mensejahterakan
guru-gurunya dengan penyaluran insentif guru berdasarkan akreditasi dayah masing-
masing mulai dari balai pengajian dayah salafi maupun dayah modern (terpadu). Itulah
salah satu hadiah terbesar masyarakat Aceh setelah dilanda konflik berkepanjangan.
Semoga badan dayah selalu konsisten menjadi garda terdepan pendidikan dayah di Aceh,
menjadi rumah besar lembaga tertua di indonesia yang telah melahirkan banyak alim
ulama di Aceh khususnya dan di Indonesia umumnya.

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik melalui


peningkatan kompetensi guru dayah, memperbaiki manajemen pendidikan dayah dan
penggunaan teknologi pendidikan dalam proses ngajar mengajar di dayah. Bentuk
kegiatan dari program ini meliputi: kegiatan pelatihan penulisan kitab kuning, kegiatan
workshop pembina kaligrafi bagi teungku dayah, kegiatan pelatihan kompetensi teungku
dayah, kegiatan pendidikan lanjutan bagi tengku dayah keluar negeri, kegiatan
penyediaan insentif pimpinan dan teungku dayah, kegiatan bantuan untuk tenaga
pengajar bahasa inggris dan bahasa arab, kegiatan bantuan untuk ulama dayah dan
kegiatan pelatihan perencanaan pembangunan dayah.

Program pemberdayaan santri Aceh dimaksudkan untuk memberikan


keterampilan hidup kepada santri dayah, sehingga diharapkan para santri dayah mampu
mandiri dan berusaha sesuai dengan bakat dan keinginan dari santri dayah. Melalui
program ini BPPD Aceh berkerja sama dengan instansi lain memberikan pembekalan dan
pengetahuan. Program ini meliputi kegiatan pembinaan karakter bagi santri dayah,
kegiatan pelatihan pembinaan kaligrafi santri dayah, kegiatan pelatihan komputer santri
dayah, kegiatan pelatihan life skill santriwan dan santriwati,kegiatan pelatihan
manajemen pengurus ikatan santri dayah, kegiatan bantuan untuk kegiatan
ekstrakurikuler santri, kegiatan bantuan khusus santri belajar di luar daerah dan di 131
Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni
2021 luar negeri, kegiatan pekan olahraga santri dayah(porsanda se-Aceh), piala bergilir
gubernur Aceh, kegiatan bantuan penulisan karya ilmiah untuk teungku dan santri,
kegiatan musabaqah qiraatul kutub dan sayembara baca kitab kuning,kegiatan pembinaan
gudep pramuka santri dayah, kegiatan pelatihan jurnalistik santri.

ii. Dampak Buruk untuk Dunia Pendidikan

Dayah tradisional dengan berbagai tradisi yang dipertahankan sejak turun temurun,
menghadapi problematika dalam menjaga perkembangan dan eksistensinya. Salah satu
problema yang sulit dapat dirubah adalah kebanyakan dayah tradisional memandang
teknologi dan informasi modern sebagai sesuatu yang tabu dan bahkan dianggap sebagai
“barang haram” untuk dibawa masuk ke dalam lingkungan dayah. Karena paradigma
seperti itu, maka dalam hal penyesuaian diri dayah tradisional dengan kemajuan
teknologi dan informasi mengalami ketertinggalan. Keadaan Arfiansyah dan Muhammad
Riza 200 | Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA seperti ini sangat sulit untuk diselesaikan
selama para pimpinan dayah tradisional belum beralih kepada manajemen dan
informatika modern.

Secara umum, apabila berbicara tentang manajemen dayah, maka seharusnya yang
menjadi titik perhatian terbesar adalah dayah tradisional, dengan berbagai alasan di atas.
Adapun untuk dayah terpadu atau modern, pada umumnya sudah memiliki manajemen
yang memadai. Sebagai contoh adalah Dayah Jeumala Amal Lueng Putu, manajemen
kelembagaan dayah tersebut sudah mendapatkan akreditasi internasional. Dayah Jeumala
Amal pada tanggal 1 November 2011 memperoleh penghargaan ISO 9001 dan 2008 di
bidang Manajemen Mutu Pendidikan dari pihak Worldwide Quality Assurance
(WQA).38 Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 2012 menerima penghargaan Museum
Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori Pesantren Pertama di Tanah Air yang
menerima penghargaan internasional tersebut. Menurut Juri MURI, Nurdin, yang
mewakili Ketua MURI, Jaya Suprana, “Pemberian ini dikarenakan atas dasar
pengelolaan manajemen dayah serta kualitas alumni yang bermutu tinggi serta
memperoleh penghargaan dari ISO 9001 dan 2008 sehingga menggerakkan kami untuk
memberikan rekor MURI kategori Pondok Pesantren pertama yang memperoleh sertifikat
ISO 9001 dan 2008”.

B. KESIMPULAN

Pendidikan Dayah di Aceh memiliki posisi strategis. Lahirnya kebijakan tentang


pendidikan pesantren dan dayah adalah indikasi bahwa lembaga pendidikan agama ini
sangat berpengaruh dalam pendidikan anak bangsa. Untuk memposisikan dayah di Aceh
sebagai lembaga keagamaan, pemerintah telah membuat berbagai aturan dan kebijakan.
Pendidikan dayah di Aceh diatur oleh sebuah dinas yang dikenal dengan Dinas
Pendidikan Dayah Aceh (DPDA). Sebelum menjadi dinas, dayah diatus oleh sebuah
badan, yaitu Badan Pembinaan Pendidikan Daya (BPPD) Aceh. Lembaga ini berdiri pada
tahun 2008 berdasarkan UUPA No 11 tahun 2006, Qanun No 5 tahun 2007 tentang
susunan organisasi dan tata kerja dinas, lembaga teknis daerah dan lembaga daerah
provinsi nanggroe Aceh darusalam. Serta Qanun No 5 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan pendidikan dayah di Aceh.
Supardi, U. S. (2015). Arah pendidikan di Indonesia dalam tataran kebijakan dan
implementasi. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2).
Raharjo, S. B. (2012). Evaluasi trend kualitas pendidikan di indonesia. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 16(2), 511-532.
Anwar, F., Sagala, S., Ansari, K., & Ambarita, B. (2018, October). Qanun Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Pendidikan Aceh yang Diintegrasikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Diniyyah di Kota Banda Aceh. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar 2018.
STKIP Bina Bangsa Getsempena.
Muhtada, D. (2014). Perda Syariah di Indonesia: Penyebaran, Problem dan
Tantangannya. Sharia bylaw in Indonesia: The Spread, Problems and Challenges”), paper
delivered in a scientific speech in the framework of the Anniversary VII of the Faculty of
Law, Semarang State University on December, 4.
Usman, Samad. Abdul Hadi. (2021). Peran Dinas Pendidikan Dayah Dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan Dayah di Aceh. Jurnal Intelektual Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry.
Arfiansyah. (2016). Dampak Peraturan Gubernur Aceh Nomor 451.2/474/2003 terhadap
Peningkatan Kualitas Pendidikan Dayah. Jurnal Ilmiah Islam Futura.

Anda mungkin juga menyukai