Anda di halaman 1dari 11

20

KEPATUHAN HUKUM MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK


BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN PARIA KECAMATAN
MAJAULENG KABUPATEN WAJO

Oleh:
BASO ARIFUDDIN
Mahasiswa Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
MUSTARI
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat kepatuhan


hukum masyarakat dari segi compliance dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Paria Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo. 2) Upaya
yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan hukum
masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Paria
Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif, yang mana populasinya adalah semua wajib Pajak Bumi dan
Bangunan yang bertempat tinggal di Kelurahan Paria Kecamatan Majauleng
Kabupaten Wajo yang berjumlah 684 wajib pajak. Sedangkan sampelnya adalah
10 % dari jumlah populasi yaitu 68 wajib pajak yang diambil dengan
menggunakan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis persentase, dimana
data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Berdasarkan hasil
penelitian, menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kepatuhan hukum masyarakat dari
segi compliance dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Paria
Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo berada dalam kategori rendah dengan
persentase 55 %, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan hukum
masyarakat tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 2) Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan adalah hanya sebatas rutin mengingatkan masyarakat
untuk segera membayar hutang pajaknya serta memberikan teguran langsung
secara lisan maupun tulisan kepada masyarakat yang menunggak hutang
pajaknya. Sejauh ini pemerintah tidak pernah menjatuhkan sanksi yang tegas
kepada masyarakat yang tidak patuh, dan juga belum pernah diadakan penyuluhan
hukum mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.

KATA KUNCI: Kepatuhan Hukum, Pajak Bumi dan Bangunan

20
21

PENDAHULUAN pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus


Pajak merupakan salah satu sumber sendiri urusan pemerintahan menurut asas
pemasukan terbesar yang berfungsi untuk otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan negara. Karena itu pajak mempercepat terwujudnya kesejahteraan
memiliki peranan penting bagi kelangsungan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,
hidup suatu negara. Demikian pentingnya pajak pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
bagi negara, maka pemungutannya secara peningkatan daya saing daerah dengan
konstitusional didasarkan pada ketentuan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
Undang-Undang Dasar Negara Republik keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
Indonesia Tahun 1945 pasal 23 A, bahwa “Pajak daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa Indonesia.
untuk keperluan negara diatur dengan Undang- Dengan adanya dasar hukum tentang
Undang”. Pada hakekatnya pajak merupakan pemungutan pajak di atas, khususnya Pajak Bumi
pungutan yang bersifat politis dan strategis. dan Bangunan, maka secara otomatis
Bersifat politis karena pemungutan pajak adalah menimbulkan harapan besar agar masyarakat
perintah konstitusi dan bersifat strategis karena dapat meningkatkan kepatuhan hukumnya dalam
pajak merupakan tumpuan utama dalam hal pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
membiayai kegiatan pemerintahan dan Meskipun pemungutan pajak telah diatur
pembangunan demi kesejahteraan rakyat. sedemikian tegas dalam Undang-Undang tanpa
Salah satu sumber dana berupa pajak yang adanya kesadaran dari masyarakat untuk
dimaksud adalah Pajak Bumi dan Bangunan meningkatkan kepatuhannya maka apa yang
(PBB). Ketentuan akan pemungutan Pajak Bumi dicita-citakan akan sulit bahkan tidak bisa
dan Bangunan itu sendiri diatur dalam Undang- tercapai.
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun Kabupaten Wajo merupakan salah satu
1994 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang daerah otonom yang mempunyai wewenang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 untuk memungut sumber-sumber keuangan
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi seperti pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bangunan dapat dimanfaatkan untuk berbagai yang akan digunakan untuk pembiayaan aktifitas
fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan pemerintahan dan pembangunan daerahnya demi
bumi dan bangunan. Penerimaan dari hasil kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan
pemungutan pajak tersebut memberikan pengamatan awal penulis pada tanggal 17
kontribusi yang cukup besar dan berpengaruh Februari 2013 di salah satu kelurahan, yaitu
untuk pemenuhan dana atau kas negara karena Kelurahan Paria yang berada di Kecamatan
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber Majauleng, yang berpenduduk 2.601 jiwa, terdiri
penerimaan yang sangat potensial. Namun atas 684 kepala keluarga serta 684 wajib Pajak
meskipun pajak tersebut merupakan Pajak Negara Bumi dan Bangunan yang tersebar di dua
atau Pajak Pusat, tapi sebagian besar dari Lingkungan yaitu Lingkungan Tengnga dan
penerimaannya adalah bagian Pemerintah Daerah. Lingkungan Lompo. Daerah tersebut mayoritas
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan penduduknya bermatapencaharian sebagai petani
diberikan kewenangan bagi masing-masing yang memiliki lahan serta mendapatkan
daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang- keuntungan dari hasil bumi. Namun meskipun
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun demikian, dalam hal kepatuhan masyarakat
2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan belum bisa
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dikatakan maksimal karena masih terdapat
sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar berbagai permasalahan dalam penagihan dan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembayarannya, dimana masih ada wajib pajak
22

yang tidak menunjukkan kepatuhan dalam kepentingan manusia baik perorangan maupun
membayar pajak, seperti masih adanya kelompok. Jadi intinya adalah kepatuhan itu
keterlambatan bahkan ada yang masih belum bermula dari kesadaran seseorang akan
melakukan kewajibannya tersebut. Pemerintah pentingnya hukum sebagai alat untuk
setempat kerap kali mengingatkan masyarakat menciptakan keteraturan dalam kehidupan
untuk senantiasa melunasi utang pajaknya tepat masyarakat.
waktu, namun upaya tersebut belum Sedangkan Satjipto Rahardjo menyatakan
menunjukkan hasil yang optimal. bahwa:
Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, Kepatuhan hukum apabila masalahnya
maka isu yang muncul adalah belum diselidiki secara filosofis dan yuridis,
maksimalnya kepatuhan hukum masyarakat maka ia lebih didasarkan pada rasa
membayar Pajak Bumi dan Bangunan di perasaan saja, seperti kesadaran hukum
Kelurahan Paria Kecamatan Majauleng rakyat, perasaan keadilan masyarakat, dan
Kabupaten Wajo. Berangkat dari isu tersebut, sebagainya. Pikiran yuridis tradisional
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian menerima bahwa perilaku orang itu
lebih lanjut. dibentuk oleh peraturan hukum, pikiran
tersebut menerima begitu saja bahwa
TINJAUAN PUSTAKA hukum itu akan dipatuhi oleh masyarakat,
Pengertian Kepatuhan Hukum jadi antara peraturan hukum dan
Menurut M. Sofyan Lubis bahwa kepatuhan hukum terdapat hubungan
kepatuhan hukum pada hakekatnya adalah linier yang mutlak.3
kesetiaan seseorang atau subjek hukum terhadap
hukum itu yang diwujudkan dalam bentuk Berdasarkan pendapat di atas, maka
perilaku yang nyata.1 kepatuhan hukum dapat diartikan sebagai suatu
Kemudian Suwondo menyatakan bahwa: sikap dan reaksi yang diawali dengan kesadaran
Kepatuhan hukum adalah ketaatan pada yang diaplikasikan sebagai kesetiaan atau
hukum, dalam hal ini hukum yang tertulis, ketaatan seseorang terhadap segala aturan hukum
kepatuhan atau ketaatan ini didasarkan yang dapat dilihat dan dibuktikan melalui
pada kesadaran. Kepatuhan merupakan tindakan nyata.
sikap yang aktif yang didasarkan atas
motivasi setelah ia memperoleh Indikator Kepatuhan Hukum
pengetahuan, dari mengetahui sesuatu, Menurut Leopold Pospisil dalam buku
manusia sadar, setelah menyadari ia akan “Anthropology of Law, Comparative Theory”
tergerak untuk menentukan sikap atau (Ronny Hadityo Soemitro, 1980), masalah
bertindak, oleh karena itu dasar kepatuhan kepatuhan terhadap hukum dapat dikembalikan
itu adalah pendidikan, kebiasaan, pada beberapa tolak ukur sebagai berikut:
kemanfaatan dan identifikasi kelompok.2 1. Persetujuan (Compliance), yaitu
penerimaaan secara terbuka terhadap
Pendapat di atas menyatakan bahwa orang suatu aturan hukum dan mematuhinya
akan patuh pada hukum apabila ia sadar bahwa karena adanya ketakutan terhadap
hukum itu berfungsi untuk melindungi sanksi atau sebagai suatu usaha
menghindari kemungkinan hukuman.
1
http://www.kantorhukum-lhs.com. Artikel Kesadaran
Hukum vs Kepatuhan Hukum oleh Drs. M. Sofyan Lubis,
SH. Diakses 2 Januari 2014.
2 3
http://jdih.jatimprov.go.id.menanamkan kesadaran hukum Satjipto Rahardjo. 2010.Sosiologi Hukum. Genta
dan kepatuhan hukum. Diakses 2 Januari 2014. Publishing. Yogyakarta. Hlm.203
23

2. Identifikasi (Identification), yaitu menjadi hukum atau bukan. Mereka


penerimaan sesuatu peraturan bukan tidak menghiraukan dan baru
karena nilai intrisiknya dan daya dirasakan dan dipikirkan apabila
tariknya akan tetapi karena keinginan mereka telah melanggar dan dirasakan
orang untuk mempertahankan akibat pelanggaran tersebut. mereka
keanggotaan di dalam kelompok atau juga baru merasakan adanya hukum
untuk mempertahankan hubungan apabila luas kepentingannya dibatasi
dengan tokoh-tokoh tertentu. Sumber oleh peraturan hukum yang ada.
kekuatannya adalah daya tarik dari 5. Karena adanya paksaan (sanksi)
hubungan yang dinikmati orang-orang sosial. Orang merasa malu atau
atau tokoh-tokoh dari kelompok itu, khawatir dituduh sebagai orang yang
sedangkan persesuaian dengan asosial apabila orang melanggar
peraturan akan tergantung pada sesuatu kaidah sosial/hukum.4
menonjolnya hubungan-hubungan ini.
3. Internalisasi (Internalization), yaitu Upaya Meningkatkan Kepatuhan Hukum
penerimaan seseorang mengenai suatu Masyarakat
peraturan atau tingkah laku karena Dalam hal meningkatkan kepatuhan
berpendapat bahwa isinya secara hukum masyarakat, upaya yang paling utama
intrinsik memberikan imbalan. untuk ditempuh adalah melalui penyuluhan dan
penerangan hukum oleh aparat penegak hukum
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
Kepatuhan Hukum Masyarakat menerangkan tentang suatu aturan hukum tertentu
Menurut Utrecht, bahwa orang mematuhi kepada masyarakat agar mereka bisa tahu dan
hukum karena bermacam-macam sebab antara paham akan isi, tujuan, dan manfaat dari aturan
lain: hukum tersebut. Karena tanpa adanya penyuluhan
1. Karena adanya pengetahuan dan dan penerangan, masyarakat tidak semuanya akan
pemahaman akan hakekat dan tujuan mengerti hakekat dari adanya aturan hukum, dan
hukum. akhirnya mereka tidak memiliki kesadaran dan
2. Karena orang merasakan bahwa kepatuhan terhadap segala aturan yang ditetapkan
peraturan-peraturan itu dirasakan oleh pemerintah.
sebagai hukum. Mereka benar-benar
berkepentingan akan berlakunya Pengertian Pajak
peraturan tersebut. Pajak adalah pungutan wajib warga
3. Karena ia harus menerimanya supaya negara untuk disetor ke kas negara atas sebagian
ada rasa ketentraman. Ia menganggap harta yang dimiliki tanpa adanya prestasi
peraturan sebagai peraturan hukum langsung atau dengan kata lain, imbalan dari
secara rasional. Penerimaan rasional pungutan tersebut tidak diberikan secara langsung
ini sebagai akibat adanya sanksi pada saat itu juga, tetapi akan digunakan nantinya
hukum. Agar tidak mendapatkan untuk membiayai keperluan negara melalui
kesukaran-kesukaran orang memilih pembangunan serta pelayanan umum yang
untuk taat saja pada peraturan hukum, nantinya akan dirasakan sendiri manfaatnya oleh
karena melanggar hukum mendapat masyarakat secara luas.
sanksi hukum.
4. Karena masyarakat menghendakinya.
Dalam kenyataan banyak orang yang
4
tidak menanyakan apakah sesuatu R. Soeroso. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafika.
Jakarta. Hlm. 65
24

Fungsi Pajak secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Adapun


Mengenai fungsi dari pajak, dapat permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
dibedakan atas dua yaitu Fungsi Budgter (Fungsi pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
Finansial), dan Fungsi Regulerend (Fungsi
Mengatur). Adapun yang dimaksud kedua fungsi Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
tersebut yaitu: Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
1. Fungsi Budgeter (Fungsi Finansial), berdasarakan ketentuan pasal 4 ayat (1) Undang-
fungsi pajak adalah suatu alat atau Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
sumber untuk memasukkan uang 1994 adalah orang atau badan yang secara nyata
sebanyak-banyaknya pada kas negara mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau
yang kemudian dipergunakan untuk memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
membiayai pengeluaran-pengeluaran memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
negara yang pada umumnya manfaat atas bangunan. Dan subjek pajak yang
dipergunakan untuk membiayai dibebankan kewajiban membayar pajak disebut
pengeluaran-pengeluaran rutin . wajib pajak.
2. Fungsi Regulerend (Fungsi Mengatur), Subjek pajak harus mendaftarkan diri
fungsi pajak berarti bahwa pajak sebagai subjek atau wajib pajak. Pendaftaran
digunakan sebagai suatu alat untuk dilakukan di Kantor-kantor Pelayanan Pajak
mencapai tujuan tertentu yang berada Bumi dan Bangunan, yang wilayah kerjanya
di luar bidang ekonomi, dan banyak meliputi letak tanah dan atau bangunan yang
ditujukan pada sektor swasta.5 dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang
atau badan tersebut dengan menggunakan suatu
formulir yang telah ditentukan oleh Direktorat
Pajak Bumi dan Bangunan Jenderal Pajak.6
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
Pajak Negara, dalam hal ini Pajak Umum, yaitu METODE PENELITIAN
suatu jenis pajak yang dikelola oleh Direktorat Variabel dalam penelitian ini adalah
Jenderal Pajak, dengan instansi operasionalnya Kepatuhan Hukum Masyarakat dalam Membayar
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan. Kepatuhan Hukum
Namun meskipun demikian, 90 % (sembilan adalah ketaatan seseorang atau subjek hukum
puluh persen) dari seluruh penerimaan PBB terhadap hukum yang diwujudkan dalam bentuk
merupakan bagian penerimaan Pemerintah perilaku yang nyata, yang mana ketaatan tersebut
Daerah bermula dari adanya kesadaran, pengetahuan, dan
pemahaman terhadap suatu aturan hukum
Objek Pajak Bumi dan Bangunan sehingga ia tergerak dan termotivasi untuk
Berdasarkan Undang-Undang Republik melaksanakan hal yang diatur di dalamnya.
Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 pasal 1 ayat (1) Dalam penelitian ini diangkat salah satu indikator
dan (2), dijelaskan mengenai bumi dan bangunan kepatuhan hukum yakni kepatuhan dari segi
serta yang menjadi objek Pajak Bumi dan compliance, yaitu kepatuhan yang ditandai
Bangunan. Bahwa yang dimaksud dengan Bumi dengan penerimaan atau persetujuan masyarakat
adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada terhadap suatu aturan hukum kemudian
di bawahnya. Sedangkan Bangunan adalah mematuhinya karena adanya ketakutan terhadap
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan sanksi. Sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan

5 6
St. Marbun dan Moh. Mahfud MD. 2006. Pokok-Pokok Eugenia Liliawati Muljono. 1999. Tanya Jawab Pajak
Hukum Administrasi Negara. Liberty. Yoyakarta. Hlm. 135 Bumi dan Bangunan. Harvarindo. Jakarta. Hlm. 5
25

adalah salah satu jenis pajak yang objeknya 56 – 75 % = Tinggi (Baik)


adalah bumi dan bangunan yang dikuasai dan 76 – 100 % = Sangat Tinggi (Sangat Baik)
atau dimiliki, dikelola, dan dimanfaatkan oleh
seseorang atau badan tertentu yang nilai jual dari HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
objek tersebut melebihi nilai jual minimum yang
telah ditentukan oleh Undang-Undang, yaitu Rp Tingkat Kepatuhan Hukum Masyarakat dari
8.000.000,-. Segi Compliance dalam Membayar Pajak
Populasi dalam penelitian ini adalah Bumi dan Bangunan di Kelurahan Paria
Lurah Paria, penagih hutang Pajak Bumi dan Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo.
Bangunan dari setiap lingkungan yang berjumlah Berdasarkan pendapat Leopold Pospisil
2 orang, dan seluruh Kepala Keluarga yang sebagaimana yang telah dikemukakan pada uraian
bertempat tinggal di Kelurahan Paria Kecamatan Bab II menyatakan bahwa indikator kepatuhan
Majauleng Kabupaten Wajo yang sekaligus hukum masyarakat dapat dilihat dari beberapa
adalah wajib Pajak Bumi dan Bangunan karena segi, salah satunya dari segi compliance, yaitu
masing-masing kepala keluarga memiliki lahan adanya persetujuan atau penerimaan secara
dan bangunan kena pajak. Jumlahnya adalah 684 terbuka terhadap suatu aturan hukum dan adanya
kepala keluarga (wajib pajak). Sedangkan ketakutan masyarakat terhadap sanksi yang akan
sampelnya diambil 10 % dari populasi dengan diterima apabila tidak mematuhi hukum.
menggunakan teknik Simple Random Sampling Berangkat dari teori tersebut, maka untuk
(Sampling Acak Sederhana), dengan perincian 10 mengukur tingkat kepatuhan hukum masyarakat
% dari Lingkungan Tengnga dan 10 % dari dari segi compliance digunakanlah dua indikator
Lingkungan Lompo, sehingga sampel yang umum yang kemudian dikembangkan menjadi
diambil berjumlah 68 wajib pajak. beberapa item pertanyaan dalam bentuk angket.
Teknik pengumpulan data dilakukan Indikator yang pertama adalah ditinjau dari segi
dengan cara: (a) Angket, yang diajukan kepada persetujuan atau penerimaan secara terbuka oleh
responden terpilih yaitu masyarakat dalam hal ini masyarakat akan segala ketentuan yang diatur di
wajib Pajak Bumi dan Bangunan, untuk dalam Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan
mengungkap masalah kepatuhan mereka dalam Bangunan. Sedangkan indikator yang kedua
membayar pajak. (b) Wawancara, ditujukan adalah dari segi kepatuhan masyarakat karena
kepada Lurah Paria, dan penagih hutang pajak ketakutan akan sanksi jika melanggar hukum.
sejumlah 2 orang yang bertujuan untuk Selanjutnya untuk mengukur tingkat
memperoleh informasi guna menjawab kepatuhan hukum masyarakat dari segi
permasalahan yang dikaji. (c) Dokumentasi compliance dalam membayar Pajak Bumi dan
adalah data tertulis tentang keadaan penduduk Bangunan, berikut akan dipaparkan tabel rata-rata
dan keadaan geografis lokasi penelitian. nilai berdasarkan pembobotan opsi jawaban dari
Analisis data yang digunakan dalam tiap item pertanyaan. Dimana jumlah item
penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis pertanyaan untuk mengukur tingkat kepatuhan
persentase, dimana data diolah dan disajikan hukum masyarakat dari segi compliance sebanyak
dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian untuk 9 pertanyaan, yang mana setiap item diberi skor
menarik kesimpulan secara kualitatif, berikut tertinggi 2 dan skor terendah 1. Sedangkan
pedoman yang dikemukakan oleh Arikunto:7 jumlah responden sebanyak 68 orang. Dengan
0 – 40 % = Sangat Rendah (Tidak Baik) demikian skor tertinggi (skor ideal) untuk setiap
41 – 55 % = Rendah (Kurang Baik) item pertanyaan adalah sebanyak 68 x 2 = 136.
Sehingga skor ideal secara keseluruhan adalah 9 x
7
Rahman. 2005. Kesadaran Hukum Wajib Pajak Bumi dan 136 = 1224.
Bangunan di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai .
FEIS UNM. Makassar. Hlm. 36
26

Untuk lebih jelasnya mengenai hal Namun hal tersebut tentu ada
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: penyebabnya, secara teoritis berdasarkan
Tabel 1. Rata-rata nilai berdasarkan pembobotan pendapat beberapa ahli sebagaimana yang telah
opsi jawaban tiap item pertanyaan diuraikan sebelumnya bahwa salah satu hal yang
dalam angket tentang kepatuhan mempengaruhi kepatuhan hukum adalah karena
hukum compliance masyarakat. adanya pengetahuan hukum yang dimiliki oleh
No. Skor Skor n: N Kategori masyarakat. Masyarakat yang memiliki
Angket (n) Ideal x 100 pengetahuan hukum yang tinggi cenderung
(N) % kepatuhan hukumnya juga tinggi, begitupun
1. 83 136 61 % Tinggi sebaliknya, masyarakat yang pengetahuan
2. 75 136 55 % Rendah hukumnya rendah atau kurang maka
3. 73 136 54 % Rendah kemungkinan besar kepatuhan hukumnya juga
4. 74 136 54 % Rendah kurang.
5. 78 136 57 % Tinggi Selanjutnya untuk mengukur tingkat
6. 73 136 54 % Rendah pengetahuan hukum masyarakat tentang Pajak
7. 75 136 55 % Rendah Bumi dan Bangunan, berikut akan dipaparkan
8. 72 136 53 % Rendah tabel rata-rata nilai berdasarkan pembobotan opsi
9. 76 136 56 % Tinggi jawaban dari tiap item pertanyaan. Dimana
Jumlah 679 1224 55 % Rendah jumlah item pertanyaan untuk mengukur tingkat
pengetahuan hukum masyarakat sebanyak 4
Sumber: Hasil Pengolahan Angket No. 1 sampai
pertanyaan, yang mana setiap item diberi skor
9 (April 2014)
tertinggi 2 dan skor terendah 1. Sedangkan
Berdasarkan hasil analisis data secara
jumlah responden sebanyak 68 orang. Dengan
keseluruhan sebagaimana yang tampak pada tabel
demikian skor tertinggi (skor ideal) untuk setiap
18 di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
item pertanyaan adalah sebanyak 68 x 2 =
tingkat kepatuhan hukum masyarakat dari segi
136. Sehingga skor ideal secara keseluruhan
compliance dalam membayar Pajak Bumi dan
adalah 4 x 136 = 544.
Bangunan di Kelurahan Paria Kecamatan
Untuk lebih jelasnya mengenai hal
Majauleng Kabupaten Wajo berada dalam
tersebut dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini:
kategori rendah dengan persentase 55 %. Hal ini
Tabel 2. Rata-rata nilai berdasarkan pembobotan
mengacu pada pedoman yang telah dipaparkan
opsi jawaban tiap item pertanyaan
pada Bab III.
dalam angket tentang pengetahuan
Dari data yang diperoleh dapat dikatakan
hukum masyarakat.
bahwa persetujuan atau penerimaan masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah yang mengatur No. Skor Skor n: N Kategori
tentang Pajak Bumi dan Bangunan masih sangat Angket (n) Ideal x 100
minim, begitupun dalam hal ketakutan terhadap (N) %
sanksi, dimana secara umum masyarakat tidak 12. 71 136 52 % Rendah
takut terhadap sanksi atas pelanggaran dalam hal 13. 77 136 57 % Tinggi
Pajak Bumi dan Bangunan, hal ini dibuktikan 14. 74 136 54 % Rendah
dengan masih banyaknya berbagai pelanggaran- 15. 74 136 54 % Rendah
pelanggaran yang dilakukan masyarakat, seperti Jumlah 296 544 54 % Rendah
masih banyak yang belum mendaftarkan objek Sumber: Hasil Pengolahan Angket No. 12 sampai
pajaknya, masih banyak yang sering terlambat 15 (April 2014).
membayar pajak bahkan menunggak sampai
beberapa tahun, dan tidak membayar denda Dari tabel di atas dapat disimpulkan
keterlambatan. bahwa tingkat pengetahuan hukum masyarakat
27

berada dalam kategori rendah dengan persentase No Kategori Frekuensi Persentase


54 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa Jawaban (%)
rendahnya kepatuhan hukum masyarakat 1. Pernah 0 0%
khususnya dari segi compliance dalam membayar 2. Tidak Pernah 68 100 %
Pajak Bumi dan Bangunan disebabkan oleh Jumlah 68 100 %
rendahnya atau kurangnya pengetahuan hukum
masyarakat tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Sumber: Hasil Pengolahan Angket No. 16 (April
2014)
Upaya yang Dilakukan oleh Pemerintah untuk Dari tabel di atas terlihat mengenai
Meningkatkan Kepatuhan Hukum intensitas pemerintah dalam mengadakan
Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi penyuluhan hukum tentang PBB, dimana dari 68
dan Bangunan di Kelurahan Paria Kecamatan responden 100 % menjawab Tidak Pernah. Itu
Majauleng Kabupaten Wajo. artinya di Kelurahan Paria tidak pernah diadakan
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan penyuluhan hukum untuk meningkatkan
oleh Soerjono Soekanto sebagaimana yang telah pengetahuan dan pemahaman masyarakat
dibahas sebelumnya menyatakan bahwa dalam mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
hal meningkatkan kepatuhan hukum masyarakat, Selanjutnya untuk mengetahui intensitas
upaya yang paling utama untuk ditempuh adalah masyarakat dalam mengikuti penyuluhan Pajak
melalui penyuluhan dan penerangan hukum oleh Bumi dan Bangunan, berikut akan disajikan
pemerintah kepada masyarakat. Hal ini bertujuan tabelnya:
untuk menerangkan tentang suatu aturan hukum Tabel 4. Intensitas responden dalam mengikuti
tertentu kepada masyarakat agar mereka bisa tahu penyuluhan hukum tentang Pajak Bumi
dan paham akan isi, tujuan, dan manfaat dari dan Bangunan.
aturan hukum tersebut. No Kategori Frekuensi Persentase
Tanpa adanya penyuluhan dan penerangan Jawaban (%)
tentang suatu aturan hukum atau Undang- 1. Pernah 0 0%
Undang, masyarakat tidak semuanya akan 2. Tidak Pernah 68 0%
mengerti tentang hakekat dari adanya aturan Jumlah 68 100 %
hukum tersebut, hal ini dikarenakan karakteristik
masyarakat berbeda-beda, ada yang memiliki Sumber: Hasil Pengolahan Angket No. 17 (April
tingkat pengetahuan dan pemahaman yang tinggi 2014)
dikarenakan berpendidikan yang tinggi, dan tak Berdasarkan tabel mengenai intensitas
sedikit juga masyarakat yang pemahamannya penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah yang
kurang karena pendidikannya rendah, dan telah dipaparkan sebelumnya, dimana
akhirnya mereka tidak memiliki kesadaran dan berdasarkan data responden menunjukkan tidak
kepatuhan terhadap segala aturan yang ditetapkan pernah diadakan penyuluhan hukum di Kelurahan
oleh pemerintah. Paria. Sehingga 100 % responden juga menjawab
Untuk mengetahui intensitas pemerintah tidak pernah mengikuti penyuluhan hukum terkait
dalam mengadakan penyuluhan hukum terhadap dengan Pajak Bumi dan Bangunan.
masyarakat, berikut akan disajikan data dari Hal ini sesuai dengan keterangan Bapak
responden: Baharuddin, S selaku pemerintah Kelurahan Paria
Tabel 3. Tanggapan responden mengenai bahwa:
intensitas pemerintah dalam Upaya yang selama ini kami lakukan,
mengadakan penyuluhan hukum selalu rutin mengingatkan dan
tentang Pajak Bumi dan Bangunan. mensosialisasikan kepada seluruh
masyarakat mengenai waktu pembayaran
PBB dan tanggal jatuh temponya, hal ini
28

biasanya kami umumkan di mesjid usai Jumlah 68 100 %


shalat berjamaah, selain itu kami juga
memberikan teguran langsung secara lisan Sumber: Hasil Pengolahan Angket No. 19 (April
maupun tulisan kepada masyarakat yang 2014)
menunggak hutang pajaknya, dan sejauh
ini belum pernah dilakukan penyuluhan Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
hukum bagi masyarakat. (Hasil tanggapan responden mengenai pemberian sanksi
Wawancara Tanggal 3 Februari 2014). oleh pemerintah kepada pihak yang tidak patuh
membayar PBB, dimana dari 68 responden
Jadi berdasarkan hasil wawancara dengan sebanyak 7 orang atau 10 % menjawab Sudah,
Lurah Paria, dimana ia memberikan pernyataan sedangkan 61 responden atau 90 % menjawab
bahwa sejauh ini belum ada upaya konkrit yang Belum. Dengan demikian dapat ditarik
dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan kesimpulan bahwa mayoritas responden
masyarakat membayar PBB, seperti dalam bentuk mengatakan pemerintah belum memberikan
penyuluhan atau penerangan hukum bagi sanksi kepada pihak yang tidak patuh membayar
masyarakat, belum pernah sama sekali dilakukan. Pajak Bumi dan Bangunan.
Pemerintah hanya sebatas mengingatkan Kemudian dari hasil wawancara dengan
masyarakat untuk senantiasa membayar hutang Bapak Baharuddin, S mengenai hal ini, maka ia
pajaknya, sementara upaya untuk lebih memberikan pernyataan sebagai berikut:
memperdalam pengetahuan dan pemahaman Kami tidak bertindak keras kepada
masyarakat mengenai pajak belum pernah masyarakat untuk masalah pembayaran
diadakan. PBB, karena kapan masyarakat dikerasi
Selain dari penyuluhan, salah satu upaya maka yakin mereka bukan berubah
yang bisa meningkatkan kepatuhan hukum menjadi lebih patuh tetapi malah
masyarakat adalah memberikan sanksi yang tegas sebaliknya, begitulah karakter masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- saat ini. Oleh karena itu kami berupaya
undangan, karena dengan pemberian sanksi, melakukan pendekatan secara
masyarakat akan merasa takut untuk melakukan kekeluargaan, memberikan peringatan
pelanggaran, dan hal ini menjadi tugas dengan cara yang halus yang tidak
pemerintah agar bersikap tegas kepada pihak membuat masyarakat tersinggung. (Hasil
yang tidak patuh membayar pajak. Untuk Wawancara Tanggal 3 Februari 2014).
mengetahui tanggapan responden mengenai
pemberian sanksi oleh pemerintah kepada pihak Dengan demikian dapat diketahui bahwa
yang tidak patuh terhadap ketentuan yang salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat
mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan, kurang patuh membayar Pajak Bumi dan
berikut akan dipaparkan tabelnya: Bangunan adalah karena kurang tegasnya
Tabel 5. Tanggapan responden mengenai pemerintah dalam menindaklanjuti pihak-pihak
pemberian sanksi oleh pemerintah yang lalai dalam pajak. Dimana pemerintah tidak
kepada pihak yang tidak patuh memberikan sanksi yang tegas kepada
membayar Pajak Bumi dan masyarakat, sehingga mereka tidak memiliki rasa
Bangunan. takut dan akhirnya selalu terlambat bahkan
No Kategori Frekuensi Persentase sampai ada yang tidak membayar pajaknya.
Jawaban (%) Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat
1. Sudah 7 10 % ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan
2. Belum 61 90 % oleh pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan
hukum masyarakat membayar Pajak Bumi dan
29

Bangunan di Kelurahan Paria Kecamatan kepada masyarakat semata, tetapi harus lebih
Majauleng Kabupaten Wajo adalah hanya sebatas aktif melakukan hal-hal yang bisa efektif dalam
rutin mengingatkan masyarakat untuk segera meningkatkan kepatuhan mereka, seperti dengan
membayar hutang pajaknya serta memberikan mengadakan penyuluhan hukum atau penerangan
teguran langsung secara lisan maupun tulisan hukum kepada masyarakat terkait masalah aturan
kepada masyarakat yang menunggak hutang tentang pajak, agar masyarakat lebih tahu dan
pajaknya. Sejauh ini pemerintah tidak pernah paham tentang hakekat dari pemungutan pajak
menjatuhkan sanksi yang tegas kepada seperti Pajak Bumi dan Bangunan. Pemerintah
masyarakat yang tidak patuh, dan juga belum juga harus bersikap lebih tegas kepada
pernah diadakan penyuluhan hukum mengenai masyarakat yang lalai atau tidak patuh membayar
Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan dengan memberikan
sanksi yang tegas tanpa pandang bulu, karena
PENUTUP apabila pemerintah tidak tegas maka masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat akan bersikap semaunya saja dan tidak mematuhi
disimpulkan: (1) Tingkat kepatuhan hukum aturan.
masyarakat dari segi compliance dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan berada DAFTAR PUSTAKA
dalam kategori rendah dengan persentase 55 %,
hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan Buku
hukum masyarakat tentang Pajak Bumi dan
Bangunan. (2) Upaya yang dilakukan oleh Anas Sudiyono. 2003. Pengantar Statistik
pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Pendidikan. PT. Raja Grafindo. Jakarta
hukum masyarakat membayar Pajak Bumi dan B.Boediono. 2010. Perpajakan Indonesia. Diadit
Bangunan adalah hanya sebatas rutin Media. Jakarta.
mengingatkan masyarakat untuk segera Bohari. 2010. Pengantar Hukum Pajak. Rajawali
membayar hutang pajaknya serta memberikan Pers. Jakarta.
teguran langsung secara lisan maupun tulisan Djoko Muliono. 2010. Hukum Pajak, Konsep,
kepada masyarakat yang menunggak hutang Aplikasi, dan Penuntun Paraktis. Penerbit
pajaknya. Sejauh ini pemerintah tidak pernah Andi. Yogyakarta.
menjatuhkan sanksi yang tegas kepada Erly Suandi. 2002. Perpajakan. Salemba Empat.
masyarakat yang tidak patuh, dan juga belum Jakarta.
pernah diadakan penyuluhan hukum mengenai Eugenia Liliawati Muljono. 1999. Tanya Jawab
Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan. Harvarindo.
Bagi masyarakat semestinya lebih Jakarta.
meningkatkan kepatuhan hukumnya untuk Fidel. 2010. Cara Mudah & Praktis Memahami
membayar Pajak Bumi dan Bangunan, melalui Masalah-Masalah Perpajakan. Murai
peningkatan pengetahuan dan pemahaman Kencana. Jakarta.
mereka akan hakekat dari pemungutan pajak Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar.
sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan 2003. Penelitian Sosial. Bumi Aksara.
pembangunan nasional demi kesejahteraan Jakarta.
rakyat. Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial
Bagi pemerintah seharusnya melakukan dan Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.
beberapa upaya khusus dalam meningkatkan Mohammad Zain dan Suryo Hermana. 2010.
kepatuhan hukum masyarakat dalam membayar Himpunan Undang-Undang Perpajakan
Pajak Bumi dan Bangunan dengan tidak hanya 2010. Indeks. Jakarta.
sebatas memberikan peringatan atau teguran
30

Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan. Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak
Salemba Empat. Jakarta. Bumi dan Bangunan.
R. Soeroso. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Grafika. Jakarta. Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Satjipto Rahardjo. 2010. Sosiologi Hukum. Genta Daerah.
Publishing. Yogyakarta.
St. Marbun dan Moh. Mahfud MD. 2006. Pokok- Internet
Pokok Hukum Administrasi Negara.
Liberty. Yogyakarta. http://www.kantorhukum-lhs.com. Artikel
Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Kesadaran Hukum vs Kepatuhan Hukum
Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. oleh Drs. M. Sofyan Lubis, SH.
Sukardi. 2003. Penelitian Pendidikan. Bumi http://jdih.jatimprov.go.id.menanamkan
Aksara. Jakarta. kesadaran hukum dan kepatuhan hukum.
Syamsul Bakhri. 2011. Pengantar Hukum
Indonesia. Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2001. Perpajakan
Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton. 2001.
Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Zainuddin Ali. 2010. Sosiologi Hukum. Sinar
Grafika. Jakarta.

Skripsi

Rahman. 2005. Keasadaran Hukum Wajib Pajak


Bumi dan Bangunan di Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai . FEIS UNM.
Makassar

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai