Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai
upaya yang telah diselenggarakan salah satu bentuk upaya kesehatan adalah
pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukan yang
merupakan sistem pelayanan kesehatan yang telah di anut dan di kembangkan
dalam sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Kebidanan masyarakat adalah suatu upaya kebidanan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan dengan mengikut sertakan petugas
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk mendapatkan tingkat kesehatan yang
lebih tinggi melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan adanya tujuan tersebut, maka penyususn mencoba mengamati
secara langsung keadaan masyarakat di wilayah binaan melalui praktek belajar
lapangan (PBL) dan sebagai wilayah binaan adalah Desa Jantho Baru Kecamatan
Jantho Kabupaten Aceh Besar yang di laksanakan dari tanggal 19 Desember
2022 s/d 9 Januari 2023

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mewujudkan gambaran tentang kebidanan di lingkungan
masyarakat Desa Jantho Baru Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh
Besar.
b. Untuk memenuhi persyaratan pada program kuliah kebidanan
komunitas di Akademi Kebidanan Saleha Banda Aceh.

1
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswi mampu mengidentifikasi masalah-masalah kebidanan
komunitas.
b. Mahasiswi mampu merumuskan masalah-masalah kebidanan
komunitas.
c. Mahasiswi mampu mengadakan sosialisasi masyarakat.
d. Mahasiswi mampu memprioritaskan masalah-masalah kebidanan
komunitas yang ada.
e. Mahasiswi mampu membentuk strategi atau rencana pelayanan yang
berkaitan dengan kebidanan komunitas secara berkesinambungan.
f. Mahasiswi mampu memperoleh gambaran tentang kesehatan
masyarakat di wilayah kerja meliputi keadaan geografi, kesehatan ibu
dan anak, serta KB, perilaku masyarakat terhadap kesehatan melalui
peran serta masyarakat.
g. Mahasiswi mampu mengevaluasi pelayanan kebidanan komunitas
yang dilaksanakan.
C. Metode
Adapun metode yang digunakan selama PBL di Desa Jantho Baru
Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar adalah dengan menggunakan
beberapa metode antara lain:
1. Observasi yaitu melihat langsung di masyarakat bagaimana status
masyarakat tersebut.
2. Wawancara yaitu teknik dalam pengumpulan data dengan menggunakan
media kuesioner yang akurat dengan melaksanakan komunikasi langsung
dengan masyarakat.
3. Diskusi yaitu melaksanakan diskusi dengan masyarakat tentang masalah
yang ditemui dan masalah yang di rasakan oleh masyarakat.
4. Ceramah yaitu metode yang digunakan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan sesuai dengan masalah yang ditemukan.

2
D. Ruang Lingkup Dan Sasaran
Ruang lingkup PBL ini adalah kesehatan ibu dan anak-anak, KB
dengan sasaran:
1. Bayi
2. Balita
3. Remaja
4. PUS
5. WUS
6. Ibu hamil
7. Ibu bersalin
8. Ibu nifas
9. Ibu menyusui
10. Menopause

E. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi
Lokasi PBL yaitu Di Desa Jantho baru Kecamatan Jantho Kabupaten
Aceh Besar
2. Waktu
Waktu PBL dimulai pada tanggal 19 Desember 2022, s/d 9 Januari 2023

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebidanan Komunitas


Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral pelayanan kesehatan yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan
kebidanan merupakan pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak dalam rangka tercapinya keluarga berkualitas, bahagia dan
sejahtera.

B. Pengertian PKMD
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) merupakan kegiatan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
peningkatan berbagai pelayanan yang diperlukan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
program PKMD sebagai bagian dari pembangunan desa perlu didukung dan
dilaksanakan bersama-sama secara terpadu oleh pemerintah dan seluruh
masyarakat.
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu
memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup
dan kesejahteraan masyarakat.
PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaan didasari
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikut sertakan anggota-anggota masyarakat

4
di pendusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara
aktif dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha
kesehatan di desanya.
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui puskesmas dimana setiap
individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-
tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Di samping itu,
pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya krestifitas
dan inisiatif individu atau kelompok masyarakat yang ikut serta aktif dalam
program-program kesehatan didaerahnya dan menentukan prioritas program
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan (Kanwil
Depkes Jawa Timur).
C. Masalah Kesehatan
Beberapa Masalah Kesehatan yang ada di lingkungan desa Jantho Baru
Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar Yaitu ;
1. Hipertensi
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan darah sistolik (atas) 140 atau
lebih dan tekanan darah diastolik (bawah) 90 atau lebih.
Disebut hipertensi apabila seseorang yang terkena :
a. Telah berumur 18 tahun atau lebih
b. Bila 2 kali berkunjung berbeda tekanan diastolik 90 atau lebih.
c. Beberapa kali pengukuran hasil tekanan sistolik menetap 140 atau lebih
2. Penyebab.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian karen orang yang terserang cukup banyak dan akibat jangka
panjangnya mempunyai konsekuensi tertentu.
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi dalam dua golongan yaitu :

5
1. Hipertensi primer atau essensial. Dimana hipertensi ini tidak dikehui
penyebabnya, biasanya dihubungkan dengan faktor keturunan atau
lingkungan.
2. Hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui secara pasti seperti
gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
3. Tanda dan gejala
a. Sakit kepala dan pusing
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Kadang mimisan
e. Marah/emosi tidak stabil
f. Mata berkunang – kunang
g. Telinga berdengung
h. Sukar tidur
i. Kesemutan kesuliatan bicara
j. Rasa mual/ muntah.
4. Klasifikasi atau derajat hipertensi.
Tahap Sistolik (atas ) Diastolik (bawah)

Normal tinggi 130 – 139mmHg 85 – 89mmHg


Ringan 140 - 159mmHg 90 – 99mmHg
Sedang 160 – 179mmHg 100 – 109mmHg
Berat 180 – 209mmHg 110 – 119mmHg
Sangat berat >210mmHg >120mmHg

5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi


a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
b. Umur
c. Kegemukan

6
d. Merokok
e. Stress
f. Alkohol
g. Obat – obatan
h. Kurang olahraga
i. Makanan berlemak
j. Penyakit ( DM, Jantung, ginjal )
6. Stroke
a. Penyakit jantung koroner
b. Gagal jantung
c. Penyakit ginjal
d. Stroke
e. Penyakit pembuluh darah perifer ( misal gejala semutan )
7. Pencegahan dan perawatan hipertensi
a. Mengurangi stress
b. Menjaga berat badan ideal. 
c. Berolahraga secara rutin. Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam
setiap minggu.
d. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti
dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
e. Kurangi konsumsi alkohol. 
f. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat
cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi
8. Bagi yang sudah sakit.
a. Berobat secara teratur
b. Menaati aturan minum obat
c. Konsultasi, bila akan minum obat lain

7
1. Pengertian Gastritis/Lambung
Gastristis berasal dari kata Gaster yang artinya Lambung. Gastristis
adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung, yang bias
disebabkan oleh factor iritasi dan infeksi. Maag adalah kelebihan kadar asam
lambung hingga menyebabkan rasa nyeri/perih di ulu hati. Ini sering kali
terjadi akibat makan makanan berlemak. Keadaan ini menyebabkan lambung
menghasilkan tambahan asam, yang menimbulkan rasa tidak enak pada
bagian lambung atau bagian tengah dada. Kelebihan asam lambung yang
berlarut-larut atau berulang-ulang merupakan tanda peringatan untuk borok
lambung atau usus. Borok lambung atau usus sendiri merupakan luka
menahun pada lambung atau usus halus. Penyakit ini dapat di ketahui dengan
adanya rasa nyeri yang menahun dan kadang-kadang menusuk pada ulu hati.
Sering kali rasa nyeri berkurang setelah penderita makan atau minum
susu. Namun jika penderita terlambat makan 2 atau 3 jam, makan makanan
berlemak dan pedas, atau minum alkohol, serangan nyeri akan menghebat.
2. Penyebab Gastritis/Lambung
Adapun factor penyebab penyakit maag :
a. Pola makan yang tidak teratur atau amburadul
b. Faktor jenis makanan seperti makanan yang asam dan pedas
c. Stress
d. Alkohol dan Rokok
e. Serangan bakteri
f. Konsumsi obat sembarangan
g. Minuman bersoda
Adapun factor pencetus lain terjadinya gastritis adalah:
a) Jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan
dapat mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi
dinding mukosa lambung.

8
b) Stress dapat mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang
dapat merangsang sel dalam lambung yang berlebihan.
c) Makanan yang teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas.
d) Mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan Teh,
makanan pedas, makanan asam, dan makanan yang mengandung gas
secara berlebihan.
3. Gejala-Gejala Gastritis/Lambung
a. Mual dan sering muntah
b. Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu
hati) adalah gejala penyakit maag yang sering terjadi.
c. Nafsu makan menurun secara drastic, wajah pucat, suhu badan naik,
keluar keringat dingin
d. Sering sendawa terutama bila lapar
e. Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut akibat
penyakit maag.
f. Kepala terasa pusing dan pada radang lambung dapat terjadi pendarahan.
4. Komplikasi
a. Penyempitan Esofagus
Penyempitan atau striktur esofagus dapat terjadi ketika seseorang
sering mengalami sakit maag yang disebabkan oleh refluks asam
lambung. Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menimbulkan
jaringan parut di krongkongan dan mempersempit saluran tersebut. Gejala
yang mungkin muncul meliputi sulit menelan (disfagia) dan nyeri dada.
b. Stenosis pilorus
Kondisi ini disebabkan oleh paparan asam lambung pada area
pilorus (bagian antara lambung dan usus halus) dalam jangka panjang.
Paparan menimbulkan jaringan parut dan memepersempit pilorus,
sehingga makanan tidak tercerna dengan baik. Kondisi ini dapat
menyebabkan penderita merasa mual dan muntah.

9
5. Cara Pencegahan Gastritis/Lambung
Gastritis biasanya di kenal dengan sakit maag. Banyak di keluhkan
ketika sedang berpuasa. Dalam dunia kedokteran sakit maag dikenal dengan
istilah Gastritis.
Cara pencegahannya :
a. Mengurangi mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu lambung
seperti makanan asam dan pedas.
b. Makanan yang mengandung gas seperti ubi, kacang buncis, sayur kol.
c. Istirahat yang teratur
d. Makan makanan yang teratur
e. Hindari alkohol
f. Makan dalam porsi kecil dan sering
g. Menghindari stress
6. Pengobatan
Obat-obatan yang mengurangi keasaman lambung
a. Antasida Adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorida
lambung untuk membentuk garam dan air.kemanfaatan mereka pada
penyakit ulkus peptikum sepertinya berdasarkan kemampuan mereka
mengurangi keasaman lambung dan karna pepsin tidak aktif dalam larutan
PH di atas 4,0.
b. Antihistamin H-2
c. Antimuskarinik

10
1. Pengertian Kolestrol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah,


berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati dan
sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol termasuk golongan lipid yang tidak
terhidrolisis dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia.
Kolesterol mempunyai makna penting karena merupakan unsur utama dalam
lipoprotein plasma dan membran plasma serta menjadi prekursor sejumlah
besar senyawa steroid (City & Noni, 2013).

Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol


merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan
bermacam-macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks, hormon
korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu yang
membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas atau
normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh (Sri
Nilawati dkk, 2008). Kolesterol tidak larut dalam darah. Kolesterol diangkut
ke berbagai jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang tersusun
atas lemak dan protein, yakni lipoprotein (Jonathan Morrel, 2010).

Kolesterol yang diproduksi oleh tubuh terdiri dari 2 jenis, yaitu


kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang biasa disebut dengan
kolesterol baik dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) disebut
dengan kolesterol jahat. Kolesterol LDL akan menumpuk pada dinding
pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan penyumbatan, karena itu
LDL disebut sebagai kolesterol jahat (Kowalski, 2010). Kelebihan kadar
kolesterol dalam darah disebut dengan hiperkolesterolemia (Mayes, 2003).

American Heart Association (AHA) memperkirakan lebih dari 100 juta


penduduk Amerika memiliki kadar kolesterol total >200 mg/dl yang
termasuk kategori cukup tinggi dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa

11
Amerika memiliki kadar kolesterol total >240 mg/dl yang termasuk tinggi
dan membutuhkan terapi (Mayes, 2003). Berdasarkan laporan Badan
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian
akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian
(Agam, 2012). Data yang dihimpun oleh WHO dalam Global status report
on non-communicable diseases tahun 2008 memperlihatkan bahwa faktor
resiko hiperkolesterolemia pada wanita di Indonesia lebih tinggi yaitu 37,2%
dibandingkan dengan pria yang hanya 32,8% (Anonim, 2011).

Prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun


adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5%
pada kelompok usia 55-64 tahun. (Ruth Grace,Aurika, Carolin, 2012).
Hiperkolesterolemia dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu
hiperkolesterolemia primer terutama disebabkan oleh faktor genetik, usia,
jenis kelamin dan hiperkolesterolemia sekunder yang disebabkan oleh
kebiasaan diet lemak jenuh, kurangnya aktivitas fisik, obesitas serta sindrom
nefrotik (Matfin, 2003).

Hiperkolesterolemia biasanya tidak menunjukkan gejala khas,


seringkali seseorang baru mengetahui terkena hiperkolesterolemia ketika
mereka melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan atau
karena keluhan lain. Hanya saja gejala yang sering ditemui yaitu sering
pusing di kepala bagian belakang, tengkuk dan pundak terasa pegal, sering
pegal, kesemutan ditangan dan kaki bahkan ada yang mengeluhkan dada
sebelah kiri terasa nyeri seperti tertusuk. Jika hiperkolesterolemia ini
dibiarkan begitu saja, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner dan stroke (Dadan, 2012).

Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan 20%


serangan stroke dan lebih dari 50% serangan jantung disebabkan oleh kadar

12
kolesterol tinggi. Kasusnya di Indonesia meningkat per tahunnya sebanyak
28 persen dan menyerang usia produktif yaitu usia di bawah 40 tahun
(Harian Rakyat Merdeka, 2013). Dalam upaya mengatasi masalah
hiperkolesterolemia yang diderita oleh sebagian masyarakat, maka dalam hal
ini peran perawat komunitas sangat dibutuhkan. Ada 3 tahap pencegahan
keperawatan komunitas meliputi : pencegahan primer, pencegahan sekunder
dan pencegahan tersier.

Berdasarkan ketiga pencegahan tersebut tersebut, maka peneliti


mengacu pada pencegahan sekunder karena pencegahan sekunder bertujuan
untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan
deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit.
Dalam pencegahan sekunder, ada dua cara pengobatan masalah kolesterol
yang dapat dilakukan yaitu dengan pengobatan secara farmakolgis (dengan
pemberian obat penurun kadar kolesterol) dan non-farmakologis (dengan
pengendalian berat badan, aktivitas fisik yang teratur, meninggalkan
kebiasaan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh, serta peningkatan
asupan serat). Penggunaan obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam
waktu yang lama, memiliki efek samping yang serius seperti radang lambung,
iritasi dan inflamasi pada lambung, kerusakan hati, batu empedu dan
kerusakan ginjal (Adib, 2009).

Selain perawatan medis, pengobatan tradisional bisa juga dilakukan


untuk mencegah dan menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Selain itu
pengobatan tradisional juga ekonomis dan mudah diperoleh (Hembing, 2008).
Pengobatan tradisional terbukti secara alamiah aman dan bermanfaat dan
dapat dikombinasikan dengan pengobatan konvensional sebagai pelengkap
(komplementer) pelayanan kesehatan konvensional atau terapi pengganti
(alternatif) bila terapi konvensional tidak bisa diberikan (Kemenkes RI, 2012).
Salah satu upaya kuratif yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas yaitu

13
dengan menganjurkan pasien hiperkolesterol untuk mengkonsumsi buah
alpukat.

Data dari Riset Kesehatan Dasar 2007 didapatkan bahwa sebanyak


93,6% penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi buah yang merupakan
sumber utama serat pangan. Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia per
hari ternyata hanya 10,5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia hanya memenuhi 1/3 dari kebutuhan ideal akan serat yang
mencapai 20-30 gram setiap hari (Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia,
2012). Beralihnya pola konsumsi masyarakat yang lebih menyukai makanan
cepat saji atau fastfood yang minim akan serat, menjadi faktor pemicu
rendahnya tingkat konsumsi serat di Indonesia. Akibatnya, timbul berbagai
penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke, penyakit jantung serta
hiperkolesterolemia. Buah yang banyak mengandung lemak tak jenuh tunggal
dan serat terutama serat larut air salah satunya yaitu buah alpukat (Saptawati
Bardosono, 2011).

Alpukat termasuk buah yang istimewa karena mengandung lemak 20-


30 kali lebih banyak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya seperti jeruk
memiliki kandungan lemak total 0,2gram/100gram buah, jambu biji memiliki
kandungan lemak total 0,4 gram/100 gram, dan mangga tidak memiliki
kandungan lemak, namun serat yang terkandung pada mangga bisa
menurunkan kadar kolesterol. Dari beberapa buah yang bisa menurunkan
kadar kolesterol, peneliti memilih buah alpukat karena memiliki kandungan
lemak total sebanyak 15,41 gram/100gram buah. (National Nutrient Database
for Standart Reference Release 25, 2012). Kandungan lemak pada alpukat
dapat memberikan energi yang cukup ketika dikonsumsi.

Jenis lemak yang dikandungnya adalah lemak tak jenuh tunggal yaitu
asam oleat tunggal yang bersifat antioksidan kuat, yang mudah dicerna dan

14
berguna bagi tubuh serta dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
(Afrianti, 2010). Kadar Monounsaturated Fatty Acid (MUFA)-nya adalah
9,799 gr/100 gr buah alpukat (National Nutrient Database for Standart
Reference Release 25). Konsumsi asam lemak dalam mufa pada alpukat dapat
memperbaiki kadar kolesterol dan mengatasi kerusakan pembuluh darah
(Herliani, 2010). Alpukat juga mengandung 11 vitamin dan 14 mineral yang
bermanfaat. Alpukat kaya akan protein, riboflavin (vitamin B2), niasin
(vitamin B3), potasium (kalium), vitamin E dan vitamin C yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh (California Avocado Comission, 2011).

Berdasarkan studi Instituto Mexicano del Seguro Social, konsumsi


satu buah alpukat sehari selama satu minggu ampuh menurunkan kadar
kolesterol hingga 17%. Berbeda dengan buahbuah lainnya seperti jeruk,
anggur, mangga, apel, dan blueberry, alpukat hampir tidak mengandung pati,
sedikit gula tetapi banyak mengandung serat (Reny Rahmawati, 2010). Serat
berguna untuk pencahar dan pengontrol kolesterol darah. Mekanisme serat
dalam menurunkan kadar kolesterol yaitu dengan terjadinya peningkatan
viskositas isi usus karena keberadaan serat larut air pada buah alpukat akan
mengurangi absorbsi kolesterol yang berasal dari makanan yang dicerna.
Kadar serat dalam buah alpukat sebesar 6,8 gr/100 gr buah atau sekitar 18%
dari asupan harian yang direkomendasikan (Persatuan Dokter Gizi Medik
Indonesia, 2012).

Sedangkan serat yang terkandung pada buah lainnya seperti jeruk 4,4
gr/100gr buah, apel mengandung serat 3,3gr/100gr buah, dan mangga
mengandung serat sebanyak 3gr/100gr buah. Untuk mendapatkan manfaat
serat yang optimal, lebih baik buah disajikan dalam bentuk segar. Sebagian
orang menyukai penyajian buah dalam jus, akan tetapi pengolahan tersebut
juga menurunkan kadar seratnya (Nur Aini, 2011).

15
1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan proses


melalui pengindraan dengan panca indra.Pengetahuan merupakan suatu hal
yang penting untuk mendorong seseorang melakukan Tindakan
(Notoatmodjo, 2007).Pengetahuan didapatkan dari informasi secara lisan
maupun tertulis merupakan pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh
dari fakta dengan mendengar radio, melihat televisi dan juga dapat diperoleh
dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis seseorang (Soekanto, 2002).

a. Faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor


yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

a. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan


kepribadian serta kemampuan didalam dan diluar sekolah yang
berlangsung seumur hidup.
b. Media masa / sumber informasi Sebagai sarana komunikasi dapat
berupa televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain yang
bertujuan agar dapat mempengaruhi pembentukan pendapat dan
kepercayaan seseorang.
c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan atau tradisi seseorang yang
dilakukan tanpa menggunakan penalaran dan tidak mengetahui apakah
tindakan tersebut baik atau buruk.
d. Lingkungan Lingkungan adalah sesuatu yang berada di sekitar kita
baik lingkungan biologis, sosiologis dan lingkungan fisiologis. 4
e. Pengalaman
Pengalaman adalah cara untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan
dengan mengulang kembali pengetahuan yang pernah diperoleh dari
masalah yang pernah dihadapi masa lalu.

16
b. Kategori Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2007

Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan mengelompokkan


berdasarkan kemampuan seseorang dalam menjawab pertanyaan kedalam
kategori dibawah ini:

1. Tinggi,bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari


seluruh pernyataan.
2. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari
seluruh pernyataan.
3. Rendah, bila subjek mampu menjawab dengan benar

2. Nyeri Gigi

a. Definisi Nyeri Gigi


Sakit gigi adalah tanda utama karies gigi yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang kronis.Karena dampak sosial, sakit gigi
merupakan indikator kesehatan mulut. Sakit gigi dapat disebabkan oleh
aktivitas rangsangan terhadap gigi, kimia dan rangsangan termal, atau dapat
muncul secara spontan sehingga dapat menyebabkan peradangan parah pada
pulpa gigi (Machado et al. 2014).
b. Etiologi Nyeri Gigi
Dalam kesehatan, gigi merespon rasa sakit karena kepekaan terhadap
rangsangan dingin, panas, stimulus manis atau fisik(saat menggosok gigi atau
pada saat menggunakan tusuk gigi) atau dengan peradangan dari zat
kimia(Renton 2011).

3. Macam - macam Sakit Gigi


a. Abses Gigi ( Infeksi Gigi)
1) Definisi

17
Abses gigi adalah abses yang terjadi pada pulpa dan peripekal
sehinggamenyebabkan adanya penumpukan nanah yang kemudian menyebar
dari gigi yang sakit ke jaringan yang berada didekat gigi.
2) Penyebab
Abses gigi disebabkan karena adanya aliran nanah yang berasal dari
gigi yang terkena infeksi menuju gusi sehingga gusi yang berada didekat gigi
infeksi membengkak.
3) Gambaran Klinis
a. Pada saat dilakukan pemeriksaan terlihat ada pembengkakan
disekitar gigi yang terkena infeksi.
b. Pembengkakan gusi dapat terjadi hingga kelopak mata apabila abses
gigi terdapat pada gigi bagian depan atas,jika abses gigi terdapat pada
bagian gigi belakang pembengkakan terjadi sampai ke pipi.
c. Pembengkakan yang terjadi sampai dagu atau telinga dapat
disebabkan oleh abses gigi pada bagian bawah.
d. Terkadang terjadi demam pada pasien dan terkadang mulut susah
untuk dibuka lebar – lebar.
e. Sakit saat mengunyah karena ada gigi yang goyah.
4) Diagnosis
Adanya pembengkakan gusi dan peradangan pada area gigi yang
sakit.

5) Penatalaksanaan

Pengobatan simptomatik dapat diberikan parasetamol atau


ibuprofen atau asam mefenamat.

a. Parasetamol Dosis dewasa :500 mg setiap 6-8 jam.


Dosis anak : 10-15 mg/kgbb, setiap 6-8 jam.
b. Ibu profen Dosis dewasa : 200mg 3 kali sehari. 6

18
c. Asam Mefenamat Dosis dewasa : 500mg awal dilanjutkan 250
mg 3 kali sehari sesudah makan (Kemenkes, 2012).

b. Pulpitis Akut (Gigi berlubang)

1) Definisi Pulpitis

merupakan peradangan yang terjadi pasa pulpa yang dapat


menimbulkan rasa nyeri akibat dari reaksi toksin bakteri pada karies gigi.

2) Penyebab Pulpitis

disebabkan karena adanya pembusukan gigi atau cedera. Semakin


besarnya tekanan didalam gigi dapat mendorong pulpa melalui ujung akar,
keadaan ini bisa melukai tulang rahang dan jaringan sekitar gigi.

3) Gambaran Klinis

a) Apabila ada makanan yang masuk gigi yang terkena pulpitis akan
merespon sakit karena ada rangsang manis, asam, dingin atau panas.
Peradangan yang telah mencapai jaringan periapekal ditandai dengan
sakit saat mengunyah.
b) Gigi berlubang dan pulpa yang terbuka.

4) Diagnosis

Nyeri dan tanda peradangan.

5) Penatalaksanaan Pemberian obat analgetik(Kemenkes, 2012)

a) Parasetamol Dosis dewasa :500 mg setiap 6-8 jam Dosis anak : 10-15
mg/kgbb, setiap 6-8 jam
b) Ibuprofen Dosis dewasa : 200mg 3 kali sehari

19
c) Asam Mefenamat Dosis dewasa : 500mg awal dilanjutkan 250 mg 3
kali sehari sesudah makan 7 Jika selama 2 sampai 3 hari gejala belum
sembuh segera hubungi dokter.

4. Gingivitis ( Gusi Bengkak )

1) Definisi

Gingivitis adalah inflamasi pada bagian gingiva marginal atau gusi


mengalami peradangan.

2) Penyebab

Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor
sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak),
pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor
sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM), ketidakseimbangan hormon (saat
menstruasi, kehamilan, menopause, atau pemakaian kontrasepsi), keracunan
logam, dan sebagainya.

3) Gambaran Klinis

a. Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah,


tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.
b. Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan
mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk.
c. Ginggivits herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tanda di gusi
tidak disertai bau mulut.
d. Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih
berat seperti demam dan sukar membuka mulut.

4) Diagnosis Peradangan pada gusi.

20
5) Penatalaksanaan

a) Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan mulut dan berkumur dengan


1 gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam, atau bila ada dengan obat
kumur iodium povidon setiap 8 jam selama 3 hari.

b) Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk ke


Rumah Sakit untuk perawatan selanjutnya.Perlu dipikirkan kemungkinan
sebab sistemik. 8

c). Perikoronitis memerlukan antibiotik selama 5 hari: amoksisilin 500 mg


setiap 8 jam.

d) Pasien dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya yaitu


membersihkan karang gigi (Kemenkes, 2012). d. Periodontitis
( Pelepasan Gigi karena Rusaknya Gusi ) 1) Definisi Peradangan jaringan
periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan dari peradangan
gingiva.

6) Penyebab Sebagian besar periodontits merupakan akibat dari penumpukan


plak dankarang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk
kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara akar gigi
dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu
lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhaan bakteri
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal.

7) Gambaran Klinis

i. Perdarahan gusi
ii. Perubahan warna gusi
iii. Bau mulut (halitosis)
iv. Diagnosis Nyeri pada gingiva atau gusi.

21
5) Penatalaksanaan

a). Karang gigi, selulit yang diakibatkan oleh makanan dan penyebab
lokal lainnya harus dibersihkan/diperbaiki.

i. Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol


250 mg setiap 8 jam selama 5 hari.
ii. Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan
povidon 1%, setiap 8 jam.
iii. Bila sudah sangat goyah, gigi harus segera dicabut.
iv. Analgesik jika diperlukan (Kemenkes, 2012). 9 e. Perikoronitis
Akut ( Infeksi Gusi )
b). Definisi Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang
sedang erupsi, terjadi pada molar ketiga yang sedang erupsi.

c). Penyebab Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari
penumpukanplak dan sisa makanan diantara gigi dan gusi.

1). Gambaran Klinis:

1. Perdarahan gusi
2. Perubahan warna gusi
3. Bau mulut (halitosis)

2). Diagnosis

Adanya riwayat sakit gigi, peradangan di gusi sekitar mahkota gigi.

3). Penatalaksanaan

a) Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg


setiap 8 jam selama 5 hari.

22
b) Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan
povidon iodin1%, setiap 8 jam.

c) Pemberian parasetamol 500 mg 3 - 4 x sehari atau analgesik lain


seperti ibuprofen atau asam mefenamat (Kemenkes, 2012).

d) Jika selama 2 sampai 3 hari gejala belum sembuh segera hubungi


dokter

f. Trauma Gigi dan Jaringan Penyangga 1) Definisi Trauma gigi adalah


hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atauperiodontal karena
sebab mekanis seperti ketika menggunakan sikat gigi dan tusuk gigi.

g) Penyebab Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat


bermain,berolahraga, kecelakaan lalu lintas dan perkelahian. 10

1) Gambaran Klinis

a. Perdarahan gusi
b. Pembengkakan/luka pada wajah

2) Diagnosis

Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak


langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung
mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika
benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur
gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan tiba-tiba.

3) Penatalaksanaan(Kemenkes, 2012).

a. Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut.
Jaringan lunak harus dirawat dengan baik.

23
b. Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu
mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan
anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi
jumlah bakteri.
c. Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat
luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah dibersihkan dengan
benar maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan kembali.
d. Simptomatik : pemberian Parasetamol 500 mg 3-4 x sehari atau Ibuprofen
dan Asam Mefenamat. Ibuprofen dosis untuk dewasa: 200mg 3 kali
sehari. A
e. Mefenamat dosis dewasa: 500mg awal dilanjutkan 250 mg 3xsehari
sesudah makan. Jika selama 2-3 hari gejala belum sembuh segera hubungi
dokter. 4. Sakit Gigi yang Boleh Dilakukan Swamedikasi Dari pernyataan
macam-macam sakit gigidiatas jenis sakit gigi yang boleh dilakukan
swamedikasi adalah sebagai berikut:(Irhamahayati, et al. 2013)
a. Definisi Swamedikasi Pengobatan sendiri adalah spektrum kegiatan
kesehatan untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan
menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman masa lalu
kesehatan, buku, nasihat, software, website, iklan kesehatan, radio
atau program televisi. Obat-obatan untuk pengobatan sendiri sering
disebut obat non resep atau over the counter (OTC) dan tersedia
tanpa resep dokter melalui apotek(Aditya 2013).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengobatan Sendiri
Faktor yang mendorong dilakukannya pengobatan sendiri adalah
usia, tingkat pendidikan, sikap keluarga, iklan produsen obat,
undangundangmengatur pengeluaran dan penjualan obat,
pengalaman sebelumnya dengan gejala atau penyakit, signifikansi
dikaitkan dengan penyakit, situasi ekonomi responden(Lukovic et
al. 2014).

24
c. Cara Mendapatkan Obat Pelayanan kesehatan dan obat bagi
masyarakat dapat diperoleh dari Puskesmas,Rumah Sakit, atau
masyarakat dapat membeli sendiri di apotek atau toko obat yang
sudah mempunyai izin (Depkes, 2007). d. Cara Pemilihan Obat
Pemilihan obat yang akan digunakan melalui cara sebagai berikut :
1. Cara Menggunakan Obat Oral

Pemakaian obat oral adalah cara pengobatan melalui mulut atau


ditelan dengan menggunakan segelas air merupakan cara yang mudah, aman
dan lazim dalam pengobatan (Depkes, 2007). f. Penyimpanan Obat Obat
mengandung berbagai bahan kimia yang berbeda tingkat stabilitasnya untuk
mempertahankan kualitas obat tetap baik saat penyimpanan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

a) Menyimpan obat dalam kemasan asli dan wadah yang tertutup rapat

b) Menyimpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung
c) Menyimpan obat ditempat sejuk dan tidak lembab agar obat tidak
cepat rusak
d) Tidak diperbolehkan menyimpan obat cair dalam lemari pendingin
karena obat bisa beku (Djunarko, 2011).
2. Cara Pembuangan Obat Pembuangan dilakukan pada sisa obat dari
pengobatan yang tidak digunakan lagi dan sudah rusak atau kadaluarsa
akibat lamanya penyimpanan.Obat yang telah rusak dapat dibuang dengan
cara :
a. Penimbunan di dalam tanah Obat yang telah rusak atau kadaluarsa
dihancurkan terlebih dahulu kemudian dikeluarkan dari kemasan
setelah itu disiram air panas baru ditimbun dalam tanah.

25
b. Membakar obat Obat-obatan yang sudah rusak atau kadaluarsa
dibuang dengan cara dibakar.
c. Pembuangan ke saluran air Dikhususkan untuk obat cair dibuang
kesaluran air dengan cara diencerkan terlebih dahulu baru dibuang
kesaluran air (Depkes, 2007). Cara Pembuangan Kemasan Obat
1) Wadah berupa botol atau pot plastik Melepas terlebih dahulu etiket
yang tertera pada botol atau pot plastik baru dibuang ditempat sampah,
hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi penyalahgunaan bekas
wadah obat.
2) Boks/Dus/Tube Boks yang sudah tidak terpakai sebaiknya
dihancurkan terlebih dahulu kemudian baru dibuang (Depkes, 2007).
6. Rasionalitas
a. Definisi rasionalitas Penggunaan obat rasional adalah apabila
pasien mendapatkan pelayanan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan dari keluhan pasien, harga yang terjangkau, dosis yang
sesuai dengan kebutuhan pasien dan dalam frekuensi yang tepat
(Yewale & Dharmapalan 2012).
b. Kriteria Obat Rasional Penggunaan obat dikatakan rasional apabila
memenuhi dari kriteria sebagai berikut :
a) Tepat Indikasi Penyakit Penentuan indikasi yang berdasarkan
tanda, gejala dan keluhan pasien (Depkes RI, 2011).
b) Tepat Pemilihan Obat Pemilihan pengobatan yang sesuai
dengan drug of choice sehingga dapat memenuhi tujuan terapi
(Depkes RI, 2011).
c) Tepat Pasien Obat yang dipilih harus memperhatikan kondisi
patofisiologi dan kondisi dari pasien (Depkes RI, 2011).
d) Tepat Dosis Ketepatan dalam penggunaan, lamanya
penggunaan, dosis obat sehingga dapat meminimalkan resiko

26
terjadinya efek samping apabila dosis kecil maka tujuan terapi
yang diharapkan tidak akan tercapai (Depkes RI, 2011).
A. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008). Imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh
melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui
mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008).
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti
anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain
(Notoatmodjo,2003). Imunisasi merupakan suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit. (Atikah, 2010)
2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu
dari dunia. (Ranuh, 2008) Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus,
batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis.
(Notoatmodjo, 2003) Program imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi

27
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara
umun tujuan imunisasi antara lain (Atikah, 2010) :
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita
3. Manfaat imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisai aktif Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga
ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh
imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam imunisasi
aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin
yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin
dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme

28
dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan
bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
2) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-
bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa
digunakan.
3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
4) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar
dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga,
dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan
tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau
binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif
adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada
bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis
antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,
misalnya antibodi terhadap campak.
5. Macam-macam imunisasi dasar
a. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

29
1) Fungsi Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok
bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. Pada
manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan (TB paru),
meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran
atau ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya
ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi
jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria
didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga
mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC
terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan
udara yang mengandung bakteri tuberkulosis.
2) Cara pemberian dan dosis
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah
dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum
disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis
0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa.
Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi
biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan
pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin
dengan hasil negatif. Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan
di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit
dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan
jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama
antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar
pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
3) Kontra indikasi Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada
kondisi:

30
a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau
menahun, seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
b) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC
4) Efek samping Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang
timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi
BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan
imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan
yang berubah menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka.
Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh
dengen sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional diketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini
terasa padat, namun tidak menimbulkan demam.
b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
1) Fungsi Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit
sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran napas bagian atas. Penularannya bisa karena
kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau
kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri. Pertusis, merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh kuman Bordetella Perussis. Penularan
penyakit ini dapat melalui droplet penderita. Tetanus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani.
Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan
yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang
bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada bayi penularan
disebabkan karena pemotongan tali puat tanpa alat yang steril atau

31
dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan
tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-
anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau
luka terkontaminasi spora kuman tetanus, kuman ini paling banyak
terdapat pada usus kuda berbentuk spora yang tersebar luas di
tanah
2) Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Suntikan diberika pada paha tengah luar atau
subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Masukkan jarum dengan
sudut 90 derajat. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui
kulit sehingga masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit,
suntikkan secara pelan-pelan. Pemberian vaksin DPT dilakukan
tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval
4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena pemberian pertama
antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua mulai
meningkat dan pemberian ketiga diperoleh cukupan antibodi
3) Efek samping Pemberian imunisasi DPT memberikan efek
samping ringan dan berat, efek ringan seperti terjadi
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam,
sedangkan efek berat bayi menangis hebat kerana kesakitan selama
kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok.
c. Imunisasi campak
1) Fungsi Imunisai campak ditujukan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit campak. Campak, measles atau rubelal
adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi

32
disebarkan lewat udara (airborne). Virus campak ditularkan lewat
infeksi droplet melalui udara, menempel dan berkembang biak
pada epitel nasifaring. Tiga hari setelah infasi, replikasi dan
kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi
vitemia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari
dari infeksi awal.
2) Cara pemberian dan dosis Pemberian vaksin campak hanya
diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan
dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml
cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas
secara subkutan. Cara pemberian: injeksi 45 0C
3) Efek samping Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari
setelah vaksinasi.
4) Kontraindikasi Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada
orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, dan
limfoma.
d. Imunisasi polio
1) Fungsi Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio: Inactivated
Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan. Oral Polio
Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

33
2) Cara pemberian dan dosis Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali
(polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat 29 masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan
vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
langsung kemulut anak atau dengan atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes (dropper) yang baru.
3) Efek samping Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek
samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang
terjadi.
4) Kontra indikasi Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan
pada orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek
yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulang dapat diberikan setelah sembuh.
e. Imunisasi hepatitis B
1) Fungsi Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh
berkenalan terhadap penyakit hepatitis B, disebakan oleh virus
yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Penularan Virus
hepatitis B biasanya disebarkan melalui kontak dengan cairan
tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari ibu
ke anak pada saat melahirkan. Kebanyakan anak kecil yang
terkena virus hepatitis B akan menjadi ”pembawa virus”.
2) Cara pemberian dan dosis Imunisasi diberikan tiga kali pada umur
0-11 bulan melalui injeksi intramuskular. Kandungan vaksin
adalah HbsAg dalam bentuk cair.

34
3) Efek samping Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
4) Kontra indikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama
halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang

f. Jadwal imunisasi
Tabel jadwal imunisasi

Jenis vaksin Umur pemberian imunisasi


Bulan Tahun
Lah 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
ir
BCG
POLIO 0 1 2 3 4 5
Hepatitis B 1 2
DPT 1 2 3 4 5 6
Campak 1 2

35
Tabel keterangan jadwal imunisasi

Vaksinasi Jadwal Ulangan/booster Imunisasi untuk


pemberian usia melawana
BCG Waktu lahir - Tuberculosis
Hepatitis B Waktu lahir: 1 tahun- pada bayi yang Hepatitis B
1 bulan-dosis 2 lahir dari ibu dengan
6 bulan-dosis 3 hepatitis
DPT dan Polio 3 bulan- dosis 1 18 bulan- booster 1 Difteri, pertusis, tetanus
4 bulan- dosis 2 6 tahun- booster 2 danpolio
5bulan- dosis 3 12 tahun- booster 3
Campak 9 bulan - Campak

A. Tinjauan Teori

1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu


usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). b. Metode
kontrasepsi yang ada dalam program KB (Handayani, 2010)
a. Metode kontrasepsi sederhana Metode kontrasepsi sederhana
ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
(MAL, Coitus Interuptus, metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan, dan simptotermal) dan
metode kontrasepsi dengan alat (kondom, diafragma,cup
serviks,dan spermisida).
b. Metode kontrasepsi hormonal Metode ini pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron
dan estrogen sintetik seperti pada pil dan suntik) dan yang
hanya mengandung progesteron saja ( pil,suntik dan implant).

36
c. Metode kontrasepsi AKDR
d. Metode kontrasepsi mantap Metode ini terdiri dari 2 macam
yaitu MOW dan MOP.
e. Metode kontrasepsi darurat Metode ini dipakai pada saat
keadaan darurat ada 2 macam yaitu pil dan AKDR. 2.
Kontrasepsi Hormonal
a) Mekanisme kerja estrogen Mekanisme kerja estrogen yaitu menekan
ovulasi, mencegah implantasi,mempercepat transpor gamet.ovum dan
luteolysis (Handayani, 2010).
b) Mekanisme kerja progesterone Mekanisme kerja progesteron yaitu
menghambat ovulasi, menghambat implantasi, memperlambat
transport gamet/ovum, luteolysis dan mengentalkan lendir serviks
(Handayani, 2010).
c) c. Jenis Kontrasepsi Hormonal 1) Kontrasepsi Hormonal Oral (Pil)
Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa pil atau obat
yang berbentuk tablet berisi hormone estrogen dan progesterone
(Anggraini, 2012).
Kontrasepsi hormonal oral memiliki beberapa jenis yaitu :
a) Pil Oral Kombinasi (POK)
Pil oral kombinasi adalah pil kontrasepsi yang mencegah teradinya
ovulasi dan mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti
menimbulkan perubahanperubahan pada lendir serviks, pada motilas tuba
fallaopi dan uterus (Anggraini, 2012).
Keuntungan pil oral kombinasi menurut Handayani (2010) yaitu tidak
mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, dapat
digunakan sebagai metode jangka panjang, dapat digunakan pada massa
remaja hingga menopause, mudah dihentikan setiap saat, kesuburan cepat
kembali setelah pemakaian pil dihentikan, membantu mencegah

37
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium,
acne, desminorhoe.
Selain memiliki keuntungan seperti di atas, pil oral kombinasi juga
memiliki beberapa kelemahan yaitu mahal dan membosankan karena
digunakan setiap hari, mual (terutama pada 3 bulan pertama), perdarahan
bercak pada 3 bulan pertama, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat
badan, tidak mencegah PMS, tidak boleh untuk ibu menyusui, dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga resiko stroke (Handayani, 2010).
Efek samping yang sering dirasakan pengguna pil oral kombinasi
adalah amenore (tidak ada perdarahan/spotting), mual, pusing atau
muntah (akibat reaksi anfilatik) dan perdarahan pervaginam atau spotting
(Sulistyawati, 2012).
b) Mini Pil Mini pil adalah pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja,
tanpa estrogen. keuntungan dari mini pil adalah sangat efektif bila
digunakan benar, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak
mempengaruhi ASI karena kadar gestagen dalam ASI sangat rendah,
kesuburan cepat kembali, nyaman dan mudah digunakan, sedikit efek
samping, dapat dihentikan setiap saat, dan tidak mengandung estrogen
(Anggraini, 2012).
Kerugian dari mini pil adalah menyebabkan perubahan dalam pola
perdarahan haid, sedikit pertambahan dan pengurangan berat badan bisa
terjadi, bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terusmenerus
dan pemakaian setiap hari), harus diminum pada waktu yang sama setiap
hari, kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metoda, pasokan ulang
harus selalu tersedia, berinteraksi dengan obat lain ( contohnya obat-obat
epilepsi dan tuberculose) (Handayani, 2010).
Selain keuntungan dan kerugian, mini pil juga memiliki beberapa efek
samping yang sering ditemukan yaitu amenorea dan perdarahan tidak
teratur atau spotting (Saifuddin, 2010).

38
c). Kontrasepsi Suntikan Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Anggraini,
2012). Kontrasepsi suntikan dibagi dalam 2 jenis yaitu :
a. Suntikan Kombinasi Suntik kombinasi adalah kontrasepsi suntik
yang berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron. Keuntungan
dari kontrasepsi suntik ini adalah tidak berpengaruh pada hubungan
suami istri, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, klien tidak perlu
menyimpan obat, resiko terhadap kesehatan kecil, dan berjangka
panjang (Handayani, 2010).
b. Kerugian suntikan kombinasi adalah peribahan pola haid, awal
pemakaian terjadi mual, pusing, nyeri payudara (akan menghilang
setelah suntikan kedua atau ketiga), ketergantungan klien pada
pelayanan kesehatan, efektivitas turun jika interaksi dengan obat
epilepsi dan rifampisin, dapat terjadi efek samping yang serius yaitu
stroke, serangan jantung, trombosis paru, terlambatnya kesuburan
setelah berhenti, tidak memnjamin perlindungan terhadap penularan
IMS dan kenaikan berat badan. sedangkan efek samping yang sering
terjadi adalah amenore, mual, muntah, pusing, dan spotting
(Handayani, 2010).
c. Suntikan Progestin Suntikan progestin adalah kontrasepsi suntikan
yang berisi hormone progesterone (Handayani, 2010).
a) Keuntungan suntikan progestin adalah, sangat efektif,
pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh
pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah. tidak memiliki
pengaruhterhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia
> 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah

39
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurukan
kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan krisis
anemia bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2010).
b) Kerugian dari suntikan progestin adalah gangguan pola haid,
klien sangat bergantung pada sarana pelayanan 15 kesehatan,
tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya, sering menimbulkan efek samping masalah berat
badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS,
terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
penggunaan, pada pemakaian jangka panjang dapat
menyebabkan perubahan pada lipid serum, sedikit
menurunkan kepadatan tulang, kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
gugup, atau jerawat (Sulistyawati, 2012). Efek samping yang
sering terjadi pada suntikan progestin adalah amenorhoe,
mual, pusing, muntah, Perdarahan/perdarahan bercak
(spotting), meningkat atau menurunnya berat badan
(Saifuddin, 2010).
d). Implant Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat
dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas
(Handayani, 2010). Implant ada beberapa jenis yaitu norplant (lama kerjanya
5 tahun), implanon (lama kerjanya 3 tahun) dan jadena dan indoplant (lama
kerjanya 3 tahun).
a) Implant memiliki beberapa keuntungan yaitu daya guna tinggi,
perlindungan jangka panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang
cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas
dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu aktivitas seksual, tidak
menggangu produksi ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada

40
keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
(Sulistyawati, 2012).
b) Kerugian dari implant adalah menimbulkan gangguan menstruasi yaitu
tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur,
berat badan bertambah, menimbulkan agne, ketegangan payudara, liang
senggama terasa kering (Manuaba, 2010). selain memiliki kerugian,
implant juga memiliki beberapa efek samping yaitu amenorhoe,
perdarahan bercak (spotting) ringan, pertambahan atau kehilangan berat
badan (perubahan nafsu makan), ekspulsi, infeksi pada daerah insersi
(Handayani, 2010). Kelangsungan Angka kelangsungan adalah angka
yang menunjukkan proporsi akseptor yang masih menggunakan alat
kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu (Mubarak, 2009).
Disamping adanya angka kelangsungan tentu muncul angka
ketidaklangsungan. Angka ketidaklangsungan dihitung dalam
persentase dari total segmen pemakaian (BKKBN, 2009). Menurut
analisa lanjut SDKI 2007 oleh PUSLITBANG KB dan Kesehatan
Reproduksi BKKBN 2009, hasil analisis ketidak langsungan secara
keseluruhan terlihat bahwa alasan ingin hamil (32 %) merupakan alasan
yang paling banyak dilaporkan oleh wanita pemakai kontrasepsi, yang
kemudian disusul dengan alasan efek samping dan kesehatan (29 %),
dan sebanyak 10 % pemakai yang memberikan alasan berhenti
berkaitan dengan alat/cara kontrasepsi, meskipun ditemui pula ada 7 %
berhenti dengan alasan yang dilaporkan sebagai kegagalan kontrasepsi.

d). Karakteristik Pengguna KB Hormonal

a. Umur ibu Umur ibu diukur dalam tahun saat penelitian berlangsung. a. <
20 tahun b. 20 – 35 tahun c. > 35 tahun (Romauli dan Anna, 2009) b.
Paritas Paritas adalah jumlah anak ibu yang dilahirkan hidup. 1) < 2 tahun
2) > 2 tahun (Library, 2009)

41
c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh
ibu.

1) Pendidikan dasar (SD, SMP)

2) Pendidikan menengah (SMA/SMK)

3) Pendidikan tinggi (D III, S1,S2,S3) (Library, 2004)

d. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan


untuk memenuhi kebutuhan pada saat penelitian dilakukan (library,2004).

1. Tidak Bekerja

2. Bekerja (Notoatmodjo,2003) B. Kerangka Teori Gambar

1. Kerangka teori penelitian modifikasi dari Handayani (2010), Saifuddin


(2006), Sulistyawati (2012), Manuaba (2010), Anggraini (2012) Akseptor
KB Hormonal

a. Pil
b. Suntik
c. Implant Kelangsungan pemakaiannya Efek Samping
a. Amenorhoe
b. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan)
c. Perdarahan bercak (spotting) ringan
d. Mual, muntah, pusing
e. Ekspulsi
f. Infeksi pada daerah insersi

42
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Lokasi
Desa : Jantho Baru
Kecamatan : Jantho
Kabupaten : Aceh Besar
Provinsi : Aceh
2. Data Geografis
Luas Tanah : 1,19 Km2
Kondisi Tanah : Subur
Batas Daerah :
a) Utara :
b) Selatan :
c) Barat :
d) Timur :
e) Pelayanan Kesehatan : Pukesmas
a) Meunasah :1
b) Polindes :1
Rata-rata Pendapatan/Bulan : <1.000.000
Jaringan Transportasi : Darat
3. Data Geografis
Jumlah Penduduk : 582 Jiwa
Jumlah KK : 339 KK
Tipe Masyarakat : Petani
Status Pemerintahan : Swakarsa
Sarana : Roda 2, Roda 4

43
B. Gambaran Khusus
Desa Jantho Baru Kecamatan Jantho Kabupaten Aceh Besar Periode 19
Desember 2022 s/d 9 Januari 2023.
1. Jumlah Penduduk : Jiwa
2. Jumlah Penduduk Laki-Laki : Jiwa
3. Jumlah Penduduk Perempuan : Jiwa
4. Jumlah KK : 339 KK
5. Jumlah Rumah : Rumah

44
1. Gambaran Khusus Penduduk dari 339 KK Berdasarkan Jumlah Penduduk,
Umur dan Jenis Kelamin Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah penduduk, Umur dan
Jenis Kelamin Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jenis Kelamin
Jumlah
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
F % F % F %
1. 0-11 Bulan 6 2 5 1,8 11 3,8
2. 1-5 Tahun 27 8,9 24 8,6 51 17,5
3. 6-10 Tahun 36 11,8 32 11,5 68 23,3
4. 11-19 tahun 70 23 58 20,9 128 43,9
5. 20-49 Tahun 130 42,7 123 44,3 153 87
6. 50-60 Tahun 22 7,3 19 6,8 41 14,1
7. >60 Tahun 13 4,3 17 6,12 30 10,5
Total 304 100 278 100 582 100
Sumb er data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk berada
pada kelompok umur 20-49 tahun sebanyak 130 jiwa (42,7%) yang terdiri dari
laki-laki jiwa dan perempuan 123 jiwa (44,3%), sedangkan Minoritas berada pada
kelompok umur 0-11 bulan sebanyak 11 jiwa (3%) yang terdiri dari laki-laki
6jiwa (2%) dan perempuan 5 jiwa (1,8%)

45
2. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Kepercayaan Yang
Di Anut Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan yang di Anut Di
Dari 160 KK Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Kepercayaan
F %
1. Islam 582 100
Total 582 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Seluruh penduduk beragama
Islam sebanyak 582 jiwa (100%).

46
3. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Pendidikan Di Desa
Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Pendidikan
F %
1. Tidak pernah sekolah 39 6,7
2. Belum sekolah 52 9
3. SD/sederajat 170 29,2
4. SLTP/sederajat 127 21,8
5. SLTA/sederajat 175 30
6. Perguruan Tinggi/sederajat 19 3,3
Total 582 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Ryaa Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas berada pada tingkat
pendidikan SLTA 175 jiwa (30%). Minoritas berada pada tingkat pendidikan
perguruan tinggi/sederajat 19 jiwa (3,3%).

47
4. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Pekerjaan Di Desa
Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.4
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Pekerjaan
F %
1. PNS 9 1,7
2. Karyawan Swasta 19 3,6
3. Pedagang/Wiraswasta 21 4,6
4. Petani 19 3,5
5. Nelayan 175 34
6. IRT 124 24
7. Lain-lain (sebutkan) 154 29,5
Total 521 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas pekerjaan Nelayan
sebanyak 175 jiwa (34%). Minoritas dengan pekerjaan PNS sebanyak 9 jiwa
(1,7%).

48
5. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Jumlah
Penghasilan Selama Sebulan Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.5
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penghasilan Selama
Sebulan Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jumlah penghasilan
F %
1. <1.000.000 126 78,8
2. 1.000.000 - 3.000.000 20 12,5
3. >3.000.000 14 8,7
Total 160 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk dengan
jumlah penghasilan <1.000.000 sebanyak 126 jiwa (78,8%). Minoritas penduduk
dengan jumlah penghasilan >3.000.000 sebanyak 14 jiwa (8,7%).

49
6. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah PUS Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.6
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah PUS Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah PUS Jumlah
No
(15-49 tahun) F %
1. PUS 127 100
Total 127 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Fer s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah PUS yaitu sebanyak 127
jiwa (100%).

50
7. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.7
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil Dari 160
KK Di Desa Beurande Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jumlah Ibu Hamil
F %
1. Ibu Hamil 7 100
Total 7 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 21 Januari s/d 8 Februari 2019
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah ibu hamil sebanyak 7
jiwa (100%).

51
8. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Usia Ibu Hamil Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.8
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia Ibu Hamil Dari 160 KK
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Usia Ibu Hamil
F %
1. <20 tahun 0 0
2. 20-35 tahun 3 42,9
3. >35 tahun 4 57,1
Total 7 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Masing-masing usia ibu hamil
20-35 tahun dan >35 tahun sebanyak 7 jiwa (100%).

52
9. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Usia Kehamilan Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.9
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia Kehamilan Dari 160 KK
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Usia Kehamilan
F %
1. Trimester 1 0 0
2. Trimester 2 5 71,4
3. Trimester 3 2 28,6
Total 7 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Usia kehamilan ibu hamil
trimester 2 sebanyak 5 jiwa (71,4%) dan trimester 3 sebanyak 2 jiwa (28,6).

53
10. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Ibu Hamil Yang
Pernah Mengalami Keguguran Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.10
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ibu Hamil Yang Pernah
Mengalami Keguguran Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid
Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Ibu Hamil Yang Pernah Jumlah
No
Mengalami Keguguran F %
1. Pernah 0 0
Total 0 0
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beuradeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Ibu hamil yang pernah
mengalami keguguran sebanyak 0 jiwa (0%).

54
11. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Imunisasi TT Ibu
Hamil Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.11
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Imunisasi TT Ibu Hamil Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Imunisasi TT
F %
1. Lengkap 1 23,3
2. Belum Lengkap 6 85,7
Total 7 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Masing-masing imunisasi TT
ibu hamil lengkap 1 jiwa (23,3%) dan tidak lengkap sebanyak 6 jiwa (85,7%).

55
12. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Ada Tidaknya
Masalah Selama Hamil Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.12
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ada Tidaknya Masalah Selama
Hamil Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Ada Tidaknya Masalah Jumlah
No
Selama Hamil F %
1. Ada Masalah 2 29
2. Tidak ada Masalah 5 71
Total 7 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas ibu hamil yang tidak
mengalami masalah selama hamil sebanyak 2 jiwa (29%). Minoritas ibu hamil
yang mengalami masalah selama hamil sebanyak 5 jiwa (71%).

56
13. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jenis Masalah
Kesehatan Selama Kehamilan Di Desa Beuandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.13
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Masalah Kesehatan
Selama Kehamilan Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid
Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jenis Masalah Kesehatan Jumlah
No
Selama Kehamilan F %
1. Morning sickness 2 100
Total 2 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mengalami masalah kesehatan
selama kehamilan yaitu morning sickness sebanyak 2 jiwa (100%) dari 7 total
kehamilan.

57
14. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Umur Anak Yang
Masih Diberikan ASI 0-6 bulan Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.14
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur Anak Yang Masih
Diberikan ASI 0-6 bulan Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Pemberian ASI
F %
1. 0-6 bulan 4 100
Total 4 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Ibu yang memberikan ASI saja
sebanyak 1 jiwa (100%).

58
15. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah Ibu
Menyusui Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.15
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Menyusui Dari 160
KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jumlah Ibu Menyusui
F %
1. Ibu Menyusui 7 78
2. Tidak Menyusui 2 22
Total 9 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Marer 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah ibu menyusui sebanyak
7 jiwa (78%). Sedangkan ibu tidak menyusui 2 jiwa (22%)

59
16. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Ibu Menyusui Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.16
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ibu Menyusui Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Ibu Menyusui
F %
1. Asi Ekslusif 4 44
2. Tidak Ekslusif 5 56
Total 9 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 171 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Ibu yang menyusui ASI Ekslusif
sebanyak 4 jiwa (44%), Sedangkan ibu yang tidak menyusui ASI Eksklusif
sebanyak 5 jiwa (56%).

60
17. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Alasan Ibu
Menyusui Tidak Eklusif Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.17
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Alasan Ibu Menyusui Tidak
Eklusif Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Alasan Ibu Menyusui Tidak Jumlah
No
Eklusif F %
1. ASI dan Sufor 2 100
Total 2 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Ibu menyusui tidak ekslusif
yang menggunakan ASI dan Sufor sebanyak 2 jiwa (100%).

61
18. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Blita yang
Mendapatkan Vitamin A 6 Bulan Terakhir Di Desa Beurandeh Kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.18
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Berdasarkan Blita yang
Mendapatkan Vitamin A 6 Bulan Terakhir Dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14
Maret 2021

Jumlah
No Vitamin A
F %
1. Ada 24 100
2. Tidak Ada 0 0
Total 24 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk dengan
pemberian imunisasi sebanyak 24 jiwa (100%).

62
19. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Kelengkapan
Imunisasi Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.19
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Kelengkapan Imunisasi
F %
1. Lengkap 5 21
2. Tidak Lengkap 19 79
Total 24 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk dengan
kelengkapan imunisasi lengkap 5 jiwa (21%). Minoritas penduduk dengan
kelengkapan imunisasi tidak lengkap 19 jiwa (79%).

63
20. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Alasan Tidak
Imunisasi Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.20
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Alasan Tidak Imunisasi Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Alasan Tidak Imunisasi
F %
1. Kurang Informasi 16 72,7
2. Sakit 6 27,3
Total 22 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang tidak melakukan
imunisasi karena kurangnya informasi sebanyak 16 jiwa (72,7%). Sedangkan
penduduk yang tidak melakukan imunisasi karena sakit sebanyak 6 jiwa (27,3%).

64
21. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah Remaja Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.21
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Remaja Dari 160 KK
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jumlah Remaja
F %
1. Remaja 115 100
Total 115 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 8 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah remaja sebanyak 115
jiwa (100%).

65
22. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Pengetahuan
Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi Di Desa Beurandeh Kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.22
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan Remaja
Mengenai Kesehatan Reproduksi Dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14
Maret 2021
Pengetahuan Remaja Jumlah
No
Tentang Kespro F %
1. Baik 49 87,5
2. Kurang 7 12,5
Total 56 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Remaja yang berpengetahuan
tentang kesehatan reproduksi yaitu 49 jiwa (87,5%). Sedangkan remaja tidak
berpengetahuan tentang kesehatan reproduksi yaitu 7 jiwa (12,5%).

66
23. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Klimakterium Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.23
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Klimakterium Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Klimakterium
F %
1. Pre Menopause 52 63,4
2. Menopause 30 36,6
Total 82 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang mengalami
menopause sebanyak 30 jiwa (36,6%). Sedangkan penduduk yang mengalami
pre-menopause sebanyak 52 jiwa (63,4%).

67
24. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Jumlah Lansia Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.24
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Lansia Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jumlah Lansia
F %
1. Lansia 31 100
Total 31 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Analisa data :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah lansia yaitu sebanyak 31
jiwa (100%).

68
25. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Keadaan Lantai
Rumah Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.25
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Keadaan Lantai Rumah Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Keadaan Lantai Rumah
F %
1. Bersih 30 20,3
2. Tidak Bersih 118 79,7
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk dengan keadaan lantai
bersih yaitu 30 KK (20,3%). Sedangkan penduduk dengan keadaan lantai tidak
bersih yaitu 118 KK (79,7%).

69
26. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Ventilasi Rumah
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.26
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ventilasi Rumah Dari 160 KK
Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode
22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Ventilasi Rumah
F %
1. Ada dan memadai 148 100
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Seluruh penduduk memiliki
ventilasi dan memadai yaitu 148 KK (100%).

70
27. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Tempat
Pembuangan Air Besar Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.27
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan Air
Besar Dari 171 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tempat Pembuangan Air Jumlah
No
Besar F %
1. WC/ Jamban Keluarga 148 100
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Seluruh penduduk menggunakan
jamban keluarga yaitu 148 KK (100%).

71
28. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jenis Jamban
Keluarga Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.28
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Jamban Keluarga Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jenis Jamban Keluarga
F %
1. WC Cemplung 20 13,6
2. Leher Angsa 128 86,5
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang menggunakan
jenis jamban leher angsa yaitu 128 KK (86,5%). Sedangkan penduduk yang
menggunakan WC Cemplung yaitu 20 KK (13,6%).

72
29. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Sumber Air
Keluarga Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.29
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Keluarga Dari 160
KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Sumber Air Keluarga
F %
1. Air Sumur/ Mata Air 133 90
2. Air Gunung 15 10
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang menggunakan
air sumur yaitu 133 KK (90%). Sedangkan penduduk menggunakan air gunung
yaitu 15 KK (10%).

73
30. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Cara Penggunaan
Air Minum Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Meret 2021
Tabel 1.30
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Cara Penggunaan Air Minum
Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Cara Penggunaan Air Minum
F %
1. Di Masak 54 36,5
2. Isi Ulang 94 63,5
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang menggunakan
air minum dengan isi ulang yaitu 94 KK (63,5%). Sedangkan penduduk yang
menggunakan air minum di masak yaitu 54 KK (36,5%).

74
31. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Kualitas Sumber
Air Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.31
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kualitas Sumber Air Dari 160
KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Kualitas Sumber Air
F %
1. Tidak berbau,tidak berwarna 130 88
2. Berbau, berwarna, dan berasa 18 12
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Seluruh penduduk memiliki
kualitas sumber air tidak berbau, tidak berwarna 130 (88%), berbau,berwarna, dan
berasa yaitu 18 KK (12%).

75
32. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Tempat
Pembuangan Sampah Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.32
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat Pembuangan Sampah
Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Tempat Pembuangan Sampah
F %
1. Bak Penampungan 30 20,2
2. Lain-lain ( bakar ) 118 79,8
Total 148 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Meret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang membuang
sampah dengan cara bakar yaitu 118 KK (79,8%). Sedangkan penduduk yang
membuang sampah di bak penampungan yaitu 30 KK (20,2%).

76
33. Gambaran Khusus Penduduk dari 160 KK Berdasarkan Kesehatan
Keluarga Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.33
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kesehatan Keluarga Dari 160
KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Jumlah
No Kesehatan Keluarga
F %
1. Sehat 501 86
2. Sakit 81 14
Total 582 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Kesehatan keluarga berada pada
keadaan sehat sebanyak 501 jiwa (86%). Sedangkan kesehatan keluarga berada
pada keadaan sakit sebanyak 81 jiwa (14%).

77
34. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah Jenis
Penyakit Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.34
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah Jenis Penyakit Dari
160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Jenis Penyakit
F %
1. Sakit gigi 94 58
2. Hipertensi 29 18
3. Kolesterol 15 9,2
4. Asam Urat 8 5
5. Lambung 6 3,7
6. Alergi 6 3,7
7. Diabetes Melitus 3 1,8
8. Sesak nafas 1 0,6
Total 162 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk yang
mempunyai penyakit Sakit gigi sebanyak 94 jiwa (58%). Minoritas penduduk
yang mempunyai penyakit sesak nafas sebanyak 1 jiwa (0,6%).

78
35. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Tempat Pelayanan
Kesehatan Yang Sering Di Kunjungi Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid
Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.35
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tempat Pelayanan Kesehatan
Yang Sering Di Kunjungi Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021

Tempat Pelayanan Kesehatan Jumlah


No
Yang Sering Di Kunjungi F %
1. Pustu - -
2. Puskesmas 103 70,5
3. Rumah Sakit 1 1,7
4. Klinik/ Tempat Praktek Nakes 32 22
5. Apotik 1 1,3
6. Posyandu 6 4,1
Total 146 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas penduduk yang
mengunjungi Puskesmas yaitu 103 KK (70,5%). Minoritas penduduk yang
mengunjungi apotik yaitu 1 KK (1,3%).

79
36. Gambaran Khusus Penduduk dari 136 KK Berdasarkan Jaminan Kesehatan
Keluarga Di Desa Meunasah Lambaro Kecamatan Lhoknga Kabupaten
Aceh Besar Periode 21 Januari s/d 8 Februari 2019
Tabel 1.36
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jaminan Kesehatan Keluarga
Dari 136 KK Di Desa Meunasah Lambaro Kecamatan Lhoknga Kabupaten
Aceh Besar Periode 21 Januari s/d 8 Februari 2019
Jumlah
No Jaminan Kesehatan Keluarga
F %
1. Asuransi 26 4,5
2. BPJS 472 81
3. Tidak ada 58 10
4 Lain-lain (sebutkan) 26 4,5
Total 582 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Mayoritas jaminan kesehatan
BPJS sebanyak 472 jiwa (81%). Minoritas jaminan kesehatan asuransi sebanyak
26 jiwa (4,5%).

80
37. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jumlah WUS Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.37
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jumlah WUS Dari 160 KK Di
Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Periode 22
Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah WUS Jumlah
No
(15-49 tahun) F %
1. WUS 111 100
Total 111 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jumlah WUS yaitu sebanyak
111 jiwa (100%).

81
38. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Pasangan Usia
Subur Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.38
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pasangan Usia Subur Dari 160
KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Pasangan Usia Subur Jumlah
No
(15-49 tahun) F %
1. Aseptor 21 16,5
2. Non-Aseptor 106 83,5
Total 127 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Pasangan usia subur Non-
aseptor KB sebanyak 106 jiwa (83,5%).

82
39. Gambaran Khusus Penduduk Dari 136 KK Berdasarkan Alasan Pasangan
Usia Subur Non-Aseptor Di Desa Meunasah Lambaro Kecamatan Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar Periode 21 Januari s/d 8 Februari 2019
Tabel 1.49
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Alasan Pasangan Usia Subur
Non-Aseptor Dari 136 KK Di Desa Meunasah Lambaro Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Periode 21 Januari s/d 8 Februari 2019
Alasan Pasangan Usia Subur Non Jumlah
No
Aseptor F %
1. Kurang Pengetahuan/Tidak Nyaman 80 75,4
2. Ingin Hamil 10 9,2
3. Sedang Hamil 7 7
4. Malas 9 8
Total 106 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Pasangan usia subur non-aseptor
dengan kurang pengetahuan/tidak nyaman sebanyak 80 jiwa (75,4%).

83
40. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Jenis Kontrasepsi
Yang Digunakan Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.40
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Yang
Digunakan Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jenis Kontrasepsi Yang Jumlah
No
Digunakan F %
1. Suntik 12 52,4
2. Pil 8 34,7
3. AKDR 0 0
4. Implant 1 4,3
5. Kondom 1 4,3
6. Tubektomi 1 4,3
Total 23 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Pasangan usia subur yang
menggunakan jenis kontrasepsi suntik sebanyak 12 jiwa (52,4%).

84
41. Gambaran Khusus Penduduk Dari 160 KK Berdasarkan Pengetahuan
Keluarga Sehat Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Tabel 1.41
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pengetahuan Keluarga Sehat
Dari 160 KK Di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besar Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Jumlah
No Pengetahuan Keluarga Sehat
F %
1. Tahu 150 93,7
2. Tidak tahu 10 6,3
Total 160 100
Sumber data : Hasil Data Primer Periode 22 Februari s/d 14 Maret 2021
Analisa data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 160 KK Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Penduduk yang berpengetahuan
keluarga sehat yaitu 150 KK (93,7%). Penduduk yang tidak berpengetahuan
keluarga sehat yaitu 10 KK (6,3%).

85
C. Perumusan Masalah
1. hipertensi
2. KB
3. Imunisasi
4. Sakit gigi
D. Skala Prioritas

Kriteria
No A B C D Jumlah Urut
Masalah

1.  Hipertensi 5 8 3 37 53 1
2 Kb 3 7 5 36 52 2

3. Imunisasi 3 6 5 34 48 3

4. Sakit gigi 3 5 8 28 44 4

Keterangan:
A : Besarnya Masalah
B : Kegawat Masalah
C : Kemudahan Dalam Penanggulangan
D : Skor prioritas

86
E. Alternatif Jalan Keluar
NO Kriteria Penyebab Alternatif
Masalah
1. Hipertensi sering mengosumsi makanan Penyuluhan
yang tinggi garam, air
minum yang mengandung
kadar garam, kurangnya
istirahat dan pengetahuan
tentang penyebab darah
tinggi

2. Kontrasepsi Faktor budaya, pendidikan, Penyuluhan


Kurangnya pengetahuan dan
adanya larangan pasangan
3. Imunisasi Faktor budaya, pendidikan, Penyuluhan
Kurangnya pengetahuan dan
adanya larangan pasangan
4. Sakit gigi Faktor lingkungan Penyuluhan
Kurangnya kesadaran
tentang kebersihan mulut

87
F. Pemecahan Masalah
1. Hipertensi
Kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang penyakit Hipertensi
dan Gastritis/Lambung
S
masyarakat mengatakan sering mengosumsi makanan yang tinggi garam,
air minum yang mengandung kadar garam, kurangnya istirahat dan
pengetahuan tentang penyebab darah tinggi
O
Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa masyarakat Di Berandeh
Kabupaten Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar mayoritas mengalami
hipertensi karena pemukiman warga dekat dengan Pesisir pantai jadi
makanan dan minuman banyak yang mengandung kadar garam dan pola
hidup sehat yang kurang baik.
A
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pola hidup
sehat.
P
a) memberikan penyuluhan tentang hipertensi
b) menyarankan masyarakat agar tidak mengosumsi makanan dan
minuman yang banyak mengandung kadar garam serta menjaga pola
makan
c) menyarankan masyarakat agar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin
Evaluasi: Masyarakat mendengar informasi dan penyuluhan yang
diberikan dan masyarakat mengerti apa yang dijelaskan.

88
2. Kontrasepsi
Faktor budaya, pendidikan, adanya larangan pasangan dan Kurangnya
pengetahuan dari masyarakat tentang kontrasepsi
S
Mayoritas masyarakat mengatakan tidak menggunakana KB dengan alasan
adanya larangan dari pasangan dan menganggap memiliki banyak anak
adalah rezeki
O
Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa masyarakat Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar mayoritas masyarakat
tidak menggunakan Kb, dan memiliki banyak anak dan ekonomi yang
minim
A
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kontrasepsi
P
a) memberikan penyuluhan tentang Kontrasepsi
b) menyarankan masyarakat memakai kontrasepsi untuk mengatur jumlah
dan jarak anak
Evaluasi: Masyarakat mendengar informasi dan penyuluhan yang
diberikan dan masyarakat mengerti apa yang dijelaskan.

3. Imunisasi
Faktor budaya, pendidikan, adanya larangan pasangan dan Kurangnya
pengetahuan dari masyarakat tentang Imunisasi
S
Mayoritas masyarakat mengatakan tidak melakukan Imunisasi pada anak
dengan alasan adanya larangan dari pasangan dan menganggap imunisasi
dapat memicu demam

89
O
Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa masyarakat Di Desa Beurandeh
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar mayoritas masyarakat
tidak melakukan imunisasi pada anak, dan memiliki persepsi yang salah
tentang dampak dari imunisasi
A
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Imunisasi
P
a) memberikan penyuluhan tentang imunisasi
b) menyarankan masyarakat melakukan imunisasi untuk mencegah
penyakit yang berbahaya
Evaluasi: Masyarakat mendengar informasi dan penyuluhan yang
diberikan dan masyarakat mengerti apa yang dijelaskan.

4. Sakit Gigi
Faktor lingkungan Kurangnya kesadaran tentang kebersihan mulut
S
masyarakat mengatakan sering mengosumsi makanan yang tinggi garam,
air minum yang mengandung kadar garam, kurangnya istirahat, kurangnya
pengetahuan tentang penyebab sakit gigi dan kebersihan mulut
O
Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa masyarakat Di Berandeh
Kabupaten Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar mayoritas mengalami
sakit gigi karena pemukiman warga dekat dengan Pesisir pantai jadi
makanan dan minuman banyak yang mengandung kadar garam dan
kebersihan mulut yang kurang baik.
A
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pola hidup
sehat dan kebersihan mulut.

90
P
a) memberikan penyuluhan tentang Sakit gigi
b) menyarankan masyarakat agar tidak mengosumsi makanan dan
minuman yang banyak mengandung kadar garam serta menjaga pola
makan
c) menyarankan masyarakat agar menjaga kebersihan mulut dan
menggosok gigi minimal 3 kali sehari
d) menyarankan masyarakat agar untuk melakukan pemeriksaan gigi
secara rutin
Evaluasi: Masyarakat mendengar informasi dan penyuluhan yang
diberikan dan masyarakat mengerti apa yang dijelaskan.

91
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama melaksanakan PBL di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar, kami menemukan masalah kebidanan komuniti yaitu
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi, kontrasepsi,
imunisasi, dan sakit gigi sehinga kami jadikan masalah kebidanan komunitas
untuk mengatasi dan menanggulanginya, kami telah melakukan pendekatan
dengan masyarakat , memberikan penyuluhan tentang Hipertensi, kontrasepsi,
imunisasi, dan sakit gigi.
Selama melaksankaan PBL di di Desa Beurandeh Kecamatan Mesjid
Raya Kabupaten Aceh Besar, kami ikut serta dalam kegiatan kelas ibu hamil,
posbindu, dan membuat penyuluhan tentang Hipertensi, kontrasepsi, imunisasi,
dan sakit gigi di meunasah beurandeh pada acara Lokmin (Lokakarya Mini)
bersama masyarakat dan perangkat desa Meunasah beurandeh dan juga
menyelenggarakan acara pengabdian masyarakat.
B. Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan supaya
menciptakan hidup sehat.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih mengetahui tentang kesehatan
a) Diharapakan kepada kepada petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang Hipertensi, kontrasepsi, imunisasi,
dan sakit gigi
b) Diharapakan kepada kepada seluruh masyarakat agar menjaga pola hidup
sehat dan pola makan yang teratur dan sehat.
3. Diharapkan kepada institusi Agar dapat menggunakan Laporan ini sebagai
bahan referensi penelitian maupun pengajaran dan sebagai pelengkap dari
koleksi buku maupun artikel di perpustakaan.

92
LAMPIRAN II
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. Pokok Pembahasan : Hipertensi, Kontrasepsi, Imunisasi, Dan Sakit Gigi


II. Sub Pokok Pembahasan :
1. Pengertian Hipertensi, Kontrasepsi, Imunisasi,
Dan Sakit Gigi
2. jenis KB dan Imunisasi
3. Penyebab Hipertensi Dan Sakit Gigi
4. Tanda dan gejala Hipertensi Dan Sakit Gigi
5. Faktor yang mempengaruhi Hipertensi dan Sakit
Gigi
6. Komplikasi Hipertensi dan sakit Gigi
7. Pencegahan Hipertensi dan sakit Gigi

III. Waktu : 30 Menit


Tanggal :
IV. Tempat : Meunasah Beurandeh
Sasaran : Warga Beurandeh
V. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan warga
meunasah Lambaro dapat memahami tentang
Hipertensi, Kontrasepsi, Imunisasi, Dan Sakit Gigi,
sehingga sadar akan hidup sehat dan pentingnya
kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Agar mengetahui tentang Hipertensi, Kontrasepsi,
Imunisasi, Dan Sakit Gigi

93
b. Agar mengetahui tentang penyebab Hipertensi
dan sakit gigi
c. Agar mengetahui tentang tanda dan gejala
Hipertensi dan sakit gigi
d. Agar mengetahui tentang Faktor yang
mempengaruhi Hipertensi dan sakit gigi
e. Agar mengetahui tentang Komplikasi Hipertensi
dan sakit gigi
f. Agar mengetahui tentang cara Hipertensi dan sakit
gigi
VI. Materi (terlampir)
VII. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

94
VIII. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan
Pembukaan

Penyajian

Tanya jawab

Penutup -

95
IX. Media/ Alat dan Bahan
- Power point
- Video
- Infocus
- mickrofon
X. Evaluasi
a. Tanya jawab tentang penyakit hipertensi dan gastritis
b. Menjelaskan tentang terjadinya hipertensi dan gastritis
c. Sebutkan tentang akibat dari penyakit hipertensi dan gastritis
d. Menjelaskan tentang cara pencegahan hipertensi dan gastritis
e. Memberitahu komplikasi yang akan terjadi

96
LAMPIRAN III

Jadwal kegiatan kerja kelompok Mahasiswi Akademi Kebidanan Saleha Banda Aceh
Di Desa Meunasah Lambaro Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Periode 21 Januari 2019 s/d 8 Februari 2019
NO Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 21 Januari
2019
2 Selasa, 22 Januari
2019
3 Rabu, 23 Januari
2019
4 Kamis , 24 -
Januari 2019

5 Juma’at 25
Januari 2019
6 Sabtu 26 Januari
2019

7 Minggu 27
Januari 2019
8 Senin 28 Januari
2019

97
9 Selasa, 29 Januari
2019

10 Rabu 30 Januari
2019
11 Kamis , 31
Januari 2019
12 Jum’at, 1
Februari 2019

13 Sabtu 2 Februari
2019

14 Minggu , 3
Februari 2019

15 Senin , 4 Februari
2019
16 Selasa, 5 Februari
2019
17 Rabu, 6 Februari
2019
18 Kamis , 7
Februari 2019
19 Jum’at, 8 -
Februari 2019

LAMPIRAN IV

98
DOKUMENTASI

99

Anda mungkin juga menyukai