Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS DAN MENDESKRIPSIKAN PEMBELAJARAN

MENULIS DI KELAS TINGGI

DOSEN PENGAMPU:

Amin Basri, S,Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

 Mazvirah Sari (2002090112)


 Noviza Wardhana Gultom (2002090117)
 Aliya Rohaya Dongoran (2002090118)
 Ulha Aulia Affandi (2002090137)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Amin Basri, S.Pd., M.Pd.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amin Basri, S.Pd., M.Pd, selaku
Dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami membutuhkan saran dan juga masukan untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 3 November 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
C. TUJUAN ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A. MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS ........................................................................


B. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS ............................................
C. TEKNIK PENILAIAN PEMBELAJARAN MENULIS..................................................

KESIMPULAN ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan yang melibatkan dua pihak yaitu siswa yang
melakukan kegiatan belajar dan guru yang melakukan kegiatan pembelajaran pada siswa. Belajar
adalah proses perubahan perilaku individu sebagai akibat adanya interaksi individu dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan. Kegiatan membelajarkan adalah suatu kegiatan guru untuk
mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa dapat
melakukan kegiatan belajar, sehingga belajar dan membelajarkan merupakan dua kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan. Pemahaman materi pelajaran tidak sekadar menghafal dan mengingat
materi belaka, tetapi belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku seperti bertambahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, kreativitas, dan lainnya yang
menuntut aktivitas siswa.Bahasa tulis merupakan suatu jenis perekaman bahasa lisan. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, hal itu merupakan suatu proses keterampilan yang kompleks,
yang merupakan keterampilan berbahasa yang rumit dikuasai. Menulis sering pula dipandang
sebagai suatu ilmu dan seni, karena di samping memiliki aturan-aturan pada unsur-unsurnya, juga
mengandung tuntutan bakat yang meyebabkan suatu tulisan tidak semata-mata sebagai sesuatu
yang menyampaikan maksud atau makna, tetapi juga membuat penyampaian maksud tersebut
menjadi lebih menarik dan menyenangkan pembacanya (Penelitian, 2014). Menurut Richards dan
Rodgers (2015: 1), sekolah-sekolah modern yang memiliki komitmen dalam hal peningkatan
kuali- tas pembelajaran bahasa berlomba-lomba meng- aplikasikan berbagai pendekatan
pembelajaran ba- hasa tersebut di dalam proses pembelajaran di kelas sebagai langkah untuk
mencapai tujuan sekolah.(Suniyah et al., 2018).
Secara etimologi, kata media berasal dari Bahasa latin medius, dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Sedangkan dalam Bahasa Arab
media diartikan wasaala, yang artinya perantara atau pengantar pesandari pengirim kepada
penerima pesan.
Secara teminologi, media adalah manusia, materi atau kejadian atau membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Media Pembelajaran Menulis?
2. Bagaimana Pendekatan dalam Pembelajaran Menulis?
3. Bagaimana Teknik Penilaian dalam Pembelajaran Menulis?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Media Pembelajaran di Kelas Tinggi.
2. Untuk Mengatahui Pendekatan dalam Pembelajaran Menulis.
3. Untuk Mengetahui Teknik Penilaian dalam Pembelajaran Menulis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Media Pembelajaran Menulis


1. Pengertian Media Pembelajaran Menulis

Secara etimologi, kata media berasal dari Bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang berarti perantara atau pengantar. Sedangkan dalam Bahasa Arab media diartikan wasaala,
yang artinya perantara atau pengantar pesandari pengirim kepada penerima pesan.

Secara teminologi, media adalah manusia, materi atau kejadian atau membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media.

2. Fungsi dan Peran Media Pembelajaran

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam prose belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran
dan penyampaian pesan atau sis pelajaran pada saat itu. Di samping itu media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik da terpercaya,
memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, serta membangkitkan motivasi dan minat siswa
dalam belajar (Kustandi & Sucipto, 2011 : 21).

Sudjana dan Riva’i (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu sebagai berkut :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisantenaga, apalagi kalu guru
mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-lain

3. Klasifikasi Media pembelajaran

Pada saat ini kta dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali. Berbagai usaha telah dilakukan
untuk membagi – bagi media dalam klasifikasi, katagiri atau golongan tertentu, didasarkan pada
kemampuannya, bentuk fisik, biaya, dan sebagainya. Salah satu penggolongan media yang dilakukan oleh
Schramm, yaitu :

a. Media besar, dimana media ini memerlukan biaya investasi besar dan perlu digunakan secara meluas
untuk mencapai skala ekonomis.

b. Media kecil, yaitu media yang sederhana dan dapat dipakai secara lebih luwes.

Menurut Haney dan Ullmer ada tiga katagori utama berbagai bentuk media pemebeajaran, yaitu :

a. Media yang mampu menyajikan informasi (media penyaji).

b. Media yang mengandung informasi (media objek).

c. Media yang memungkinkan untuk berinteraksi (media interaktif)

Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini
berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis:

1). Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.

2). Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak,
seperti film, video cassete dan VCD.

Jerold Kemp dan Diane K Dayton (dalam Pribadi, 2004:1-5), mengemukakan klasifikasi jenis media
sebagai berikut :

a. Media cetak,
Sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala. Contohnya surat kabar, majalah, buku,
pamflet, brosur, poster, dan spanduk.

b. Media yang dipamerkan (displayed media),


c. Overhead transparency (OHT),

Sering disebut transparancy film atau transparansi. Terbuat dari bahan plastik tembus cahaya sehingga
visual dapat diproyeksikan. Lembaran plastik biasanya berukuran 26,5 x 21 cm. Ada beberapa kualitas
plastik yang bisa digunakan, mulai dari yang mahal dan bermerk khusus hingga yang paling murah,
bahkan bisa saja menggunakan plastik seperti yang dipakai untuk taplak meja. Di atas transparansi itu,
guru bisa menyiapkan tulisan jauh sebelum penyajian atau bisa langsung menulis sambil mengajar.

d. Rekaman suara

Dalam dunia pendidikan Rekaman audio-Tape Arsyad ( 2003 : 44) adalah isi pesan dan pelajaran yang
dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sebagai upaya
mendukung terjadinya proses belajar. Materi rekaman audio- tape adalah cara ekonomis untuk
menyiapkan isi pelajaran atau jenis informasi tertentu. Jenis rekaman menurut Hamalik ( 1994 : 102 )
meliputi : rekaman musik, kesusastraan dan drama, studi sosial terutama sejarah, bahasa asing, bercakap –
cakap dan olahraga.

e. Slide suara dan film strip

Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan
proyektor slide. Slide atau film bingkai terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang
terbuat dari karton atau plastik.

Filmstrip atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi diam. yang pada dasarnya
hampir sama dengan media slide. Hanya filmstrip ini terdiri atas beberapa film yang merupakan satu
kesatuan (merupakan gelang, di mana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu).

f. Presentasi multi gambar

Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan
dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup
efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar.
Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image,
grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas
belajar siswa.

g. Video film.

video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-
tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara
interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD
cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi,
pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.

h. Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)

Media pembelajaran berbasis komputer adalah media pembelajaran yang menggunakan sofware
komputer. Melalui komputer guru akan lebih mudah dalam penyampaian materi pelajaran, lebih mudah
bagi siswa untuk memahami materi pelajaran dan pembelajaran tersebut akan lebih menyenangkan.
Contohnya Penggunaan multimedia presentasi, CD Multimedia Interaktif, Video pembelajaran dan
internet.

3. Pendekatan dalam Pembelajaran Menulis

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis, yaitu :

1. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif memfokuskan kepada keterampilan siswa dalam mengimplementasikan


fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran. Pendekatan komunikatif pada proses
pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan.

2. Pendekatan Integratif

Pendekatan integratif menekankan kepada keterpaduan antara empat aspek keterampilan


berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan

integratif pada proses pembelajaran, misalnya : dengan menceritakan pengalaman yang sangat
menarik, menuliskan tentang suatu peristiwa yang sederhana, membaca bacaan kemudian
membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang didengar.
3. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati,


mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses,
pada proses pembelajaran, misalnya : dengan melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan
pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang padu.

4. Pendekatan Tematis

Pendekatan tematis menekankan kepada tema pembelajaran sebagai payung atau pemandu dalam
pembelajaran. Pendekatan tematis pada proses pembelajaran, misalnya : dengan menulis
pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.

4. Teknik Penilaian dalam Pembelajaran Menulis

Perlu diketahui bahwa dalam proses penilaian hasil belajar peserta didik diperlukan metode atau teknik
serta instrumen yang perlu diperhatikan dan disiapkan, agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai
sehingga memiliki standandar yang tepat. Teknik dan instrumen yang digunakan ini yang akan
memberikan informasi kepada guru terhadap keadaan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik
yang diajarnya dana kemampuan skill yang berbeda-beda dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar yang dapat dikembangkan oleh guru dapat berupa penilaian
jenis tes, non-tes, penilaian berbasis kelas, penilaian kinerja, dan juga penilaian portofolio. Berikut
ini akan kami paparkan sedikit gambaran teknik, metode, dan instrumen penilaian yang dapat
dilakukan oleh guru dalam mengevaluasi peserta didiknya. Sebagai seorang guru nantinya dituntut tidak
hanya mampu untuk membuat instrumen penilaian hasil belajar peserta didik, tetapi mampu
mengaplikasikan dan menggunakan instrumen penilaian tersebut.

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan guru sebagai sarana untuk memperoleh
informasi tentang keadaan belajar siswa. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan
dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan siswa dan banyaknya/jumlah
materi pelajaran yang sudah disampaikan.

Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan
informasi mengenai keadaan belajar dan prestasi peserta didik. Teknik penilaian yang memungkinkan
dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru antara lain:
1. Teknik Tes Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.

Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan
jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1.) Tes Bentuk Uraian

Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh
bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban

dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang
lainnya.

Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu:

a.) Uraian Terbatas (Restricted Respons Items) Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta
didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban
peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat
dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan
dikendaki dalam soalnya.
Contoh:
- Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
- Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

b.) Uraian Bebas (Extended Respons Items)


Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta
didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta
didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.

Contoh:

- Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!

- Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!

Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis berikut ini:

(1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah
dipahami.

(2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah
soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat
dibandingkan.

(3) Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan, membandingkan,


mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.

Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun kelebihan bentuk
soal uraian antara lain:

- Proses penyusunan soal relatif mudah.

- Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.

- Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.

- Mengurangi faktor menebak dalam menjawab. Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:

- Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama. Ada kecenderungan dari guru bersikap
subjektif.

- Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisannya.

2.) Tes Bentuk Objektif Tes


objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara
benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:

a.) Benar-Salah (True-False, or Yes-No) Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal
benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta
dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.

Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:

(1) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.

(2) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.

(3) Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

b.) Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban
(option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan
kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails)

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:

- Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.


- Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari
peserta didik.
- Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
- Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan
mudah, cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas, (3) mampu
mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali. Sedangkan
kelemahannya antara lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama, (2)
memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, dan (3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.

c.) Menjodohkan (Matching)

Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan
kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.

Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:

(1) Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.

(2) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.

(3) Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.

c.) Melengkapi (Completion)

Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap.

Contoh:

- Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut

- Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .

Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi (completion), antara
lain:

(1) Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).

(2) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.

(3) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.

(4) Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.
B. Tes Lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara
sebagai berikut.

1.) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

2.) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

3.) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.

1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes

2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

C. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan
tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak
peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya
dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat
yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan
yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes
perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk
keperluan pengamatan kelompok.

2. Teknik Non-Tes
Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda
dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes,
yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire).

A. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai

proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman
observasi.
BAB III

KESIMPULAN

Secara etimologi, kata media berasal dari Bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Sedangkan dalam Bahasa Arab media
diartikan wasaala, yang artinya perantara atau pengantar pesandari pengirim kepada penerima
pesan.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam prose belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap
siswa.
Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini
berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis : Media Auditif, Medai Visual, Media
Audiovisual.
Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis, yaitu : Pendekatan Komunikatif,
Pendekatan Integratif, Pendekatan Keterampilan Proses, Pendekatan Tematis.
Teknik Penilaian dalam pembelajaran menulis yaitu : Tes tertulis, Tes lisan, Tes perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA

Inggriyani, F., & Fazriyah, N. (2017). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
menulis narasi di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 9(3), 30–41.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/article/view/9498

Nurulfajriati. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Menulis di Kelas Tinggi

Zulela, M. S. (2014). Pendekatan Konstektual Dalam Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar. Mimbar
Sekolah Dasar, 1(April), 83–91.

Penelitian, A. (2014). Penerapan Pembelajaran Menulis Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 07 Pontianak
Utara.

Anda mungkin juga menyukai