Anda di halaman 1dari 20

BAHAYA PSIKOSOSIAL DALAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3)

Makalah Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Pada Mata Kuliah Aggregate in Community Nursing

Dosen Pengampu
Ns. Harizza Pertiwi, S. Kep, MN

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. ADE IMA NOVIKASARI 012121016


2. LEDY MEGA MANANUE 012121041
3. NOVINTASARI PURBA 012121042
4. NURFITRI NILAM ASRI 012121032
5. NURHAYATI 012121033
6. UDY KURNIAWAN 012121009
7. TERAYS INDRIASTI 012121034
8. ZAKARIA PUTRA BAHARI 012121040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FKK – UNIVERSITAS BINAWAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah mata kuliah Aggregate Community Nursing dengan topik “Potensi
Bahaya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dari Segi Psikososial” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas dalam
menempuh pembelajaran pada Mata Kuliah Aggregate Community Nursing. Kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan support dan do’a kepada kami
2. Dosen pembimbing mata kuliah Aggregate Community Nursing Ibu Ns.
Harizza Pertiwi, S. Kep, MN
3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya, dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan. Aamiin.

Jakarta , 25 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN 1
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A.Latar Belakang 4
B.Rumusan Masalah 5
C.Tujuan 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 6
BAB II KONSEP TEORI 7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 15
BAB IV PENUTUPAN 19
1. Kesimpulan 19
2. Saran 19
REFERENSI 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.7 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu disiplin dengan ruang
lingkup yang luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian yang luas,
K3 mengarah kepada pengendalian hazard dan risk untuk meminimalkan terjadinya
injury ataupun accident, promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari fisik , mental
dan kesejahteraan social pada pekerja di semua tempat kerja , pencegahan pada para
pekerja terhadap efek buruk Kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan kerja dari resiko yang berakibat
kepada kesehatan yang buruk, adaptasi pekerjaan terhadap manusia. Keselamatan kerja
ini dilaksanakan supaya ada saling kerjasama untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
dengan keselamatan kerja tenaga kerja bisa merasa nyaman saat bekerja pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja . Salah satu hazard atau bahaya
yang dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya.

Masalah psikososial merupakan masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
akibat terjadinya perubahan kesehatan atau pengaruh dari orang-orang disekitar. Oleh
karena itu, masalah atau bahaya psikososial dapat terjadi sebagai akibat atau dampak
kesehatan dari adanya proses interaksi kesehatan seseorang yang buruk. Upaya
pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan keselamatan dan
esehatan kerja di tempat kerja. Salah satu hazard atau bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya. . Psikososial adalah hubungan
antara kondisi kesehatan seseorang atau pekerja dengan kesehatan mental/emosionalnya.
Hazard psikososial adalah suatu bentuk bahaya yang dapat mengancam kesehatan mental
para pekerja dan risiko penurunan produktifitas pekerja.

4
Hampir setengah dari populasi dunia adalah pekerja, ILO dan WHO
merekomendasikan pengembangan dan penerapan program berkelanjutan untuk
mengelola esehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja kesehatan di tingkat nasional,
sub-nasional dan fasilitas esehatan. Program tersebut harus mencakup semua bahaya
pekerjaan – menular, ergonomis, fisik, kimia, dan psiko-sosial.

Di dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018 terkait


Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja diwajibkan bagi seluruh pengusaha dan
atau pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
lingkungan kerja dimana syarat-syarat tersebut diatur dalam pasal 3 yaitu pengusaha
diwajibkan untuk mengendalikan eseha-faktor fisika, kimia, biologi, esehatan dan
psikososial. Dalam ISO 45001:2018, Pasal 6.1.2 Faktor kesehatan (termasuk beban kerja,
jam kerja, victimization, pelecehan dan intimidasi) menjadi hal yang perlu
dipertimbangkan dalam identifikasi bahaya.

Dikarenakan hal tersebut upaya atau pencegahan pada hazard psikososial yang
akan dibahas ini menjadi hal penting selain melindungi atau mencegah bahaya fisik atau
luar lainnya. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak
pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan
dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh. Seluruh pekerja
harus menikmati hak mereka atas pekerjaan yang layak, lingkungan kerja yang aman dan
sehat, dan perlindungan kesehatan untuk perawatan kesehatan, absen sakit dan penyakit
serta cedera akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini kelompok akan membahas tentang bahaya
psikososial dalam Kesehatan dan keselamatan kerja dan cara mengatasinya.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum :

5
Untuk mengetahui bahaya psikosial dalam keselamatan dan kesehatan kerja

1.3.2 Tujuan Khusus:


1.3.1.1 Mahasiswa mampu memahami konsep keselamatan dan kesehatan kerja
1.3.2.2 Mahasiswa mengerti dan memahami kesehat hazard psikososial
1.3.3.3 Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah psikososial dalam Kesehatan dan
keselamatan kerja.

6
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Keselamatan Dan Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kesehatan kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat kesehatan dan sejahtera. Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan
kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja bersifat
kesehatan dan sasarannya adalah lingkungan kerja, sedangkan kesehatan kerja bersifat
medis dan sasarannya adalah manusia (Redjeki, 2016).

Kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja
maupun keduanya, dan akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua
pihak. Bagi pekerja cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan
pribadi, keluarga dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan terjadi kerugian
produksi akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan penyeledikan atas kecelakaan
tersebut serta biaya untuk melakukan proses hukum atas kecelakaan kerja. Kecelakaan
dapat dibagi menjadi dua jenis, kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak langsung.
Setiap kecelakaan bukan peristiwa tunggal, namun terjadi karena penyebab yang saling
berkaitan (ridley, 2008).

2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Ridley 2008, contoh penyebab kecelakaan untuk masing-masing factor
tersebut adalah :

7
1. Situasi kerja : pengendalian manajemen yang kurang, standar kerja yang minim, tidak
memenuhi standar, perlengkapan yang tidak aman, tempat kerja yang tidak mendukung
keamanan (getaran, tekanan udara, ventilasi, penerangan, dan kebisingan yang tidak
aman), peralatan atau bahan baku yang tidak aman.
2. Kesalahan orang : keterampilan dan pengetahuan minim, masalah fisik atau mental,
motivasi yang minim atau salah penempatan, perhatian yang kurang.
3. Tindakan tidak aman : tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui, mengambil
jalan pintas, tidak emnggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama bekerja, bekerja
dengan kecepatan berbahaya

Penyebab Tindakan tidak aman :


1. Kecelakaan : kejadian yang tidak terduga, akibat koncak dengan mesin atau listrik yang
berbahaya, terjatuh, terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagaianya.
2. Cedera atau kerusakan : pada pekerja (sakit dan penderitaan, kehilangan pendapatan,
kehilangan kualitas hidup) dan pada perusahaan (pembayaran kompensasi, kerugian
produksi, kemungkinan proses pengadilan)

Teknik praktis pencegahan kecelakaan


1. Nyaris
a. Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi
b. Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius
c. Menumbuhkan budaya tidak saling menyalahkan
2. Identifikasi bahaya
a. Melakukan inspeksi keselamatan kerja dan patrol
b. Laporan dari operator
c. Laporan dari jurnal teknis
3. Pengeliminasian bahaya
a. Adanya sarana-sarana teknis
b. Mengubah material
c. Mengubah proses
d. Mengubah pabrik bagi dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di pabrik

8
4. Pengurangan bahaya
a. Memodifikasi perlengkapan secara teknis
b. Alat pelindung diri
5. Melakukan penilaian risiko
6. Pengendalian risiko residual
a. Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran
b. System kerja yang aman
c. Pelatihan para pekerja

2.3 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja :


1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut.
3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.

1.8 Fungsi keselamatan dan kesehatan kerja :


1. Fungsi keselamatan kerja
a. Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya,
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program.
c. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya.
d. Ukur, periksa kesehatan keefektifan pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya.
2. Fungsi dari kesehatan kerja
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat
kerja
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja
termasuk desain tempat kerja
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja dan apd
d. Melaksanakan survey terhadap eksehatan kerja
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi

9
f. Mengelola p3k dan tindakan darurat

3. Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu k3


Peran keselamatan dan kesehatan kerja berkontribusi dalam upaya perlindungan
kesehatan para pekerja dengan upaya promosi kesehatan, pemantauan, dan survailance
kesehatan serta upaya peningkatan daya tahan tubuh dan kebugaran pekerja. Sementara
peran keselamatan adalah menciptakan system kerja yang aman atau yang mempunyai
potensi risiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga asset perusahaan
dari kemungkinan loss.

1.9 Faktor Bahaya Potensial Di Rumah Sakit


Bahaya potensial rumah sakit disebabkan oleh factor biologi (virus, bakteri, jamur),
factor kimia (antiseptic, gas anestesi) factor ergonomic (cara kerja yang salah), factor fisik
(suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi), factor psikososial (kerja bergilir, hubungan
antara sesame/atasan) dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Potensi bahaya di rumah sakit dapat dikelompokan dalam table :
Bahaya fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin,
bising, getaran, pencahayaan
Bahaya kimia Ethyline oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, obat kanker, gas
anestesi, mercury, chlorine
Bahaya biologi Virus, jamur, parasite
Bahaya ergonomi Posisi statis, mengangkat, membungkuk, mendorong
Bahaya mekanik Berasal dari mesin (terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat,
tertusuk benda tajam)
Bahaya psikososial Kerja shift, stress
Bahaya listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik
statis
Limbah rumah sakit Limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah, darah) limbah non
medis, limbah cairan tubuh manusia (droplet, liur, sputum)

2.6 Sasaran dan Tujuan K3 di Rumah Sakit

10
Sasaran keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit yaitu pengelola dan karyawan
rumah sakit. Sedangkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit yaitu
terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat
bagi pasien, pengujung, masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit sehingga proses
pelayanan rumah sakit berjalan baik. Adapun tujuan khusus keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit sebagai berikut :
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjuang tercapainya k3 di rumahsakit (K3RS)
2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal k3 bagi management, pelaksana dan pendukung
program
3. Terpenuhi syarat-syarat k3 di setiap unit kerja
4. Terlindungainya pekerja dan mencegah terjadinya pak dan kak
5. Terselanggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh
6. Peningkatan mutu, citra, dan produktifitas rumah sakit
(Redjeki, Sri. 2016)

2.7.1 Definisi Hazard Psikososial


Hazard Psikososial merupakan kesehatan dan situasi yang berkaitan dengan
tempat kerja yang dapat memicu stress, ketegangan emosional, dan masalah
interpersonal. Hal-hal yang berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari hazard
psikososial ini diantaranya seperti jam kerja yang berlebihan dan tidak adanya rotasi shift
kerja, tekanan di tempat kerja, penyalahgunaan narkoba dan alcohol, gangguan seksual,
dan lain-lain.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain
kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan social kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi
dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work Related
Stress 2002). Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan
kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan
bahaya (hazardous). Hal ini dapat menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat
digunakan untuk menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to
work ) atau isi dari pekerjaan (content to work). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja

11
ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi kesehatan. Risiko yang ditimbulkan
dengan adanya bahaya psikososial ini adalah stress kerja.

2.7.2 Kondisi Pemicu Bahaya Psikososial


Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek- aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti:
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai
3. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya kesehatan kerja yang diperoleh
4. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
5. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar produktivitas
kerja dapat tetap terjaga
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik
fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban
bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh,
stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan
produktivitas kerja keryawan.

2.7.3 Tanda dan Gejala


1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui pendekatan individu dan organisasi.
Gangguan emosional yang timbul :

12
1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan seksual
5. Ketagihan kesehatan dan psikotropika, Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan adalah
potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari peristiwa
stress

1.9.5 Teori Bahaya Psikososial Menurut Cox (2000).


Bahaya psikososial erat kaitannya dengan konteks pekerjaan (context to work) atau
konten pekerjaan (content of work).
2. Konteks Pekerjaan
Kategori Kondisi Yang Menentukan Bahaya
Budaya dan fungsi organisasi Komunikasi yang buruk, tingkat dukungan yang
rendah untuk pemecahan masalah dan
pengembangan pribadi, kurangnya definisi tujuan
organisasi
Peran dalam organisasi Peran ambigu dan konflik peran, tanggung jawab
untuk orang
Perkembangan karir Stagnasi karir dan ketidakpastian, promosi rendah
atau promosi berlebihan, gaji buruk, ketidakamanan
kerja, nilai social rendah untuk bekerja
Lintang keputusan Partisipasi rendah dalam pengambilan keputusan,
kurangnya control atas pekerjaan (control terutama
dalam bentuk partisipasi, juga merupakan konteks
dan masalah organisasi yang lebih luas)
Hubungan interpersonal di Isolasi social atau fisik, hubungan buruk dengan
tempat kerja atasan, konflik antarpribadi, kurangnya dukungan
social
Home-work interface Tuntutan pekerjaan dan rumah yang saling
bertentagnan, dukungan yang rendah di rumah,

13
masalah karir ganda

3. Konten Pekerjaan
Kategori Kondisi Yang Menentukan Bahaya
Lingkungan kerja dan Masalah terkait keandalan, ketersediaan, kesuaian,
perlengkapan kerja dan pemeliharaan atau perbaikan peralatan dan
fasilitas
Desain tugas Kurangnya variasi atau siklus kerja yang pendek,
pekerjaan yang terfragmentasi atau tidak berarti,
keterampilan yang kurang digunakan, ketidakpastian
yang tinggi
Beban kerja Beban kerja berlebih atau kurang, kurngnya control
terhadap kecepatan, tingkat tekanan waktu yang
tinggi
Jadwal kerja Shift kerja, jadwal tidak flexible, jam kerja tidak
terduga, jam kerja Panjang atau tidak sosial

3.7.5 Hal yang menciptakan situasi stress


1. Tingkat staff tidak mencukupi unutk memenuhi permintaan
2. Pelatihan yang tidak memadai untuk pekerja berkontribusi pada seringnya kesalahan dan
perasaan tidak tahu apa yang mereka lakukan terus menerus
3. Pengawas kurang pelatihan dalam management konfilk
4. Penjatahan jam atau rotasi shift yang tidak tepat
5. Monoton dan kebosanan
6. Factor lingkungan seperti panas atau dingin yang belebihan, bau tidak sedap atau ruang
kerja sempit
7. Perhitungan tenggat waktu dan beban kerja yang tidak tepat

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data demografi
2. Riwayat pekerjaan: perlu juga dikaji apakah ada keluhan jam kerja berlebih, beban
kerja, ketidakpastian promosi dan penghasilan, beban kerja dan bahaya lainnya.
3. Pengkajian psikosial: kaji bagaimana konsep diri termasuk status pergaulan, interaksi
dengan orang lain, serta gaya hidup termasuk dalam kategori bahaya di lingkungan
kesehatan. Selain itu bahaya di diri individu dapat berupa rasa cemas, sulit
mengungkapkan pendapat dan tidak tahan bekerja dalam tekanan.
4. Pengkajian Manajemen Koping : Kaji bagaiamana mekanisme koping yang
digunakan setiap menemui suatu kesulitan

3.2 Masalah Keperawatan


1. Ansietas (D.0080)
Penyebab : Krisis Situasional, kebutuhan tidak tepenuhi, kekhawatiran mengalami
kegagalan, terpapar bahaya lingkungan
• DS:
a. Takut setiap bertemu dengan atasan saya yang galak
b. Ingin berhenti kerja tapi khawatir sulit mendapatkan pekerjaan baru
c. Merasa bingung
d. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
e. Sulit berkonsentrasi
f. Mengeluh pusing
g. Merasa tidak berdaya

• DO:
a. Tampak cemas, gelisah, tidak konsentrasi, nadi cepat, keringat dingin
b. Sulit tidur
c. Sering berkemih

15
d. Tremor

2. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko (D.0099)


Penyebab : self esehata yang rendah, kesehatan berlebihan, pemilihan gaya hidup
tidak sehat
 DS:
a. Saya Lelah, stress kerjaan banyak tapi gaji tidak pernah naik, saya minum obat
dan penenang agar bisa rileks dan tidur
 DO:
a. Tampak sulit berkonsentrasi, sering ijin tidak masuk kerja, tercium bau esehat
b. Menunjukan penolakan terhadap perubahan status kesehatan

3. Koping Tidak Efektif (D.0096)


Penyebab : Stres jangka panjang, ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah, ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi kesehatan,
ketidakadekuatan koping pendukung
DS :
a. Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah
b. Sulit tidur
c. Selera makan menurun
DO :
a. Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai
b. Partisipasi koping kurang
(SDKI, 2017)

3.3 Intervensi Keperawatan


Dx 1 : Ansietas (D. 0080)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 bulan diharapkan
pemeliharaan kesehatan psikologis membaik
Intervensi :
Manajemen Stress (I. 09293)

16
Observasi :
c. Identifikasi tingkat stress
d. Identifikasi stress
Terapeutik :
e. Lakukan reduksi ansietas (mis. Anjurkan napas dalam sebelum prosedur)
f. Lakukan manajemen pengendalian marah, jika perlu
g. Pahami reaksi marah terhadap ansietas
h. Beri kesempatan untuk menenagkan diri
i. Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap stress
Edukasi :
j. Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi kejadian ansietas
k. Anjurkan mengendalikan tuntutan orang lain dengan negosiasi atau mengatakan “tidak”
l. Anjurkan memenuhi kebutuhan yang prioritas dan dapat diselesaikan

Dx. 2 : Perilaku Kesehatan cenderung berisiko (D.0099)


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 bulan diharapkan perilaku kesehatan
membaik.
Dengan kriteria hasil :Penerimaan terhadap status kesehatan meningkat, kemampuan
melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan meningkat, kemampuan peningkatan
kesehatan meningkat
(SLKI) (L.12107)
Intervensi observasi :
a. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang ditingkakan
Terapeutik
b. Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
c. Orientasi Pelayanan kesehatan yang dapat di manfaatkan
Edukasi
d. Bahaya penggunaan dan penyalahgunaan obat penenang
e. Ajarkan mengenai lingkungan yang aman dan nyaman

17
Dx. 3 : Koping Tidak Efektif (D.0096)
Intervensi :
Manajemen Kesehatan Kerja (I14512)
Observasi :
a. Identifikasi kesehatan pekerja (mis. Fungsi fisik, jiwa, spiritual, dan kebiasaan)
b. Identifikasi keseha risiko penyakit dan kecelakaan kerja
Edukasi :
c. Informasikan pekerja terkait zat atau alat yang berbahaya bagi keehatan
d. Ajarkan tentang kesehatan dan modifikasi lingkungan kerja yang sehat

18
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hazard Psikososial merupakan kesehatan dan situasi yang berkaitan dengan tempat
kerja yang dapat memicu stress, ketegangan emosional, dan masalah interpersonal. Hal-hal
yang berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari hazard psikososial ini diantaranya
seperti jam kerja yang berlebihan dan tidak adanya rotasi shift kerja, tekanan di tempat kerja,
penyalahgunaan narkoba dan alcohol, gangguan seksual, dan lain-lain.
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik
fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya
ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan
akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja
keryawan.
Sasaran keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit yaitu pengelola dan karyawan
rumah sakit. Sedangkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit yaitu
terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat
bagi pasien, pengujung, masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit sehingga proses
pelayanan rumah sakit berjalan baik.

4.2 Saran
Diharapkan manajemen Kesehatan diperhatikan bagi para pekerja untuk mencegah
adanya hazard dalam Kesehatan dan keselamatan kerja (K3), sehingga diharapakan karyawan
maupun pegawai dapat bekerja secara produktif dan aman.

19
REFERENSI

https://muhyidin.id/bahaya-psikososial-di-tempat-kerja/#Definisi_Bahaya_Psikososial
Redjeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pusdik SDM Kesehatan : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

20

Anda mungkin juga menyukai