Anda di halaman 1dari 3

Di zaman modern abad ke-21 ini, membaca dan menulis sudah bukan lagi suatu hal yang istimewa;

hampir semua orang dapat melakukan kedua hal tersebut. Menurut data dari UNESCO tahun 2022,
tingkat literasi warga-warga dewasa di Indonesia adalah 96%. Tingkat literasi berarti tingkat persentase
seberapa banyak orang dewasa di Indonesia yang dapat membaca dan menulis dibandingkan dengan
mereka yang tidak bisa. Angka 96% mengartikan bahwa secara rata-rata 96 dari 100 orang dewasa di
Indonesia dapat membaca dan menulis. Istilah tingkat literasi itu sendiri berdasarkan dari kata “literasi”.
Menurut Padmadewi & Artini (2018:1) literasi secara luas adalah kemampuan berbahasa yang
mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis serta kemampuan berpikir yang
menjadi elemen di dalamnya. Sedangkan menurut Alberta (2009) Arti literasi bukan hanya sekedar
kemampuan untuk membaca dan menulis, namun juga untuk menambah pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah. Dari kedua definisi tersebut, dua hal selalu muncul, yaitu “membaca” dan “menulis”. Dari hal
ini dapat disimpulkan bahwa membaca dan menulis merupakan dua hal yang penting dalam literasi yang
tidak dapat dipisahkan, walaupun keduanya merupakan kegiatan yang berbeda. Research Gap: Literasi
secara garis besar meliputi dua hal, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Tetapi, seberapa besar
kedua hal tersebut memiliki hubungan antara satu sama lain masih bisa diteliti lebih lanjut. Secara
lognika, Kemampuan menulis yang baik tidak dapat diperoleh tanpa membaca sumber-sumber lainnya.
Sumber-sumber tersebut bisa jadi apa saja yang berada dalam sebuah media tertulis, seperti buku,
artikel internet, koran, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman membaca yang banyak, seseorang akan
mendapatkan informasi yang lebih luas, pengalaman yang didapatkan pun lebih banyak sehingga
kosakata yang dimiliki oleh pembaca akan lebih beragam. Walaupun begitu, terdapat sebuah argumen
kontra yang bisa diangkat dalam konteks ini. Seseorang, siapapun itu 2 dan dimanapun ia berada, dapat
mencari informasi dan pengalaman lainnya yang tidak memerlukannya untuk membaca. Sumber
informasi tidak selalu berada dalam media tertulis, bisa jadi sumber informasi berada dalam media
suara seperti talkshow ataupun radio. Bisa juga sumber informasi berada dalam sebuah media visual,
seperti sebuah lukisan atau diagram. Tidak hanya itu, seseorang juga dapat mendapatkan pengalaman
dari kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan membaca ataupun menulis. Dengan
pendapat ini, sebuah pertanyaan muncul: seberapa erat sebenarnya hubungan antara membaca dan
menulis, dan apakah keduanya harus dilakukan bersama-sama agar kegiatan membaca/menulis efektif?
Rumusan masalah: Berdasarkan latar belakang tentang membaca dan menulis, kita dapat merumuskan
berbagai pertanyaan yaitu: - Apakah pengaruh membaca terhadap tulisan yang kita buat? - Apakah
dengan banyak membaca kita dapat menulis sebuah karya tulis dengan kualitas yang lebih baik? -
Bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas karya tulis yang kita tulis dengan membaca? Tujuan:
Seperti yang banyak diketahui, membaca dan menulis merupakan suatu komponen penting yang bisa
membantu kehidupan dari berbagai aspek. Pada tahap membaca permulaan dan menulis permulaan,
dititik beratkan pada kesesuaian antara tulisan dan bunyi yang ada, kelancaran dan kejelasan suara,
pemahaman isi atau makna. Persiapan membaca didukung dengan pengalaman keaksaraan seperti
membaca buku atau sering menggunakan tulisan maupun simbol saat pembelajaran. Menurut
Herusantosa, 2001: 14), tujuan pembelajaran membaca dan menulis permulaan agar peserta didik
mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat.
Selain itu, Menurut Soejono (Lestary, 2004: 12), tujuan mengajarkan membaca permulaan adalah: (a)
Mengenalkan pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi, (b) Melatih
keterampilan dalam mengubah bentuk huruf menjadi bentuk suara, (c) Pengetahuan huruf –huruf
dalam abjad dan keterampilan menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika
anak belajar membaca lanjut. Manfaat: Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis dan teoretis. 1. Manfaat Teoretis: a. Hasil penelitian ini dapat memberikan penambahan
wawasan tentang pentingnya membaca dan menulis bagi masyarakat b. Hasil penelitian dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang literasi terutama dalam membaca dan menulis
2. Manfaat Praktisa: a. Bagi Peneliti: Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dan
untuk menambah wawasan ilmu dari peniliti. b. Bagi Masyarakat: Membantu memperluas wawasan
terutama tentang ilmu literasi dan untuk diharapkan dapat menambah minat baca dari masyarakat
untuk membantu kemajuan bangsa. Metode: Supaya penelitian berjalan dengan baik sesuai dengan
permasalahan dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan mengambarkan/ melukiskan keadaan subjek/ objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. Penelitian ini mencari hubungan kedua variabel,
yaitu variabel x dan variabel y. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode deskriptif kepustakaan.
Dengan metode ini, penulis akan melakukan pengumpulan data dan analisis mengenai topik ini dengan
mennggunakan literatur-literatur yang tersedia seperti jurnal artikel dan dan buku. Metode ini bertujuan
untuk mencari korelasi antara membaca dan menulis.

Hasil penelitian yang relevan dalam studi literatur ini adalah sebagai berikut: 1. Pratiwi et al. (2018).
Hubungan Antara Minat Membaca dengan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas V SD Gugus
VII Mengwi Tahun Ajaran 2017/2018. Journal for Lesson and Learning Studies, Vol.1 (1), 43-51. 3
Gambar 1. Histogram data minat baca Gambar 2. Histogram data keterampilan menulis cerita pendek
Seperti keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya, menulis dan membaca memiliki banyak manfaat.
Selain sebagai alat komunikasi, menulis melatih seseorang untuk beripikir kritis, menggali potensi diri,
dan membantu daya ingat informasi. Sedangkan menulis dapat menjadi sarana mengekspresikan emosi,
pikiran, dan perasaan yang sedang dirasakan seseorang. (Pratiwi et al, 2018) Dalman (2016) menyatakan
bahwa menulis merupakan suatu suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara ter-tulis
kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis. Dengan menulis, sang penulis harus memiliki
keterampilan dalam memanfaatkan struktur kata bahasa dan kosakata. Kedua keterampilan ini tidak
datang secara otomatis, melainkan melalui latihan dan praktik yang terus menerus. (Pratiwi et al, 2018)
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang dalam menulis narasi, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya adalah sarana dan prasarana yang
mendukung aktivitas menulis, sedangkan faktor internal adalah psikologi, intelektual, teknik dan minat
membaca menulis. (Utami et al, 2021) Sesuai dengan penjelasan ini, kegiatan menulis terdapat
hubungan dengan minat membaca menulis yang termasuk di faktor internal. Sebagai bukti, dapat dilihat
pada gambar 1 dan 2 bahwa terdapat korelasi positif antara minat baca dan nilai keterampilan menulis
cerita pendek. Secara umum, para peserta yang memiliki minat baca yang tinggi mendapatkan nilai
keterampilan menulis cerita pendek yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya. (Pratiwi et al, 2018)
Keterampilan menulis memerlukan pengetahuan dan ide-ide yang akan dituangkan ke tulisan. Kedua hal
tersebut dapat didapatkan dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan
menulis yang baik dan benar tidak dapat diperoleh tanpa kemampuan membaca yang baik, karena
dengan kebiasaan dan kemampuan membaca yang baik seseorang akan mendapatkan informasi dan
wawasan yang sangat luas. (Utami et al, 2021). Tidak hanya itu, dengan banyak pengalaman membaca
penulis dapat belajar cara berbahasa dengan media tertulis yang baik dan benar. Seseorang yang pandai
dan rajin membaca akan mampu menulis kalimat-kalimat dan paragraf yang tertata karena pengalaman
membaca tersebut, sehingga ia lebih akrab dengan tata cara berbahasa tertulis. Hal ini juga berarti
orang tersebut memiliki perbendaharaan kosakata yang ekstensif. Tidak hanya itu, orang tersebut juga
akan lebih mudah menuangkan ide-ide kreatif miliknya ke sebuah media tertulis jika sudah melihat
contoh-contoh tulisan dari berbagai jenis. (Rinawati et al, 2016)

Anda mungkin juga menyukai