Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

METODOLOGI DAN RENCANA KERJA

2.1 PENDEKATAN
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan 2 pendekatan analisis,
yaitu melalui pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah (Metodologi Penelitian, Sumadi
Suryabrata, 1983).
1. Pendekatan Non-Ilmiah
Pendekatan non ilmiah secara umum diterapkan pada proses analisis yang cukup
banyak dipengaruhi oleh persepsi dan intuif dari Tenaga Ahli. Pendekatan non ilmiah
yang digunakan meliputi:
a. Pendekatan intuitif
Pendekatan ini merupakan pendapat orang berdasarkan atas ’pengetahuannya’
yang langsung didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari.
b. Trial and Error
Penemuan atau pemecahan suatu solusi masalah tanpa disengaja sudah banyak
terjadi. Pemecahan secara kebetulan umumnya merupakan serangkaian percobaan
tanpa kesadaran pemecahan tertentu. Penemuan secara ini umumnya dilakukan
tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-langkah sistematik. Dalam
kegiatan perancangan bangunan, hal ini dapat diterima.
c. Otoritas Ilmiah
Umumnya merupakan pendapat dari orang-orang yang telah menempuh pendidikan
formal tinggi atau yang mempunyai pengalaman ilmiah dalam suatu bidang cukup
banyak. Pendapat orang-orang ini akan benar kalau premise-premisenya benar.

2. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah diperolah melalui penelitian yang dibangun atas teori tertentu.
Pendekatan ini terutama dilakukan dalam perumusan program dan kebijakan
penyediaan perumahan khususnya hunian vertikal.

PT. SEKEPAR BILIKON 2-1


LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

2.2 METODOLOGI
Untuk metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kajian Pembangunan Rumah Susun
di Kabupetan Kepulauan Seribu ini berupa perumusan rencana, pengumpulan data (primer
dan sekunder), analisis permasalahan, hingga perumusan yang menjadi capaian akhir
kegiatan ini.

2.2.1 METODE PENGUMPULAN DATA

A. Pengumpulan Data Primer


Untuk metode pengumpulan data-data primer dalam pelaksanaan Kajian Pembangunan
Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu ini, konsultan melakukan beberapa cara
sebagai berikut.

1. Wawancara
Metode wawancara ini digunakan untuk menggali informasi, mencari dan mepertajam
batasan perencanaan dan persoalan lapangan. Teknisnya dengan bertanya kepada
informan dari berbagai sumber berkaitan dengan:
a. Peraturan dan Perundangan Pemerintah,
b. Kebijakan dan Program pemberi tugas
c. Informasi mengenai Informasi formal dan konsepsi teknis yang meliputi:
 Latar belakang
 Harapan
 Syarat-syarat khusus/ batasan-batasan dari pemberi tugas tentang perencanaan
kawasan nantinya.
d. Informasi-informasi terkait permasalahan yang ada
e. Metode ini sebelumnya dibuat terlebih dahulu suatu pedoman wawancara sebagai
acuan surveyor dalam mencari data yang diinginkan.

2. Survey Lapangan
Pengumpulan data kondisi awal kawasan adalah dalam rangka untuk mengidentifikasi
potensi dan permasalahan pada wilayah studi, sebagai dasar untuk menyusun gagasan
perencanaan lebih lanjut.

2-2
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

B. Pengumpulan Data Sekunder


Untuk metode pengumpulan data-data sekunder dalam pelaksanaan Kajian Pembangunan
Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu ini, konsultan melakukan beberapa cara
sebagai berikut.

1. Kunjungan Instansional
Survey instansional ke Pemerintah Kota/ Kabupaten pada kota lokasi kegiatan adalah untuk
mendapatkan data tentang Kebijakan Pembangunan Daerah khususnya yang terkait
pengembangan perumahan. Adapun data-data yang dibutuhkan, antara lain:
a. Arahan lokasi perumahan/ hunian sesuai zonasi di Kepulauan Seribu
b. Identifikasi mengenai aturan pembangunan rumah susun di area kepulauan
c. Konfirmasi program terkait di lokasi rumah susun di Kepulauan Seribu
d. Kebijakan tentang perumahan lainnya.

2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data-data yang terkait langsung dengan studi
kasus dan juga data-data yang akan menjadi dasar analisis dan perumusan program rumah
susun di area kepulauan.

2.2.2 METODE ANALISIS

A. Analisis Isu Strategis


Untuk mengidentifikasi awal isu-isu strategis terkait pekerjaan, maka konsultan akan
menggunakan metode:
1. Pemahaman latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran studi. Hal ini untuk
mendapatkan pemahaman persepsi tentang pekerjaan dari pemberi kerja.
2. Pemahaman konstelasi studi dalam skala kebijakan makro dan mikro, yaitu kebijakan
antara pemerintah pusat dan daerah, kebijakan antar kementrian dan lembaga untuk
mendapatkan konstelasi studi yang tepat.
3. Melakukan kajian teori untuk mendapatkan hipotesa mengenai isu-isu strategis dan cara
penanganannya

B. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu metode penelitian yang melakukan penuturan, analisis dan
mengklasifikasikan data dan informasi yang diperoleh dengan berbagai teknik seperti survei,
wawancara, observasi, angket, kuesioner, studi kasus, dan lain-lain (Surakhmad, 1980).

2-3
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Dalam hal ini, deskriptif analitis akan lebih difokuskan kepada analisis kondisi eksisting dan
kebutuhan perumahan di Kepulauan Seribu.

C. Analisis Isi (Content Analysis)


Analisis isi merupakan suatu metode untuk mengkaji substansi dan konsistensi dari suatu
kebijakan, program, dan/atau perangkat hukum tertentu yang berkaitan dengan suatu
permasalahan tertentu. Dalam hal ini, analisis isi akan lebih banyak difokuskan untuk
menganalisis peraturan dan kesepakatan nasional dan internasional terkait pembangunan
perkotaan. Selain itu analisis ini juga akan menganalisis produk-produk hukum yang
berkenaan dengan perencanaan dan pengembangan kawasan perumahan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah.

D. Analisis Sosial dan Ekonomi


Aspek sosial dan ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan,
termasuk dalam perencanaan zonasi laut. Selain berperan sebagai pelaku utama dalam
pembangunan, penduduk juga berperan sebagai objek pembangunan atau pihak yang
menikmati hasil-hasil pembangunan. Oleh sebab itu, perencanaan zonasi laut tidak hanya
terkait dengan aspek spasial saja melainkan juga aspek non spasial seperti aspek sosial
budaya. Analisis sosial budaya, meliputi:
1. Analisis kependudukan, meliputi kondisi saat ini dan proyeksi jumlah penduduk. Hal ini
akan terkait dengan daya dukung pulau, dilakukan agar dapat memperkirakan besarnya
kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana pada masa yang akan datang serta
untuk melihat apakah kapasitas daya dukung lingkungan masih mampu menampung
penduduk pada masa mendatang;
2. Analisis persebaran dan kepadatan penduduk, untuk melihat apakah penduduk hanya
terkonsentrasi di kecamatan tertentu saja atau telah terjadi persebaran penduduk yang
merata;
3. Analisis ketenagakerjaan, ketersediaan tenaga kerja di suatu wilayah merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan kegiatan ekonomi karena tenaga kerja merupakan salah
satu faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; dan
4. Analisis pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar lebih
berdaya.

E. Analisis Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan Hidup


Pengkajian daya tampung dan daya dukung lingkungan di kawasan pengembangan wilayah

2-4
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

diperlukan agar pengembangan tersebut tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan
kapasitas yang bisa ditampung dan didukung oleh lingkungan tersebut. Pengkajian daya
tampung dilakukan dengan tujuan pengembangan wilayah sesuai dengan kapasitas yang
ada. Sedangkan pengkajian daya dukung dilakukan dengan tujuan lingkungan bisa
mendukung kegiatan manusia yang berada di wilayah tersebut. Maka, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mengkaji daya tampung lingkungan dan daya dukung
lingkungan.

1. Daya Tampung
Beberapa hal yang harus dikaji untuk mengetahui daya tampung lingkungan diantaranya
adalah daya tampung ekologis, daya tampung fisik, dan daya tampung sosial.
a. Untuk daya tampung ekologis, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
 Jumlah penduduk;
 Luas wilayah yang dimanfaatkan (untuk pengembangan);
 Luas area kegiatan (seluruh);
 Waktu kegiatan; dan
 Waktu yang dihabiskan.
b. Untuk daya tampung fisik, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
 Komponen biologis dan fisik yang berinteraksi; dan
 Perhitungan kapasitas maksimum pada wilayah rencana.
c. Untuk daya tampung sosial, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
 Kepuasan yang dilihat dari radius jarak. Untuk mengetahui hal ini perlu dilakukan
wawancara terhadap penduduk setempat untuk mengetahui apakah lokasi tersebut
sudah ideal atau belum; dan
 Kepuasan yang dilihat dari kenyamanan. Hal ini juga dilakukan dengan wawancara
terhadap penduduk setempat untuk mengetahui tingkat kenyamanan.

2. Daya Dukung Air


Penentuan daya dukung air di suatu wilayah sudah dijabarkan di dalam Permen LH No.
17/2009. Dalam penentuan daya dukung air di suatu wilayah mempertimbangkan
ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di wilayah itu.
Hal ini untuk mengetahui apakah sumber daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplus
atau bahkan sebaliknya justru sudah defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa
ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa
wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air,
fungsi lingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan.

2-5
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan
air, dapat digambarkan sebagai berikut.

Koefisien limpasan
untuk setiap jenis Populasi penduduk
penggunaan lahan

Ketersediaan Air Kebutuhan Air

Kebutuhan air per


Luas setiap jenis orang berdasarkan
penggunaan lahan Daya Dukung Air pola konsumsi

Gambar 2. 1 Skema Penentuan Daya Dukung Air


Sumber : Permen LH No. 17/2009

Penghitungan Ketersediaan (Supply) Air


Perhitungan dengan menggunakan Metode Koefisien Limpasan yang dimodifikasi dari
metode rasional, dengan rumus berikut.

C = Σ (ci x Ai) / ΣAi


R = Σ Ri / m
SA = 10 x C x R x A

Keterangan:
SA : Ketersediaan air (m3/tahun)
C : Koefisien limpasan tertimbang
Ci : Koefisien limpasan penggunaan lahan i
Ai : Luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam Angka, atau dari data Badan
Pertanahan Nasional (BPN)
R : Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau
dinas terkait setempat.
Ri : Curah hujan tahunan pada stasiun i
m : Jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A : Luas wilayah (ha)
10 : Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

2-6
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Perhitungan kebutuhan (Demand ) Air dilakukan dengan rumus berikut.


DA = N x KHLA

Keterangan :
DA : Total kebutuhan air (m3/tahun)
N : Jumlah penduduk (orang)
KHLA : Kebutuhan air untuk hidup layak
 1600 m3 air/kapita/tahun,
 2 x 800 m3 air/kapita/tahun, dimana: 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air
untuk keperluan domestik dan untuk menghasilkan pangan (lihat Tabel total kebutuhan
air dan Tabel tentang “Air Virtual” (kebutuhan air untuk menghasilkan satu satuan
produk) di bawah ini. 2.0 merupakan faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan
hidup layak yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya.
*Catatan : Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000–2000 m 3/orang/tahun

F. Metode Analisis Penentuan Lokasi


Dalam melakukan penentuan lokasi dilakukan dengan sistem pembobotan menggunakan
pendekatan metode Analytical Hierarchi Process/ AHP

1. Definisi Metode Analytical Hierarchi Process


Metode ini merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi
faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993),
hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang
kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang
diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir
dari alternatif.

Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-
kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan
sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

2-7
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.


3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

2. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process


Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami antara lain.
a) Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi
unsur — unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap
unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat
dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut
complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua
elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni
 Tingkat pertama : Tujuan keputusan
 Tingkat kedua : Kriteria—kriteria
 Tingkat ketiga : Alternatif—alternatif
Hirarki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan
dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
terlibat.

b) Comparative Judgement
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di
atasnya. Comparative Judgement merupakan inti dari penggunaan AHP karena akan
berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen — elemennya. Hasil dari
penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk matriks pairwise comparisons
yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang
menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9
yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

c) Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.

2-8
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

d) Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang
diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor
composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
3. Penyusunan prioritas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama
lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak — pihak yang
berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem
secara keseluruhan. Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut
kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk
analisis numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem
hirarki itu dapat
dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel dibawah ini.

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala
perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel berikut ini.

2-9
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

G. Metode Analisis Perancangan Bangunan


Metode analisis yang digunakan dalam perancangan arsitektur bangunan adalah metode
Environment, Human, Building (Broadbent). Metode analisis ini memfokuskan analisis dalam
beberapa elemen utama yaitu:
 Environment (lingkungan)
 Human (Manusia)
 Building (Bangunan).

Elemen-elemen analisis tersebut merupakan elemen acuan dalam perncangan bangunan.


Ketiga elemen tersebut memiliki beberapa elemen analisis pendukung yang disesuaikan
dengan kontekstula bangunan dengan lingkungannya.

1. Environment (Lingkungan)
Analisis elemen lingkungan bertujuan untuk dapat memberikan penyesuaian rancangan
bangunan terhadap lingkungan sekitarnya.. Analisis akan memberikan masukan terhaadap
isu-isu lingkungan sekitar secara khusus dan isu-isu terkini kota secara umum. Dengan

2-10
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

demikian analisis ini akan dapat mengakomodasi peranan bangunan terhadap isu
lingkungan sekitar, dan isu kota. Analisis lingkungan akan ditelaah dengan menjabarkan
elemen ini menjadi beberapa elemen pendukung yang dapat membantu problem seeking
hingga problem solving terkait elemen lingkungan ini. Analisis yang dilakukan terhadap
elemen pendukung tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Kebijakan rencana tata ruang kota secara umum (RTRW Kota)
Analisis terhadap kebijakan rencana tata ruang kota secara makro dibutuhkan sebagai
acuan terhadap peranan bangunan terhadap kota. Analisis ini dilakukan untuk
menemukan isu-isu umum kota. Isu umum ini menjadi pemikiran dasar dalam
pembentukan konsep umum perancangan pada bangunan.
b. Kebijakan rencana tata ruang detail kota terkait dengan lingkungan sekitar bangunan
(RDTR)
Analisis terhadap rencana tata ruang detail kota berguna untuk dapat memberikan
masukan pada batasan-batasan kota secara umum pada kota.
c. Kebijakan kawasan terhadap tapak bangunan (UDGL/ PRK/ RTBL)
Analisis terhadap kebijakan kawasan sekitar tapak bangunan dilakukan untuk dapat
menemukenali isu kawasan secara spesifik. Selain itu untuk mengetahui batasan-
batasan kebijakan rinci pada kawasan, seperti: building code dan building performance.
Hasil analisis ini akan menjadi acuan perancangan terkait tampilan, karakter dan
intensitas bangunan secara spesifik.
d. Kondisi tapak terhadap bangunan
Analsis tapak dilakukan untuk mendapatkan tata letak bangunan terhadap tapak secara
maksimal. Analsis aspek ini akan memberikan acuan perancangan terhadap gubahan
massa bangunan optimal terkait dengan konteks alam pada tapak.

2. Human (Manusia)
Analisis manusia dilakukan untuk mengetahui fungsi bangunan secara keseluruhan. Analisis
dilakukan dengan tujuan agar bangunan dapat mengakomodasi segala aktifitas dan
kegiatan manusia yang akan dilakukan didalam dan disekitar bangunan. Analisis ini dibagi
menjadi beberapa elemen yang terkait dengan kegiatan dan aktifitas manusia terhadap
bangunan. Elemen ini secara bertahap akan menghasilkan acuan-acuan perancangan
terkait dengan luasan ruang akomodasi aktifitas ruang bangunan. Elemen analisis dapat
dijabarkan sebagai berikut.
a. Pengguna bangunan
Analisis ini dilakukan untuk dapat mengetahui karakter, perilaku, dan kelas pengguna
bangunan. Analisis ini akan membantu untuk memberikan gambaran kebutuhan ruang
pengguna secara umum.

2-11
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

b. Alur aktifitas pengguna bangunan


Setelah analisis pengguna bangunan, tahap berikutnya adalah telaah tentang alur
kegiatan setiap pengguna bangunan. Alur kegiatan ini akan berguna untuk dapat
mendefinisi secara rinci kebutuhan ruang untuk setiap alur kegiatan setiap pengguna.
Alur kegiatan akan memberikan acuan terhadap jenis dan keberagaman ruang terhadap
setiap pengguna. Keberagaman jenis ruang yang tercipta diharapkan dapat menjadi
acuan perhitungan program ruang bangunan.
c. Skema keterkaitan ruang
Skema keterkaitan ruang akan menemukenali keterhubungan setiap ruang yang ada
didalam bangunan. Keterhubungan direncanakan secara horizontal dan vertikal. Hal ini
akan menjadi acuan dasar dalam zonasi perancangan bangunan horizontal dan vertikal.
d. Program ruang bangunan
Program ruang bangunan dianalisis dengan mengintegrasi data standar ruang arsitektur
baik internasional maupun nasional, dengan keterhubungan ruang dalam bangunan.
Program ruang bangunan merupakan tahapan utama dalam analisis perancangan
bangunan. Satuan luasan setiap ruang dalam bangunan terkait dengan zonasi
bangunan secara menyeluruh menjadi hasil yang diharapkan dan menjadi acuan dalam
perancangan bangunan secara terintegrasi.

3. Building (Bangunan)
Analisis bangunan adalah analisis yang dilakukan untuk dapat menemukenali sistem dan
gubahan bangunan secara menyeluruh. Analisis ini dilakukan dengan bantuan teori
perancangan shape, form and order (D.K. Ching) untuk dapat memberikan gubahan massa
yang memiliki tingkat fungsi dan estetika yang baik dan terintegrasi. Elemen analsis pada
bangunan dijabarkan berdasarkan teori shape, form and order dengan maksud memberikan
kemudahan dalam telaah perancangan bangunan secara keseluruhan. Keterhubungan
setiap elemen analisis bangunan akan saling membentuk untuk memberikan gubahan
massa yang rigid baik system, struktur dan estetika bangunan. Elemen analisis tersebut
adalah:
a. Pola ruang bangunan
Analisis pola ruang dalam bangunan merupakan analisis untuk menemukenali bentuk
ruang bangunan secara umum. Pola ruang ini merupakan tahapan analisis yang terkait
dengan analsis skema ruang dan program ruang pada analsisi elemen manusia.
Bentukan ruang akan dirancang dengan pola antara lain grid, radial, linier, cluster,
terpusat, dan kombinasi. Pola ruang disesuaikan dengan besaran ruang pada program
ruang bangunan sebagai batasan.

2-12
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

b. Hirarki ruang bangunan


Analisis hirarki ruang bangunan ditentukan setelah tahapan pola ruang bangunan
terdefinisi dengan baik. Hirarki ruamg pada bangunan akan membentuk susunan
keterhubungan ruang bangunan dengan skala kepentingan baik itu dari ruang publik ke
privat, ruang penting ke ruang pendukung, ruang penerima ke ruang utama. Hirarki ini
diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam alur kegiatan pengguna bangunan
tanpa adanya gangguan diantaranya.
c. Pola Sirkulasi dan Bentuk sirkulasi
Analisis sirkulasi ditelaah dari pola dan bentuknya. Pola sirkulasi lazimnya akan
mengikuti pola ruang yang telah ada, tetapi terkadang pada beberapa bangunan pola
sirkulasi dan ruang berbeda sehingga dapat memberikan sensasi ruang yang berbeda.
Bentuk sirkulasi terbagi menjadi horizontal dan vertikal. Bentuk sirkulasi horizontal akan
dikaitkan dengan suasana dan sistem ruang dalam bangunan. Bentuk sirkulasi secara
vertikal adalah telaah tentang sirkulasi vertikal bangunan, pada umumnya analisis ini
dilakukan lebih fokus pada bangunan-bangunan diatas 4 lantai.
d. Langgam bangunan
Langgam bangunan dianalsis untuk menemukenali citra bangunan secara keseluruhan.
Langgam ini dianalsis untuk dapat memberikan karakter yang diinginkan pada
bangunan. Keterkaitan dengan kontekstual, sistem, dan waktu merupakan batasan-
batasan analsis langgam yang biasa digunakan. Building code dan building performance
merupakan batasan utama pada telaah langgam bangunan ini.
e. Struktur bangunan
Struktur bangunan dianalisis untuk menemukan sistem struktur yang akan digunakan
dalam perancangan bangunan secara utuh. Sistem ini ditelaah secara seksama pada
beberapa bagian bangunan, yaitu sub structure dan upper structure. Sistem struktur ini
akan terkait dengan bentuk bangunan secara keseluruhan dan langgam bangunan.
Untuk beberapa bangunan dengan sistem struktur yang rumit, analisis ini menjadi fokus
utama dalam proses analisis elemen bangunan secara keseluruhan.
f. Sistem utilitas bangunan
Sistem utilitas bangunan merupakan elemen analisis bangunan yang sifatnya
pendukung dan cenderng berulang. Sistem ini ditentukan pada integrasi telaah program
ruang pada elemen analsis manusia, pola ruang, langgam dan struktur pada elemen
analsis bangunan. Analisis sistem utilitas bangunan akan menjadi fokus analisis jika
bangunan menggunakan teknologi yang tidak lazim dan beberapa prinsip penerapan
sistem konservasi energi pada bangunan.

2-13
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Gambar 2. 2 Metodologi Kajian Pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu

PT. SEKEPAR BILIKON 2-14


LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

2.3 RENCANA KERJA


Jadwal pelaksanaan kegiatan Kajian Pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu ini terdiri dari empat tahapan, yaitu
tahapan pendahuluan, tahapan antara, tahapan draft akhir, dan tahapan akhir yang dapat dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu
Mei Juni Juli Agustus September
N
Rincian Kegiatan 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2
o 20 3 10 1 8 5 2 9 13
3 7 7 4 5 2 9 2 9 6
A Persiapan
1 Persiapan Mobilisasi - Rapat Awal Kerja                                      
2 Persiapan Teknis- Daftar Kebutuhan Data                                      
3 Persiapan Teknis - Menyusun Gambaran Awal Kawasan                                      
4 Persiapan Administrasi - Pembuatan Surat Survey                                      
5 Persiapan Biaya                                      
B Pelaksanaan Pekerjaan        
1 Rapat Koordinasi Awal                                    
2 Survey Lapangan (Bersama Stakeholder)                                    
3 FGD/ Sosialisasi dengan Masyarakat (Tahap Awal)                                  
4 Survey Instansional, meliputi :                                    
  a) Dinas KPKP                                      
  b) Dinas LH                                      
  c) Pemkab Kepulauan Seribu                                      
  d) Dinas SDA                                      
  e) Dinas Perhubungan                                      
  f) Dinas Bina Marga                                      
  g) Dinas CKTRP                                      
  h) DBM PTSP                                      
  i) Biro PLH                                      
5 Perumusan Analisis                                      
a) Analisis sarana transportasi dan pola sirkulasi dalam
     
  kawasan dan antar pulau                                
b) Kajian pola perilaku dan mata pencaharian masyarakat
     
  setempat                                

PT. SEKEPAR BILIKON 2-15


LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Mei Juni Juli Agustus September


N
Rincian Kegiatan 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2
o 20 3 10 1 8 5 2 9 13
3 7 7 4 5 2 9 2 9 6
  c) Kajian dampak sosial dan dampak lingkungan                                      
d)Kajian kondisi konservasi laut dalam lokasi
     
  pembangunan rusun                              
6 Perumusan Masterplan                                      
  a) Perumusan program ruang                                      
  b) Arahan desain teknis dan metode pembangunan                                      
  c) Rencana distribusi material dan SDM pekerja                                      
d) Rencana keberlanjutan pengelolaan dan pemeliharaan
           
  hasil pembangunan                          
7 Kajian Kelayakan Investasi dan Tarif Sewa                                      
8 FGD/ Sosialisasi dengan Masyarakat (Tahap Akhir)                                    
C Tahap Pembahasan Laporan        
1 Paparan Lap Pendahuluan                                    
2 Paparan Lap Antara                                  
3 Paparan Lap Draft Akhir                                      
4 Paparan Lap Akhir                                      
5 Animasi                                      
6 Maket                                      

PT. SEKEPAR BILIKON 2-16


LAPORAN ANTARA
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU

Contents
BAB 2...................................................................................................................................... 1

METODOLOGI DAN RENCANA KERJA.....................................................................................1

2.1 PENDEKATAN.........................................................................................................1

2.2 METODOLOGI.........................................................................................................2

2.2.1 METODE PENGUMPULAN DATA....................................................................2

2.2.2 METODE ANALISIS..........................................................................................3

2.3 RENCANA KERJA.................................................................................................15

2-17
PT. SEKEPAR BILIKON

Anda mungkin juga menyukai