2.1 PENDEKATAN
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan 2 pendekatan analisis,
yaitu melalui pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah (Metodologi Penelitian, Sumadi
Suryabrata, 1983).
1. Pendekatan Non-Ilmiah
Pendekatan non ilmiah secara umum diterapkan pada proses analisis yang cukup
banyak dipengaruhi oleh persepsi dan intuif dari Tenaga Ahli. Pendekatan non ilmiah
yang digunakan meliputi:
a. Pendekatan intuitif
Pendekatan ini merupakan pendapat orang berdasarkan atas ’pengetahuannya’
yang langsung didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari.
b. Trial and Error
Penemuan atau pemecahan suatu solusi masalah tanpa disengaja sudah banyak
terjadi. Pemecahan secara kebetulan umumnya merupakan serangkaian percobaan
tanpa kesadaran pemecahan tertentu. Penemuan secara ini umumnya dilakukan
tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui langkah-langkah sistematik. Dalam
kegiatan perancangan bangunan, hal ini dapat diterima.
c. Otoritas Ilmiah
Umumnya merupakan pendapat dari orang-orang yang telah menempuh pendidikan
formal tinggi atau yang mempunyai pengalaman ilmiah dalam suatu bidang cukup
banyak. Pendapat orang-orang ini akan benar kalau premise-premisenya benar.
2. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah diperolah melalui penelitian yang dibangun atas teori tertentu.
Pendekatan ini terutama dilakukan dalam perumusan program dan kebijakan
penyediaan perumahan khususnya hunian vertikal.
2.2 METODOLOGI
Untuk metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kajian Pembangunan Rumah Susun
di Kabupetan Kepulauan Seribu ini berupa perumusan rencana, pengumpulan data (primer
dan sekunder), analisis permasalahan, hingga perumusan yang menjadi capaian akhir
kegiatan ini.
1. Wawancara
Metode wawancara ini digunakan untuk menggali informasi, mencari dan mepertajam
batasan perencanaan dan persoalan lapangan. Teknisnya dengan bertanya kepada
informan dari berbagai sumber berkaitan dengan:
a. Peraturan dan Perundangan Pemerintah,
b. Kebijakan dan Program pemberi tugas
c. Informasi mengenai Informasi formal dan konsepsi teknis yang meliputi:
Latar belakang
Harapan
Syarat-syarat khusus/ batasan-batasan dari pemberi tugas tentang perencanaan
kawasan nantinya.
d. Informasi-informasi terkait permasalahan yang ada
e. Metode ini sebelumnya dibuat terlebih dahulu suatu pedoman wawancara sebagai
acuan surveyor dalam mencari data yang diinginkan.
2. Survey Lapangan
Pengumpulan data kondisi awal kawasan adalah dalam rangka untuk mengidentifikasi
potensi dan permasalahan pada wilayah studi, sebagai dasar untuk menyusun gagasan
perencanaan lebih lanjut.
2-2
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
1. Kunjungan Instansional
Survey instansional ke Pemerintah Kota/ Kabupaten pada kota lokasi kegiatan adalah untuk
mendapatkan data tentang Kebijakan Pembangunan Daerah khususnya yang terkait
pengembangan perumahan. Adapun data-data yang dibutuhkan, antara lain:
a. Arahan lokasi perumahan/ hunian sesuai zonasi di Kepulauan Seribu
b. Identifikasi mengenai aturan pembangunan rumah susun di area kepulauan
c. Konfirmasi program terkait di lokasi rumah susun di Kepulauan Seribu
d. Kebijakan tentang perumahan lainnya.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data-data yang terkait langsung dengan studi
kasus dan juga data-data yang akan menjadi dasar analisis dan perumusan program rumah
susun di area kepulauan.
B. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu metode penelitian yang melakukan penuturan, analisis dan
mengklasifikasikan data dan informasi yang diperoleh dengan berbagai teknik seperti survei,
wawancara, observasi, angket, kuesioner, studi kasus, dan lain-lain (Surakhmad, 1980).
2-3
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
Dalam hal ini, deskriptif analitis akan lebih difokuskan kepada analisis kondisi eksisting dan
kebutuhan perumahan di Kepulauan Seribu.
2-4
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
diperlukan agar pengembangan tersebut tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan
kapasitas yang bisa ditampung dan didukung oleh lingkungan tersebut. Pengkajian daya
tampung dilakukan dengan tujuan pengembangan wilayah sesuai dengan kapasitas yang
ada. Sedangkan pengkajian daya dukung dilakukan dengan tujuan lingkungan bisa
mendukung kegiatan manusia yang berada di wilayah tersebut. Maka, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mengkaji daya tampung lingkungan dan daya dukung
lingkungan.
1. Daya Tampung
Beberapa hal yang harus dikaji untuk mengetahui daya tampung lingkungan diantaranya
adalah daya tampung ekologis, daya tampung fisik, dan daya tampung sosial.
a. Untuk daya tampung ekologis, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
Jumlah penduduk;
Luas wilayah yang dimanfaatkan (untuk pengembangan);
Luas area kegiatan (seluruh);
Waktu kegiatan; dan
Waktu yang dihabiskan.
b. Untuk daya tampung fisik, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
Komponen biologis dan fisik yang berinteraksi; dan
Perhitungan kapasitas maksimum pada wilayah rencana.
c. Untuk daya tampung sosial, yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:
Kepuasan yang dilihat dari radius jarak. Untuk mengetahui hal ini perlu dilakukan
wawancara terhadap penduduk setempat untuk mengetahui apakah lokasi tersebut
sudah ideal atau belum; dan
Kepuasan yang dilihat dari kenyamanan. Hal ini juga dilakukan dengan wawancara
terhadap penduduk setempat untuk mengetahui tingkat kenyamanan.
2-5
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan
air, dapat digambarkan sebagai berikut.
Koefisien limpasan
untuk setiap jenis Populasi penduduk
penggunaan lahan
Keterangan:
SA : Ketersediaan air (m3/tahun)
C : Koefisien limpasan tertimbang
Ci : Koefisien limpasan penggunaan lahan i
Ai : Luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam Angka, atau dari data Badan
Pertanahan Nasional (BPN)
R : Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau
dinas terkait setempat.
Ri : Curah hujan tahunan pada stasiun i
m : Jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A : Luas wilayah (ha)
10 : Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
2-6
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
Keterangan :
DA : Total kebutuhan air (m3/tahun)
N : Jumlah penduduk (orang)
KHLA : Kebutuhan air untuk hidup layak
1600 m3 air/kapita/tahun,
2 x 800 m3 air/kapita/tahun, dimana: 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air
untuk keperluan domestik dan untuk menghasilkan pangan (lihat Tabel total kebutuhan
air dan Tabel tentang “Air Virtual” (kebutuhan air untuk menghasilkan satu satuan
produk) di bawah ini. 2.0 merupakan faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan
hidup layak yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya.
*Catatan : Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000–2000 m 3/orang/tahun
Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-
kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan
sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
2-7
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
b) Comparative Judgement
Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di
atasnya. Comparative Judgement merupakan inti dari penggunaan AHP karena akan
berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen — elemennya. Hasil dari
penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam bentuk matriks pairwise comparisons
yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang
menunjukkkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9
yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).
c) Synthesis of Priority
Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vektor method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.
2-8
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
d) Logical Consistency
Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor yang
diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor
composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
3. Penyusunan prioritas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama
lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak — pihak yang
berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem
secara keseluruhan. Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut
kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk
analisis numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem
hirarki itu dapat
dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel dibawah ini.
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala
perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel berikut ini.
2-9
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
1. Environment (Lingkungan)
Analisis elemen lingkungan bertujuan untuk dapat memberikan penyesuaian rancangan
bangunan terhadap lingkungan sekitarnya.. Analisis akan memberikan masukan terhaadap
isu-isu lingkungan sekitar secara khusus dan isu-isu terkini kota secara umum. Dengan
2-10
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
demikian analisis ini akan dapat mengakomodasi peranan bangunan terhadap isu
lingkungan sekitar, dan isu kota. Analisis lingkungan akan ditelaah dengan menjabarkan
elemen ini menjadi beberapa elemen pendukung yang dapat membantu problem seeking
hingga problem solving terkait elemen lingkungan ini. Analisis yang dilakukan terhadap
elemen pendukung tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Kebijakan rencana tata ruang kota secara umum (RTRW Kota)
Analisis terhadap kebijakan rencana tata ruang kota secara makro dibutuhkan sebagai
acuan terhadap peranan bangunan terhadap kota. Analisis ini dilakukan untuk
menemukan isu-isu umum kota. Isu umum ini menjadi pemikiran dasar dalam
pembentukan konsep umum perancangan pada bangunan.
b. Kebijakan rencana tata ruang detail kota terkait dengan lingkungan sekitar bangunan
(RDTR)
Analisis terhadap rencana tata ruang detail kota berguna untuk dapat memberikan
masukan pada batasan-batasan kota secara umum pada kota.
c. Kebijakan kawasan terhadap tapak bangunan (UDGL/ PRK/ RTBL)
Analisis terhadap kebijakan kawasan sekitar tapak bangunan dilakukan untuk dapat
menemukenali isu kawasan secara spesifik. Selain itu untuk mengetahui batasan-
batasan kebijakan rinci pada kawasan, seperti: building code dan building performance.
Hasil analisis ini akan menjadi acuan perancangan terkait tampilan, karakter dan
intensitas bangunan secara spesifik.
d. Kondisi tapak terhadap bangunan
Analsis tapak dilakukan untuk mendapatkan tata letak bangunan terhadap tapak secara
maksimal. Analsis aspek ini akan memberikan acuan perancangan terhadap gubahan
massa bangunan optimal terkait dengan konteks alam pada tapak.
2. Human (Manusia)
Analisis manusia dilakukan untuk mengetahui fungsi bangunan secara keseluruhan. Analisis
dilakukan dengan tujuan agar bangunan dapat mengakomodasi segala aktifitas dan
kegiatan manusia yang akan dilakukan didalam dan disekitar bangunan. Analisis ini dibagi
menjadi beberapa elemen yang terkait dengan kegiatan dan aktifitas manusia terhadap
bangunan. Elemen ini secara bertahap akan menghasilkan acuan-acuan perancangan
terkait dengan luasan ruang akomodasi aktifitas ruang bangunan. Elemen analisis dapat
dijabarkan sebagai berikut.
a. Pengguna bangunan
Analisis ini dilakukan untuk dapat mengetahui karakter, perilaku, dan kelas pengguna
bangunan. Analisis ini akan membantu untuk memberikan gambaran kebutuhan ruang
pengguna secara umum.
2-11
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
3. Building (Bangunan)
Analisis bangunan adalah analisis yang dilakukan untuk dapat menemukenali sistem dan
gubahan bangunan secara menyeluruh. Analisis ini dilakukan dengan bantuan teori
perancangan shape, form and order (D.K. Ching) untuk dapat memberikan gubahan massa
yang memiliki tingkat fungsi dan estetika yang baik dan terintegrasi. Elemen analsis pada
bangunan dijabarkan berdasarkan teori shape, form and order dengan maksud memberikan
kemudahan dalam telaah perancangan bangunan secara keseluruhan. Keterhubungan
setiap elemen analisis bangunan akan saling membentuk untuk memberikan gubahan
massa yang rigid baik system, struktur dan estetika bangunan. Elemen analisis tersebut
adalah:
a. Pola ruang bangunan
Analisis pola ruang dalam bangunan merupakan analisis untuk menemukenali bentuk
ruang bangunan secara umum. Pola ruang ini merupakan tahapan analisis yang terkait
dengan analsis skema ruang dan program ruang pada analsisi elemen manusia.
Bentukan ruang akan dirancang dengan pola antara lain grid, radial, linier, cluster,
terpusat, dan kombinasi. Pola ruang disesuaikan dengan besaran ruang pada program
ruang bangunan sebagai batasan.
2-12
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
2-13
PT. SEKEPAR BILIKON
LAPORAN AKHIR
KAJIAN PEMBANGUAN RUMAH SUSUN DI KEPULAUAN SERIBU
Tabel 2. 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Kepulauan Seribu
Mei Juni Juli Agustus September
N
Rincian Kegiatan 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2
o 20 3 10 1 8 5 2 9 13
3 7 7 4 5 2 9 2 9 6
A Persiapan
1 Persiapan Mobilisasi - Rapat Awal Kerja
2 Persiapan Teknis- Daftar Kebutuhan Data
3 Persiapan Teknis - Menyusun Gambaran Awal Kawasan
4 Persiapan Administrasi - Pembuatan Surat Survey
5 Persiapan Biaya
B Pelaksanaan Pekerjaan
1 Rapat Koordinasi Awal
2 Survey Lapangan (Bersama Stakeholder)
3 FGD/ Sosialisasi dengan Masyarakat (Tahap Awal)
4 Survey Instansional, meliputi :
a) Dinas KPKP
b) Dinas LH
c) Pemkab Kepulauan Seribu
d) Dinas SDA
e) Dinas Perhubungan
f) Dinas Bina Marga
g) Dinas CKTRP
h) DBM PTSP
i) Biro PLH
5 Perumusan Analisis
a) Analisis sarana transportasi dan pola sirkulasi dalam
kawasan dan antar pulau
b) Kajian pola perilaku dan mata pencaharian masyarakat
setempat
Contents
BAB 2...................................................................................................................................... 1
2.1 PENDEKATAN.........................................................................................................1
2.2 METODOLOGI.........................................................................................................2
2-17
PT. SEKEPAR BILIKON