Anda di halaman 1dari 12

STANDARD SETTING IN THE PUBLIC SECTOR: STATE OF THE ART

(PENETAPAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK: STATE OF THE ART)

Makalah

Diajukan guna melengkapi tugas matakuliah Seminar Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu

Dr. Nadirsyah, SE., M.Si., Ak., CA, ACPACC

Oleh:

Sadifa Asrofa (2001203010031)

PRODI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021
STANDARD SETTING IN THE PUBLIC SECTOR: STATE OF THE ART
(PENETAPAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK: STATE OF THE ART)

Sadifa Asrofa
NPM 2001203010031

Abstrak
Akuntansi sektor publik terus berkembang di banyak negara selama 20 tahun terakhir. Relevansi
akuntansi sektor publik dengan kedaulatan nasional memainkan peran penting dalam
menghasilkan karakteristik standar akuntansi yang berbeda-beda pada tiap negara. Walaupun
terdapat perbedaan, namun terdapat persamaan standar akuntansi sektor publik pada tiap-tiap
negara. Persamaan ini mendukung upaya peningkatan harmonisasi sistem akuntansi. Harmonisasi
internasional akuntansi sektor publik, diklaim, harus menghasilkan sejumlah manfaat, dan muncul
sebagai tantangan yang tak terhindarkan. Mengadopsi standar akuntansi yang diterima secara luas
merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk mewujudkan harmonisasi internasional.
Makalah ini menjelaskan tentang harmonisasi internasional akuntansi sektor publik, apakah
harmonisasi akuntansi benar-benar layak untuk dicapai, bagaimana agar dapat terjadi, apa yang
diharapkan dari harmonisasi akuntansi. Makalah ini juga menjelaskan sejauh mana akuntansi
sektor publik mengikuti serangkaian standar internasional, atau apakah masih mengacu pada
standar nasional. Pemaparan pada makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
harmonisasi internasional dan standar akuntansi pada sektor publik.
Pendahuluan

Akuntansi sektor publik terus berkembang di banyak negara selama 20 tahun terakhir.
Meskipun cukup sering perubahan ini menunjukkan tren, perubahan ini merupakan gerakan yang
seragam dan konsisten menuju tujuan bersama, harus diakui bahwa reformasi terbesar berasal dari
masing-masing negara, baik dalam keputusan tentang ruang lingkup dan waktu maupun dalam
implementasinya. Desain akuntansi sektor publik kemungkinan hampir sama di negara yang
berbeda, namun pada perkembangan sebenarnya berbeda. Tidak mengherankan, karena di satu sisi
kegigihan merupakan tradisi nasional (Kvaal dan Nobes, 2012) dan di samping itu, relevansi
akuntansi sektor publik dengan kedaulatan nasional memainkan peran penting, sehingga
meyisakan karakteristik reformasi yang berbeda-beda pada tiap negara.

Pada buku “Public sector accounting and auditing in Europe : the challenge of
harmonization” di bahas mengenai standar akuntansi sektor publik pada 14 negara dengan ukuran,
kerangka administrasi, tradisi akuntansi, sistem hukum, wilayah geografis, dan tingkat inovasi
akuntansi yang berbeda. Akuntansi sektor publik mencakup sistem penganggaran, akuntansi,
pelaporan keuangan dan audit. Walaupun terdapat perbedaan, namun terdapat persamaan standar
akuntansi sektor publik pada tiap-tiap negara. Persamaan ini mendukung upaya peningkatan
harmonisasi sistem akuntansi. Harmonisasi internasional akuntansi sektor publik, diklaim, harus
menghasilkan sejumlah manfaat, dan muncul sebagai tantangan yang tak terhindarkan.

Tujuan utama makalah ini adalah untuk mengklarifikasi apa itu harmonisasi akuntansi,
apakah benar-benar layak untuk dicapai, bagaimana agar harmonisasi akuntansi dapat terjadi, apa
yang diharapkan dari harmonisasi akuntansi. Mengadopsi standar akuntansi yang diterima secara
luas dapat mengurangi jarak ini dan meningkatkan komparabilitas antara laporan keuangan.

Tujuan kedua makalah adalah untuk membahas standar akuntansi internasional. Sejauh
mana akuntansi sektor publik mengikuti serangkaian standar internasional, atau apakah masih
mengacu pada standar nasional. Gambaran terbaru dari akuntansi dan audit sektor publik di
sekelompok besar negara-negara Eropa memberi kita informasi yang relevan tentang kebutuhan
dan
ruang untuk kebijakan harmonisasi, sejauh menyangkut standar akuntansi, dan kemungkinan sikap
terhadap implementasi standar yang baru ditetapkan.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari makalah ini, Anda diharapkan mampu:

1. Memahami dan mampu menguraikan harmonisasi akuntansi.


2. Memahami dan menjelaskan hal-hal yang dapat mendukung harmonisasi akuntansi.
3. Memahami dan mampu menguraikan standar akuntansi internasional pada sektor publik.
4. Mampu melakukan riset terkait harmonisasi akuntansi.
5. Mampu melakukan riset yang berhubungan dengan penetapan standar sektor publik

PEMBAHASAN

3.1 Harmonisasi Internasional

Harmonisasi akuntansi saat ini menjadi isu penting, baik di sektor swasta maupun publik.
Menurut Nobes (1991: 70) harmonisasi akuntansi adalah "proses meningkatkan kesesuaian praktik
akuntansi dengan menetapkan batas untuk tingkat variasi praktik akuntansi tersebut". Dengan
demikian, sistem akuntansi yang selaras harus sebagian besar homogen, di bawah sejumlah aspek
yang relevan, seperti asumsi yang mendasari, daftar, format dan isi dokumen, prinsip evaluasi dan
dasar pengukuran.

Secara historis, kekhawatiran untuk harmonisasi berbasis negara muncul


sebelum permintaan harmonisasi internasional – dan terus memainkan peran penting dalam
keputusan banyak aktor kunci (Nobes, 2013). Jika kita fokus pada sektor publik, harmonisasi
berbasis negara dapat dilakukan antara sistem akuntansi yang digunakan pada level pemerintahan
yang berbeda dalam satu negara (harmonisasi vertikal) atau antara sistem akuntansi sektor privat
dan sektor publik: administrasi publik, perusahaan swasta, asosiasi dan organisasi nirlaba
semuanya harus memiliki pencatatan yang serupa atau "diharmonisasikan" (harmonisasi
horizontal).
Perbedaan antara penganggaran pemerintah, akuntansi nasional dan disiplin akuntansi juga
telah dipertimbangkan, yang mungkin juga layak untuk beberapa rekonsiliasi di dalam negara
(Jones, 2003). Akhirnya muncul tuntutan harmonisasi antar negara (atau harmonisasi
internasional). Seperti yang dikemukakan oleh Lüder dan Kampmann (1993:63), permintaan ini
pada awalnya disebabkan oleh beberapa peristiwa tertentu, seperti pertumbuhan pasar modal
internasional atau meningkatnya peran organisasi internasional dalam memberikan pinjaman
kepada pemerintah nasional dan lembaga publik. Pada saat yang sama, harmonisasi memperoleh
dukungan sebagai alat untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah, untuk memudahkan pihak-
pihak yang tertarik membaca dan membandingkan laporan keuangan dan dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah yang berbeda, dan sebagai bentuk transparansi.

Terdapat keraguan tentang kegunaan harmonisasi internasional, di antaranya, Nobes


(1988:204) menyarankan bahwa sementara "untuk akuntansi komersial ada penerima manfaat
yang jelas dari harmonisasi", ini tidak akan terjadi untuk akuntansi sektor publik: individu jarang
"meminjamkan secara internasional kepada pemerintah".

Ada juga masalah kelayakan untuk dipertimbangkan: negara-negara hampir tidak pernah
memulai dari titik yang sama; akuntan memiliki latar belakang dan kualifikasi yang berbeda;
jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menyelaraskan bisa sangat besar. Hal ini berarti
melepaskan segala prospek harmonisasi di seluruh dunia, dan menyarankan untuk mengupayakan
terjadinya harmonisasi internasional "regional" dalam kelompok negara yang homogen (Monsen,
1994). Harmonisasi terbatas semacam ini bisa sangat menarik bagi negara-negara anggota Uni
Eropa yang telah sepakat untuk mengoordinasikan ekonomi mereka dalam banyak hal;
membandingkan anggaran, laporan keuangan, dan ukuran kinerja seharusnya menjadi praktik
umum, baik bagi pemerintah maupun warga negara. Selain itu, seperti yang diperhatikan oleh
Lüder dan Kampmann (1993: 74–78), penyelarasan di tingkat Uni Eropa akan memungkinkan
produksi data berkualitas baik untuk digunakan dengan tujuan menilai kepatuhan setiap negara
terhadap parameter yang ditetapkan dalam perjanjian Eropa.

Harmonisasi internasional, menimbulkan harapan besar. Walaupun, apakah harmonisasi


internasional benar-benar dapat dipenuhi masih diperdebatkan. Banyak pemerintah enggan
mengupayakan harmonisasi di seluruh Eropa. Terlepas dari beberapa dukungan formal,
pemerintah lebih fokus untuk mengupayakan harmonisasi internal vertikal atau horizontal.
Ini tidak mengherankan. Akuntansi sektor publik merupakan salah satu aspek kedaulatan suatu
negara, yang tidak dapat dilepaskan begitu saja tanpa alasan yang sangat kuat.
Pendukung harmonisasi yang paling yakin pihak yang terkait dengan dimensi internasional.
Firma audit besar, dana investasi, tim konsultan, serta pembuat standar internasional, semuanya
mendukung tindakan apa pun yang dapat mengarah pada konvergensi sistem akuntansi. Seperti
yang disarankan Christensen (2005), para pemain ini mempromosikan dan mendukung reformasi
akuntansi dan, dengan demikian, menggunakan akuntansi sektor swasta sebagai tolok ukur
substansial untuk sektor publik.

Beberapa akademisi, seperti Budäus et al. (2013), juga cukup jelas dalam menyatakan
persetujuan mereka untuk perubahan besar akuntansi pemerintahan dan percaya bahwa
harmonisasi adalah suatu keharusan. Ada beberapa upaya yang direkomendasikan untuk
keberhasilan harmonisasi internasional. Rekomendasi pertama yang jelas adalah untuk tidak
melupakan, relevansi akuntansi sektor publik dengan kedaulatan suatu negara. Poin
kedua menyangkut sifat harmonisasi, yang seharusnya lebih merupakan masalah
konvergensi, yang akan diperoleh dari waktu ke waktu, daripada pencarian keseragaman
(Lüder, 2014: 424–425). Yang terakhir, yang terdiri dari "pengenaan seperangkat aturan
yang lebih kaku dan sempit", lebih tepat disebut standardisasi (Nobes, 1991: 70). Seperti
Adam dkk. (2014: 146) dengan jelas menunjukkan, standardisasi hampir tidak dapat
dilihat sebagai prospek yang realistis bagi negara anggota Uni Eropa, yang sangat mungkin ingin
mempertahankan otonomi yang signifikan dan karena itu tidak mungkin menerima situasi di mana
semua aturan akuntansi akan disatukan tanpa ruang tersisa untuk opsi.

Berbagai jenis harmonisasi tidak selalu bekerja dalam arah yang sama; jika suatu negara
membutuhkan akuntansi sektor publik untuk bergerak ke arah akuntansi sektor swasta negara
yang sama dapat merugikan harmonisasi eksternal. Demikian pula, pemenuhan kebutuhan
informasi spesifik di tingkat lokal, di mana banyak keputusan diambil, dapat menghambat langkah
menuju kerangka kerja internasional bersama. Hal ini mengharuskan setiap tindakan harmonisasi
memperjelas dan menyeimbangkan tujuan dan prioritasnya.

3.2 Pemilihan dan Penerapan Standar Akuntansi Internasional

Intervensi terbaru pada sistem akuntansi pemerintah telah didorong oleh


perpindahan ke akrual. Ini adalah tren yang nyata, yang secara signifikan telah
mempengaruhi banyak undang-undang. Implementasi akrual merupakan suatu sistem yang secara
intrinsik dicirikan oleh adanya kemungkinan kriteria alternatif dalam mengevaluasi aset,
kewajiban, pendapatan, dan pengeluaran, memerlukan pengenalan seperangkat standar
akuntansi. Implementasi akrual dapat mengurangi subjektivitas dan kekuatan diskresi dari
penyusun laporan keuangan dan membatasi kemungkinan adanya window dressing.

Standar akuntansi, umumnya terdiri dari kerangka konseptual dan pembukuan dan standar
pengukuran. Standar akuntansi cukup sering diturunkan dari akuntansi bisnis – meskipun
seringkali harus disesuaikan dengan kebijakan pada akuntansi sektor publik. Tergantung pada
sistem hukum dan perlakuan akuntansi negara yang relevan, standar nasional telah mengikuti jalur
yang berbeda, seperti juga penegakannya (Caperchione, 2000).

Demikian pula dengan apa yang terjadi di sektor swasta, kesadaran akan perkembangan
umum dan sering tumpang tindih ini menjadi dasar banyaknya usulan atas penetapan standar
akuntansi internasional, yang juga dapat berfungsi sebagai alat untuk harmonisasi internasional
(Benito et al., 2007: 298). Yang paling berperan dalam hal ini adalah Dewan Standar Akuntansi
Sektor Publik Internasional (IPSASB), yang dimulai pada tahun 1986 sebagai Komite Sektor
Publik Federasi Internasional Akuntan (IFAC) dan pada tahun 2004 menjadi Dewan pakar
penetapan standar independen yang didukung oleh IFAC. Dalam rangka untuk meningkatkan
“kualitas, konsistensi, dan transparansi pelaporan keuangan sektor publik di seluruh dunia”
IPSASB telah menghasilkan Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSAS).

Karena Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSAS) tidak wajib. Dewan secara
ekstensif mempromosikan dan mendorong negara-negara untuk menngimplementasikan IPSAS.
Sehingga semakin banyak organisasi supranasional yang mengadopsi IPSAS, demikian pula
negara, terutama negara berkembang. Di sisi lain, banyak negara yang tergabung pada
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tampaknya tidak mau pindah
ke IPSAS, meskipun ada margin yang tersisa untuk diadaptasi.

Perbedaan standar akuntansi yang bertahan hingga saat ini menjadi tantangan pada tingkat
Eropa, karena dipandang sebagai hambatan besar bagi berfungsinya Uni Eropa secara efektif.
Buruknya kualitas pelaporan beberapa negara diklaim telah memainkan peran penting dalam
menunda kesadaran penuh tentang ukuran dan dampak krisis keuangan. Jadi permintaan untuk
perubahan akuntansi didorong, yang seharusnya memungkinkan pengumpulan data yang dapat
dipercaya yang menjadi dasar pemeriksaan pada kepatuhan suatu negara dengan parameter yang
disepakati.

Langkah pertama ke arah ini adalah, yang disebut, Six-Pack, paket legislatif yang diadopsi
oleh Dewan Uni Eropa pada 8 November. 2011, di mana terdapat Petunjuk Dewan tentang
persyaratan kerangka anggaran negara-negara anggota, yang pasal 16 (3) memimpin Komisi untuk
melakukan penilaian kesesuaian IPSAS untuk negara-negara anggota UE pada akhir 2012. Untuk
tujuan ini, konsultasi publik diluncurkan pada Februari 2012 oleh Eurostat, yang menerima 68
pengajuan dari berbagai pemangku kepentingan kelompok dan individu (Eurostat, 2012).

Komisi UE juga percaya bahwa sebagian besar pemangku kepentingan setuju bahwa IPSAS
akan cocok sebagai kerangka acuan untuk pengembangan Standar Akuntansi Sektor Publik Eropa
(EPSAS)".

Namun, terjadi perdebatan sengit tentang EPSAS sedang berlangsung di antara akademisi
dan praktisi. Lüder (2014: 420–421) membuang harapan bahwa EPSAS akan benar-benar
memungkinkan pelaporan yang seragam di negara-negara zona euro, apalagi di UE-28. EPSAS
pasti akan menjadi hasil dari kompromi politik, dan akibatnya EPSAS hanya menjadi langkah
alternatif dan pilihan pengukuran – yang merugikan koherensi dan komparabilitas secara
keseluruhan.

Jones dan Caruana (2014: 268) tidak percaya bahwa “EPSAS yang diubah dari
IPSAS” benar-benar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pengawasan anggaran.
IPSAS, kata mereka, tidak ada hubungannya dengan penganggaran; hubungan mereka dengan
standar akuntansi bisnis mempersulit untuk memungkinkan hubungan yang signifikan dengan
Sistem Akun Nasional dan Regional Eropa saat ini (yang disebut ESA 2010); mereka "tidak dapat
dipisahkan dari audit independen yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan yang dihasilkan, berdasarkan seperangkat standar audit" – tentang "proposal EPSAS
diam".
Biaya seluruh transisi ke EPSAS mengkhawatirkan banyak pihak yang menganalisis
langkah-langkah yang diperlukan. Bundesrechnungshof (Pengadilan Federal Jerman Audit)
mengharapkan biaya besar untuk administrasi publik Jerman. Adopsi pertama EPSAS akan
membutuhkan penggunaan konsultasi, pendidikan dan layanan TI yang ekstensif, yang biayanya
bisa jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan, karena potensi ketidaksesuaian permintaan
penawaran (2014: 14). Lüder (2014: 423) menambah biaya implementasi yang diperlukan untuk
tindak lanjut yang diperlukan berikutnya untuk setiap perubahan dalam
standar dan interpretasi, dan untuk penerapan standar baru.

Dewan Penasihat Pelaporan Keuangan dari Departemen Keuangan Inggris menganggap


bahwa “Tujuan utama Eurostat untuk meningkatkan pelaporan statistik tingkat makro dengan
memastikan penerapan standar akuntansi akrual di tingkat mikro dapat dipenuhi dengan
pendekatan lain yang lebih proporsional. Hal ini mengharuskan Negara Anggota untuk
memperkenalkan rangkaian standar akuntansi berbasis akrual yang diakui secara internasional
(baik itu IPSAS atau IFRS) di seluruh sektor pemerintah umum pada tanggal yang ditentukan
dengan pemahaman bahwa konteks tiap Negara Anggota akan mengarah padakebutuhan akan
adaptasi atau interpretasi lokal” (FRAB, 2014: par. 6). Bundesrechnungshof (2014: 14) sependapat
dengan pandangan ini dan menyarankan untuk mencari reformasi yang tidak terlalu luas untuk
meningkatkan kualitas dan komparabilitas data.

Alternatif nyata, menurut Lüder (2014: 419; 424), dapat dilakukan dengan memilih laporan
statistik keuangan milik The International Monetary Fund’s dan Manual Statistik Keuangan
Pemerintah sebagai dasar untuk menyelaraskan akuntansi sektor publik di Eropa. GFS,
menurutnya, telah dikembangkan untuk sektor publik: GFS telah memfasilitasi pencocokan
dengan rekening nasional, menawarkan kerangka kerja yang konsisten dan cukup stabil; mereka
secara luas membatasi pilihan akuntansi, sehingga mendukung kualitas dan komparabilitas
yang lebih tinggi.

Akhirnya, mengenai proses perubahan, itu harus dikelola dengan sangat hati-hati, dengan
mempertimbangkan titik awal yang sangat beragam dari administrasi terkait. Karena EPSAS dan
IPSAS diharapkan dapat menyelaraskan sistem akutansi sehingga dapat mewujudkan harmonisasi
internasional.

3.3 Riset Mengenai Harmonisasi Akuntansi dan Penetapan Standar Sektor Publik

Dalam rangka menghadapi permasalahan dalam harmonisasi akuntansi dan penetapan


standar sektor publik telah dilakukan berbagai penelitian. Penelitian pertama oleh Yosra Mnif
Sellami & Yosra Gafsi yang berjudul “Institutional and Economic Factors Affecting the Adoption
of International Public Sector Accounting Standards” pada tahun 2017 yang dimuat pada
International Journal Of Public Administration. Latar belakang penelitian adalah harmonisasi
internasional pelaporan keuangan di sektor publik dipandang sebagai salah satu perubahan
akuntansi pemerintah yang paling signifikan yang telah diperkenalkan dalam dekade terakhir di
bawah gerakan global reformasi Manajemen Keuangan Publik Baru. Dewan Standar Akuntansi
Sektor Publik Internasional (IPSASB) telah memainkan peran kunci dalam pengembangan Standar
Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSAS) untuk meningkatkan transparansi dan
komparabilitas laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi pasar dan pemangku
kepentingan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor lingkungan yang terkait dengan keputusan
negara untuk mengadopsi Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional (IPSAS). Sampel pada
penelitian ini adalah 110 negara yang terdiri dari negara maju dan negara berkembang. Dari 110
negara ini terdapat 54 negara yang telah mengadopsi IPSAS dan 56 negara yang belum
mengadopsi IPSAS. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pendanaan publik eksternal (tekanan
isomorfik koersif), tingkat keterbukaan eksternal (tekanan isomorfik mimetik) dan kesadaran akan
pentingnya adopsi IPSAS berpengaruh positif terhadap adopsi IPSAS, sedangkan adanya prinsip
akuntansi yang berlaku umum (PABU) berpengaruh negatif terhadap adopsi IPSAS dan tingkat
pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap adopsi IPSAS.

Penelitian selanjutnya oleh Giovanna Dabbicco dan Ileana Steccolini tahun 2019 yang
berjudul “Building legitimacy for European public sector accounting standards (EPSAS) A
governance perspective” dimuat pada International Journal of Public Sector Management.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari jalur pengembangan standar akuntansi sektor publik Eropa
(EPSAS), untuk mengeksplorasi bagaimana masalah tata kelola dan legitimasi saling terkait ketika
sistem penetapan standar baru dikembangkan. Penelitian menggunakan pendekatan interpretatif
kualitatif, yang bergantung pada analisis dokumen. Analisis dokumen didasarkan pada bahan
empiris (sumber resmi dan sekunder) yang diterbitkan antara tahun 2011 dan 2018 literatur dan
surat kabar. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peran dimensi tata kelola, termasuk partisipasi
kelembagaan dan konsensus, dalam proses untuk mengamankan legitimasi standar akuntansi dan
proses pengaturan terkait, menunjuk pada isu-isu kritis yang muncul di seluruh pengembangan
proyek EPSAS.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Administrasi publik menghadapi dua tantangan penting dan saling berhubungan, yaitu
harmonisasi internasional dan memilih seperangkat standar yang tepat untuk mencapai tujuan ini.
Dalam hal ini ada banyak isu terbuka: kemauan untuk mengadopsi standar internasional tidak
tersebar merata, dan terkadang sangat terbatas; ada lebih dari seperangkat standar yang tersedia;
dan konsensus umum tentang perangkat mana yang paling sesuai dengan kebutuhan negara-negara
anggota UE masih belum ada. Perdebatan mengenai penetapan standar di sektor publik bisa jadi
akan berlangsung lama, dan akan memungkinkan penyempurnaan solusi yang diusulkan; namun
tidak ada yang menghasilkan kepuasan apabila sistem yang sepenuhnya seragam dirancang yang
mengabaikan pentingnya manajemen yang baik pada tingkat desentralisasi. Praktisi, cendekiawan,
dan legislator harus mengejar konvergensi yang tampaknya lebih sederhana, tetapi mungkin lebih
efektif, pada poin-poin penting, jika mereka benar-benar ingin .

4.2 Saran

Setelah disusunnya makalah yang berjudul “Penetapan Standar Di Sektor Publik: State Of
The Art” diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan pembaca, khususnya mengenai
harmonisasi internasional dan standar akuntansi pada sektor publik. Begitu juga alangkah baiknya
apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan
wawasan yang kita dapatkan semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA

Brusca, Isabel, dkk. Public sector accounting and auditing in Europe: the challenge of
harmonization. Houndmills, Basingstoke, Hampshire; New York, NY: Palgrave
Macmillan, 2015.

Dabbicco, G. and Steccolini, I. (2020), "Building legitimacy for European public sector accounting
standards (EPSAS): A governance perspective", International Journal of Public Sector
Management, Vol. 33 No. 2/3, pp. 229-245. https://doi.org/10.1108/IJPSM-12-2018-
0264

Yosra Mnif Sellami & Yosra Gafsi (2019) Institutional and Economic Factors Affecting the
Adoption of International Public Sector Accounting Standards, International Journal of
Public Administration, 42:2, 119-131, DOI: 10.1080/01900692.2017.1405444

Anda mungkin juga menyukai