Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA BOJONEGORO, JAWA TIMUR DENGAN

BAHASA SOLO, JAWA TENGAH: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS

KOMPARATIF
Disusun untuk memenuhi UAS Linguistik Bandingan
Irma Zahrotun Nisa’_122011133070

Abstrak
Penelitian ini menjelaskan tentang kekerabatan bahasa Jawa di Bojonegoro, Jawa
Tengah dengan bahasa Jawa di Bojonegoro, Jawa Timur. Sumber data penelitian adalah
bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat di Bojonegoro dalam kehidupan sehari-hari
dan bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat di kota Solo, Jawa Tengah. Teknik
pengumpulan data dengan mengumpulkan seratus kata dari bahasa Jawa di Bojonegoro, Jawa
Timur dan bahasa Jawa di Solo, Jawa Tengah. Dengan kata yang menjadi acuannya adalah
100 kata dari N. H. Kern sebagai gloss atau kata dasarnya. Analisis data dilakukan dengan
cara membandingkan kosakatanya serta membedakan tingkat kemiripan morfem dan
maknanya. Dimana bahasa Jawa Dialek Solo dominan menggunakan jawa Ngoko Alus atau
Krama alus yang lebih dekat dengan Jawa bagian tengah dan bahasa Jawa Dialek Bojonegoro
dengan Jawa Ngoko atau Krama yang lebih dekat dengan bahasa Jawa timuran. Metode yang
digunakan adalah metode perbandingan fonem antara bahasa Jawa di Bojonegoro dan bahasa
Jawa di Solo. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh adanya data yang
menunjukkan kekerabatan erat antara bahasa Jawa di Solo, Jawa Tengah dan bahasa Jawa di
Bojonegoro, Jawa Timur dengan hanya mengalami perubahan sebagian kecil yaitu perubahan
bunyi vokal maupun konsonan, serta sedikit makna yang berbeda, karena masih satu
serumpun dengan dialek mataraman, meskipun pada dialek Bojonegoro sudah terdapat
pengaruh dari bahasa Jawa Timuran.

Kata Kunci: Bahasa Jawa, Bojonegoro, Solo, makna

Abstract

This study describes the kinship of the Javanese language in Bojonegoro, Central
Java with the Javanese language in Bojonegoro, East Java. The source of the research data
is the Javanese language used by the people in Bojonegoro in their daily lives and the
Javanese language used by the people in the city of Solo, Central Java. The data collection
technique involved collecting hundreds of words from the Javanese language in Bojonegoro,
East Java and the Javanese language in Solo, Central Java. With the word as the reference is
100 words from N.H. Kern as a gloss or base word. Data analysis was carried out by
studying the vocabulary and distinguishing the level of similarity of morphemes and their
meanings. Where the dominant Javanese Solo dialect uses Javanese Ngoko Alus or Krama
alus which is closer to central Java and Javanese Bojonegoro dialect with Javanese Ngoko
or Krama which is closer to eastern Javanese. The method used is a phoneme comparison
method between Javanese in Bojonegoro and Javanese in Solo. From the research that has
been done, it was obtained that there is data showing a close relationship between the
Javanese language in Solo, Central Java and the Javanese language in Bojonegoro, East
Java, with only a small change, namely changes in vowel and consonant sounds, as well as
slightly different meanings, because they are still one family with the Mataraman dialect,
although in the Bojonegoro dialect there is influence from the East Javanese language.
Keyword: Javanese language, Bojonegoro, Solo, Meaning

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Selain
sebagai, alat untuk berkomunikasi dengan sesama, bahasa juga menjadi salah satu unsur
pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Tanpa adanya bahasa, manusia sebagai
makhluk sosial, tidak dapat berinteraksi dengan manusia lain sesuai dengan aktivitas yang
mereka kehendaki. Dengan kata lain, bahasa turut mengungkapkan situasi dan kondisi yang
dirasakan oleh penuturnya. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer,
2014:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

Negara Indonesia sendiri memiliki beragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat
di berbagai daerah. Hal ini turut didukung dengan adanya keragaman etnik, suku, dan budaya
yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, di Indonesia, dikenal pula
dengan istilah bahasa daerah yang turut mendampingi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
sekaligus bahasa nasional negara Indonesia.Bahasa daerah merupakan aset dan kekayaan
yang menjadi bagian dari kebudayaan bangsa. Hal ini selaras dengan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 pasal 1 ayat 6 yang berbunyi; “Bahasa daerah
adalah bahasa yang digunakan secara turun temurun oleh warga Indonesia di daerah-daerah
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia
adalah bahasa Jawa. Mulyana (2008: 234) menjelaskan bahwa “bahasa Jawa merupakan salah
satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
antara seseorang dengan orang lain oleh masyarakat Jawa”. Selain sebagai salah satu bahasa
daerah yang banyak digunakan, bahasa Jawa juga menjadi salah satu penyumbang dalam
perkembangan kosakata dalam bahasa Indonesia.Hal ini terjadi seiring dengan adanya
berbagai kosakata dalam bahasa Jawa yang diserap ke dalam bahasa Indonesia berbagai
macam bahasa yang berkembang di Jawa menjadi asal mula perkembangan bahasa di
Indonesia. Beberapa diantaranya adalah bahasa Jawa Tengah dan bahasa Jawa di Jawa Timur.
Di bagian tengah dan timur pulau Jawa, terdapat variasi penggunaan dialek yang beragam,
salah satunya adalah Dialek Solo dan Dialek Bojonegoro.

Bahasa Jawa dengan Dialek Solo, Jawa Tengah merupakan bahasa yang biasa
digunakan oleh masyarakat Solo dan sekitar sebagai alat komunikasi sehari-hari yaitu Jawa
ngoko dan krama alus. Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dengan bahasa Jawa
Dialek Mataram yang masih kental digunakan. Bahasa Jawa di Solo juga dikenal dengan
sebutan bahasa Jawi Kewu, yaitu sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di sekitar lereng
Gunung Merbabu dan Merapi yang meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dialek ini memiliki sedikit perbedaan dengan dialek bahasa Jawa Mataraman,
termasuk juga Bojonegoro, karena bahasa Jawa Mataraman yang dituturkan pada daerah ini
sedikit terpengaruh dengan bahasa Arekan yang berasal dari Surabaya dan Malang. Bahasa
Jawa Dialek Solo menggunakan dialek yang khas dengan pengubahan huruf vokalnya,
walaupun penulisannya sudah jelas, pengucapannya berbeda, tetapi mengandung arti yang
sama.

Bahasa Dialek Bojonegoro, Jawa Timur adalah bahasa Jawa ngoko yang biasa
digunakan oleh masyarakat asli dari Bojonegoro, sebagai alat komunikasi sehari-hari, terletak
di bagian barat dari Jawa Timur. Bojonegoro masih banyak yang menggunakan bahasa Jawa
Timuran yaitu Jawa Surabaya, yang terkenal dengan agak keras dalam bicara, selain itu juga
menggunakan bahasa pesisir utara Jawa. Namun, terdapat adanya perbedaan yang cukup
signifikan antara bahasa Jawa Dialek Bojonegoro dengan bahasa Jawa di daerah Jawa Timur
lain yang berupa tataran Krama (halus) maupun Madya (biasa, campuran krama dan ngoko)
tingkatan bahasa yang masih menggunakan terapan unggah-ungguh bahasa. Variasi bahasa
ini tetap digunakan disamping tataran dialek pergaulan ngoko dialek Bojonegoro-an.. Hal ini
yang menyebabkan bahasa Dialek Bojonegoro mirip dengan Dialek Solo. Selain itu, wilayah
daerah Bojonegoro yang dilalui oleh Sungai Bengawan Solo membuat beberapa tataran
bahasa pada kedua daerah ini terlihat memiliki kesamaan.

Dengan berbagai aspek yang mempengaruhi bahasa, peneliti ingin mengkaji dan
menelaah bahasa keseharian sebagai bahasa komunikasi antara Dialek Solo, Jawa Tengah dan
Bojonegoro, Jawa Timur, tentang kekerabatan bahasa kedua kota yang memiliki jarak cukup
jauh tersebut.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan morfem.
Metode ini bertujuan mengetahui tingkat kemiripan bahasa Dialek Solo dengan Dialek
Bojonegoro. Dengan teknik simak libat cakap, penelitian ini termasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah kata-kata dalam bahasa Jawa di kota Solo
dan bahasa Jawa di kota Bojonegoro. Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan
seratus kata dari bahasa keseharian Solo, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur. Dengan
kata yang menjadi acuannya adalah 100 kata dari N. H Kern sebagai gloss atau kata dasarnya.

Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan kosakatanya beserta membedakan


tingkat kemiripan morfem dan maknanya. Bahasa Solo yang menggunakan Bahasa Jawa
ngoko alus atau krama alus lebih mirip ke bahasa Jawa dan Bojonegoro yang menggunakan
bahasa jawa ngoko alus atau krama alus lebih condong ke bahasa Jawa timuran. Dengan
menggunakan rumus tingkat kekerabatan, jumlah kata yang mirip:

Kata yang mirip atau identik


Tingkat kekerabatan = --------------------------------------X 100%
Kata dasar yang diperhitungkan
Tabel 1. Tingkat Kekerabatan Bahasa

Tingkat Bahasa Presentase Kata Kerabat (%)

Bahasa (language) 100-81

Keluarga (family) 81-36

Rumpun (stock) 36-12

Mikrofilium 12-4

Mesofilium 4-1

Makrofilium 1-< 1

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisa Tingkat Kekerabatan Bahasa

Penelitian ini menggunakan data kekerabatan 100 kata dari N.H. Kern sebagai acuannya.
Berdasarkan kosakata yang telah menjadi acuannya, didapatkan perbedaan penulisan dan
morfem dari bahasa Dialek Bojonegoro dan Solo dalam tabel sebagai berikut:
No Glos Dan Kosakata Bahasa Jawa Dialek Bahasa Jawa Dialek
Dasar Bojonegoro Solo
1. Ambil [jupok] [jupuk]
2. Atas [nduwor] [nduwur]
3. Ayam [pitek] [pitek]
4. Babi [babi] [babi]
5. Bambu [pring] [pring]
6. Bangau [bangau] [bangau]
7. Bangun [tangi] [wungu]
8. Barat [kulᴐn] [kulᴐn]
9. Bawah [ngisᴐr] [ngisᴐr/ngandap]
10. Berani [wani] [wani]
11. Beras [bǝras] [kuos]
12. Berhenti [mɛndhǝk] [mɛndhǝk]
13. Bersih [resik] [resik]
14. Besi [wǝsi] [wǝsi]
15. Bibir [lambe] [tutuk]
16. Bodoh [gᴐblᴐk] [bodo]
17 Buang [buwak] [buwak]
18. Buka [bukak] [bikak]
19. Bukit [bukit] [bukit]
20. Buluh [ulu] [wulu]
21. Busur [busur] [busur]
22. Buta [wutᴐ] [buta]
23. Cepat [cǝpǝt] [cǝpǝt]
24. Darat [darat] [darat]
25. Dayung [ndayung] [ndayung]
26. Delapan [wᴐlu] [wᴐlu]
27. Di luar [neng njᴐbᴐ] [ning njᴐbᴐ]
28. Di sana [neng kᴐnᴐ] [ning kᴐnᴐ]
29. Enam [ǝnǝm] [ǝnǝm]
30. Enau [arɛn] [arɛn]
31. Gantung [nyanthᴐl] [nyanthᴐl]
32. Gurita [gurita] [gurita]
33. Hiu [hiu] [hiu]
34. Ingat [ileng] [ǝngǝtakǝn]
35. Jagung [jagung] [jagung]
36. Kasar [gronjal] [gronjal]
37. Kapak [kapak] [kapak]
38. Keringat [kringǝt] [kringǝt]
39. Kurus [kuru] [kuru]
40. laba-laba [kᴐlᴐmᴐnggᴐ] [mᴐnggᴐ/ kᴐlᴐmᴐnggᴐ]
41. Lading [tǝgal] [tǝgal]
42. Lalat [lalǝr] [lalǝr]
43. Lama [suwe] [suwi]
44. Lambat [alᴐn] [alᴐn]
45. Langau [laler ijo] [laler ijo]
46. Layar [layar] [layar]
47. Lepas [cᴐplᴐk] [cᴐplᴐk]
48. Lontar [lontar] [lontar]
49. Lupa [lali] [lali]
50. Mabuk [mǝndhǝm] [mǝndhǝm]
51. Mentimun [krai] [krai]
52. Musim hujan [rǝndǝng] [rǝndǝng]
53. Musim panas [tigᴐ] [tigᴐ]
54. Naik [munggah] [minggah]
55. Nyamuk [jengklᴐng] [jengklᴐng]
56. Nyiur [ krandil] [kandil]
57. Padi [pari] [pari]
58. Pahit [pait] [pait]
59. Panah [panah] [panah]
60. Pandan [pandan] [pandan]
61. Panggil [cǝlok] [cǝlok]
62. Pari [pari] [pari]
63. Penyu [pǝnyu] [pǝnyu]
64. Perahu [prau] [prau]
65. Pergi [budhal] [budhal/ tindhak]
66. Perisai [tamɛng] [tamɛng]
67. Pintar [pintǝr] [pintǝr]
68. Pisang [gǝdhang] [gǝdhang]
69. Putus [pǝdhᴐt] [pǝdhᴐt]
70. Ratus [atus] [atus]
71. Ribu [ɛwu] [ɛwu]
72. Ringan [ǝnthɛng] [ǝnthɛng]
73. Rumah [omah/ griyo] [omah/ griyo]
74. Rusa [kijang] [kijang]
75. Sakit [lᴐrᴐ] [lᴐrᴐ]
76. Salah [salah] [salah]
77. Sayur [jangan] [jangan]
78. Selam [nyǝlǝm] [nyǝlǝm]
79. Sembilan [sᴐngᴐ] [sᴐngᴐ]
80. Sepuluh [sepulᴐh] [sepulᴐh]
81. Tanam [nandur] [tanem/ nanem]
82. Tadi [ndek maǝng] [ndek wau]
83. Tanduk [sungu] [sungu]
84. Tebal [kandhǝl] [kandhǝl]
85. Tebu [tǝbu] [tǝbu]
86. telur kutu [ǝndhᴐk tumᴐ] [ǝndhᴐk tumᴐ]
87. Tempat [panggᴐk] [panggenan]
88. Terima [trimᴐ] [terimo/ nampi]
89. Tiang [cagak] [cagak]
90. Tikus [tikus] [tikus]
91. Timur [etan] [etan]
92. Tombak [tombak] [tombak]
93. Tuba [racun] [racun]
94. Tujuh [pitu] [pitu]
95. Tuli [kᴐpᴐk] [kᴐpᴐk]
96. Tuna [tuna] [tuna]
97. Turun [mǝdhun] [mandhap]
98. Tusuk [nunjǝs] [nujǝs]
99. Ubi [telo] [telo]
100. Udang [urang] [urang]

Berdasarkan data seratus kosakata di atas ditemukan kosakata yang berbeda antara
bahasa Jawa dialek Bojonegoro dengan bahasa Jawa dialek Solo. Berikut tabel daftar
kosakata yang memiliki perbedaan:
No Glos Dan Kosakata Bahasa Jawa Dialek Bahasa Jawa Dialek
Dasar Bojonegoro Solo
1. Ambil [jupok] [jupuk]
2. Atas [nduwor] [nduwur]
3. Bangun [tangi] [wungu]
4. Bawah [ngisᴐr] [ngandap]
5. Beras [bǝras] [kuos]
6. Bibir [lambe] [tutuk]
7. Bodoh [gᴐblᴐk] [bodo]
8. Buka [bukak] [bikak]
9. Buluh [ulu] [wulu]
10. Buta [wutᴐ] [buta]
11. Di luar [neng njᴐbᴐ] [ning njᴐbᴐ]
12. Di sana [neng kᴐnᴐ] [ning kᴐnᴐ]
13. Ingat [ileng] [ǝngǝtakǝn]
14. Laba-laba [kᴐlᴐmᴐnggᴐ] [mᴐnggᴐ/ kᴐlᴐmᴐnggᴐ]
15. Naik [munggah] [minggah]
16. Nyiur [krandil] [kandil]
17. Pergi [budhal] [budhal/ tindhak]
18. Tanam [nandur] [tanem/ nanem]
19. Tadi [ndek maǝng] [ndek wau]
20 Tempat [panggᴐk] [panggenan]
21. Terima [trimᴐ] [terimo/ nampi]
22. Turun [mǝdhun] [mandhap]

Hasil analisis data dengan analisis morfofonemik menunjukkan ada 22 kosakata yang
penulisannya berbeda, dengan perbedaan dari kepenulisan huruf vokal dan konsonan, tetapi
mempunyai arti yang sama. Dari penelitian ini menunjukkan bahasa Jawa dialek Bojonegoro
dengan bahasa Jawa dialek Solo, mempunyai keserumpunan bahasa.

Makna yang berbeda


Dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat 22 kosakata yang berbeda dan 78
kosakata yang sama, dengan 21 kosakata yang masih sama maknanya, walaupun penulisan
dan pengucapan berbeda antara bahasa Dialek Solo, Jawa Tengah dengan Bojonegoro, Jawa
Timur. Dari keseluruhan kosakata yang memiliki arti dan makna beda, yaitu:

A. Lambe dan Tutuk


Dalam bahasa Jawa, istilah Lambed dan Tutuk mendefinisikan dua hal yang
berbeda, lambe merupakan istilah bahasa Jawa untuk bibir, sementara tutuk
merupakan istilah yang digunakan untuk mendefiniskan keadaan atau kondisi
seseorang ketika tidak sengaja “terbentur” sesuatu.

Analisis menunjukkan ada 1 kosakata yang mempunyai arti dan makna yang berbeda.
Variasi Perubahan Bentuk Konsonan dan Vokal:

1. jupok dengan jupuk


2. nduwor dengan nduwur
3. bukak dengan bikak
4. ulu dengan wulu
5. wutᴐ dengan buta
6. neng njᴐbᴐ dengan ning njᴐbᴐ
7. neng kᴐnᴐ dengan ning kᴐnᴐ
8. kᴐlᴐmᴐnggᴐ dengan mᴐnggᴐ
9. munggah dengan minggah
10. krandil dengan kandil
11. ndek mau dengan ndek maǝng
12. trimᴐ dengan terimo

Kosakata yang Berbeda Secara Leksikal


1) tangi dengan wungu
2) ngisᴐr dengan ngandap
3) bǝras dengan kuos
4) lambe dengan tutuk
5) gᴐblᴐk dengan bodo
6) ileng dengan ǝngǝtakǝn
7) budhal dengan tindhak
8) nandur dengan nanem
9) panggᴐk dengan panggenan
10) trimo dengan nampi
11) mǝdhun mandhap

Kosakata ini memiliki perbedaan yang signifikan secara Leksikal dengan pengucapan
atau fonem tertentu, tetapi mempunyai arti yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa
keseharian di Bojonegoro dan Solo mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat erat,
terlebih wilayahnya sangat dekat, walaupun dengan penulisan huruf yang berbeda. Selain itu,
hal ini juga disebabkan oleh adanya kebiasaan menggunakan bahasa Krama dalam
masyarakat Solo, sehingga pengucapan dan kata-kata yang digunakan lebih dominan
menggunakan bahasa Krama, terutama di kalangan dewasa hingga orang tua.

Hubungan Kekerabatan Bahasa Jawa Dialek Bojonegoro, Jawa Timur dan Bahasa
Jawa Dialek Solo, Jawa Tengah

Kata yang mirip atau identik


Tingkat kekerabatan = --------------------------------------X 100%
Kata dasar yang diperhitungkan

78
Tingkat kekerabatan = --------------------------------------X 100%
100
= 90 atau sama dengan 0,9

Dengan demikian, hubungan kekerabatan bahasa Bojonegoro dan Solo berada pada tingkat
Bahasa dengan presentase 90% atau 0,9. Hal ini berarti, hubungan kekerabatan antara bahasa
Bojonegoro dan Solo berada di tingkat bahasa.

Perhitungan Masa Pisah Bahasa Bojonegoro dengan Bahasa Solo


Berdasarkan presentase hubungan kekerabatan bahasa Bojonegoro dengan bahasa Solo yang
dianalisa menggunakan kajian leksikostatistik ke dalam sebuah variable dalam analisa untuk
menghitung masa pisah antara bahasa Bojonegoro dengan bahasa Solo. Langkah-langkah
perhitungannya adalah:

log.C
Wp1= --------------------------------------
2. log. r
Keterangan:
Wp 1 : waktu pisah pertama dalam ribuan tahun
C : persentase kekerabatan
r : indeks retensi (81%)
log : logaritma

log.C
Wp1= --------------------------------------
2. log. r

log. 0,9
Wp1= --------------------------------------
2. log. 0,805

= 0,24

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka perkiraan waktu pisah antara bahasa Bojonegoro
dengan bahasa Solo adalah kurang dari seribu tahun yang lalu atau 240 tahun.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi dan analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerabatan bahasa
Solo, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur sama-sama menggunakan bahasa Jawa
Ngoko. Kedua bahasa Kabupaten tersebut hanya mengalami perubahan sebagian kecil yaitu
perubahan bunyi vokal maupun konsonan serta sedikit makna yang berbeda karena masih
serumpun. Hal tersebut juga dikarenakan faktor geografis kedua wilayah yang sama-sama
dilewati oleh Sungai Bengawan Solo serta letak geografis kedua wilayah ini yang hanya
dipisahkan oleh beberapa kota.
Selain itu, jika ditelisik lebih lanjut, wilayah Bojonegoro lebih dekat dengan kota-kota di
Jawa Tengah daripada kota-kota di Jawa Timur, hal ini menjadi salah satu factor kesamaan
bahasa dalam kedua wilayah di provinsi yang berbeda ini. Rincian 22 kosakata yang berbeda
dan 78 kosakata, dengan 12 kosakata yang masih mirip. Analisis menunjukkan hubungan
kekerabatan bahasa Jawa dialek Bojonegoro dan bahasa Jawa dialek solo pada tataran
Bahasa dengan persentase sebesar 90% atau 0,9. Sementara itu, waktu pisah antara bahasa
Bojonegoro dengan bahasa Solo adalah kurang dari seribu tahun atau 0,24 ribu tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Y. Hubungan Kekerabatan Bahasa Minang dan Bahasa Sunda: Kajian Linguistik
Bandingan Historis. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Lesbianto. Kekerabatan Bahasa Blora, Jawa Tengah dengan Bojonegoro, Jawa Timur.
STKIP Al Hikmah Surabaya.
Mulyana, M. (2008). Semantik Bahasa Jawa Kajian Lengkap Dinamika Makna dalam
Bahasa. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Pemerintah Indonesia.(2009). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009
pasal 1 ayat 6.
Sulistyowati.(2014). Artikulasi Identitas Wong Solo di Eks Enklave Surakarta: Kontruksi
Bahasa dan Pemertahannya.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Suyata, Pujianti, Suharti. Status Isolek Yogyakarta-Surakarta dan Implikasinya Terhadap
Bahasa Jawa Standar. Yogyakarta: FBSUniversitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai