Oleh
Agis Defani
NIM 6662180110
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpah rahmat-Nya.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ STRATEGI MENJADI HUMAS
PROFESIONAL”, yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Krisis, Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………...(i)
DAFTAR ISI ………………………………...(ii)
BAB I PENDAHULUAN ………………………………...(1)
1.1 Latar Belakang ………………………………...(1)
1.2 Rumusan Masalah ………………………………...(2)
1.3 Tujuan Makalah ………………………………...(2)
BAB II PEMBAHASAN ………………………………...(3)
2.1 Merencanakan Program Humas ………………………………...(3)
2.2 Manajemen Strategis ………………………………...(4)
2.3 Menuliskan Tujuan Program ………………………………...(5)
2.4 Cara Merumuskan Tujuan Program ……………………………….. (6)
2.5 Situasi Krisis ………………………………...(6)
2.6 Panduan Menghadapi Krisis ………………………………...(7)
2.7 Tindakan Humas ………………………………...(8)
BAB III KESIMPULAN ………………………………...(9)
DAFTAR PUSTAKA ……………………………… (10)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
massa itu. Mereka berupaya membantu perusahaan untuk mencegah pemberitaan
negative.
Saat ini, tidak ada organisasi yang tiak membutuhkan humas. Dengan
demikian humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua
jenis organisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merencanakan Program Humas
Rencana dapat disusun setelah mengetahui apa masalah yang dihadapi,
sementara masalah diketahui oleh riset yang telah dilakukan. Terdapat 2 jenis
rencana yaitu: rencana strategis (strategic planning) dan rencana taktis (tactical
planning).
Rencana strategis disusun oleh manajemen puncak. Sedangkan rencana
taktis bersifat lebih spresifik yang merinci tugas yang harus dicapai oleh masing-
masing departemen yang ada pada perusahan untuk mencapai rencana strategis
yang sudah ditetapkan.
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pekerjaan
humas. Belakangan ini,. Banyak praktisi humas yang telah menerapkan teknik
yang disebut dengan management by objectives (MBO) dalam menjalankan
program kehumasan. MBO adalah suatu organisasi menetapkan tujuan yang
jelas dan dapat diukur serta menentukan sumber daya yang dibutuhkan.
Bentuk konkret dari suatu rencana adalah program kerja. Setiap praktisi
humas dituntut untuk dapat menyusun program kerjanya, baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Program kerja harus dipersiapkan secara cermat dan
hati- hati agar dapat memberikan hasil yang nyata.
Pada tahap merencanakan program humas, hal pertama yang harus
dilaksanakan adalah penetapan tujuan. Jumlah tujuan yang layak dan menarik
untuk dikejar memang tidak terbatas, akan tetapi jumlah tujuan yang hendak
dicapai sepenuhnya bergantung pada ukuran kapasitas dan sumber daya yang
dimiliki oleh suatu departemen humas.
Berdasarkan hasil riset, dapat diketahui masalah yang dihadapi. Upaya
untuk mengatasi masalah merupakan tujuan program humas. Dengan demikian,
penetapan tujuan program tidak hanya berdasarkan perkiraan saja, harus
didukung dengan riset. Hasil riset dapat menghasilkan satu atau sejumlah
temuan berupa masalah yang akan dipecahkan. Masalah yang ditemui dari riset
inilah yang menjadi tujuan humas.
3
Menurut Jefkins, ada 4 alasan utama mengapa praktisi humas perlu
merencanakan program kerjanya, yaitu:
a. Untuk menetapkan target humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur
atas segenap hasil yang diperoleh.
b. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang
diperlukan.
c. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program yang
harus dikerjakan dan waktu yang diperlukan.
d. Untuk menentukan kesiapan daya dukung perusahaan.
5
suatu program. Tujuan program harus mengemukakan hasil atau akibat (efek)
yang dikehendaki.
Tujuan program harus menjelaskan secara konkret teori kerja yang
mendukung terlaksananya program, biasanya hanya dalam bentuk urutan sebab
akibat.
2.4 Cara Merumuskan Tujuan Program
Tujuan program adalah selalu berorientasi pada hasil. Semakin spesifik
tujuan yang ditetapkan, maka semakin terukur segala hal yang mengikutinya.
Hasil dari suatu tujuan program terdiri atas tingkatan yaitu:
1) Hasil berupa pengetahuan
2) Hasil berupa kecenderungan
3) Hasil berupa tingkah laku
Tujuan program atau objektif harus dibuat secara tertulis dan dibagikan
kepada setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tujuan program
menjadi patokan atau basis utama mengembangkan dan melaksanakan strategi
program dan taktik.
6
Menghindari pertanyaan (equivocation)
Sikap konfrontasi
Menyerang balik (retaliation)
Sikap menyombongkan diri (pontification)
7
4) Mendirikan News Center
5) Bersikap terbuka dengan menceritakan apa adanya tanpa ada bagian yang
disembunyikan atau orang lain yang akan bercerita
6) Jangan berspekulasi dan jangan terpancing dengan pertanyaan wartawan
7) Jangan mengecilkan masalah atau menganggap remeh masalah yang
serius
8) Jangan membuat komentar
9) Tunjukan keprihatinan organisasi atas krisis yang terjadi
10) Jangan memilih- milih media atau wartawan
11) Jangan mencari keuntungan atas liputan media massa terhadap
perusahaan pada saat krisis dengan mempromosikan perusahaan.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Saat ini, tidak ada organisasi yang tiak membutuhkan humas. Dengan
demikian humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua
jenis organisasi.
Pada tahap merencanakan program humas, hal pertama yang harus
dilaksanakan adalah penetapan tujuan. Jumlah tujuan yang layak dan menarik
untuk dikejar memang tidak terbatas, akan tetapi jumlah tujuan yang hendak
dicapai sepenuhnya bergantung pada ukuran kapasitas dan sumber daya yang
dimiliki oleh suatu departemen humas. Tanpa adanya tujuan, maka program
akan mengalir menurut keinginan, intuisi dan preferensi dari masing- masing
praktisi humas.
Faktor- factor yang diluar dugaan yang bersifat merugikan, baik yang
berasal dari eksternal, dapat menimbulkan situasi krisis. Krisis yang muncul
kerap memberikan kesempatan pada praktisi humas untuk berperan lebih besar
dalam kegiatan perencanaan pada level manajemen.
9
DAFTAR PUSTAKA
Frank Jefkins, Public Relations, edisi ketiga (alih bahasa Aris Munandar),
Penerbit Erlangga, Jakarta 1992.
Morrisan, M.A. , Manajemen Public Relations:Strategi Menjadi Humas
Profesional, edisi pertama cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, 2008
Norman R. Nager dan T. Harrell Allen, Public Relations Management by
Objectives, University Press of America, 1984
Otto Lerbinger, The Crisis Manager: Facing Risk and Responbility, Hillsdale,
Lawrence Erlbaum Associates, 1997
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public Relations,
Eighth Edition, Prentice Hall International, Inc.2000
10