NIM : 51120027
Dalam pasal 28 UUD 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul untuk
mengeluarkan pemikiran baik dengan lisan maupun tulisan. Sehingga dalam pasal 28 UUD
1945 Agar fungsi pers berjalan dengan maksimal, maka perlu dibentuk Undang- Undang
tentang Pers. Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan pers merupakan salah
satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan
yang transparan berfungsi serta keadilan dan kebenaran terwujud. Pers yang memiliki
kemerdekaan untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi sangat penting untuk
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan Piagam
PBB tentang HAM Pasal 19 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai
dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran
melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah”. Pers yang
melaksanakan kontrol sosial sangat penting juga untuk mencegah terjadinya
pernyalahgunaan kekuasaan baik itu korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan
penyimpangan lainnya. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya pers
menghormati hak asasi setiap orang, oleh karena itu pers dituntut untuk professional dan
terbuka di kontrol oleh masyarakat. Kontrol masyarakat yang dimaksud yaitu setiap orang
dengan dijaminnya Hak Jawab dan Hak Koreksi, oleh lembaga- lembaga kemasyarakatan
seperti pemantau media oleh Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara. Untuk
menghindari pengaturan yang tumpang tindih, undang- undang ini tidak mengatur ketentuan
Didalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara, ayat kedua bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan
atau pelarangan penyiaran, ayat ketiga bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers
nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi
wartawan mempunyai Hak Tolak bahkan dalam UUD Tahun 1945 disebutkan antara lain
dalam pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
Undang- undang No. 32 tahun 2002 menyatakan bahwa lembaga penyiaran merupakan
media komunikasi massa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial, budaya,
politik dan ekonomi yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan
fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan perekat sosial. Selain itu siaran
yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh
yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku khalayak, maka dari itu
penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila,
budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Dari bunyi pasal- pasal yang ada dalam didalam UU
No.32 tahun 2002 menjelaskan bahwa media penyiaran memiliki fungsi yang sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi
pikiran masyarakat, oleh karena itu media penyiaran harus diatur oleh regulasi yang
fungsinya untuk membatasi dan mengatur isi dari tayangan yang ditampilkan agar tidak
Dalam Pasal 1 Bab I Undang - Undang No.11 Tahun 2008, pada angka I, yang dimaksud
dengan informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, Elektronik Data Interchange
(EDI), surat elektronik (elektronik mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenis nya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol, atau perfrasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Informasi elektronik merupakan
salah satu hal yang diatur secara subtansial dalam Undang - Undang No.11 Tahun 2008
selain transaksi elektronik. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang - Undang No.11 Tahun 2008,
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang - Undang No.11 Tahun 2008 yang dimaksud dengan
transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi elektronik diatur
dalam Pasal 17 Undang - Undang No.11 Tahun 2008 yang berbunyi sebagai berikut : 1.
Penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik dan privat. 2.
Para pihak yang melakukan transaksi elektronik 3. Ketetntuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan transaksi elektronis sebagaimana dimaksud pada ayat (i) diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Dalam penjelasan pasal 17 ayat 1 Undang - Undang No.11 Tahun
2008 dijelaskan bahwa Undang – Undang ini memberikan peluang terhadap pemanfaatan
teknologi informasi oleh penyelenggaraan negara, orang, badan usaha, dan atau masyarakat.
Pemanfaatan teknologi informasi harus dilakukan secara baik, bijaksana bertanggung jawab,
efektif, dan efisien agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar – besarnya bagi masyarakat.
Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak,
sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (1). Para pihak memiliki kewenangan untuk memilh
yang berlaku bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya (Pasal 18 ayat (2)). Jika
para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam traksaksi elektronik internasional hukum
yang berlaku disesuaikan pada asas hukum perdata internasional (Pasal 18 ayat (3)). Para
penyelesaian sengketa alternatif lainnya, yang bisa berwenang menangani sengketa yang
mungkin timbul dari transaksi elektronik internasional yang dilakukannya (Pasal 18 ayat (4)).
Perbuatan yang dilarang oleh Undang - Undang No.11 Tahun 2008 yang berkaitan dengan
elektronik, yang muatannya berisi melanggar kesusilaan, muatan perjudian, penghinaan atau
pencemaran nama baik atau pemerasan dan atau pengancaman. Muatan yang berisi
melanggar kesusilaan diantaranya adalah penayangan gambar – gambar porno dalam situs –
situs internet maupun telepon seluler. Penayangan gambar porno itu, selain melanggar
Undang - Undang No.11 Tahun 2008 juga melanggar Undang – Undang No. 44 Tahun 2008
tentang Pornografi.