Khusnul Aisna - Hk. Acara Perdata - Tugas 1
Khusnul Aisna - Hk. Acara Perdata - Tugas 1
Oleh :
Khusnul Aisna Alfaridzi (081901011)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................................................La
tar Belakang........................................................................................................1
1.2..............................................................................................................................Ru
musan Masalah....................................................................................................2
1.3..............................................................................................................................Tu
juan Penulisan.....................................................................................................3
BAB II: PEMBAHASAN
2.1..............................................................................................................................Ti
njauan Umum tentang Upaya Hukum.................................................................4
2.2..............................................................................................................................U
paya Hukum Biasa..............................................................................................4
2.3..............................................................................................................................U
paya Hukum Luar Biasa......................................................................................8
BAB II : PENUTUP
3.1..............................................................................................................................Ke
simpulan..............................................................................................................11
3.2..............................................................................................................................Sa
ran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Kasus ini bermula ketika De Neve Mizan Allan membeli tiket online pada 23
Mei 2011 melalui ATM dengan rute Papua-Jakarta. Namun, selang satu hari
setelahnya, Lion Air melakukan pengembalian uang, refund, secara sepihak.
Padahal, De Neve tidak pernah meminta pengembalian itu.
Tindakan itu merugikan De Neve baik secara material maupun immaterial. De
Neve harus mencari-cari tiket penerbangan lain dengan risiko mengeluarkan
biaya tambahan. Tidak hanya berisiko mengeluarkan biaya tambahan, refund ini
juga dapat mempengaruhi kredibilitas dan kepercayaan mitra bisnis De Neve.
Untuk itu, De Neve meminta ganti kerugian hingga mencapai Rp11,8 miliar.
Lion Air membantah semua tuduhan, bahkan menilai gugatan ini berisi
kebohonan belaka. Justru, gara-gara De Neve-lah penerbangan menjadi
terlambat selama 20 menit dari jadwal penerbangan. Atas keterlambatan itu,
Lion Air harus membeli avtur tambahan dan menambah biaya operasional,
seperti menambah gaji pilot. Sehingga, Lion Air mengajukan gugatan balik atas
perkara ini.
Atas sengketa ini, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memilih untuk
menolak gugatan para pihak, baik gugatan De Neve maupun gugatan balik Lion
Air. Menurut majelis, gugatan penggugat salah konsep. Majelis berpandangan
antara posita dan petitum yang diajukan oleh penggugat bertentangan. Selain itu,
gugatan yang didasarkan karena adanya perbuatan melawan hukum, oleh majelis
hakim, dianggap tidak tepat, karena gugatan tersebut merupakan wanprestasi.
Setelah membahas singkat kasus tersebut, tentu bisa kita simpulkan bahwa
dalam hukum perdata, terdapat upaya-upaya yang bisa kita lakukan ketika kita
tidak puas dengan suatu hasil putusan Majelis Hakim, baik itu dalam kasus
perdata maupun pidana. Namun dalam makalah kali ini, kita akan membahas
upaya hukum dalam perkara perdata yang terdiri dari dua, yaitu upaya hukum
biasa dan upaya hukum luar biasa yang selanjutnya akan dijelaskan lebih jauh
dalam makalah ini.
4
5
uitboverbaar bij voorraad dalam pasal 180 ayat (1) HIR jadi meskipun
dilakukan upaya hukum, tetap saja eksekusi berjalan terus.
a) Verzet (perlawanan) adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
tergugat ketika dijatuhkan putusan verstek yang tidak didahului oleh
upaya hukum banding penggugat, apabila penggugat terlebih dahulu
melakukan upaya hukum banding, maka tergugat tidak boleh
mengajukan verzet, namun tergugat diperbolehkan untuk mengajukan
banding. Upaya hukum verzet dapat dikategorikan sebagai penerapan
prinsip audi et alteram partem yang merupakan prinsip dalam hukum
acara perdata yang bermakna hakim mendengar kedua belah pihak
berperkara di persidangan. Pelaksanaan upaya hukum verzet tidak
terpisahkan dari verstek, mengingat kedudukan verzet dalam
perkara verstek ialah sebagai jawaban atas gugatan penggugat yang
biasanya dilaksanakan pada pengadilan tingkat pertama.
Ketentuan mengenai upaya hukum verzet terhadap
putusan verstek diatur lebih lanjut dalam Pasal 129 HIR/153 RBg dan
SEMA Nomor 9 Tahun 1964. Dalam Pasal 129 HIR ayat (1)
ditentukan bahwa, “Tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir
(verstek) dan tidak menerima putusan itu dapat mengajukan
perlawanan atas keputusan itu.” Pada pasal 129 ayat (2) juga
ditentukan bahwa, “Jika putusan itu diberitahukan kepada yang
dikalahkan itu sendiri, maka perlawanan itu dapat diterima dalam
tempo 14 (empat belas) hari sesudah pemberitahuan itu. Jika putusan
itu tidak diberitahukan kepada yang dikalahkan itu sendiri, maka
perlawanan itu dapat diterima sampai hari ke-delapan sesudah
peringatan yang tersebut pada Pasal 196 atau dalam hal tidak
menghadap sesudah dipanggil dengan patut sampai hari ke-delapan
sesudah dijalankan keputusan surat perintah kedua yang tersebut
pada Pasal 197.” Maka berdasarkan ketentuan pasal dimaksud, dapat
disimpulkan bahwa tenggat waktu mengajukan verzet adalah empat
belas hari setelah putusan verstek dijatuhkan apabila pemberitahuan
6
3.1. Kesimpulan
Jadi, upaya hukum merupakan hak tiap tergugat ketika dia merasa tidak
puas dengan putusan kembali. Upaya hukum dalam perkara perdata sendiri
terdiri dari 2, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya
hukum biasa terdiri dari verzet, banding, dan kasasi. Sedangkan upaya
hukum luar biasa terdiri dari peninjauan kembali dan upaya pihak ketiga.
Tiap-tiapnya memiliki dasar hukum, tahapan, tenggat waktu tertentu dan
ketentuan tertentu yang sudah dijelaskan dalam Bab II.
3.2. Saran
Tiap mahasiswa hukum, atau bahkan orang-orang diluar daripada itu, perlu
mengetahui yang namanya upaya hukum karena tidak menuntut
kemungkinan, dalam beberapa tahun mendatang, kita bisa terlibat dalam
perkara perdata entah sebagai penggugat maupun tergugat. Kita tentu tidak
bisa menerima mentah-mentah putusan majelis hakim jika kita merasakan
ketidakadilan, maka dari itu kita perlu mengetahui yang namanya UPAYA
HUKUM.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2296/Upaya-Hukum-
dalam-Hukum-Acara-Perdata.html
https://www.hukumonline.com/berita/a/kasus-penumpang-ivs-i-lion-air-
masuk-kasasi-lt51a167d2c75c1
https://www.pengacaranusantara.com/2021/11/jenis-upaya-hukum-pidana-
dan-perdata.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lahat/baca-artikel/14205/Verzet-
Upaya-Perlawanan-Atas-Putusan-Verstek.html#:~:text=Verzet
%20(perlawanan)%20adalah%20upaya%20hukum,namun%20tergugat
%20diperbolehkan%20untuk%20mengajukan
https://www.surialaw.com/news/derden-verzet