Kimia Fisika Hukum II Termodinamika Bagian 1
Kimia Fisika Hukum II Termodinamika Bagian 1
NIM : 2113071016
REVIEW LITERATUR
HUKUM II TERMODINAMIKA
Berdasarkan pada ada tidaknya kebocoran seperti timbulnya panas karena adanya
gesekan, proses atau perubahan sistem dapat dibagi menjadi sistem reversibel dan
irreversibel
1. Proses reversible
Dalam proses reversibel secara eksternal, tidak ada irreversibilitas yang terjadi di luar
batas sistem selama proses. Perpindahan kalor antara reservoir dan sistem adalah proses
yang dapat dibalik secara eksternal jika permukaan kontak antara sistem dan reservoir
berada pada suhu yang sama. Suatu proses dapat dibalik hanya jika memenuhi dua syarat
Dengan kata sederhana, proses yang dapat membalikkan kembali sepenuhnya adalah
proses reversibel. Ini berarti bahwa sifat-sifat akhir sistem dapat dengan sempurna
kembali ke sifat-sifat aslinya. Proses ini dapat dibalik sempurna hanya jika perubahan
dalam proses sangat kecil. Dalam situasi praktis tidak mungkin untuk melacak perubahan
yang sangat kecil ini dalam waktu yang sangat kecil, maka proses reversibel juga
merupakan proses yang ideal. Perubahan yang terjadi selama proses reversibel berada
dalam keseimbangan satu sama lain.
2. Proses ireversibel
Proses ireversibel adalah hasil dari menyimpang dari kurva, sehingga mengurangi
jumlah keseluruhan usaha yang dilakukan. Proses ireversibel adalah proses
termodinamika yang menyimpang dari keseimbangan. Dalam hal tekanan dan volume, itu
terjadi ketika tekanan (atau volume) suatu sistem berubah secara dramatis dan instan
sehingga volume (atau tekanan) tidak memiliki waktu untuk mencapai keseimbangan.
Contoh klasik dari proses ireversibel adalah dengan melepaskan volume gas
tertentu ke dalam ruang hampa. Dengan melepaskan tekanan pada sampel dan
memungkinkannya untuk menempati ruang yang besar, sistem dan sekitarnya tidak
berada dalam kesetimbangan selama proses ekspansi.Di sini sedikit usaha yang terjadi.
Namun, ada persyaratan usaha yang signifikan, dengan jumlah disipasi energi yang
sesuai saat kalor yang mengalir ke lingkungan. Ini untuk membalikkan proses.
Mesin kalor bisa disebut juga Mesin Carnot. Mesin ini merupakan alat yang berfungsi
mengubah energi panas menjadi energi mekanik.Hasil pembakaran dari bahan bakar
diubah menjadi energi gerak dalam mesin mobil. Gambar di bawah ini merupakan piston
yang ada pada mesin kendaraan yang menggunakan prinsip aliran kalor spontan.Mesin
carnot memanfaatkan prinsip kalor yang mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah tanpa
perlu melakukan usaha. Saat aliran kalor terjadi, panas yang mengalir diubah menjadi
usaha, misalnya gerak. Konsep tersebutlah yang ditemukan oleh Nicolas Leonard Sadi
Carnot.
1. Siklus Carnot
Siklus Carnot merupakan suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses
isotermal, isobarik, dan isokorik. Siklus adalah suatu rangkaian sedemikian rupa sehingga
akhirnya kembali kepada keadaan semula. Misalnya, terdapat suatu siklus termodinami-ka
yang melibatkan proses isotermal, isobarik, dan isokorik. Sistem menjalani proses
isotermal dari keadaan A sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah
sistem dari keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali
ke keadaan awalnya (A). Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan
akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu siklus.
Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan dapat diubah
menjadi usaha mekanik. Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi usaha. Kalor yang
dapat diubah menjadi usaha hanya pada bagian yang diarsir (diraster) saja. Berdasarkan
diatas besar usaha yang bermanfaat adalah luas daerah ABCA. Secara matematis dapat
ditulis seperti berikut.
Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai
negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam ΔU untuk satu
siklus sama dengan nol ( ΔU = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan
akhir.Berdasarkan percobaan joule diketahui bahwa tenaga mekanik dapat seluruhnya
diubah menjadi energi kalor. Pada tahun 1824, seorang insinyur berkebangsaan Prancis,
Nicolas Leonardi Sadi Carnot, memperkenalkan metode baru untuk meningkatkan
efisiensi suatu mesin berdasarkan siklus usaha. Metode efisiensi Sadi Carnot ini
selanjutnya dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot terdiri atas empat proses, yaitu
dua proses isotermal dan dua proses adiabatik.
1. Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem menyerap
kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
2. Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu sistem
turun dari T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
3. Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem
menerima usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
4. Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari
T2 menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi
tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh sistem
untuk satu siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p – V. Mengingat
selama proses siklus Carnot sistem menerima kalor Q 1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan
melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh sistem
menurut hukum I termodinamika adalah sebagai berikut.
Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting.
Untuk mesin kalor, efisiensi mesin (η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan
terhadap kalor masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
Keterangan:
2. Temperatur Termodinamika
Suhu termodinamika 𝑇_1, didefinisikan dari prinsip kerja mesin kalor ideal (Carnot).
Suhu termodinamika ditentukan berdasarkan rumusan efisiensi mesin kalor ideal, yang
mana efisiensi mesin kalor paling besar yang mungkin terjadi adalah 1, sehingga suhu
terendah dari reservoir kalor yang mungkin adalah 0. Karena harga terendah dari suhu
termodinamika adalah 0, maka suhu ini juga disebut sebagai suhu mutlak dan diberi satuan
Kelvin. Selanjutnya bisa dibuktikan bahwa suhu termodinamika T, sama dengan suhu gas
ideal (suhu yang digunakan dalam persamaan keadaan gas ideal).
1. Formulasi Kelvin-Planck
Formulasi yang pertama ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat
sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi
panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha
mekanik”. Dengan kata lain, formulasi ini mengungkapkan bahwa memang tidak ada cara
untuk mengambil energi panas dari lautan. Sehingga lebih baik menggunakan energi
tersebut untuk menjalankan generator listrik tanpa menimbulkan efek lebih lanjut, misalnya
pemanasan atmosfer. Maka dari itu, setiap alat atau mesin pastilah memiliki nilai efisiensi
tertentu. Efisiensi ini akan menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang telah
diperolehnya dengan energi panas dari sumber suhu tertinggi.
2. Formulasi Clausius
Dalam formulasi ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin
kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari
suatu benda dingin ke benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil
energi dari sumber dingin (yang memiliki suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke
sumber panas (yang memiliki suhu tinggi) tanpa memberikan energi pada pompa untuk
melakukan usaha.