DISUSUN OLEH
201000474201010
FAKULTAS HUKUM
SOLOK
2023
KATA PENGANTAR
ditujukan kepada Allah SWT, pengatur dan penguasa alam semesta. Karena berkat
Mahkamah Konstitusi”. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari Ibu
Dr. Aermadepa, SH., MH. selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Pemilu pada
Yamin. Selanjutnya shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada
Nabiyullah Muhammad SAW yang telah berhasil megeluarkan umatnya dari zaman
jahiliyah kezaman kebenaran yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Dalam sebuah tulisan tentu tidak terlepas dari kesalahan baik segi bahasa,
bentuk maupun sistematika penulisan yang sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini
kemampuan yang penulis miliki. Olehnya itu besar harapan penulis dengan senang
hati untuk menerima berbagai saran dan kritikan yang cermat guna untuk perbaikan
dan kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang
dengan harapan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................
Konstitusi ...............................................................................................10
A. Kesimpulan .......................................................................................17
B. Saran .................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara yang berdaulat dan merdeka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal
1945) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk
Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi “Gubernur, Bupati dan Walikota
(4) UUD NRI 1945, pemaknaan kata demokratis terdapat beberapa Undang-
2015 tentag perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah, yang mana kata demokratis disini dimaknai dengan cara
langsung dipilih oleh rakyat. Jimly Asshiddiqie angkat bicara soal kata “dipilih
secara demokratis” yang terdapat pada Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 adalah bersifat
luwes, oleh karena itu dapat diartikan pemilihan dilakukan secara langsung.2
Ketentuan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 ini selanjutnya sebagai dasar dalam
1
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, BumiAksara, Jakarta,
2008, hlm. 3
2
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2002, hlm. 18
1
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah langsung pemimpin tingkat daerah
rakyat pertama sekali dilaksanakan pada tahun 2004. Sedangkan untuk pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah tingkat kabupaten/kota untuk pertama
Timur. Kemudian disusul, Kota Cilegon, Banten, Kota Pekalongan dan Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah pada 5 Juni 2005 dan Kabupaten Indragiri Hulu, pada 11
Juni 2005. Sedangkan untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
2005.5
3
M. Rusli Karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1991,
hlm. 1.
4
Ibid, hlm. 2
5
Hamdan Zoelva, Vol. 10, No. 3, September 2013, Problematika Penyelesaian Sengketa Hasil
Pemilukada oleh Mahkamah Konstitus, Jurnal Konstitusi, hlm. 379 Diakses pada 8 Januari 2023
pukul 9.45 WIB
2
secara formal pemilukada bukanlah Pemilu seperti halnya yang disebut dalam
Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, akan tetapi pemilukada
Pasal 18. Para hakim konstitusi juga merekomendasikan kepada pembuat undang-
sebagai Rezim Pemilu yang harus diselenggarakan oleh KPU berdasarkan Pasal 1
angka 4 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah oleh
yang berbunyi “Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu
untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam
sebagai Pemilu berakibat pemilukada masuk dalam rezim Pemilu dan harus
ini adalah Komisi Pemilihan Umum, demikian juga dalam hal penyelesaian
sengketa Pemilihan Kepala Daerah maka diselesaikan dengan cara yang sama
3
Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
PHPU anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD, presiden dan wakil presiden
paling akhir atas sengketa Pemilukada. Peran yang demikian membuat Mahkamah
Konstitusi menyadari bahwa putusan tidak hanya menyangkut para kandidat yang
berada dalam lingkup pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 22E UUD
dilimpahkan kepada Mahkamah Konstitusi dari tahun 2008 sampai sekarang ini,
6
Hamdan Zoelva, Ibid, hlm. 382
7
Ibid
4
Mahkamah Konstitusi telah menerima permohonan 636 dan telah memutus
sebanyak 606 perkara. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut terdiri sebanyak dari
putusan yang dikabul sebanyak 64, ditolak sebanyak 388, tidak dapat diterima 130,
ditarik kembali sebanyak 17, dan gugur sebanyak 2. Dalam pemeriksaan atas
sejumlah perkara tersebut banyak ditemukan permasalahan yang cukup serius yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
8
Ibid, hlm. 384
5
BAB II
PEMBAHASAN
pemilihan kepala daerah, munculnya suatu sengketa tidak dapat dihindari. Sengketa
yang dimaksud dapat terjadi antara peserta dengan penyelenggara maupun antar
peserta Pemilukada. Selain itu, sengketa juga mungkin muncul pada berbagai
tahapan Pemilukada seperti pada pencalonan maupun hasil Pemilukada itu sendiri.
sengketa yang efektif sangat diperlukan untuk menjaga legitimasi dan integritas
suatu Pemilukada.
konsep due of law. Konsep itu menekankan pada adanya suatu perlindungan dan
penegakan hak asasi warga Negara. Secara prosedural, konsep due process of law
menghendaki adanya suatu proses yang adil dan layak (fair and proper) sebelum
menyatakan secara prosedural, tujuan utama dari due process of law adalah untuk
9
Reki Wahyudi, Skripsi, Lembaga Negara Penyelesai Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah Di
Indonesia, Pekanbaru, 2022, hlm. 54. Diakses pada 8 januari 2023 pukul 10.00 WIB
6
sengketa juga mengakomodir kepentingan yang saling bertentangan diantara para
pihak. 10
yang menjadi payung hukum pelaksanaannya, mekansime dan prosedur yang rinci
serta sanksi dan penegakan hukum yang baik (aspek normatif), juga secara
bersamaan perlu kesiapan dan kesadaran politik yang baik dari masyarakat pemilih
(aspek kultur). Kedua aspek ini, yaitu aspek normatif dan aspek kultur menjadi
sangat penting dipenuhi agar tujuan pemilukada dapat mencapai sasaran yang
diidealkan. Dari aspek kultur, secara universal, paling tidak ada 3 prasyarat yang
tingkat pendidikan yang baik dari pemilih dan institusi penegakkan hukum yang
dipercaya. Sebaik apa pun regulasi pemilu tanpa didukung ketiga prasyarat ini,
baru dapat dilaksanakan, maka regulasi, proses serta penegakan hukum pemilu
10
Fritz Edward Siregar, Menuju Peradilan Pemilu,Themis Publishing, Jakarta, 2018, hlm. 67
11
Hamdan Zoelva, Op.Cit, hlm. 381
7
Pemilukada yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi
penyelenggara, calon, dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-
masing. Electoral process adalah seluruh kegiatan yang terkait langsung dengan
Konstitusi, administratif, atau pidana. 12 Aturan ini tidak akan berjalan apabila tidak
4. adanya hak bagi pemilih, kandidat, partai politik untuk mengadu kepada
12
Ibid.
13
Ibid, hlm.391
8
pemilu terhadap hasil pemilu, dan
manusia.
mengenai hukum dan norma yang mendasari penegakkan hukum tersebut tetapi
3. jajaran kepolisian,
4. kejaksaan, dan
14
Ibid, hlm.392
9
(2005–2008), periode di Mahkamah Konstitusi (2008–2014), periode di
Mahkamah Konstitusi
konstitusi dan prinsip Negara hukum sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Undang Dasar Negara 1945 Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2), serta diatur dalam
ayat (1) dan ayat (2). Hal tersebut berarti bahwa Mahkamah Konstitusi terikat
15
Heru Widodo, Hukum Acara Sengketa Pemilukada Dinamika Di Mahkamah Konstitusi, KonPres,
Jakarta, 2018, hlm. 304
10
Salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memeriksa,
pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pemilukada) yang
sebelumnya disebut pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada)
Tahun 2007 adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil
sibuk oleh masalah konstitusional yang bersifat hilir, yaitu mengadili sengketa
konkret. Sebagian besar pelanggaran administrasi dan pidana yang terjadi dalam
Konstitusi dapat memutuskan “segala hal” yang berkait dengan pemilihan tetap
11
perselisihan hasil pemilu. 16
dalam pelaksanaan Pemilukada antara lain berupa manipulasi suara, praktik politik
uang (membayar pemilih/membeli suara), intimidasi fisik dan non fisik, politisasi
ada empat bentuk pelanggaran dalam proses Pemilukada yang dapat membatalkan
dalam bentuk seperti ini pada umumnya dilakukan oleh calon petahanan
tersebut, antara lain berupa adanya perintah atasan baik secara terbuka
para camat atau kepala dinas, untuk memenangkan pasangan calon tertentu
16
I D.G. Palguna, Mahkamah Konstitusi: Dasar Pemikiran, Kewenangan, dan Perbandingan
Dengan Negara Lain, KonPress, Jakarta, 2018, hal 207.
17
Hamdan Zoelva, Peran Mahkamah Konstitusi dalam Menegakkan Negara Hukum dan Demokrasi,
dalam Bagir Manan, Negara Hukum yang Berkeadilan Kumpulan Pikiran dalam Rangka
Purnabakti, Pusat Studi Kebijakan Negara Fakultas Hukum Unpad, Bandung, 2011, hlm. 642
Diakses pada 8 januari 2023 pukul 11.00 WIB
12
masif dan mempengaruhi hasil Pemilukada.
Pemilukada terkait syarat calon kepala daerah, yang umumnya terjadi dalam
hasil perolehan suara yang dilakukan oleh salah satu pasangan calon.
13
memasung dan mengesampingkan keadilan substantif (substantive justice).
teknis pencoblosan dan pengitungan yang merugikan kandidat tertentu. Oleh karena
sangat merugikan kandidat yang lain dan menghormati hak pilih dari pemilih,
pelanggaran terhadap konstitusi khususnya Pasal 22E ayat (1) ayat (4) UUD 1945
yang mengharuskan Pemilu dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil. 19
cara penafsiran ekstensif. Dalam hal ini, sebagai pengawal demokrasi, Mahkamah
18
Hamdan Zoelva, Loc.Cit
19
Ibid.
14
tidak melanggar prinsip konstitusi, yaitu pemilu yang ‘luber’ dan ‘jurdil’. Namun
banyak hambatan. Hal itu disebabkan, karena tingkat kesadaran hukum dan kultur
politik yang belum mendukung dengan baik. Namun, pilihan untuk menempuh
politik.
merupakan sengketa yang sensitif dan menyangkut keterlibatan publik yang luas,
sebagai prinsip demokrasi yang menjadi satu-satunya aturan yang ditaati dan tidak
20
Ibid, hlm.393
15
demokrasi. 21
perkara, pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebanyak 230 perkara dan 132
105 perkara, dan pada tahun 2013 sebanyak 192 perkara telah diselesaikan oleh
MK. Sedangkan pada tahun 2014, perkara Pemilukada yang ditangani Mahkamah
diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi sejumlah 152 dan untuk tahun 2017
serentak bersifat final dan mengikat sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno
21
Ibid, hlm.394
22
Reki Wahyudi, Op.Cit, hlm. 87
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
meliputi: 23
23
Ibid, hlm.392
17
b. Panitia Pengawas Pemilu selaku pengawas yang diberi wewenang
c. jajaran kepolisian,
d. kejaksaan, dan
Pemilukada, serta
diatur dalam Undang–Undang Dasar Negara 1945 Pasal 24C ayat (1) dan
ayat (2), serta diatur dalam Undang–undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitusi Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2). Hal tersebut berarti
18
manipulasi suara, praktik politik uang (membayar pemilih/membeli suara),
Pemilukada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini ada saran yang akan di sampaikan penulis yaitu
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber baik
belajar untuk mata kuliah Hukum Pemilu maupun sebagai bacaan yang dapat
dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini demi kesempurnaan
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi
Aksara, Jakarta, 2008,
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Sumber Lain