Anda di halaman 1dari 6

J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat p-ISSN: 2355-0643, e-ISSN: 2355-0988

(The Indonesian Journal of Public Health) Vol. X, No. X, April, 2021


Available at http://jurnal.utu.ac.id/jkesmas Open Access TYPE OF ARTICLE

Literatur Review: Potensi Ikan Kembung Sebagai Penyembuh Luka


(Literature Review: Potency of Chub Mackerel As a Wound Healer)
1
Farah Amira Abidin, 1Febri Nabila Sari, 1Zahara Dhiya’ul Haq Sibarani, 2Sudana Fatahillah Pasaribu

1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara

2
Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia
Corresponding author: Farah Amira Abidin, e-mail: farahhamiraa@gmail.com

Abstrak
Luka dapat terjadi akibat putusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan pada tubuh. Untuk mempercepat
proses penyembuhan luka dibutuhkan asupan makan yang tinggi protein. Ikan kembung adalah salah satu ikan yang
mudah ditemukan di pasar yang mengandung protein yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
ikan kembung dalam penyembuhan luka. Penelitian ini merupakan literatur review dengan metode naratif yang
mengkaji hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan potensi ikan kembung sebagai penyembuh luka. Hasil tinjauan
literatur ditemukan dua artikel yang relevan. Ikan kembung dalam 100g memiliki kandungan protein 21,3 dan omega
3 sebesar 2.6. Kesimpulan penelitian ini adalah ikan kembung memiliki kandungan protein dan omega 3 yang tinggi,
sehingga berpotensi digunakan untuk proses penyembuhan luka.
Kata kunci: ikan kembung, penyembuh luka, protein

Abstract
Wounds can occur due to a break in the continuity of the anatomical structure of the tissues in the body. To
speed up the wound healing process, a high protein diet is needed. Mackerel is one of the fish that is easily found in
the market which is high in protein. This study aims to determine the potential of mackerel in wound healing. This
research is a literature review with a narrative method that examines the results of previous studies related to the
potential of mackerel as a wound healer. The results of the literature review found two relevant articles. Mackerel in
100g has a protein content of 21.3 and omega 3 of 2.6. The conclusion of this study is mackerel has a high protein and
omega 3 content, so it has the potential to be used for the wound healing process.
Keyword: mackerel, wound healer, protein
J-Kesmas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat p-ISSN: 2355-0643, e-ISSN: 2355-0988
(The Indonesian Journal of Public Health) Vol. X, No. X, April, 2021
Available at http://jurnal.utu.ac.id/jkesmas Open Access TYPE OF ARTICLE

Pendahuluan:
Luka adalah hilangnya kontinuitas jaringan epitel, merusak fungsi kulit tanpa merusak jaringan lain seperti
tulang, otot, dan saraf. (Ryan, 2014). Dalam tubuh, ada respon terhadap luka yaitu proses penyembuhan luka.
Penyembuhan luka diperlukan sebagai sebuah tindakan dalam mengatasi luka sebagai upaya atau tindakan untuk
mencegah luka lanjutan yang kemungkinan dapat dialami. Maka dari itu, dapat dikatakan penyembuhan luka penting
dan perlu dilakukan sebagai bentuk pertolongan terhadap luka. Dalam penyembuhan luka biasanya terdapat empat
tahap atau fase, yang pada masing-masing fase memiliki proses biologis dan peranan sel yang berbeda (Prabowo,
2017).
Kebutuhan terpenting yang perlu dipenuhi oleh pasien dengan luka pasca pembedahan adalah gizi yang baik
dan sistem imun untuk penyembuhan luka (Widyasari, 2013). Zat gizi yang dibutuhkan dalam penyembuhan luka
adalah protein. Protein dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak atau mati. Sumber protein
didapatkan dari protein hewani (telur, daging, susu, udang, kerang, keju) dan protein nabati (banyak terkandung
dalam tahu, tempe, dan kacang-kacangan).
Ikan kembung (rastrelliger kanagurta) adalah jenis ikan laut yang termasuk dalam golongan Rastrelliger.
Ikan ini masih sejenis dengan ikan tenggiri, ikan tongkol, tuna, dan mackerel. Ikan ini memiliki bentuk badan yang
ramping memanjang, pipih agak tinggi, sisi dorsal yang gelap, dan memiliki bintik-bintik gelap yang membujur di
ujung sirip punggung. Ikan kembung banyak ditemukan di perairan laut Indonesia produksi ikan kembung terbesar
pada tahun 2013 adalah Makasar. Dimana hasil produksinya lebih besar dibandingkan ikan cakalang dan tongkol
(Arsyad, 2017).
Ikan kembung memilik gizi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Gizi menjadi elemen paling
penting yang dibutuhkan tubuh dalam proses penyembuhan luka. Dengan asupan gizi yang baik dapat menurunkan
hehidrasi pada luka, dan mencegah kerentanan terhadap infeksi. Dalam 100g ikan kembung sendiri terdapat 21,3
gram protein dan memiliki kandungan omega 3 sebesar 2,6 gram (Ayun, 2017).
Faktanya, masih banyak orang yang masih menghindari makanan tinggi protein, khususnya protein hewani
dengan alasan berbau amis (Prabowo, 2017). Tanpa asupan makan yang berprotein tinggi akan memperlambat
proses penyembuhan luka. Hal ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widyasari, 2013), yang
membuktikan masih banyak pasien (ibu pasca operasi caesar) yang masih kurang dalam mengkonsumsi protein dari
kebutuhan tubuh dikarenakan pantangan makanan telah menjadi tradisi turun temurun (Widyasari, 2013).
Protein memiliki peran dalam proses penyembuhan luka melalui sintesis RNA, DNA, kolagen, pembentukan
jaringan elastis, fungsi sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan epidermis, dan keratinisasi. Maka dari itu, penting untuk
mengkonsumsi makanan berprotein seperti ikan kembung untung meningkatkan proses penyembuhan luka (Wang et
al., 2022).
Penelitian yang mengkaji tentang penggunaan kembung sebagai penyembuhan luka masih terbatas. Sehingga
perlu dilakukan kajian yang membahas tentang potensi dari ikan kembung sebagai penyembuh luka. Tujuan
dilakukannya kajian ini adalah untuk menggali dan memastikan mengenai kebenaran potensi ikan kembung dalam
upaya untuk penyembuhan luka.
Metode:
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan literature review yaitu suatu metode sistematis penelitian yang
dilakukan untuk mengidentifikasi terhadap karya-karya penelitian yang sudah dihasilkan oleh orang lain, atau
penelitian terdahulu. Pengumpulan data dilakukan dari beberapa macam sumber seperti jurnal nasional maupun
internasional dengan menggunakan tiga database (google scholar, garuda, onesearch) yang berhubungan dengan
ikan kembung sebagai penyembuh luka.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah artikel jurnal yang dipublikasikan dari tahun 2017-2022 atau maksimal
10 tahun terakhir dengan kata kunci “ikan kembung, penyembuhan luka”. Pencarian dimulai dengan melakukan
screening melalui judul dan abstrak yang ada untuk melihat relevansi dengan topik kemudian diseleksi kembali
dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi :
- Original artikel
- Penelitian dan publikasi yang dilaksanakan 10 tahun terakhir
- Memuat informasi tentang potensi ikan kembung sebagai penyembuh luka
- Fulltext
Kriteria Eksklusi :
- Hasil penelitian berupa laporan/kesimpulan seminar, catatan/rekaman dari hasil diskusi ilmiah.
- Tidak fulltext

Flow diagram dari pencarian dan proses seleksi literatur digambarkan pada Gambar 1.

Literatur discreening
melalui judul

Artikel full text, dikaji


kesesuaian isi dengan
tema penelitian
melalui abstrak

Kriteria Inklusi:
Pemilihan literatur
- Original artikel
yang memenuhi - Full text
kriteria inklusi - Memuat informasi tentang potensi ikan kembung
sebagai penyembuh luka
- Dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir

Gambar 1. Diagram alir pemilihan literatur


Hasil
Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil kajian tentang potensi ikan kembung dalam penyembuhan luka.
Referensi Judul Metode Hasil
(Utami & Metty, 2018) Khasiat Ekstrak Gel Ikan Haruan Jenis studi: Eksperimen Ekstrak gel ukan haruan
dan Ekstrak Gel Ikan Kembung Sampel: Tikus putih dalam penyembuhan
dalam Penyembuhan Luka Pasca Perlakuan: ekstrak gel luka setelah pencabutan
Pencabutan Gigi Tikus Putih. ikan haruan dan ekstrak gigi efektif dalam
gel ikan kembung. penyembuhan luka di
Lama perlakuan: 10 hari hari ke-5.
Kelompok: Kelompok Ekstrak gel ikan
sampel dan perlakuan. kembung dalam
penyembuhan luka
setelah pencabutan gigi
efektif dalam
penyembuhan luka di
hari ke-4 dan luka sudah
kering.
(Prabowo, 2017) Pengaruh Fase Minyak Omega 3 Jenis Penelitian: Omega 3 pada ikan
Ikan Kembung (Rastreliger Eksperimental kembung memiliki
Kanagurata) Terhadap Jumlah Sampel: Tikus wistar pengaruh terhadap
Makrofag Pasca Pencabutan Gigi jantan jumlah magrofag Karen
Pada Tikus Wistar Jantan. Perlakuan: Pengaruh terdapat jumlah
fase minyak omega 3 magrofag antara
ikan kembung dan kelompok control dan
perbedaan jumlah kelompok perlakuan.
makrofag.
Lama perlakuan: 7 hari
Kelompok: Kelompok
kontrol dan perlakuan.

Pembahasan:
Luka di tubuh biasanya terjadi karena adanya benturan karena terjatuh yang mengakibatkan putusnya
kontinuitas struktur anatomi jaringan pada tubuh. Luka bisa menjadi infeksi apa bila tidak rutin dibersihkan sehingga
adanya pengedapan mikroorganisme dari luar (Alsen & Sihombing, 2014).
Protein dibagi menjadi dua bentuk yang diserap melalui saluran usus: asam amino dan oligopeptide. Saat
protein memasuki saluran usus, pertama-tama metabolisme menjadi asam amino dan oligopeptide dan kemudian
diasimilasi dalam bentuk asam amino atau oligopeptide. Studi mengatakan bahwa penyerapan total pada nitrogen
amino lebih besar selama perfusi larutan yang mengandung hidrolisat enzimatik protein (terutama terdiri dari peptide
dengan 2-6 residu asam amino) dibandingkan selama perfusi usus dari campuran asam amino bebas yang sesuai
dengan komposisi asam amino yang identik. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi tiga fase: peradangan,
proliferasi, dan renovasi. Reaksi dan interaksi yang diatur antara sel dan bahan kimia terjadi dalam setiap fase. Selain
itu, fase-fasenya tumpang tindih secara signifikan. Namun, peristiwa spesifik terjadi di setiap fase. Ciri-ciri utama
dari fase hemostasis dan peradangan adalah kemotaksis, aktivasi-vasodilatasi, pelepasan sitokin, dan pengumpulan
sel inflamasi. Selama fase proliferasi, epitelisasi, angiogenesis, dan pembentukan matriks sementara terjadi. Fitur
utama dari fase renovasi adalah pengendapan kolagen dalam jaringan yang terorganisir (Wang et al., 2022).
Selain kandungan protein yang cukup tinggi, ikan kembung dalam 100g memiliki kandungan omega 3
sebesar 2,6 gram, omega 6 sebesar 3 gram, mineral sebesar 1,9 mg, dan vitamin sebesar 7,2 mcg yang mendukung
gizi dalam proses penyembuhan luka serta dapat merangsang proses pembelahan sel baru (Febri, 2015).
Omega 3 pada ikan kembung sebesar 2,6 gram dapat diekstraksi menjadi albumin. Albumin dapat membantu
dalam penyembuhan luka. Selain itu, albumin dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan sel-sel dalam tubuh.
Proses produksi albumin dari darah manusia sangat sulit sehingga harga albumin serum menjadi tinggi. Menurut
(Saragi et al., 2021) albumin merupakan protein penting dan berguna untuk proses penyembuhan pada. Proses
penyembuhan luka sangat kompleks untuk mencapai homeostasis dan integrasi pada (Afiyah & Medawati, 2015).
Studi yang dilakukan oleh (Utami & Metty, 2018) menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak gel ikan
kembung secara bertahap dan perlahan dapat menyembuhkan luka saat pencabutan gigi. Namun, bila ekstrak gel
ikan kembung bengkak digunakan selama 10 hari, luka melebar, dan pelebaran luka dapat terjadi sebagai proses
penyembuhan luka, kemudian gigi tumbuh. Hal ini dikarenakan kandungan gizi pada iken kembung yaitu fosfor
yang menyebabkan pertumbuhan lebih cepat. Ikan kembung memilik zat gizi yang baik karena mengandung sumber
protein, kalsium, dan fosfor (Maratusholikhah & Setyo, 2020). Ikan kembung juga mengandung vitamin B12 dan
asam folat yang berguna untuk membentuk sel baru an pertumbuhan jaringan pada (Heru et al., 2012).
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Sulastri, 2011) menunjukkan terdapat hubungan antara
kesembuhan luka dengan kadar hemoglobin yang normal. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Wahyu & Desi,
2014), bahwa seseorang yang mempunyai kadar hemoglobin yang rendah, dapat mempunyai kemungkinan untuk
mengalami durasi penyembuhan luka yang lama. Kemudian berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Maratusholikhah & Setyo, 2020), bahwa pemberian nugget ikan kembung dapat meningkatkan kadar hemoglobin
menjadi normal pada pasien dengan anemia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi nugget berbahan dasar
ikan kembung dapat meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal, karena terdapat zat gizi seperti protein dan
omega 3 yang cukup tinggi. Jika kadar hemoglobin normal, maka dapat membantu dalam penyembuhan luka.
Orang yang memiliki luka sangat membutuhkan asupan gizi yang cukup, salah satunya dengan mengonsumsi
ikan. Banyak jenis ikan yang memiliki protein tinggi yaitu ikan kembung. Ikan kembung mengandung protein yang
tinggi dan 90% asam amino yang terdiri dari asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino non-esensial pada
ikan kembung berfungsi dalam mempercepat proses penyembuhan luka seperti glisin dan leusin (Marpaung, 2021).
Penelitian tentang ikan kembung ini tidak banyak diteliti oleh peneliti lain sebelumnya, dikarenakan belum banyak
orang yang mengetahui ikan kembung memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan mampu menyembuhkan
luka. Namun dari kajian ini dapat diketahui bahwa kandungan gizi seperti protein, albumin, omega 3, omega 6, dan
mineral yang terdapat pada ikan kembung memiliki potensi untuk digunakan dalam penyembuhan luka.
Kesimpulan:
Bedasarkan hasil kajian literature review ini ditemukan dua artikel relevan. Kemudian kajian ini juga
mebuktikan bahwa ikan kembung memiliki kandungan protein, asam amino, albumin, omega 3, omega 6, dan
mineral yang tinggi sehingga memiliki potensi untuk digunakan dalam proses penyembuhan luka.

Ucapan Terima Kasih


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang telah kami buat. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai