Anda di halaman 1dari 11

• Albert Bandura : Teori Kognitif Sosial

• Oleh : Juliarni Siregar, M. Psi, Psikolog


• Teori Kognitif Sosial,
• Biografi Albert Bandura
• Bagian 1
• Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
• Lahir di Mundare, Provinsi Alberta, Kanada, 4 Desember 1925.
• Anak ke-6 (bungsu), dengan 5 orang saudara perempuan
• Ayah : petani gandum keturunan Polandia
• Ibu : berasal dari Ukraina
• Gambaran Interaksi Keluarga dan Latar Belakang Sekolah
• Mendapat dukungan dari kakak-kakak perempuannya untuk menjadi pribadi yang mandiri
dan percaya diri.
• Belajar mengarahkan diri sejak usia sekolah, karena sekolahnya hanya memiliki sedikit
guru dan fasilitas
• Memiliki inisiatif untuk belajar mandiri
• Setelah tamat SMA  bekerja di perusahaan kereta api Alaska dan banyak berinteraksi
dengan pekerja kasar dengan segala permasalahannya  mengapresiasi secara mendalam
terhadap psikopatologi hidup sehari-hari.
• Riwayat Pendidikan di Perguruan Tinggi
• Masuk di Universitas British Columbia tahun 1946-1949 pada Jurusan Psikolog
– Keputusan menjadi psikolog klinis dianggap Bandura sebagai peristiwa kebetulan 
kejadian tak terduga yang memberi pengaruh penting
– Awalnya ia ingin mendaftar di jurusan teknik.
– Namun, setelah selesai mendaftar di jurusan teknik, ia berjalanan-jalan keliling
kampus dan mencoba mengikuti perkuliahan di salah satu kelas yang temanya
tentang psikologi dan ia merasa nyaman.
– Bandura mengubah aplikasi lamarannya ke fakultas psikologi
• Riwayat Pendidikan di Perguruan Tinggi
• S2 di bidang Psikologi Klinis yang memiliki dasar teori belajar yang kuat di University of
Lowa, Amerika Serikat
• Meraih gelar MA tahun 1951
• Meraih gelar Ph. D di bidang psikologi klinis tahun 1952.
• Menikah dengan Virginia varns yang mengajar di sekolah perawat dan memiliki 2 putri
yaitu Mary dan Carol
• 1953 bekerja di Stanford University
• Publikasi Ilmiah dan Buku yang Paling Berpengaruh
Publikasi Ilmiah :
• Mengenai Psikoterapi dan Tes Rorschach
• Adolescent Aggression (1959)

Buku yang paling berpengaruh :


• Social Learning Theory (1977)
• Social Foundation of Thought & Action (1986)
• Self Efficacy : The exercise of Control (1997)
• Karir
• Presiden American Psychological Association (APA) (1974)
• Presiden Western Psychological Association (WPA) (1980)
• Presiden kehormatan Canadian Psychological Association (CPA) (1999)

• Bandura juga menerima berbagai gelar kehormatan


• Asumsi 1
manusia bersifat fleksibel : Mampu mempelajari berbagai sikap dan perilaku
• Bagian 2
• Manusia belajar melalui :
• Pembelajaran dengan mengamati (Observational Learning)
• Dengan mengamati, manusia belajar meskipun tanpa berbuat/bertindak.
• Berbeda dengan Skinner, menurut Bandura :
– Dasar ilmu psikologi bukanlah enactive behavior
– Penguatan bukan esensi/syarat utama pembelajaran
– Pembelajaran yang utama adalah mengamati model-model yang terus diperkuat
– Pembelajaran dengan mengamati lebih efisien dari pada belajar dengan mengalami
langsung
– Dengan mengamati, manusia mengetahui respons mana yang diikuti oleh
hukuman / penguat
• Pemodelan / Modelling
• Inti dari observational learning adalah pemodelan / modelling
• Pemodelan tidak hanya meniru, tetapi melibatkan proses kognitif
• Faktor-faktor yang menentukan apakah seseorang belajar dari model atau tidak, yaitu:
– Karakteristik model (manusia menyukai model yang statusnya lebih tinggi, lebih
kompeten & lebih kuat secara pribadi
– Konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan
• Proses dalam pembelajaran dengan mengamati :
• Perhatian dapat terjadi jika :
• Ada kesempatan bagi individu untuk mengamati
• Model yang lebih atraktif lebih banyak diamati
• Hakikat perilaku : Perilaku yang bernilai bagi diri cenderung diamati
• Representasi
• Agar pengamatan membawa kita pada pola respon-respon yang baru, pola tersebut harus
direpresentasikan secara simbolis dalam memori (tidak harus secara verbal, bisa dalam
bentuk khayalan)
• Namun, kode verbal lebih mempercepat proses pembelajaran dengan mengamati
Contoh : mengatakan pada diri sendiri berulangkali bagaimana mewujudkan perilaku (self
talk)
• Merupakan proses kognitif  menanyakan pada diri sendiri tentang perilaku model dan
bagaimana menerapkannya pada diri sendiri
• Motivasi
• Diperlukan motivasi untuk memproduksi perilaku
• Tergantung pada kebutuhan seseorang untuk melakukan perilaku
• Produksi Perilaku
• Memberi perhatian pada model  membuat simbolisasi / representasi  Motivasi 
Perilaku dihasilkan
• Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
• Setiap respon yang dibuat selalu diikuti konsekuensi (memuaskan / tidak memuaskan)
• Perilaku kompleks terjadi ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi dari
perilaku tersebut
• Fungsi konsekuensi dar respon :
– Menginformasikan efek tindakan, sehingga dapat menuntun tindakan di masa
depan
– Memotivasi perilaku antisipatif karena manusia memiliki kemampuan memprediksi
– Memperkuat perilaku (sejalan dengan Skinner), namun menurut Bandura,
penguatan tidak terjadi secara otomatis, tapi ada campur tangan kognitif
• Penyebab resiprok triadik
• Bagian 3
• Penyebab Resiprok Triadik
• Manusia dapat mengendalikan kejadian untuk membentuk arah hidup mereka.
• Pengendalian ini berada dalam interaksi 3 dimensi yaitu Kepribadian (K), Perilaku (P) dan
Lingkungan (L)
• Bandura mengkritik pendapat yang menyatakan bahwa perilaku disebabkan oleh daya-
daya internal , seperti insting, dorongan, kebutuhan, intensi, dsb.
• Model Resiprok Triadik

• Kepribadian (K) : Kognisi dan proses neurofisiologisnya, seperti memori, antisipasi, gender,
posisi sosial, perencanaan, daya tarik fisik
• Perilaku (P) : Pengalaman terdahulu dengan penguatan
• Lingkungan (L) : termasuk hubungan antar pribadi dan kondisi sosial ekonomi
• Pertemuan secara kebetulan / kejadian tak terduga
• Pertemuan tak terduga hanya memberi pengaruh pada diri kita jika kita memasuki
penyebab kausal triadik dari titik L, lalu menambahkan padanya interaksi mutualistik
antara K, P, L :
• Pertemuan kebetulan mempengaruhi manusia dengan cara yang sama seperti kejadian
terencana.
• Pertemuan tak terduga :
– Disikapi berdasarkan keyakinan, ketertarikan (Kepribadian)
– Mempertimbangkan reaksi orang lain (Lingkungan)
• Keagenan manusia
• Bagian 4

• Manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya


• Keagenan merupakan esensi kemanusiaan
• Bandura yakin bahwa manusia :
– sanggup mengatur dirinya sendiri
– Proaktif
– Reflektif
– Mengorganisasikan diri
– Memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi
menghasilkan konsekuensi yang diinginkan

• Keagenan manusia bukan berarti manusia memiliki otonomi mutlak sebagai agen, bukan
pula memiliki entitas pasif (hanya ditentukan oleh lingkungan)
• Keagenan manusia merupakan proses dinamis eksplorasi, manipulasi, mempengaruhi
lingkungan agar mengeluarkan hasil yang diinginkan
• Ciri utama keagenan manusia :
• Intensionalitas
– Tindakan dilakukan dengan intensi tertentu (bukan hanya perencanaan, tapi juga
tindakan)
– Manusia akan terus mengubah rencana ketika sadar akan konsekuensi tindakannya
• Prediksi
– Prediksi membebaskan manusia dari batasan lingkungan
• Reaksi diri
– Manusia tidak hanya mampu merencanakan dan memprediksi, tapi juga sanggup
memberi reaksi diri dalam proses motivasi dan regulasi tindakan-tindakannya
(memonitor kemajuan tindakannya)
• Refleksi diri
– Manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri
– Manusia dapat memikirkan, dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna dan
tujuan hidupnya
– Sanggup memikirkan ketepatan pemikiran
– Mampu mengevaluasi tindakan oranglain pada dirinya

• Mekanisme paling krusial dari refleksi diri adalah : kepercayaan diri yaitu yakin bahwa
mereka sanggup melakukan tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
• Fondasi keagenan manusia
• Self Efficacy
• Keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran
pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungan
• Keyakinan manusia terhadap self efficacy mereka akan mempengaruhi :
– Arah tindakan yang dipilih dan diupayakan
– Seberapa banyak upaya yang ditanamkan
– Seberapa lama bertahan di tengah badai dan kegagalan
– Seberap besar keinginan untuk bangkit
• Self efficacy bukan satu-satunya penentu tindakan, tapi harus berkombinasi dengan
lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel kepribadian lainnya yaitu khususnya
ekspektasi terhadap hasil
• Self efficacy berbeda dengan ekspektasi diri
• Self efficacy tidak mengacu pada penilaian kemampuan motorik dasar, seperti berjalan
• Self efficacy tidak berarti kita melakukan tindakan tanpa kecemasan, tekanan atau rasa
takut
• Self efficacy tidak sama dengan aspirasi
• Self efficacy tidak seumum self esteem dan self confidence
• Seseorang bisa memiliki self efficacy tinggi di satu situasi tapi tidak di situasi lain. Hal ini
tergantung pada :
– Kompetensi yang diminta
– Hadir tidaknya oranglain
– Tingkat persaingan
– Predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan
– Kondisi fisiologis, seperti lelah
• Self Efficacy vs lingkungan reponsif / tidak responsif
• Self efficacy tinggi + lingkungan responsif  sukses
• Self efficacy rendah + lingkungan responsif  depresi saat melihat oranglain berhasil
menyelesaikan tugas sulit
• Self efficacy tinggi + lingkungan tidak responsif  manusia berusaha keras mengubah
lingkungan, jika gagal menyerah / mencari alternatif lain
• Self efficacy rendah + lingkungan yang tidak responsif  apatis, mudah menyerah, merasa
tak berdaya
• Yang membentuk Self efficacy
• Kesuksesan kinerja akan membangkitkan Self efficacy dalam menghadapi tugas yang sulit
• Kesuksesan mengerjakan tugas secara individual lebih membangkitkan Self efficacy
ketimbang kesuksesan membantu oranglain (pencapaian tim tidak meningkatkan efficacy
pribadi
• Kegagalan menurunkan Self efficacy , terutama jika menyadari telah melakukan yang
terbaik
• Kegagalan di bawah kondisi emosi yang tinggi Self efficacy nya tidak selemah kegagalan di
bawah kondisi maksimal
• Kegagalan sebelum memperoleh pengalaman tentang penguasaan lebih merusak self
efficacy nya dari pada kegagalan sesudah memperolehnya
• Kegagalan pekerja berefek kecil bagi Self efficacy, khususnya bagi yang tidak memiliki
ekspektansi kesuksesan.
• Pemodelan Sosial
• Self efficacy meningkat ketika manusia mengamati kesuksesan oranglain yang
kompetensinya setara
• Jika tidak setara, maka efeknya kecil
• Persuasi Sosial
• Persuasi sosial dapat menguatkan / melemahkan Self efficacy
• Persuasi sosial efektif jika :
– Orang percaya pada pembicaraan orang mempersuasi
– Persuasi sosial diperkuat jika diulang-ulang
• Kondisi Fisik dan Emosi
• Emosi yang kuat dapat menurunkan performa
• Stres / cemas / takut yang tinggi menurunkan Self efficacy.
• Tindak perwakilan (Proxy Agency)
• Perwakilan = pengendalian tidak langsung kondisi-kondisi sosial yang mempengaruhi
hidup sehari-hari.
• Manusia tidak berdaya jika hanya mengandalkan pencapaian pribadi untuk mengatur
hidup mereka
• Misal : Tidak semua orang bisa memperbaiki AC, mobil, dsb sehingga membutuhkan
tindak perwakilan yaitu mengandalkan orang yang ahli.
• Namun, jika terlalu banyak mengandalkan kompetensi dan kekuatan orang lain, maka
dapat melemahkan self efficacy pribadi dan efikasi kolektif mereka.
• Collective Efficacy
• Yaitu keyakinan bersama manusia terhadap kekuatan kolektif mereka untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan.
• Ada 2 teknik mengukur collective Eficacy yaitu:
– Mengkombinasi evaluasi individual anggota terhadap kemampuan pribadi masing-
masing untuk melakukan tindakan yang menguntungkan kelompok
– Mengukur keyakinan setiap pribadi terhadap kemampuan kelompok untuk
memunculkan hasil yang berbeda
• Collective efficacy tidak muncul dari pikiran kolektif, tetapi dari kemampuan untuk
mempengaruhi hasil yang diharapkan secara personal terhadap indiidu-individu yang
bekerjasama dengannya
• Collective Efficacy
• Collective efficacy tergantung pada :
– Pengentahuan dan kemampuan anggotanya
– Keyakinan anggota bahwa mereka dapat bekerjasama secara koordinatif dan
interaktif
– Budaya
• Faktor-faktor yang menentukan collective efficacy :
– Lingkungan yang terus berubah (polusi, penebangan hutan memberi rasa tak
berdaya pada individu)
– Teknologi terbaru yang tak terpahami menyebabkan collective efficacy menjadi
rendah
– Adanya pendukung birokrasi yang mencegah perubahan sosial sehingga collective
efficay menjadi rendah
• Pengaturan diri

• Strategi mengatur diri


• Strategi Reaktif : secara reaktif mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan
• Proaktif : setelah pertentangan hilang, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru
yang lebih tinggi.

Manusia menciptakan kondisi ketidakseimbangan untuk memobilisasi kemampuan dan upaya


berdasarkan estimasi antisipatoris mereka untuk mencapai tujuan
• Proses membentuk pengaturan diri
• Faktor eksternal
– Menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri
– Menyediakan cara-cara penguatan
• Faktor internal

• Ada 3 syarat internal untuk melatih pengaturan diri :


– Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan (performa yang bertahan
adalah yang sesuai dengan konsep diri)
– Proses penilaian (judgemental process)  membantu meregulasi perilaku melalui
proses mediasi kognitif
Proses penilaian tergantung pada :
- standar pribadi (menilai performa tanpa harus membandingkan dengan oranglain)
- standar acuan (membandingkan nilai tesnya dengan nilai tes teman sekelas)
- keseluruhan nilai yang kita tetapkan bagi sebuah aktivitas, misal : jika kita
meletakkan nilai tinggi pada dunia , maka kita yakin bahwa kesuksesan kita akan
datang dari bisnis
-cara kita menilai penyebab perilaku demi penyempurnaan performa (yakin bahwa
sukses karena usaha yang dilakukan, maka kita akan bangga pada pencapaiaan
apaapun dan cenderung bekerja lebih keras
– Reaksi diri
respon positif atau negatif tergantung pada bagaimana perilaku tersebut diukur dan
apa standar pribadinya
• Hipotesis Bandura
• “Manusia bekerja hanya untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari
penghukuman menurut standar yang dibuatnya sendiri”
• Pengaturan diri melakukan tindakan moral

• Menurut bandura, tindakan moral terdiri dari 2 aspek :


– Tidak boleh melukai oranglain
– Proaktif membantu manusia
• Pengaturan diri tidak bersifat otomatis.
• Pengaturan diri baru bisa berjalan jika :
– Diaktifkan (aktivasi selektif)
– Pemisahan kontrol internal
• Mengapa manusia meributkan nilai dan martabat dengan cara-cara yang tidak
manusiawi ?
• Manusia tidak terbiasa terlibat dalm sikap yang berpotensi keliru, sampai suatu saat
menjustifikasi/meredefinisi diri sendiri dari moralitasnya (meredefinisi/merekonstruksi
hakikat perilakunya dengan teknik yang sahih secara moral)
• Dengan menjustifikasi moralitas tindakannya sendiri, manusia dapat memisahkan atau
melepaskan diri dari konsekuensi perilakunya
• Manusia dapat membebaskan diri dari tanggungjawab atas perilakunya, minimal dengan 3
teknik :
• Justifikasi moral : perilaku yang keliru dibuat seperti upaya pembelaan diri, bahkan
terhormat
• Meredefenisi perilaku yang keliru : membuat pembandingan oportunistik /
menguntungkan diri sendiri atas perilakunya yang keliru dengan perilaku orang lain
yang lebih jahat
• Pelabelan eufemistik
• Tidak menghargai / mendistorsi konsekuensi perilaku
• Untuk menghindari tanggungjawab, manusia memburamkan / mendistorsi kaitan antara
perilaku dan konsekuensi yang merusak
• Ada 3 teknik yang digunakan :
– Meminimalkan konsekuensi perilaku mereka
– Sengaja tidak menghargai / mengabaikan konsekuensi tindakannya dengan alasan
tidak melihat langsung efek-efek berbahaya perilaku tersebut
• Pendehumanisasian / mempersalahkan korban
• Manusia memburamkan tanggungjawab tindakananya dengan mendehumanisasikan
korban, bahkan mengkambinghitamkannya
• Misal :
– Melihat musuh sebagai submanusia sehingga tidak merasa bersalah membunuhnya
– Menyalahkan korban perkosaan karena berpakaian terlalu mencolok
• Memindahkan / menyebarkan tanggungjawab
• Meletakkan tanggungjawab pada sumber luar
Contoh : pekerja menuduh bosnya bertanggungjawab bagi ketidakefisienan kerjanya
• Menyebarkan tanggungjawab  menyebarkan tanggungjawab setipis mungkin sehingga
tidak seorangpun bertanggungjawab atas sesuatu
Contoh : pejabat memecah-mecah tanggungjawab pada seluruh birokrasi dengan dalih
sudah menjadi kebiasaan sejak dulu
• Perilaku yang disfungsional

• Perilaku disfungsional
• Depresi
Standar pribadi + tujuan yang tinggi  pencapaian kepuasan
Tujuan terlalu tinggi  gagal  depresi
Orang depresi mengalami disfungsi dalam salahsatu sub fungsi pengaturan diri :
- Observasi diri  keliru menilai performa mereka / mendistorsi memori tentang
pencapaian di masa lalu / melebih-ebihkan kekeliruan masa lalu.
- mudah membuat penilai yang keliru  hanya menilai diri sangat rendah, mengecam diri
sangat buruk
• Perilaku disfungsional
• Fobia
Fobia dipelajari melalui :
– Kontak langsung
– Generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati
Fobia dipertahankan melalui :
– Penguat negatif  menghindari objek yang ditakuti
– Interaksi mutual antara ekspektasi seseorang (misal : keyakinan akan diserang),
lingkungan eksternal (misal : taman kota), dan faktor perilaku (pengalaman
sebelumnya terhadap rasa takut)

• Perilaku disfungsional
• Agresi
Perilaku agresif terbentuk dari :
– mengobservasi oranglain
– Pengalaman langsung dengan penguat positif dan negatif
– Pelatihan atau instruksi
– Keyakinan yang ganjil
Perilaku agresif bertahan karena 5 alasan :
– Menikmati tindakan melukai korban (penguat positif)
– Menghindari / menentang konsekuensi terbalik dari agresi oranglain (penguat
negatif)
– Menerima siksaan karena tidak bersikap agresif (hukuman)
– Menghidupkan standar pribadi bagi perilaku berdasarkan perilaku agresif tersebut
(penguatan diri)
– Mengamati oranglain menerima penghargaan karena bertindak agresif / dihukum
karena berperilaku tidak agresif (pertimbangan ganjil)
• Terapi kognitif sosial

• Asumsi psikopatologi
• Perilaku menyimpang dipicu oleh prinsip-prinsip pembelajaran kognitif sosial dan
dipertahankan karena dalam beberapa hal terus memberi tujuan bagi pemiliknya
• Tujuan terapi
• Tujuan utama terapi adalah pengaturan diri
– Menguatkan perubahan perilaku tertentu
– Menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain
– Mempertahankan perubahan dengan mencegah klien jatuh ke perilaku yang sama
• Teknik terapi
• Pemodelan menyolok / terang-terangan
– Klien mengamati model hidup atau difilmkan melakukan aktivitas yang baginya
menakutkan
• Pemodelan tersamar / kognitif
– Terapis melatih pasien memvisualisasikan model melakukan perilaku yang
menakutkannya
– Pemodelan menyolok dan tersamar lebih efektif jika dikombinasikan
• Penguasaan tindakan
– Meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menakutkan
– Bisa dikombinasikan dengan teknik relaksasi dan desensitisasi sistematis
• Teknik terapi
• Teknik-teknik terapi tersebut akan efektif jika digabungkan dengan mediasi kognitif
• Mediasi kognitif dapat meningkatan kemampuan diri untuk mempengaruhi hasil yang
diharapkan (self efficacy meningkat)
• Riset-riset terkait

• Riset-Riset
• Self efficacy dan sifat pemalu
(Gian cappara, Patrizia Steca, Daniel Cervone, Danielle Aristico)
Self efficacy emosional bergerak menuju self efficacy antar pribadi  mempengaruhi
disposisi kepribadian sifat pemalu
Self efficacy emosi positif + interaksi sosial positif  derajat sifat pemalu rendah
Sifat pemalu bukan semata-mata proses tempramental dan biologis, tapi berasal dari
upaya manusia menggunakan kemampuan refleksi dirinya
• Riset-Riset
• Self efficacy, gender dan pencapaian akademik
Riset Nan Zhang Hampton & Emanuel Mason (2003)
Siswa dengan kemampuan belajar rendah memiliki self efficacy yang rendah karena
kekurangan akses ke 4 sumber yaitu pengalaman penguasaan, pemodelan sosial, persuasi
sosial dan kondisi emosi.
Kegagalan berulang-ulang dalam pengalaman penguasaan akademik menyebabkan self
efficacy yang rendah pada siswa yang berkemampuan belajar rendah
• Kritik terhadap bandura

• Bandura mengembangkan teorinya dengan sangat hati-hati


• 2 komponen utama yang membangun teorinya :
– Spekulasi inovatif
– Pengamatan akurat
• Manfaat dari teori Bandura :
– Mampu meningkatkan riset (sangat tinggi)
– Mampu difalsifikasikan
– Mempu mengorganisasikan pengetahuan yang dibutuhkan
– Mampu membimbing para praktisi
– Teorinya konsisten secara internal
– Teorinya efektif / efisien (sederhana dan langsung)
• Kritik
• Perilaku lebih konsisten dari pada yang diklaim teori sosial kognitif
• Peristiwa mental tidak dapat menyebabkan perilaku (kritik dari behavioris radikal)
• Berat sebelah dalam memojokkan teori psikoanalitik
• Apek-aspek penting kepribadian diabaikan
• Teorinya tidak sistematik dan menyeluruh
• Pandangan bandura terhadap manusia

• Lebih optimis
– yakin manusia sanggup mempelajari perilaku baru
– Perilaku disfungsional bisa tetap ada karena self efficacy yang rendah / karena selalu
mendapat penguatan
– Manusia mampu berubah dengan cara imitasi perilaku produktif oranglain dan
dengan menggunakan kemampuan kognitif memecahkan masalah
– Menekankan faktor sosial kognitif dari pada biologis
• Tinggi dalam kebebasan vs determinisme
– yakin bahwa manusia dapat melatih kontrol atas hidup mereka
– Kebebasan merupakan jumlah opsi yang tersedia bagi manusia dimana mereka
berhak melatihnya / tidak
– Ketidakyakinan diri menghambat kebebasan

• Motivasi muncul bukan di masa lalu atau masa depan, tapi masa sekarang / saat ini
• Menekankan determinan pikiran sadar
• Pemilahan faktor biologis dan sosial adalah keliru

Anda mungkin juga menyukai