• Kepribadian (K) : Kognisi dan proses neurofisiologisnya, seperti memori, antisipasi, gender,
posisi sosial, perencanaan, daya tarik fisik
• Perilaku (P) : Pengalaman terdahulu dengan penguatan
• Lingkungan (L) : termasuk hubungan antar pribadi dan kondisi sosial ekonomi
• Pertemuan secara kebetulan / kejadian tak terduga
• Pertemuan tak terduga hanya memberi pengaruh pada diri kita jika kita memasuki
penyebab kausal triadik dari titik L, lalu menambahkan padanya interaksi mutualistik
antara K, P, L :
• Pertemuan kebetulan mempengaruhi manusia dengan cara yang sama seperti kejadian
terencana.
• Pertemuan tak terduga :
– Disikapi berdasarkan keyakinan, ketertarikan (Kepribadian)
– Mempertimbangkan reaksi orang lain (Lingkungan)
• Keagenan manusia
• Bagian 4
• Keagenan manusia bukan berarti manusia memiliki otonomi mutlak sebagai agen, bukan
pula memiliki entitas pasif (hanya ditentukan oleh lingkungan)
• Keagenan manusia merupakan proses dinamis eksplorasi, manipulasi, mempengaruhi
lingkungan agar mengeluarkan hasil yang diinginkan
• Ciri utama keagenan manusia :
• Intensionalitas
– Tindakan dilakukan dengan intensi tertentu (bukan hanya perencanaan, tapi juga
tindakan)
– Manusia akan terus mengubah rencana ketika sadar akan konsekuensi tindakannya
• Prediksi
– Prediksi membebaskan manusia dari batasan lingkungan
• Reaksi diri
– Manusia tidak hanya mampu merencanakan dan memprediksi, tapi juga sanggup
memberi reaksi diri dalam proses motivasi dan regulasi tindakan-tindakannya
(memonitor kemajuan tindakannya)
• Refleksi diri
– Manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri
– Manusia dapat memikirkan, dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna dan
tujuan hidupnya
– Sanggup memikirkan ketepatan pemikiran
– Mampu mengevaluasi tindakan oranglain pada dirinya
• Mekanisme paling krusial dari refleksi diri adalah : kepercayaan diri yaitu yakin bahwa
mereka sanggup melakukan tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
• Fondasi keagenan manusia
• Self Efficacy
• Keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran
pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungan
• Keyakinan manusia terhadap self efficacy mereka akan mempengaruhi :
– Arah tindakan yang dipilih dan diupayakan
– Seberapa banyak upaya yang ditanamkan
– Seberapa lama bertahan di tengah badai dan kegagalan
– Seberap besar keinginan untuk bangkit
• Self efficacy bukan satu-satunya penentu tindakan, tapi harus berkombinasi dengan
lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel kepribadian lainnya yaitu khususnya
ekspektasi terhadap hasil
• Self efficacy berbeda dengan ekspektasi diri
• Self efficacy tidak mengacu pada penilaian kemampuan motorik dasar, seperti berjalan
• Self efficacy tidak berarti kita melakukan tindakan tanpa kecemasan, tekanan atau rasa
takut
• Self efficacy tidak sama dengan aspirasi
• Self efficacy tidak seumum self esteem dan self confidence
• Seseorang bisa memiliki self efficacy tinggi di satu situasi tapi tidak di situasi lain. Hal ini
tergantung pada :
– Kompetensi yang diminta
– Hadir tidaknya oranglain
– Tingkat persaingan
– Predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan
– Kondisi fisiologis, seperti lelah
• Self Efficacy vs lingkungan reponsif / tidak responsif
• Self efficacy tinggi + lingkungan responsif sukses
• Self efficacy rendah + lingkungan responsif depresi saat melihat oranglain berhasil
menyelesaikan tugas sulit
• Self efficacy tinggi + lingkungan tidak responsif manusia berusaha keras mengubah
lingkungan, jika gagal menyerah / mencari alternatif lain
• Self efficacy rendah + lingkungan yang tidak responsif apatis, mudah menyerah, merasa
tak berdaya
• Yang membentuk Self efficacy
• Kesuksesan kinerja akan membangkitkan Self efficacy dalam menghadapi tugas yang sulit
• Kesuksesan mengerjakan tugas secara individual lebih membangkitkan Self efficacy
ketimbang kesuksesan membantu oranglain (pencapaian tim tidak meningkatkan efficacy
pribadi
• Kegagalan menurunkan Self efficacy , terutama jika menyadari telah melakukan yang
terbaik
• Kegagalan di bawah kondisi emosi yang tinggi Self efficacy nya tidak selemah kegagalan di
bawah kondisi maksimal
• Kegagalan sebelum memperoleh pengalaman tentang penguasaan lebih merusak self
efficacy nya dari pada kegagalan sesudah memperolehnya
• Kegagalan pekerja berefek kecil bagi Self efficacy, khususnya bagi yang tidak memiliki
ekspektansi kesuksesan.
• Pemodelan Sosial
• Self efficacy meningkat ketika manusia mengamati kesuksesan oranglain yang
kompetensinya setara
• Jika tidak setara, maka efeknya kecil
• Persuasi Sosial
• Persuasi sosial dapat menguatkan / melemahkan Self efficacy
• Persuasi sosial efektif jika :
– Orang percaya pada pembicaraan orang mempersuasi
– Persuasi sosial diperkuat jika diulang-ulang
• Kondisi Fisik dan Emosi
• Emosi yang kuat dapat menurunkan performa
• Stres / cemas / takut yang tinggi menurunkan Self efficacy.
• Tindak perwakilan (Proxy Agency)
• Perwakilan = pengendalian tidak langsung kondisi-kondisi sosial yang mempengaruhi
hidup sehari-hari.
• Manusia tidak berdaya jika hanya mengandalkan pencapaian pribadi untuk mengatur
hidup mereka
• Misal : Tidak semua orang bisa memperbaiki AC, mobil, dsb sehingga membutuhkan
tindak perwakilan yaitu mengandalkan orang yang ahli.
• Namun, jika terlalu banyak mengandalkan kompetensi dan kekuatan orang lain, maka
dapat melemahkan self efficacy pribadi dan efikasi kolektif mereka.
• Collective Efficacy
• Yaitu keyakinan bersama manusia terhadap kekuatan kolektif mereka untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan.
• Ada 2 teknik mengukur collective Eficacy yaitu:
– Mengkombinasi evaluasi individual anggota terhadap kemampuan pribadi masing-
masing untuk melakukan tindakan yang menguntungkan kelompok
– Mengukur keyakinan setiap pribadi terhadap kemampuan kelompok untuk
memunculkan hasil yang berbeda
• Collective efficacy tidak muncul dari pikiran kolektif, tetapi dari kemampuan untuk
mempengaruhi hasil yang diharapkan secara personal terhadap indiidu-individu yang
bekerjasama dengannya
• Collective Efficacy
• Collective efficacy tergantung pada :
– Pengentahuan dan kemampuan anggotanya
– Keyakinan anggota bahwa mereka dapat bekerjasama secara koordinatif dan
interaktif
– Budaya
• Faktor-faktor yang menentukan collective efficacy :
– Lingkungan yang terus berubah (polusi, penebangan hutan memberi rasa tak
berdaya pada individu)
– Teknologi terbaru yang tak terpahami menyebabkan collective efficacy menjadi
rendah
– Adanya pendukung birokrasi yang mencegah perubahan sosial sehingga collective
efficay menjadi rendah
• Pengaturan diri
• Perilaku disfungsional
• Depresi
Standar pribadi + tujuan yang tinggi pencapaian kepuasan
Tujuan terlalu tinggi gagal depresi
Orang depresi mengalami disfungsi dalam salahsatu sub fungsi pengaturan diri :
- Observasi diri keliru menilai performa mereka / mendistorsi memori tentang
pencapaian di masa lalu / melebih-ebihkan kekeliruan masa lalu.
- mudah membuat penilai yang keliru hanya menilai diri sangat rendah, mengecam diri
sangat buruk
• Perilaku disfungsional
• Fobia
Fobia dipelajari melalui :
– Kontak langsung
– Generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati
Fobia dipertahankan melalui :
– Penguat negatif menghindari objek yang ditakuti
– Interaksi mutual antara ekspektasi seseorang (misal : keyakinan akan diserang),
lingkungan eksternal (misal : taman kota), dan faktor perilaku (pengalaman
sebelumnya terhadap rasa takut)
• Perilaku disfungsional
• Agresi
Perilaku agresif terbentuk dari :
– mengobservasi oranglain
– Pengalaman langsung dengan penguat positif dan negatif
– Pelatihan atau instruksi
– Keyakinan yang ganjil
Perilaku agresif bertahan karena 5 alasan :
– Menikmati tindakan melukai korban (penguat positif)
– Menghindari / menentang konsekuensi terbalik dari agresi oranglain (penguat
negatif)
– Menerima siksaan karena tidak bersikap agresif (hukuman)
– Menghidupkan standar pribadi bagi perilaku berdasarkan perilaku agresif tersebut
(penguatan diri)
– Mengamati oranglain menerima penghargaan karena bertindak agresif / dihukum
karena berperilaku tidak agresif (pertimbangan ganjil)
• Terapi kognitif sosial
• Asumsi psikopatologi
• Perilaku menyimpang dipicu oleh prinsip-prinsip pembelajaran kognitif sosial dan
dipertahankan karena dalam beberapa hal terus memberi tujuan bagi pemiliknya
• Tujuan terapi
• Tujuan utama terapi adalah pengaturan diri
– Menguatkan perubahan perilaku tertentu
– Menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain
– Mempertahankan perubahan dengan mencegah klien jatuh ke perilaku yang sama
• Teknik terapi
• Pemodelan menyolok / terang-terangan
– Klien mengamati model hidup atau difilmkan melakukan aktivitas yang baginya
menakutkan
• Pemodelan tersamar / kognitif
– Terapis melatih pasien memvisualisasikan model melakukan perilaku yang
menakutkannya
– Pemodelan menyolok dan tersamar lebih efektif jika dikombinasikan
• Penguasaan tindakan
– Meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menakutkan
– Bisa dikombinasikan dengan teknik relaksasi dan desensitisasi sistematis
• Teknik terapi
• Teknik-teknik terapi tersebut akan efektif jika digabungkan dengan mediasi kognitif
• Mediasi kognitif dapat meningkatan kemampuan diri untuk mempengaruhi hasil yang
diharapkan (self efficacy meningkat)
• Riset-riset terkait
• Riset-Riset
• Self efficacy dan sifat pemalu
(Gian cappara, Patrizia Steca, Daniel Cervone, Danielle Aristico)
Self efficacy emosional bergerak menuju self efficacy antar pribadi mempengaruhi
disposisi kepribadian sifat pemalu
Self efficacy emosi positif + interaksi sosial positif derajat sifat pemalu rendah
Sifat pemalu bukan semata-mata proses tempramental dan biologis, tapi berasal dari
upaya manusia menggunakan kemampuan refleksi dirinya
• Riset-Riset
• Self efficacy, gender dan pencapaian akademik
Riset Nan Zhang Hampton & Emanuel Mason (2003)
Siswa dengan kemampuan belajar rendah memiliki self efficacy yang rendah karena
kekurangan akses ke 4 sumber yaitu pengalaman penguasaan, pemodelan sosial, persuasi
sosial dan kondisi emosi.
Kegagalan berulang-ulang dalam pengalaman penguasaan akademik menyebabkan self
efficacy yang rendah pada siswa yang berkemampuan belajar rendah
• Kritik terhadap bandura
• Lebih optimis
– yakin manusia sanggup mempelajari perilaku baru
– Perilaku disfungsional bisa tetap ada karena self efficacy yang rendah / karena selalu
mendapat penguatan
– Manusia mampu berubah dengan cara imitasi perilaku produktif oranglain dan
dengan menggunakan kemampuan kognitif memecahkan masalah
– Menekankan faktor sosial kognitif dari pada biologis
• Tinggi dalam kebebasan vs determinisme
– yakin bahwa manusia dapat melatih kontrol atas hidup mereka
– Kebebasan merupakan jumlah opsi yang tersedia bagi manusia dimana mereka
berhak melatihnya / tidak
– Ketidakyakinan diri menghambat kebebasan
• Motivasi muncul bukan di masa lalu atau masa depan, tapi masa sekarang / saat ini
• Menekankan determinan pikiran sadar
• Pemilahan faktor biologis dan sosial adalah keliru