Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing :
Lilis Lismayanti M.Kep
Miftahul Falah MSN

Disusun Oleh :

Andzar Nashiran Maulidin


Candra Maulana Yusuf
Eka Nurul Puadah
Ilham Aminudin
Jasmin Maturidi Nasik
Kania Asri Insani
Nadya Paramitha

TINGKAT 4A
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila


menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang
tidak tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka
akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B.     Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep kehilangan ?


2. Bagaimana jenis – jenis kehilangan ?
3. Bagaimana rentang respon kehilangan ?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gerontik pada kehilangan dan berduka ?

C.    Tujuan

1. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.


2. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
3. Mengetahui rentang respon kehilangan.
4. Mengetahui  asuhan keperawatan gerontik pada kehilangan dan berduka.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kehilangan
A. Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

B. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana
harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan
fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat
hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda
yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara
permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon
berbeda tentang kematian.
C. Rentang Respon Kehilangan
1. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
A. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
B. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
C. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
D. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan
dan mulai memecahkan masalah.
E. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan
sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya
menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
2. Berduka
A.    Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964) KUBLER-ROSS MARTOCCHIO RANDO (1991)
(1969) (1985)
Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
Berkembangnya  kesadaran Marah Yearning and
protest
Restitusi Tawar-menawar Anguish, Konfrontasi
disorganization and
despair
Idealization Depresi Identification in
bereavement
Reorganization / the out Penerimaan Reorganization and Akomodasi
come restitution
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Klien
Nama  : Tn”N”
Jenis kelamin  : Laki-Laki
Status  : Cerai Mati
Agama    : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan    : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Hubungan dengan klien :-
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama : kehilangan dan berduka
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian ke rumah klien,didapatkan klien hidup sendirian
dan terlihat murung. Pada saat dilakukan anamnesa klien mengatakan bahwa dirinya
baru kehilangan istrinya karena meninggal sekitar satu minggu yang lalu
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-
3.  Status Fisiologis
A. Postur tulang: masih normal
B. Tanda-tanda vital klien
TD  : terdapat perubahan tekanan darah (tinggi/rendah)
N     : terdapat perubahan nadi (tinggi/rendah)
S     : terdapat perubahan suhu (tinggi/rendah)

C. Pengkajian Head to Toe


a.       Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak
ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b.      Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan kaca mata,
tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.
c.       Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada
hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d.      Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi
tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga,
mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.
e.       Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak
nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan,
pendengaran masih bagus
f.       Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena
jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).
g.      Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h.      Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
i.        Genetalia
Tidak terkaji
j.        Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4

k.      Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.
4.      Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia
A. Perubahan Posisi Atau Gerakan Keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk
baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara
perlahan, pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian
belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu,
klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan badan.
B. Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat,
melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak sempoyongan.
5.      Pengkajian Psikososial
Klien mengatakan sangat terpukul karena ditinggalkan seseorang yang sangat dicintainya,
klien merasa kesepian karena tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa menemani atau mengurus
klien di masa tuanya. Klien juga beranggapan bahwa dirinya tidak berminat berinteraksi dengan
orang lain.
6.      Pengkajian Fungsional Klien
Katz index
No Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
. Sebagian Penuh
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Ke Kamar Kecil √
4. Berpindah Tempat √
5. BAK/BAB √
6. Makan/Minum √
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.
7.      Status Kognitif / Afektif
a.       Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
                        Pertanyaan      :
Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 11
√ 2 Hari apa sekarang ? Rabu
√ 3 Apa nama tempat ini ? Rumah
√ 4 Dimana alamat anda ? Rumah
√ 5 Berapa umur anda ? Lupa
√ 6 Kapan anda lahir ? Lupa
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama kecil anda ? Tidak ada
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun
JUMLAH          Benar : 5
                          Salah : 5
Interpretasi :
Salah 0 – 3      : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5      : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8      : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10    : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 5 benar
dan 5 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual Tn”N” kerusakan ringan.

b.      MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar :
Tahun       : 2019 (Benar)
Musim      :kemarau
Tanggal    : 17
Hari          : Selasa (Benar)
Bulan        : September
2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : Jawa Barat (Benar)
Kabupaten/kota : Tasikmalaya
(Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien, menjawab :
1.        kursi
2.        meja
3.        kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudian kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.
Jawaban :
93
86
79
72
65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1) 
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :
24 – 30            : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23            : gangguan kognitif sedang
0 -  17  : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini menunjukkan
bahwah Tn”N” mengalami gangguan kognitif sedang.
8.      Pengkajian Status Mental
Klien mengatakan merasa sedih dan merasa tidak ceria ceria, klien merasa berkecil hati
tentang masa depan karena klien merasa sangat kehilangan pasangan yang sangat dicintainya.
9.      Pengkajian Masalah Emosional
A. Masalah Emosional
Klien mengatakan mengalami kesulitan tidur, karena teringat istrinya yang telah tiada,
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang lain dan klien tidak
pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta klien selalu mengurung diri,
klien tidak ditemani oleh siapapun.
10. Pengkajian Adanya Depresi
Inventaris Depresi Beck ( IDB )
1. Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi yg
mempengaruhi suasana hati.
2. Berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa kegagalan, kepuasan, rasa
bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhadap seseorang, kekerasan trhdp diri sendiri,
keinginan utk menghukum diri sendiri, keinginan utk menangis, mudah tersinggung,
menarik diri, ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh, gangguan tidur,
kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan.
3. Berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yg berhubungan dg depresi.
SKORE URAIAN
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
mengahadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar dari
nya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adala sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umum nya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk/tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari social

SKALA DEPRESI GERIATRIK 15 (Yesavage)


Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu minggu
terakhir
Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? √
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau √
kesenangan anda?
3.Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? √
4. Apakah anda sering merasa bosan? √
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? √
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada √
anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? √

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? √

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan


mengerjakan sesuatu yang baru ? √

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya √

ingat anda dibanding kebanyakan orang?



11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini

13. Apakah anda merasa anda penuh semangat?

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari

pada anda?

Skor : Hitung jumlah jawaban yang tercetak tebal


 Setiap jawaban bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai nilai 1
 Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
 Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
(Dikutip dari : Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)

II. ANALISA DATA


Data Fokus Masalah
Data Subjektif
1. Klien mengatakan sangat terpukul karena 1. Berduka disfungsional berhubungan
ditinggalkan seseorang yang sangat dengan proses kehilangan ditandai
dicintainya. dengan klien mengungkapkan adanya
2. klien merasa kesepian karena tidak punya distress kehilangan.
siapa-siapa lagi yang bisa menemani atau
mengurus klien di masa tuanya.
3. Klien juga beranggapan bahwa dirinya tidak
berminat berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif
1. Klien tampak murung
2. Klien enggan melakukan kontak mata
3. Klien sesekali meneteskan air mata
4. Klien tampak lemas, wajah tampak kusut,
5. Klien tampak putus asa dan sedih,
6. Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.
Data Subjektif 2. Harga diri rendah situasional
1. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berhubungan dengan proses kehilangan,
berbuat apapun tanpa istrinya perubahan peran social, ditandai klien
2. Klien mengatakan sangat bergantung pada menunjuukan prilaku tidak asertif, klien
istrinya yang mengurusnya selama ini menganggap diri tidak berdaya, tidak
Data Objektif berguna.
1. Klien tampak lemas, wajah tampak kusut,
2. Klien tampak putus asa dan sedih,
3. Klien susah berkosentrasi ketika perawat
bertanya.

III. DIAGNOSA
1. Berduka disfungsional berhubungan dengan proses kehilangan ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya distress kehilangan.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan proses kehilangan, perubahan peran
social, ditandai klien menunjuukan prilaku tidak asertif, klien menganggap diri tidak
berdaya, tidak berguna.
IV. INTERVENSI

Tujuan Tujuan Standar Evaluasi


No Dx Kep Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Berduka Setelah 1. Klien 1. klien 1. Kli 1. Berikan
disfungsional dilakuka mengungk mulai en kesempatan pada
berhubungan n apkan meneri mampu klien untuk
dengan proses kunjunga perasaan ma untuk mengungkapkan
kehilangan n …x24 kehilanga kehilan berpart perasaan
ditandai jam, n secara gan isipasi kehilangan secara
dengan klien Perasaan terbuka yang dalam terbuka
mengungkapk berduka 2. Klien dialam aktivita 2. Gali makna
an adanya klien dapat i nya s sosial pribadi dari
distress berkuran menjelask 2. Klien dan kehilangan
kehilangan. g an makna meng komuni 3. Jelaskan bahwa
dari ataka tas. berduka
kehilanga n 2. Klien merupakan reaksi
n secara mampu yang umum dan
3. Klien verbal untuk sehat
mengetah ketak berhub 4. Bantu klien
ui reaksi utan/ ungan mengatakan dan
berduka kekha dengan menerima
4. Klien watira orang kehilangan yang
dapat n. yang terjadi
menerima 3. Klien memili 5. Tingkatkan
kehilanga tidak ki harapan dengan
n yang larut minat perawatan penuh
terjadi dalam dan perhatian
5. Klien kesed tujuan 6. Diskusikan
dapat ihan. yang bersama klien
meningkat 4. Klien sama. lanjut usia segi-
kan meng 3. Klien segi positif dan
harapan ungka dapat negatifnya
6. Klien pkan menge peristiwa
dapat peras nal kehilangan
mengetah aan cara tersebut.
ui segi tentan
positif dan g
negative produ
dari ktivit
peristiwa as,
menda
kehilanga keber 7. Berikan motivasi
patkan
n gunaa untuk
motiva
7. Klien n dan merencanakan
si.
dapat optim masa depannya
merencan isme.
akan masa
depannya
dengan
baik.
2 Harga diri Setelah 1. Klien 1. menguca 1. Membina
rendah dilakuka 1. Klien mau pkan hubungan saling
situasional n merasa melaku penerim percaya dan
berhubungan kunjunga harga kan aan diri keterbukaan.
dengan n ..x24 dirinya kontak secara 2. Bekerja dengan
proses jam klien naik. dengan verbal klien pada tingkat
kehilangan, menunju 2. Klien orang 2. Klien kekuatan ego
perubahan kan mengunaka lain menunju yang dimilikinya.
peran social, harga n koping 2. Klien kan 3. Membantu klien
ditandai diri yang memah komunik menerima
klien meningk adaptif ami asi perasaan dan
menunjuukan at. 3. Klien kekuat terbuka pikirannya.
prilaku tidak menyadari an diri 3. Klien 4. Membantu klien
asertif, klien dapat 3. Klien menunju menjelaskan
menganggap mengontrol berpart kan konsep dirinya
diri tidak perasaanny isipasi pemenuh dan hubungannya
berdaya, a. dalam an peran dengan orang lain
tidak pembu yang melalui
berguna. atan penting keterbukaan.
keputu Klie5. Berespon secara
n
san empati dan
mau
tentang men menekankan
eri
perenc bahwa kekuatan
ma
anaan kriti untuk berubah
kan
perawa ada pada klien.
dari
tan ora6. Mengamati
ng
4. Klien perilaku klien.
lain
melaku Bersama klien
kan membahas
prilaku perasaannya
yang 7. Menghargai
dapat perasaan klien.
mening 8. Mengidentifikasi
katkan dukungan yang
rasa positif dengan
percay mengaitkan
a diri terhadap
kenyataan.
9. Memberikan
kesempatan
untuk menangis
dan
mengungkapkan
perasaannya.
10. Bersama klien
membahas
pikiran yang
selalu timbul.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi
suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak
ada). Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang
terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup. Di dalam menangani pasien dengan respon
kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada
orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapatdilakukan yaitu
dengan mengidentifikasi faktor predisposisi dan fektor presipitasi.
Dimana factor predisposisi meliputi :
1. Genetik
Genetik adalah Faktor keturunan atau yang diturunkan oleh orang tua

2. Kesehatan Jasmani
3. Kesehatan Mental
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu
5. Struktur Kepribadian
2. SARAN
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon
kehilangan dan berduka (Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbang
saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:

1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat
itu.
2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun
yang tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani.Y.R.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2.Jakarta:TIM

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Indriana, Y. (2012). Gerontologi dan Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Keliat, B.A., Novy H.C.D., & Pipin, F. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta; EGC

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Puri, B.K., P.J. Laking, & I.H. Treasaden. (2011). Buku Ajar Psikiatri.Edisi 2.
Diterjemahkan oleh: W. M. Roan dan Huriawati Hartanto. Jakarta; EGC

Wahdaniah.2010. Konsep Kehilangan.Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai