Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Komunikasi ISSN 2548-3749

MAKNA ARSITEKTUR TAMAN KOTA


1
Yobbi Ananta Wiratama, 2Erwin Ramedhan, 3Irwansyah
1
Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, 2,3Program Magister Ilmu Komunkasi Pascasarjana
InterStudi
email: 1yobbiananta77@gmail.com

Abstrak. Taman kota Ayodia pada dasarnya merupakan ruang publik dan bagian
dari ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan rekreasi
masyarakat. Masyarakat di Kota Jakarta Selatan saat ini merupakan masyarakat
yang sangat modern dengan aktivitas mobilitas yang tinggi sehingga menuntut
mereka untuk banyak beraktivitas di luar rumah dan sangat menyita waktu.
Penelitian ini menggunakan pemaknaan Semiotika Roland Barthes pada Taman
Kota Ayodia. Pemaknaan mencakup denotasi, konotasi dan mitos dari Taman Kota
sebagai bentuk komunikasi hiburan. Hasil denotasi memperlihatkan kesamaan dan
perbedaan dari gambaran fisik taman kota. Sedangkan hasil konotasi mengalami
pergeseran makna estetika taman kota Ayodia. Mitos yang muncul bagi penikmat
taman kota seperti menjadi tamu raja.

Kata Kunci : Taman Kota, Mitos, Hiburan, Persepsi

dan gambaran – gambaran. Jorgensen


1. Pendahuluan dalam jurnalnya yang berjudul
Taman Kota Ayodia disediakan Semiotics in Landscape Design
untuk memenuhi pelayanan dari pihak menyampaikan bahwa di dalam desain
penyedia (pemerintah daerah) akan dan arsitektur itu sudah merupakan hal
kebutuhan masyarakat terhadap ruang umum bahwa lingkungan itu merupakan
terbuka atau lensekap sebagai tempat kumpulan tanda – tanda dan kita hidup
aktifitas yang diharapkan dapat di dalam dunia tanda. (Jorgensen,
memberikan kenyamanan, keamanan, 1998). Namun apakah terjadi sebuah
nilai estetik dan sebagainya, (secara simetris pemaknaan antara pengguna
psikologis) bagi penggunanya dan penyedia terhadap fungsi dari
(penduduk kota) dengan kelengkapan Taman Ayodia? Atau terjadi pergeseran
fasilitas didalamnya. Di dalam makna yang yang dikonstruksi oleh
perancangan lansekap, desain pengunjung (Taman Kota Ayodia)
merupakan suatu komposisi perpaduan terhadap Taman Kota Ayodia.
antara tanda, simbol dan sejarah. Tanda Menurut Belsey (1980)
yang dihadirkan di dalam lansekap bisa mengkonseptualisasikan intepretasi
bermacam – macam, mulai dari sebagai suatu alat untuk menghasilkan
sculpture, air mancur, tata pola sebuah makna. Makna sebuah teks
tanaman, jalan setapak, material dan (bentuk) tergantung intepretasi (Pease &
bahkan nama dari area lansekap itu Pease, 2004). Pendapat (Belsey, 1980)
sendiri. (Jorgensen, 1998). dan (Pease & Pease, 2004) tersebut
Lansekap tidak hanya terhubung adalah menjelaskan bahwa sebuah
dengan pengalaman kita mengenai karakteristik sebuah individu tertentu
lingkungan fisik saja, akan tetapi juga dapat mewakili dan terkait dengan
mengenai elemen – elemen lain seperti, objek lain. Hubungan ini bisa terlihat
cerita rakyat, mitos, simbol – simbol dalam pendeskripsian tentang persepsi
Taman Kota Ayodia.
16
Makna Arsitektur Taman Kota | 17

Menurut Barthes dalam bahwa wawancara, percakapan dan bahkan


pemaknaan sebuah pesan tidak bahasa dalam, yang diatur oleh hukum
berpegang pada makna proimer, tetapi imajinasi) (Chandler, 2002). Semiotika
akan berusaha untuk mendapatkannya adalah ilmu yang mempelajari tentang
dari makna konotasi (Pease & Pease, tanda (sign), berfungsi tanda, dan
2004). Di dalam pemaknaan terdapat produksi makna. Tanda adalah sesuatu
dua sistem pemaknaan yaitu denotasi yang bagi seseorang berarti sesuatu
dan konotasi (Barthes, 1968). yang lain. Adanya peristiwa, tidak
Selain pemaknaan melalui adanya peristiwa, struktur yang
sistem denotasi dan konotasi, pesan – ditemukan adalah sesuatu, suatu
pesan juga disampaikan melalui mitos, kebiasaan, semua ini dapat disebut
mitos hadir dengan tujuan menjawab benda (Barthes, 1968).
sebuah kenyataan yang ada pada saat Dalam sebuah sistematik yang
ini. Yakni sebuah anggapan bahwa dipergunakan untuk menganalisa
masyarakat mempercayai, apa yang ada negosiasi dan makna interaktif tersebut.
dalam sebuah mitos adalah sebuah Denotasi dan Konotasi merupakan dasar
kebenaran. Namun mitos pada dasarnya dari pemikiran Roland Barthes ini yang
bukanlah tentang benar atau tidak benar, berisi mengenai pemikiran tentang dua
terjadi atau tidak terjadi, mitos tatanan Petandaan (Barthes, 1968).
merupakan sebuah sugesti untuk Makna Denotasi merupakan
menjaga sebuah keseimbangan sosial makna kata yang sesuai dengan makna
(Barthes, 1957). Karena kondisi sosial yang sesungguhnya atau sesuai
suatu masyarakat berubah secara terus dengan makna kamus, tatanan ini
menerus dan berkembang, mitos menggambarkan sebuah relasi antara
sebagai bagian terintegrasi dan tak penanda dan petanda di dalam sebuah
terpisahkan dari masyarakat, juga tanda. Serta antara tanda dengan
mengalami pergeseran dan referennya atau pemikiran yang sudah
perkembangan (Barthes, 1957). ada dalam realitas eksternal.
Berdasarkan pada kebiasaan menjelaskan lebih lanjut bahwa
masyarakat dalam menggunakan taman Denotasi adalah tingkat pertandaan
kota sebagai hiburan estetis saja, maka yang menjelaskan hubungan penanda
permasalahannya adalah bagaimana (signifier) dan petanda (signified) pada
makna denotasi dan konotasi yang realitas menghasilkan makna eksplisit,
dikonstruksi oleh masyarakat terhadap langsung dan pasti (Barthes, 1968).
Taman Kota Ayodia? Serta bagaimana Makna Konotasi merupakan
mitos yang terdapat pada Taman Kota makna yang bukan sebenarnya dan
Ayodia muncul di dalam persepsi merujuk pada hal yang lain, makna
masyarakat? konotasi adalah makna secara kiasan.
Sedangkan konotasi adalah second
2. Kerangka Konseptual order of signification tatanan yang
pertama mencakup penanda dan petanda
Semiotika Dalam Semiologi yang berbentuk tanda. Faktor yang
Roland Barthes penting dalam suatu konotasi adalah
Ilmu semiologi bertujuan untuk penanda yang berada pada tatanan
diserap ke dalam trans-linguistik, materi pertama (Barthes, 1957). Foto khayalan
yang berupa mitos, naratif, jurnalisme, kita keduanya terkait dengan bentuk,
atau dari sisi lain. objek tangan tampilan foto atau dalam penandanya,
peradaban kita, sejauh mereka menjelaskan bahwa setidaknya pada
diucapkan (melalui pers, prospektus, foto memberikan gambaran bahwa apa

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017


18 | Yobbi Ananta Wiratama, et al.

yang dijelaskan oleh makna konotasi kebenarannya namun tidak dapat


adalah bagaimana memotretnya dibuktikan. Mitos bukanlah konsep atau
(Barthes, 1957). ide tetapi merupakan suatu cara
pemberian arti. Secara etimologis, mitos
Tabel 1. Perbandingan antara
adalah suatu jenis tuturan dan sudah
Denotasi dan konotasi
pasti bukan sembarang tuturan. Suatu
Denotasi Konotasi
hal yang menjadi konsep dan menjadi
Literatur Pemakaian figure
sesuatu yang harus diperhatikan, bahwa
Petanda Penanda
mitos adalah suatu sistem komunikasi,
Jelas Kesimpulan
yaitu suatu pesan (message) (Barthes,
Menjabarkan Memberikan
1957).
Dunia Keberadaan kesan tentang
makna Tabel 2. Pola Keterpautan Bahasa
Dunia mitos dan Mitos
Sumber : Arthur Asa Berger, 2000a Media 1. Signifier 2.
Analysis Techniques. Edisi Kedua. (Penanda) Signified
Penerjemah Setio Budi HH Yogyakarta : (Petanda)
Penerbitan Universitas Atma Jaya, hlm 15 3. Sign / Tanda
I. Signifier (penanda) II.
Dalam kajian semiotik, tanda Signified
merupakan konsep utama yang (Petanda)
dijadikan sebagai bahan analisis di III. Sign / Tanda
mana di dalam tanda terdapat makna Sumber : Barthes, R 2004 Mythologies. Hill
sebagai bentuk interpretasi pesan yang and Wang. New York, 1983 HH
dimaksud. Secara sederhana, tanda Penerjemah Nurhadi, A. Sihabbul Millah,
cenderung berbentuk visual atau fisik Yogyakarta : Kreasi Wacana, hlm. 161
yang ditangkap oleh manusia. Di dalam
penelitian ini juga digunakan teori Barthes kemudian memberikan
semiotika yang berfokus pada tanda dan sebuah contoh yang menampilkan cover
cara – cara tanda itu bekerja. Semua ini majalah Paris-Match. Barthes
tergantung pada pengenalan oleh mengatakan kepada seorang rekannya
penggunanya sehingga bisa menjadi bahwa ia sedang membaca majalah
sesuatu yang dikonstruksikan, maka Paris-Match, saat ia berada ditempat
bisa disebut sebagai tanda. (Barthes, pencukuran rambut. Di sampul halaman
1968). depan ia melihat gambar seseorang
Kata mitos secara khusus dapat berkulit hitam mengenakan seragam
menjelaskan sebagai sesuatu yang alami militer Perancis, matanya menatap
dan bahkan abadi, namun sebenarnya tajam ke atas dengan gagahnya. Dalam
merupakan ungkapan visi ideologis deskripsi contoh ini, kita melihat arti
dengan nilai historis yang spesifik gambar dan lebih lanjut lagi kita dapat
tentang dunia. Mitos menurut Barthes melihat makna dari gambar tersebut.
bukanlah mitos seperti apa yang pada Dapat diartikan bahwa kita mampu
umumnya dipahami selama ini. Mitos melihat lebih dari sekedar sebuah
merupakan sebuah ilmu tentang tanda gambar. Kita bisa menangkap pesan
dan mitos juga adalah type of speech yang ingin disampaikan dari balik
yaitu tipe wicara atau penyampaian gambar yang dibuat, yaitu Perancis
gaya bicara seseorang. Mitos yang merupakan sebuah daerah
merupakan suatu bentuk pesan atau kekuasaan besar, tanpa membedakan
tuturan yang wajib diyakini diskriminasi warna kulit, di bawah

INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi


Makna Arsitektur Taman Kota | 19

benderanya dan tanpa mempunyai rasa


dendam kolonialisme orang berkulit
hitam yang digambarkan dalam adegan
tersebut mempunyai makna ingin
malayani negaranya. Namun lebih
lanjut kita dihadapkan oleh sistem
semiologi yang lebih besar terdapat
pada signifier yang telah dibentuk oleh Gambar 1. Linear and circular model
sistem semiologi sebelumnya yakni from the theories of information –
seorang berkulit hitam yang sedang Architecture has been recognized as a
memberi hormat, yang memberi means (medium) for conveying
signified. Perancis dan militer, yang information
kemudian memberi sign baru lagi Sumber : S.S. Vukovic, Architectural
Communication, 2013
tentang imperialime Perancis (Barthes,
1957).
Di masa lalu, sarana publik
Mitos adalah bagian penting dari
mengungkapkan makna bersama
ideologi. Mitos yang dimaksud Barthes
bukan seperti mitologi Yunani tentang melalui konvesi atau kesepakatan
bersama yang sudah diakui. Sedangkan
dewa – dewa. Menurut Barthes, mitos
pada masa sekarang ini konvensi ini
masa kini bukan merupakan konsep,
tampaknya digantikan oleh kekuatan
mitos tidak berisi ide – ide atau
komersial dan pencarian untuk
menunjukkan objek, mitos masa kini
ketenaran instan. Perancangan arsitektur
mengandung pesan – pesan. Dipandang
publik sekarang diperlukan untuk
dari segi struktur, mitos adalah bagian
menjadi patung – patung surealis dan
dari parole, sama seperti teks, mitos
juga sesuatu yang menarik bagi
harus dilihat secara menyeluruh. Mitos
adalah unsur penting yang dapat khalayak yang beragam sekaligus
mengubah sesuatu yang kultural atau provokatif dan praktis namun tanpa
historis menjadi alamiah dan mudah konteks penyajian yang bersifat untuk
dimengerti (Barthes, 1957). dijadikan agama atau ideologi. (Sondhi,
2015). Desain dalam bentuk idenya
Semiotika Arsitektur adalah untuk mengkodekan arsitektur
dengan sebanyak – banyaknya makna
Berdasarkan semiotika, referensi silang, sebagaimana dimaksud
arsitektur dapat dianggap sebagai teks adalah untuk dapat mengkomunikasikan
atau tata bahasa. Untuk memahami makna dengan tegas (Jorgensen, 1998).
komunikasi arsitektural dalam Kejelasan dan variasi makna konotasi
semiotika, bisa saja menggunakan pada akhirnya akan bergantung kepada
model linear dan circular dari teori masyarakat dan persepsi mereka
informasi matematika. Dimana dapat berdasarkan kenyataan yang telah
mengindikasikan bahwa arsitektur dikondisikan sebelumnya dan telah
merupakan interpretasi dari arti atau disaring. Dalam mengungkap makna
sebagai medium untuk penyampaian untuk memahami suatu bentuk
pesan – pesan. Meski dalam bentuk arsitektur tidak bisa dengan hanya
informasi pola – pola (patterns) seni, menggunakan satu referensi pemikiran,
arsitektur lebih cenderung untuk sebaiknya digunakan referensi
memberikan bentuk (shape), bukan data pembanding yang lain sebagai penguat
angka (Arnheim, 1977). ungkapan. (Sondhi, 2015).

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017


20 | Yobbi Ananta Wiratama, et al.

Semiotika Ruang Terbuka cinta, kesedihan dan keabadian, melalui


atmosfir buatan yaitu Taj Mahal
Menurut sejarah konsep dan
mausoleum (Gawlikowska, 2013).
pemikiran mengenai keberadaan ruang
Landscape dalam bentuk taman
terbuka hijau sudah ada sejak jaman
(garden) diterjemahkan dari bahasa
kerajaan di nusantara, sebagai contoh
Ibrani, Gan berarti melindungi atau
salah satu fasilitas ruang terbuka pada
mempertahankan lahan yang ada dalam
masa itu dikenal dengan sebutan Alun –
suatu lingkungan berpagar, Oden berarti
Alun yang dimaksudkan untuk seorang
kesenangan, kegembiraan, dan
raja mengumpulkan para prajurit
kenyamanan (Laurie, 1986).
kerajaan untuk berlatih perang dan
untuk mengumpulkan para petinggi
Metodologi
kerajaan serta rakyatnya. Ruang terbuka
yang luas biasanya terletak di tengah – Metode penelitian yang
tengah keliling dinding kerajaan disertai digunakan adalah Qualitative
dengan pepohonan yang rimbun akan Descriptive. Pendekatan bentuk ini
tetapi sangat teratur, seiring dengan lebih memusatkan diri pada suatu unit
perjalanan waktu kemudian Alun – tertentu dari berbagai sisi fenomena
Alun penempatannya berada tepat di Taman Kota Ayodia. Kualitatif
depan pendopo pusat suatu Deskriptif merupakan penelitian
pemerintahan daerah (Paulus, 1917). eksplorasi dan memainkan peranan
yang sangat penting berdasarkan
Paradigma Semiotika Ruang postpositivisme dengan mengumpulkan,
Terbuka mengungkapkan berbagai masalah dan
tujuan dalam menghasilkan hipotesis
Disebutkan bahwa, dengan (Sugiyono, 2008). Serta mengumpulkan
menggunakan elemen dan konsep dari informasi pemahaman pengunjung
semiotik, adalah mungkin untuk tentang berbagai makna denotasi dan
mengembangkan teori atau model konotasi akan taman kota.
lansekap yang dapat mencerminkan
struktur bahasa pikiran dari lansekap Konseptualisasi
itu. Isu utama dalam pemikiran ini
adalah: apa yang diungkapkan Penelitian kualitatif deskriptif
lansekap? Apa yang diinginkan dari ini juga merupakan suatu metode yang
lansekap? Apa yang menjadi biografi meneliti status sekelompok manusia,
lansekap ini? Adakah tekanan, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
kecenderungan, atau potensi yang jelas sistem pemikiran dengan tujuan untuk
untuk dalam perancangannya? Dan lalu membuat deskripsi, gambaran atau
apakah tahapan selanjutnya dalam lukisan secara sistematis, faktual dan
biografinya? (Jorgensen, 1998) akurat mengenai fakta – fakta serta
Dalam karya arsitektur hubungan antar fenomena yang
menjelaskan bahwa dengan desain yang diselidiki (Supardan, 2009).
spesifik, pikiran dengan atmosfir yang Menekankan pada pemaknaan Denotasi,
mempengaruhi dapat merefleksikan Konotasi dan Mitos yang terbentuk dari
penikmatnya dan nampak jelas dalam kata Ayodhya dan kemudian muncul di
representasi literalnya, sehingga dalam masyarakat dalam bentuk taman
memungkinkan untuk mentransfer nilai kota Ayodia dengan batasan fisik taman
dunianya. Sebagai contoh mengenai kota, pergeseran persepsi dan mitos
ruang terbuka yang memberikan makna yang muncul. Indikator yang digunakan

INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi


Makna Arsitektur Taman Kota | 21

adalah pemahaman responden terhadap benar-benar terkalahkan, oleh


fungsi taman kota dan pergeseran puri Ayodhya yang tiada
maknanya. bandingannya, di sana selalu
dalam keadaan aman sentosa,
3. Hasil Penelitian Dan pada waktu musim hujan
Pembahasan maupun pada musim kemarau.
(Hopkins, 1901).
Ayodhya dalam bahasa
3. Akwèhning mūlya kabèh, kanaka
Sansekerta adalah “yang tidak akan
rajata lèn maṇik hanangkāna,
kalah dalam peperangan”, Ayodhya
yāngkēn untunya maputih,
juga dikenal sebagai salah satu kota suci
gumuyu-guyung swarga sor
utama dalam bagian Hinduisme yang
dénya. Yang bisa diartikan :
merupakan agama terbesar ketiga di
Berbagai batu-batuan mulia,
dunia, Ayodhya memiliki peran sentral
emas perak beserta permata
dalam epik India kuno yaitu Ramayana,
terdapat di sana, itu laksana gigi
yang dikenal dengan memiliki tokoh
keraton Ayodhya yang putih,
protagonis Raja Rama yang diyakini
seolah-olah tersenyum, surga
sebagai manifestasi Dewa Wisnu yang
dapat dikalahkannya. (Hopkins,
berinkarnasi di bumi dan menjelma
1901).
menjadi pangeran Ayodhya Putera dari
4. Hana ta umah kanaka maṇik,
Raja Dasarata. Kota Ayodhya ini
kinulilinganikang taman rāmya,
dikisahkan dibangun oleh Putera
wara kanyakā mamēngamēng,
Maharaja Manu keturunan Ikswaku dari
surāpsari tulya ring meru. Yang
dinasti Surya, kota Ayodhya terletak di
bisa diartikan : Ada sebuah balai
tepi Sungai Sarayu dan merupakan
yang bertahtakan permata,
ibukota kerajaan Kosala kuno (Hopkins,
dikelilingi oleh taman yang
1901).
sangat menakjubkan, tempat
Didalam deskripsi Kakawin
para gadis-gadis bercengkerama,
Ramayana terdapat banyak sekali kata
bagai bidadari di gunung
Ayodhya tercantum didalamnya, yang
Mahameru atau Himalaya.
konteksnya menggambarkan mitos
(Hopkins, 1901).
sebagai berikut :
5. Phaṭika maṇik ta malahalah,
sateja munggwungumah
1. Hana rājya tulya kèndran,
paniñjoan, kadi Ganggā saka
kakwèhan sang mahārddhika
Himawān, rūpanya katon sutejā
suçila, ringayodhyā subbhagêng
çri. Yang bisa diartikan
rāt, yeka kadhatwannirang
: Permata manik-manik tak
nṛpati. Yang mempunyai arti
terbilang banyaknya, semua
: Ada sebuah istana bagaikan
berkilauan terletak pada balai
surga, dipenuhi oleh orang-
peninjauan, seperti sungai
orang bijak serta luhur
Gangga dari gunung Himawan,
perbuatan, di Ayodhya-lah yang
kelihatan berkilauan dan
cukup terkenal di dunia, itulah
sungguh menakjubkan.
istana Sri Baginda Prabu
(Hopkins, 1901).
Dasarata. (Hopkins, 1901).
2. Hayuning swargga tuwi masor,
Dalam buku Imagining Ayodhya
deningayodhyāpurā tiçaya, suka
: Utopia and its Shadow in a Hindu
nityakāla menak, ring ṛēngṛēng
Landscape (Lutgendorf, 1997)
towi ring lahru. Yang bisa
menyampaikan mengenai Dua potongan
diartikan : Keindahan surga

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017


22 | Yobbi Ananta Wiratama, et al.

sajak Ayodhya yang terkenal “Rama is dijelaskan secara gamblang, yaitu


king Ayodhya, his capital, and gods and sebagai lahan terbuka yang berfungsi
sages hymn their glory”. Dan “Oh sosial dan estetik sebagai sarana
beautiful for patriot dream, that sees kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan
beyond the years. Thine alabaster cities lain pada tingkat kota Jakarta Selatan.
gleam, undimmed by human tears”, Juga seperti taman kota pada umumnya
(Lutgendorf, 1997). Lutgendorf yang merupakan bagian sarana publik,
menyampaikan bahwa Ayodhya tempat evakuasi apabila terjadi musibah
merupakan tempat tinggal sang raja dan gempa, kebakaran dan tempat
lebih dalam lagi juga menyebutkan berkumpul untuk aktifitas formal dan
bahwa Ayodhya adalah tempat non formal. Taman Kota Ayodia juga
berkumpulnya para dewa. Hal ini merupakan simbol pengembalian fungsi
memberikan makna bahwa Ayodhya ke awal perencanaan kota yang dibuat
merupakan tempat yang memiliki status pada tahun 1948 dan di renovasi
yang sangat dipuja (Lutgendorf, 1997). kembali pada tahun 2009 sebagai
Ayodhya yang digambarkan bagian dari area serapan air serta fungsi
sebagai tempat berkumpulnya para penambah oksigen kota (Prabowo,
dewa, merupakan tempat dengan status 2017).
yang sangat tinggi dan suci (Lutgendorf, Berdasarkan uraian sebelumnya
1997), memiliki ciri – ciri sebagai Taman Kota Ayodia secara fungsi
berikut : mempunyai makna konotasi sebagai
Visualisasi : tempat yang nyaman, tenang, aman, asri
dan bagian dari keindahan kota. Di
1. Terletak tinggi diantara awan –
dalam area Taman Kota Ayodia dapat
awan
ditemui, rancangan yang memiliki
2. Berlantaikan batu – batu
makna masing – masing seperti tiang
permata
tugu, bangku berundak jenis
3. Bersanggah pilar emas
ampitheater, danau buatan, gazebo dan
4. Singgasana para dewa
tatanan tumbuhan pada taman
(Prabowo, 2017). Jika mengacu pada
Ayodhya yang digambarkan
pengertian kata Ayodhya seperti apa
sebagai tempat tinggal sang raja,
yang tercantum di dalam Kakawin
merupakan tempat dengan gambaran
Ramayana tersebut dapatlah kiranya
yang sangat nyaman, aman, tenang dan
dianalogikan taman ayodia bagaikan
indah (Lutgendorf, 1997), memiliki ciri
keberadaan taman sorga dunia yang
– ciri sebagai berikut :
sangat menawan, yang pada
Visualisasi :
perencanaan pembangunannya
1. Bertahtakan emas bermaksud untuk membuat para
2. Dikelilingi oleh taman yang pengunjung dan masyarakat sekitar
indah yang melintasi Taman Ayodia tersebut
3. Tempat bidadari bercengkerama merasa nyaman.
4. Dikelilingi aliran sungai Pada Taman Kota Ayodia
5. Dikelilingi oleh pepohonan yang pemaknaan konotasi dapat muncul dari
indah berbagai perspektif pengunjung, hal ini
berkaitan dengan pemahaman setiap
Taman Kota Ayodia individu dalam memaknai kegunaan
Dalam pemahaman makna dari taman itu sendiri. Sehingga memicu
denotasinya Taman Kota Ayodia dapat timbulnya mitos mengenai Taman Kota

INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi


Makna Arsitektur Taman Kota | 23

Ayodia yang terbentuk atau bentuk geometris, adalah


terkonstruksi dari sudut pandang bermaksud untuk menunjukkan
penggunanya. Akan tetapi arti kata keteraturan dan efisiensi yang
dalam bahasa Sansekerta yang memiliki dipadukan dengan kondisi posisi
arti tidak kalah dalam peperangan lebih situs aslinya.
terasa jika dilihat dari masa lalu saat 2. Kontur taman yang bersifat
dilakukan pembenahan tata ruang kota, menurun dan memusat,
adanya pertentangan dua kubu yang menunjukkan keindahan yang
sedang berhadapan yaitu pihak tidak melawan kondisi alam
pedagang dan pihak pemerintah awalnya dengan sifat
(Prabowo, 2017). menampung air, dan
Dalam buku Pengantar menampung aktivitas yang
Arsitektur mengungkapkan bahwa berjalan dalam taman tersebut.
perbedaan karakteristik dari bentuk
menyampaikan mood yang berbeda dan B. Desain Tugu Taman Kota
arti yang berbeda pula. Mengubah
Ayodia :
karakteristik dari bentuk dapat merubah
cara pandang kita terhadap bentuk dan 1. Jumlah enam tugu berderet lurus
membuat kita merasakan perbedaan menyampaikan, kekuatan
dalam desain (Snyder, 1989). Bentuk keseimbangan dan poros
adalah cara yang kuat untuk penjuru.
berkomunikasi. Para desainer 2. Ketinggian tugu yang dibuat
menggunakan bentuk dengan tujuan : sama persis dengan ukuran 5,5
1. Mengelola informasi melalui meter bermaksud
koneksi dan perpisahan menyampaikan suatu junjungan
2. Menyimbolkan ide – ide yang atau penopang.
berbeda 3. Lampu hias penerang diatas tugu
3. Menciptakan pergerakan, tekstur dimaksud untuk menyampaikan
dan kedalaman kejayaan dan penghormatan.
4. Menyampaikan mood dan emosi
5. Menekankan dan menciptakan C. Danau buatan Taman Kota
entry point dan bagian yang
Ayodia :
menarik
6. Memberikan arah pada mata dari 1. Posisi danau pada tengah lay
satu elemen desain ke elemen out, menyampaikan maksud
desain selanjutnya sebagai pengundangan,
penampungan dan penerimaan.
Dalam hirarkinya terdapat tiga 2. Bentuk danau yang berlekuk
jenis bentuk dasar, yakni bentuk alami, menyampaikan maksud
geometris, bentuk natural dan bentuk menyatu dengan alam atau
abstrak. Maka dalam penelitian Taman menghormati alam.
Kota Ayodia ini dijumpai beberapa
elemen rancang yang memiliki makna D. Gazebo Taman Kota Ayodia :
masing – masing, yaitu :
1. Dua bangunan gazebo yang
terletak berseberangan bertujuan
A. Layout Taman Kota Ayodia :
untuk menyampaikan
1. Tata letak yang hampir pengawasan atau pemantauan
menyerupai segi lima dengan terhadap pemandangan dan
sudut yang alami di dalam aktivitas yang ada di dalamnya.

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017


24 | Yobbi Ananta Wiratama, et al.

2. Bangunan gazebo yang terbuka memberikan keindahan,


(tanpa dinding) bertujuan kenyamanan dan ketenangan
menyampaikan kebebasan dan bagi pengunjung.
terbuka bagi siapapun
Analisis Deskriptif Persepsi
E. Jalan setapak (jogging track): Pengunjung Terhadap Mitos
1. Jalan setapak yang berlekuk Keberadaan Taman Kota Ayodia
alami, menyampaikan tujuan Mitos merupakan sistem
untuk menyatu dengan alam dan komunikasi dan mitos juga adalah
tidak melawan bentuk kontur sebuah pesan, oleh karena itu
aslinya. membenarkan prasangka seseorang
2. Tapak lintasnya yang bertemu bahwa mitos dapat berupa objek,
dengan jalan akses masuk, konsep ataupun ide. Mitos adalah
menyampaikan maksud sebuah cara pemaknaan, sebuah bentuk.
kemudahan akses dan sirkulasi Dan hal ini mengharuskan untuk
yang nyaman bagi menandai batasan historis sebagai syarat
pengunjungnya. penggunaannya. Kendati demikian
pertama – tama yang harus dipahami
F. Tempat duduk berundak : adalah mitos sebagai sebuah bentuk.
Mitos bukan ditentukan oleh objek
1. Tempat duduk yang dirancang
pesannya, melainkan oleh bagaimana
pada tengah lokasi site dengan
cara mitos itu menyampaikan pesannya
jumlah tujuh tingkatan,
sendiri dan juga menekankan bahwa,
bertujuan untuk memberi
“Kita hidup tidak diantara benda –
kemudahan pada pengunjung
benda melainkan dari opini – opini yang
dalam menikmati keindahan
sudah diyakini sebelumnya” (Barthes,
taman tanpa ada gangguan
1972).
pandangan.
Kemudian apabila dikaitkan
2. Bentuk rancang yang
dengan fakta yang diperoleh dari hasil
menyerupai busur bertujuan
observasi dan wawancara di lapangan.
untuk memberikan fokus
Maka hasil untuk memberikan rasa
pandangan pada pusat site
kebanggaan menjadi “tamu raja” dan
taman.
untuk menarik minat pengunjung
Taman Kota Ayodia masih bertolak
G. Tanaman dan tumbuhan :
belakang dengan rencana, visi dan misi
1. Tanaman perdu pendek dan dengan dibangunnya Taman Kota
tanaman tinggi sedang Ayodia. Taman kota yang dibangun
digunakan sebagai penegas garis sebagai tempat untuk menampung
batas antara danau dan jalan kegiatan dan hiburan bagi masyarakat,
setapak, bertujuan untuk justru belum menjadi perhatian
memberikan keindahan, sepenuhnya bagi masyarakat.
kenyamanan dan keamanan bagi Mitos Ayodhya yang merupakan
pengunjung. tempat tinggal para raja dan tempat
2. Tumbuhan tinggi dan besar berkumpulnya dewa – dewa
digunakan sebagai pelindung (Lutgendorf, 1997), dalam esensi sarana
dari terik matahari dan sebagai komunikasi hiburan yang ditawarkan
pereduksi suara (sound/noise oleh Taman Kota Ayodia menjadi
barrier), bertujuan untuk hilang dengan adanya kendala fasilitas

INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi


Makna Arsitektur Taman Kota | 25

yang disiapkan di dalamnya, desain Selanjutnya peneliti


yang indah dan asri belum bisa menganalisis dan mendeskripsikan data
mewakili rasa aman dan nyaman bagi berdasarkan formulasi strategi, seperti
pengunjung. Target pengunjung yang yang disampaikan dalam konsep
seharusnya bisa layak bagi semua Semiotics in Landscape (Jorgensen,
kalangan menjadi hanya terbatas, hanya 1998) disebutkan bahwa, dengan
bisa nyaman bagi kalangan yang menggunakan elemen dan konsep dari
dominan laki – laki. Seharusnya taman semiotik, memungkinkan untuk lebih
kota yang dihadirkan mampu mengembangkan teori atau model
memberikan hiburan, keamanan, lansekap yang dapat mencerminkan
kenyamanan dan tercapainya simbol struktur bahasa pikiran dari taman kota
kebanggaan sebagai “tamu raja” bagi itu. Dengan isu utama dalam pemikiran
masyarakat kota. ini adalah: apa yang diungkapkan taman
Jadi sebaiknya apa yang menjadi kota? Apa yang diinginkan dari taman
pesan atau ide awal dari visi dan misi kota? Apa yang menjadi biografi taman
Taman Kota Ayodia sebagai sarana kota ini? Adakah tekanan,
komunikasi hiburan malah kecenderungan, atau potensi yang jelas
menimbulkan banyak persepsi untuk dalam perancangannya? Dan lalu
dikalangan pengunjungnya dalam apakah tahapan selanjutnya dalam
kunjungannya ke taman ini, sehingga biografi taman kota ini?.
belumlah dapat terealisasikan dalam Kebutuhan yang dipenuhi suatu
konteks fasilitas taman kota sebagai sarana dalam hal ini taman kota bisa
sarana hiburan umum yang menjadi lebih luas lagi. Pengunjung
mencerminkan mitos Ayodhya dalam perlu adanya keterikatan emosional
esensi Sansekerta pada ephos antara sarana hiburan dengan
Ramayana. aktivitasnya sehingga pada akhirnya
bisa memunculkan sentuhan emosional.
Analisis Deskriptif Kebutuhan Dan salah satu unsur yang dapat
Hiburan Pengunjung Terhadap membuat taman kota berhasil menjadi
Penerapan Mitos Ayodhya pada sarana komunikasi hiburan bagi
Taman Kota Ayodia masyarakat adalah terakomodirnya
kegiatan – kegiatan dalam fasilitas
Sebagaimana peneliti mengkaji hiburan ini dengan jaminan kondisi
penerapan Taman Kota Ayodya sebagai yang terasa meyakinkan dan menjamin
sarana komunikasi hiburan, mengacu rasa aman dan nyaman bagi pengunjung
pada hasil observasi dan wawancara sesuai dengan mitosnya.
yang dilakukan pada nara sumber
sebelumnya. Maka wajar apabila 4. Kesimpulan
peneliti menilai, sudah seharusnya
pihak penyedia sarana umum dalam hal Taman Ayodia sebagai salah
ini pemerintah, melakukan evaluasi satu taman dengan desain terbaik di
tahap akhir terlebih dahulu mengenai Jakarta Selatan memiliki karakteristik
fasilitas penunjangnya sebelum taman yang bisa disebut sebagai ikon kota.
kota dibuka untuk umum. Hal ini untuk Dengan harapan Taman Kota Ayodia
memastikan, apakah taman kota sebagai dapat memberikan nilai tambah yang
pemberi dan penampung hiburan bagi nyata baik berupa nilai prestisius
masyarakat dapat diterima dan ataupun nilai kebanggaan bagi
diapresiasikan dengan sama oleh semua masyarakat setempat, hal ini secara
calon pengunjung. umum bisa dinyatakan atau diwujudkan.
Mitos nama Ayodhya seharusnya

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017


26 | Yobbi Ananta Wiratama, et al.

menjadi dasar dari perencanaan Taman dapat memenuhi mitos Ayodhya pada
Kota Ayodia, yaitu aman, nyaman dan ephos Ramayana. Karena taman ini
memberikan kebanggaan. Akan tetapi belum dapat memberikan kenyamanan
pada sebagian masyarakat pengunjung maksimal dalam bentuk gambaran
khususnya warga yang mengerti akan pengunjung sebagai tamu raja, ataupun
kondisi setiap harinya terutama para pengunjung sebagai raja. Bagi
lanjut usia dan wanita, masih merasakan pengunjung rutinnya ataupun
adanya bayangan rasa tidak aman pengunjung dari luar Jakarta, pihak
(insecure) dan kurang nyaman penyedia belum bisa memberikan atau
(uncomfortable). Disaat ruang terbuka menumbuhkan hubungan emosional
hijau seperti Taman Kota Ayodia antara sarana Taman Kota Ayodia
beserta keindahannya mengundang dengan pengunjungnya.
pengunjung lain yang sifatnya lebih
memberikan kesan mengganggu, seperti
Daftar Pustaka
pengamen dan preman musiman yang
sedang mabok pada jam malam dan Buku :
terkadang juga ada disiang hari Arnheim, Rudolf. (1977). The
membuat pengunjung lain untuk pergi Dynamics of Architectural Form,
meninggalkan taman dengan terpaksa. University of California Press, Los
Kurangnya perhatian petugas keamanan Angeles, USA.
dan kantor administratif untuk tempat Barbara, Allan and Pease. (2004). The
melakukan pelaporan, menjadikan Definitive Book of Body Language :
kurangnya nilai keamanan dan How to Read Others' Thoughts by
kenyamanan Taman Kota Ayodia. Their Gestures, Pease International,
Persaingan desain taman kota Australia.
sekarang menjadi tolok ukur Barthes, Roland (1968) Element of
perkembangan majunya suatu kota, Semiology, Hill and Wang Printings,
semua berlomba – lomba memberikan New York 1968.
kenyamanan bagi pengunjung kotanya, Barthes, Roland (1968) Elemen-Elemen
dalam penelitian ini yang dimaksud Semiologi, Jalasutra, Yogyakarta.
salah satunya adalah taman kota. Mulai Barthes, Roland (1957) Mythologies,
dari fitur air mancur bergerak, open Twenty-Fifth Printing, United State
wifi, toilet umum yang bersih dan of America 1991.
terawat, sampai pemenuhan kebutuhan Chandler, Daniel. (2002). Semiotics for
dasar air minum bersih bagi pengunjung Beginners, Routledge & Kegan,
taman. Sungguh sangat disayangkan hal London.
ini masih menjadi kendala bagi para Creswell, John. W. 2002. Research
pengunjung, air mancur yang sering Design: Desain Penelitian
tidak beroperasi, wifi masih harus Pendekatan Kualitatif dan
berbayar belum sepenuhnya free service Kuantitatif. Kik Press Jakarta.
karena masih menggunakan fasilitas Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda,
wifi id, toilet masih minim jumlahnya dan Makna : Buku Teks Dasar
dan kurang terawat serta tidak adanya Mengenai Semiotika dan Teori
petugas kebersihan toilet yang Komunikasi. Jalasutra, Yogyakarta.
ditugaskan untuk minimal standby Hall, Stuart, (1980).
sesuai waktu operasional. Taman Kota Encoding/Decoding The Media and
Ayodia sebagai ikon kota kebanggaan Language, Hutchison Print, London.
Jakarta selatan, belum sepenuhnya

INTER KOMUNIKA Jurnal Komunikasi


Makna Arsitektur Taman Kota | 27

Hopkins, E. W. (1901). The Great Epic of Montenegro, Montenegro, pp. 68-


of India, Its Character and Origin, 69.
Yale University, Cambridge USA. Widyaningsih & Nikken Setyowati.
Laurie, Michael. (1986). An (2001). Relevansi Preferensi
Introduction to Landscape Penduduk Terhadap Fasilitas Kota
Architecture, American Elvesier Yang mempengaruhi Faktor
Publishing Co, Inc., New York. Perkembangan Kota.
Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika
dan Hipersemiotika : Kode, Gaya, Data Online :
dan Matinya Makna, Edisi ke Ayodhya and The Research on the
Empat. Matahari, Bandung. Temple of Lord Rama :
Preziosi, Donald. (1983). Minoan https://www.stephen-
Architectural Design, Approach to knapp.com/ayodhya_and_the_resear
Semiotics, Mouton Publisher, ch_on_the_temple_of_Lord_Rama.h
Amsterdam. tm
Sugiyono. (2008). Metodologi Ayodhya Is Lord Rama’s Birthplace :
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif https://swarajyamag.com/culture/ayodh
dan R&D. Alfabeta, Bandung. ya-and-rama-who-said-what
Snyder, C. James, (2000). Pengantar Manas Religious Texts of India
Arsitektur, PT. Erlangga, Jakarta Ramayana :
Timur. http://www.sscnet.ucla.edu/southasia/R
eligions/texts/Ramaya.html
Jurnal : Communication as a Field :
Gawlikowska, P. Anna. (2013). From http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.11
Semantics to Semiotics. 11/j.1468-2885.1999.tb00355.x/pdf
communication of Architecture, Mass Comunication Theory :
Swiss Federal institute of https://masscommtheory.com/2010/02/2
technology, Switzerland, pp. 58. 7/schema-theory-a-quick-
Handinoto, (1992). Alun-Alun background/
Sebagai Identitas Kota Jawa, Dulu
dan Sekarang, Universitas Petra,
Surabaya, pp. 3-10.
Hendarto, R. Mulyo (1997). Teori
Perkembangan dan Pertumbuhan
Kota, Makalah Diskusi Rutin
Fakultas Ekonomi, Semarang, pp. 4.
Jogersen, Karsten (1998). Semiotics in
Landscape Design, Landscape
Review, Norway, 1, pp. 41-44
Sondhi, Priyanka. (2015).
Architecture as Communication: A
Study of the role of Form, Function
and Context in evoking Meaning,
Rochester Institute Of Technology,
New York, pp. 91-112.
Vuckovic, S. S. (2013). Architectural
Communication: Intra and Extra
Activity of Architecture, University

ISSN 2548-3749 | Vol 2,No.1, Th, 2017

Anda mungkin juga menyukai