Anda di halaman 1dari 14

Pada pembahasan di atas ditunjukkan bahwa untuk penyelesaian persamaan Schrodinger

bagian polar kita harus menyelesaikan melalui dua tahap yaitu penyelesaian persamaan
diferensial fungsi Legendre dan kemudian dilanjutkan dengan persamaan diferensial fungsi
Legendre terasosiasi.

5.5 Persamaan Schrodinger Bagian Radial


Bagian radial dari persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen telah dijabarkan pada
bagian awal bab ini seperti yang ditunjukkan pada pers (5.9), dengan mengganti 𝜆 = 𝑙(𝑙 + 1)
yang diperoleh dalam pembahasan persamaan polar fungsi Legendre, persamaan Schrodinger
bagian radial dinyatakan sebagai
1 𝑑 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒 𝑟 2 𝑒2
𝑟 2 𝑑𝑟 + 𝐸+ = 𝑙(𝑙 + 1) (5.45)
𝑅 𝑑𝑟 ℏ2 𝑟

untuk sistem CGS, atau


1 𝑑 𝑑𝑅 2𝑚 𝑒 𝑟 2 𝑒2
𝑟 2 𝑑𝑟 + 𝐸 + 4𝜋𝜀 = 𝑙(𝑙 + 1) (5.46)
𝑅 𝑑𝑟 ℏ2 0𝑟

untuk sistem SI.


Karena elektron dalam keadaan terikat dengan inti maka energi elektron negatif sehingga
energi eigen nilai dapat ditulis menjadi E   E .

Dengan memisalkan
1/ 2
 8m E 
1/ 2
 8me E 
   e2 
 r = r dimana    2

  2 (5.47)
     

2
maka r 2 
2

e2  me 
1/ 2
e me 2
e 2 me
dan     =  (5.48)
2 o   8 E 
 2 0  2
 4 0  2
dan bila pers (5.47) dan (5.48) dimasukkan ke persamaan (5.45) maka diperoleh
𝛼2 𝜕 𝜕𝑅 𝛼 2 𝑙(𝑙+1) 𝛽 1
𝜌2 𝜕𝜌 − 𝑅 + 𝛼2 −4 𝑅 =0 (5.49)
𝜌 2 𝜕𝜌 𝜌2 𝜌

Kemudian pers (5.47) dibagi dengan  2 akan diperoleh


1 𝜕 𝜕𝑅 𝑙(𝑙+1) 𝛽 1
𝜌2 𝜕𝜌 − 𝑅+ −4 𝑅 =0 (5.50)
𝜌 2 𝜕𝜌 𝜌2 𝜌

129
Untuk menentukan penyelesaian persamaan (5.50) dicari lebih dahulu penyelesaian
pendekatan untuk daerah di mana jari jari kulit bola sangat besar dan sangat kecil (di sekitar
pusat koordinat). Sebelum diselesaikan untuk ρ yang sangat besar dan mendekati nol, kita
misalkan fungsi gelombang baru pada persamaan (5.50) dinyatakan sebagai
𝑈(𝜌)
𝑅= (5.51)
𝜌

sehingga suku pertama pers (5.50) berubah menjadi


1 𝜕 𝜕 𝑈 1 𝜕 𝜕𝑈 𝑈 1 𝜕𝑈 𝜕2𝑈 𝜕𝑈 1 𝜕2𝑈
𝜌2 𝜕𝜌 = 𝜌 2 𝜕𝜌 𝜌2 − 𝜌2 = 𝜌2 + 𝜌 𝜕𝜌 2 − 𝜕𝜌 = 𝜌 𝜕𝜌 2
𝜌 2 𝜕𝜌 𝜌 𝜌𝜕𝜌 𝜕𝜌

Dan pers (5.50) tereduksi menjadi persamaan deferensial dengan fungsi gelombang U
𝜕2𝑈 𝑙(𝑙+1) 𝛽 1
− 𝑈+ −4 𝑈 =0 (5.52)
𝜕𝜌 2 𝜌2 𝜌
𝑙(𝑙+1)
Pada persamaan (5.52) untuk daerah di tak berhingga dimana    , mengakibatkan ,
𝜌2


dan , menuju nol, sehingga pers (5.52) berubah menjadi

𝜕2𝑈 1
−4𝑈 = 0 (5.53)
𝜕𝜌 2

Pers diferensial orde dua pada pers (5.53) merupakan persamaan diferensial orde dua
sederhana yang mempunyai penyelesaian bentuk eksponensial yang dinyatakan sebagai
𝑈 ∝ 𝑒 −𝜌/2 (5.54)
Sedangkan untuk daerah disekitar titik asal   0 , harga limit pers (5.52) adalah
𝜕2𝑈 𝑙(𝑙+1) 𝛽 1 𝜕2𝑈 𝑙(𝑙+1)
lim𝜌→0 − 𝑈+ −4 𝑈 =0 → − 𝑈=0 (5.55)
𝜕𝜌 2 𝜌2 𝜌 𝜕𝜌 2 𝜌2
𝛽 1 𝑙(𝑙+1)
karena harga 𝜌 − 4 diabaikan terhadap untuk   0 .
𝜌2

Kemudian pers (5.55) diselesaikan dengan metode Frobeneus dalam bentuk deret, karena
𝑙(𝑙+1)
untuk harga   0 menyebabkan harga B(  ) = =  , maka titik 𝜌 merupakan titik
0

regular singular dan penyelesaian pers (5.55) berbentuk deret yang dinyatakan sebagai

𝑈 = 𝜌𝑠 𝑘=0 𝑐𝑘 𝜌𝑘 (5.56)

130
Pers (5.56) dimasukkan ke dalam pers (5.55)
𝑙(𝑙+1) 𝑙(𝑙+1)
− 𝑈=− 𝑐0 𝜌 𝑠 + 𝑐1 𝜌 𝑠+1 + 𝑐2 𝜌 𝑠+2 + 𝑐3 𝜌 𝑠+3 + ⋯
𝜌2 𝜌2

𝜕2𝑈 𝜕2
= 𝜕𝜌 2 𝑐0 𝜌 𝑠 + 𝑐1 𝜌 𝑠+1 + 𝑐2 𝜌 𝑠+2 + 𝑐3 𝜌 𝑠+3 + ⋯
𝜕𝜌 2
+

0 = 𝜌 𝑠−2 𝑐0 −𝑙 𝑙 + 1 + 𝑠(𝑠 − 1) + 𝜌 𝑠−1 −𝑐1 𝑙 𝑙 + 1 + 𝑐1 𝑠(𝑠 + 1) + 𝜌 𝑠 𝑐2 −𝑙 𝑙 + 1 +


𝑠 + 2 (𝑠 + 1)
Dengan mengenolkan koefisien dari suku dengan variabel  untuk pangkat terendah,  s  2 ,
yaitu −𝑙 𝑙 + 1 + 𝑠 𝑠 − 1 = 0 yang merupakan “indices equation” sehingga diperoleh
𝑠 = −𝑙 atau 𝑠 = 𝑙 + 1, dan untuk penyelesaian pers (5.55) dipilih harga 𝑠 = 𝑙 + 1, karena
kalau dipilih harga 𝑠 = −𝑙 , untuk   0 menyebabkan harga U atau R menuju tak
berhingga sehingga fungsi gelombang tak ternormalisasi. Untuk 𝑠 = 𝑙 + 1, penyelesaian
pendekatan disekitar titik   0 adalah
𝑈 ∝ 𝜌𝑙+1 (5.57)
Penyelesaian umum untuk U adalah perkalian antara penyelesaian pendekatan di titik
   dengan penyelesaian untuk   0 dan dengan suatu fungsi L(𝜌) yang dinyatakan
sebagai
𝜌
𝑈 = 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝐿(𝜌) (5.58)
𝜌
atau 𝑅(𝜌) = 𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿(𝜌) (5.59)
Kemudian kita masukkan pers (5.58) ke dalam persamaan (5.54) sehingga kita akan
memperoleh PD orde dua fungsi Laguerre L dengan langkah-langkah sebagai berikut:

𝜌 𝜌 𝜌
𝜕𝑈 1 𝜕𝐿
= 𝑙 + 1 𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + 𝜌𝑙+1 − 2 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 (5.60)
𝜕𝜌
C
A B

131
Kemudian masing-masing bagian A, B, dan C didefernsialkan sekali lagi untuk menghitung
𝜕2𝑈
𝜕𝜌 2
𝜌 𝜌 𝜌
𝜕2𝑈 1 𝜕𝐿
= 𝑙 + 1 𝑙𝜌𝑙−1 𝑒 −2 𝐿 𝜌 − 2 (𝑙 + 1)𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + (𝑙 + 1)𝜌𝑙 𝑒 −2 𝜕𝜌
𝜕𝜌 2 𝐴
𝜌 𝜌 𝜌
𝜕2𝑈 1 1 1 𝜕𝐿
=− 𝑙+1 𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + 4 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝐿 𝜌 − 2 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌
𝜕𝜌 2 𝐵 2
𝜌 𝜌 𝜌
𝜕2𝑈 𝜕𝐿 1 𝜕𝐿 𝜕2𝐿
= 𝑙 + 1 𝜌𝑙 𝑒 −2 𝜕𝜌 − 2 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 + 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 2
𝜕𝜌 2 𝐶

+
𝜌 𝜌 𝜌 𝜌
𝜕2𝑈 1 𝜕𝐿
= 𝑙 + 1 𝑙𝜌𝑙−1 𝑒 −2 𝐿 𝜌 − (𝑙 + 1)𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + 4 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + 2(𝑙 + 1)𝜌𝑙 𝑒 −2 𝜕𝜌 −
𝜕𝜌 2
𝜌 𝜌
𝜕𝐿 𝜕2𝐿
𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 + 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 2 (5.61)
𝜌 𝜌 𝜌
𝜕2𝑈 𝑙+1 𝑙 (𝑙+1) 1 2(𝑙+1) 𝜕𝐿 𝜕2𝐿
= − + 4 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝐿 𝜌 + − 1 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 + 𝜌𝑙+1 𝑒 −2 𝜕𝜌 2
𝜕𝜌 2 𝜌2 𝜌 𝜌

Dengan memasukkan pers (5.58), dan (5.61) ke dalam pers (5.52) diperoleh
𝜕2𝐿 𝜕𝐿
𝜌 𝜕𝜌 2 + 2 𝑙 + 1 − 𝜌 + 𝛽 − (𝑙 + 1) 𝐿 = 0 (5.62)
𝜕𝜌

Kemudian pers (5.62) diselesaikan secara langsung dengan penyelesaian bentuk deret
menggunakan metode Frobeneus. Pada pers (5.62) dapat dilihat bahwa PD orde dua ini
mempunyai titik ordinary untuk 𝜌 = 2 𝑙 + 1 dan titik regular singular untuk 𝜌 = 0, karena
𝜌 = 0 lebih sederhana dari pada 𝜌 = 2 𝑙 + 1 , maka untuk penyelesaian pers (5.62) dipilih
penyelesaian dalam bentuk deret di sekitar titik 𝜌 = 0, yaitu

𝐿 = 𝜌𝑠 𝑘=0 𝑎𝑘 𝜌𝑘 = 𝑎0 𝜌 𝑠 + 𝑎1 𝜌 𝑠+1 + 𝑎2 𝜌 𝑠+2 + 𝑎3 𝜌 𝑠+3 + … …. (5.63)
Bila pers (5.63) dimasukkan ke dalam pers (5.62) akan diperoleh rumus rekursi dengan
langkah penyelesaian sebagai berikut:
𝛽 − (𝑙 + 1) 𝐿 = 𝛽 − (𝑙 + 1) 𝑎0 𝜌 𝑠 + 𝑎1 𝜌 𝑠+1 + 𝑎2 𝜌 𝑠+2 + 𝑎3 𝜌 𝑠+3 + …
𝜕𝐿
2 𝑙+1 −𝜌 = 2 𝑙 + 1 − 𝜌 𝑠𝑎0 𝜌 𝑠−1 + (𝑠 + 1)𝑎1 𝜌 𝑠 + (𝑠 + 2)𝑎2 𝜌 𝑠+1 + (𝑠 + 3)𝑎3 𝜌 𝑠+2 + …
𝜕𝜌

𝜕2𝐿
𝜌 𝜕𝜌 2 = 𝜌 𝑠(𝑠 − 1)𝑎0 𝜌𝑠−2 + (𝑠 + 1)𝑠𝑎1 𝜌𝑠−1 + 𝑠 + 2 (𝑠 + 1)𝑎2 𝜌𝑠 + 𝑠 + 3 (𝑠 + 2)𝑎3 𝜌𝑠+1 + …

____________________________________________________ +
0 = 𝑠(𝑠 − 1)𝑎0 + 2 𝑙 + 1 𝑠𝑎0 𝜌 𝑠−1 + 𝛽 − (𝑙 + 1) 𝑎0−𝑠𝑎0 + 2(𝑙 + 1)(𝑠 + 1)𝑎1 + (𝑠 + 1)𝑠𝑎1 𝜌 𝑠 +
𝛽 − (𝑙 + 1) 𝑎1 −(𝑠 + 1)𝑎1 + 2(𝑙 + 1)(𝑠 + 2)𝑎2 + 𝑠 + 2 (𝑠 + 1)𝑎2 𝜌 𝑠+1 (5.64)

132
Bila setiap koefisien dari variabel ρ pada pers (5.64) disamakan dengan nol, maka diperoleh
hubungan antara koefisien dari pangkat yang berturutan sebagai berikut:
Untuk ρs-1: 𝑠(𝑠 − 1)𝑎0 + 2 𝑙 + 1 𝑠𝑎0 = 0 𝑠 (𝑠 − 1) + 2 𝑙 + 1 = 0 yang merupakan ”index
equation” dan diperoleh harga s = 0 atau 𝑠 = − 2𝑙 + 1 . Dari dua macam harga s tersebut
dipilih harga
s = 0 supaya untuk harga ρ menuju 0 harga fungsi gelombang terdefinisi.
𝜌𝑠 : 𝛽 − (𝑙 + 1) 𝑎0 −𝑠𝑎0 + 2(𝑙 + 1)(𝑠 + 1)𝑎1 + (𝑠 + 1)𝑠𝑎1 = 0
𝑙+1 −𝛽+𝑠
𝑎1 = 𝑎0
𝑠+1 (2𝑙+2+𝑠)

𝑙+1 −𝛽
untuk s = 0 𝑎1 = 𝑎0
1 (2𝑙+2)

𝜌 𝑠+1 : 𝛽 − (𝑙 + 1) 𝑎1 −(𝑠 + 1)𝑎1 + 2(𝑙 + 1)(𝑠 + 2)𝑎2 + 𝑠 + 2 (𝑠 + 1)𝑎2 = 0


𝑙 + 1 − 𝛽 + (𝑠 + 1)
𝑎2 = 𝑎1
𝑠 + 2 (2𝑙 + 2 + 𝑠 + 1)
𝑙+1 −𝛽 +1
untuk s = 0 diperoleh 𝑎2 = 𝑎1
2 (2𝑙+2+1)

Dari penjabaran di atas dapat digeneralisasikan untuk hubungan antara koefisien dari 𝜌 𝑠+𝜈
yang dinyatakan sebagai
𝑙+1 −𝛽 +(𝑠+𝜈)
𝑎𝜈+1 = 𝑎𝜈 (5.65)
𝑠+𝜈+1 (2𝑙+2+𝑠+𝜈)

dan untuk s=0


𝑙+1 −𝛽 +𝜈
𝑎𝜈+1 = 𝑎𝜈 (5.66)
𝜈+1 (2𝑙+2+𝜈)

Pers (5.66) merupakan persamaan rekursi untuk s = 0 yang menentukan harga koefisien av
pada deret dari fungsi L(ρ). Misalkan nilai koefisien terendah adalah a0 = A dan berharga
konstan yang ditentukan dengan menggunakan kondisi normalisasi fungsi gelombang,
dengan menggunakan pers (5.66) dapat ditentukan harga a1 , dan dengan diketahui harga a1
akan dapat juga ditentukan harga a2, dan seterusnya untuk harga koefisien yang lebih tinggi.
Untuk harga v yang besar yang bersesuaian untuk harga ρ yang besar juga, dimana
deret didominasi oleh pangkat tinggi, maka 𝑙 + 1 − 𝛽 diabaikan terhadap v dan demikian
juga 2l + 2 juga diabaikan terhadap 𝜈 sehingga pers (5.66) dapat didekati dengan bentuk
persamaan
𝜈 𝑎𝜈
𝑎𝜈+1 = 𝜈+1 (𝜈)
𝑎𝜈 atau 𝑎𝜈+1 = 𝜈+1
(5.67)

133
A
Dari persamaan rekursi pada pers (5.66) diperoleh a  dan pers (5.63) dapat dituliskan
!
menjadi
𝜈
∞ 𝜌
𝐿 𝜌 =𝐴 𝜈=0 𝜈! = 𝐴𝑒 𝜌

Dan fungsi gelombang U(ρ ) pada pers (5.58) dapat dinyatakan


𝑈 = 𝐴𝜌𝑙+1 𝑒 𝜌/2 (5.68)
Dapat dilihat bahwa fungsi gelombang pada pers. (5.68) akan berharga tak berhingga, yang
mana sebelumnya penyelesaian fungsi gelombang yang merupakan fungsi eksponensial
positif sudah tidak dipilih karena menyebabkan fungsi gelombang berharga tak berhingga
dan tak dapat dinormalisasi. Hanya ada satu cara untuk menghindari harga fungsi gelombang
menuju tak berhingga, yaitu deret harus terputus dan berhingga untuk harga  max yang

merupakan bilangan bulat tertentu sehingga a max 1  0 , dan dari pers (5.66) diperoleh

𝑙 + 1 − 𝛽 + 𝜈𝑚𝑎𝑥 = 0 (5.69)
Dengan mendefinisikan  max    1  n , maka n juga harus merupakan bilangan bulat yang

nantinya akan disebut sebagai bilangan kuantum utama, sehingga 𝛽 = 𝑛 dan  adalah
merupakan bilangan kuantum radial.
𝑒2 𝑚 𝑒 1/2
Dengan menggunakan pers (5.69) dan (5.48) yang dinyatakan sebagai 𝛽 = 2𝜋𝜀
0ℏ 8𝐸

maka diperoleh energi dari elektron yang mengorbit inti pada kulit n tertentu yang
dinyatakan sebagai
𝑚𝑒𝑒4
𝐸𝑛 = −𝐸𝑛 = , atau
4𝜋𝜀 0 2 2ℏ2 𝛽 2

𝑚𝑒𝑒4
𝐸𝑛 = − (5.70)
4𝜋𝜀 0 2 2ℏ2 𝑛 2

Pers (5.68) sama dengan persamaan energi elektron yang diusulkan oleh Bohr.

4 0 2 me2 1
Bila didefinisikan ao   0,529 x1010 m adalah radius bohr, dan  n   ,
me e 2
4 0  n na0
2

2 2
maka pers (5.68) dapat ditulis menjadi En   n (5.71)
2me

134
Contoh:
me e 4
untuk n=1, E1   = -13,6 eV
(4 o ) 2 2 2

Karena n=1, maka   0 dan berdasarkan pers (5.69) maka   0 sehingga dengan
menggunakan pers (5.59) diperoleh
𝑅10 (𝜌) ≈ 𝑎0 𝑒 −𝜌/2

sedangkan untuk n=2, dimana elektron berada pada keadaan tereksitasi tingkat pertama,
energi elektron adalah
me e 4
E2   = -3,4 eV
(4 o ) 2 2 2 4

Untuk n=2 maka harga l = 0 atau l = 1 Untuk l = 0 dan harga   0 diperoleh a1  a0

sedangkan untuk   1 maka a2  0 dan diperoleh R20    a0 (1   )e   / 2 . Bila l = 0, maka

  0 sehingga R21   a0 e   / 2 . Masing-masing fungsi gelombang dapat dinormalisasi


dengan menggunakan persamaan
∞ 3
2𝜌
𝑅𝑛𝑙 (𝜌) 𝑑𝜌 = 1
0 𝛼3

Dengan substitusi 𝛽 = 𝑛 persamaan (5.62) menjadi


𝑝 𝑝
𝜕 2 𝐿𝑞 𝜕𝐿𝑞
𝜌 + 2 𝑙+1 −𝜌 + 𝑞 − 𝑝 𝐿𝑝𝑞 = 0 (5.72)
𝜕𝜌 2 𝜕𝜌

persamaan (5.72) ini tidak lain adalah persamaan differensial Laguerre terasosiasi, yang
mempunyai bentuk umum
𝑝 𝑝
𝜕 2 𝐿𝑞 𝜕𝐿𝑞
𝜌 + 𝑝+1−𝜌 + 𝑞 − 𝑝 𝐿𝑝𝑞 = 0 (5.73)
𝜕𝜌 2 𝜕𝜌

Pers (5.73) equivalen dengan pers (5.72), maka 2(l+1)= p+1 atau 2l +1=p dan dari n-
(l+1)=q-p diperoleh n+ l = q.

5.6 Penyelesaian Fungsi Gelombang Bagian Radial dengan Fungsi Pembangkit


Laguerre.

Pers (5.72) dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi pembangkit Laguerre yang
dinyatakan dalam persamaan (5.74)
135
 s
 q
Ls 1 s
e
U (  , s)   q (5.74)
1 s q!
Bila kedua ruas kiri dan kanan pada pers (5.74) didiferensialkan terhadap ρ diperoleh
 s

d d e d L sq 1 s
U (  , s)  { } { q }
d d 1  s d q!
atau
 s

 s e 1s Lq s Lq s q q 1
Lq s q Lq s q1
{ }  atau    {  } (5.75)
1 s 1 s q! q! q! q!
Bila pangkat s untuk semua suku pada ruas kiri dan kanan disamakan menjadi sq, yaitu untuk
ruas kiri

s q1  s q sehingga Lq  Lq1 dan q! (q  1)! (5.76)


dan untuk suku ke dua ruas kanan
s q1  s q dan Lq  Lq 1 dan q! (q  1)! (5.77)

dan bila pernyatan (5.76) dan (5.77) dimasukkan ke pers (5.75) maka pers (5.75) berubah
menjadi
Lq  qLq 1  qLq1 (5.78)

Kemudian ruas kiri dan kanan pers (5.74) didiferensialkan terhadap s diperoleh
 s
   s(1) 

 s
e 1s   
2 
 s
q 1
Lq s q 1 s
 1  s (1  s )   e 1s (1) = Lq qs
 q!
d d e d
U (  , s)  { }  { }
ds ds 1  s ds q! 1 s (1  s) 2

 s
e 1s  s  Lq qs q1
(1  s) 2
  
 1  s
 1 =

 q!

 s
1 s
    s  1 Lq qs q1

e
2   = 
(1  s)  1  s  q!

Lq qs q1
(   s  1)
Lq s q
q!
  q!
1  2s  s 
2

136
Lq s q Lq s q1 Lq s q Lq qs q1 2qLq s q qLq s q1
atau  (  q!

q!
+
q!
)  (
q!

q!

q!
) (5.79)

Dengan menggunakan pengubahan pangkat dari s sedemikian semua s pangkatnya sama


yaitu sq, seperti pada argumentasi (5.76) dan (5.77) untuk pers (5.79) akan diperoleh
Lq s q Lq1s q Lq s q Lq1 (q  1)s q 2qLq s q (q  1) Lq1s q
 (   + )  (   ) (5.80)
q! (q  1)! q! (q  1)! q! (q  1)!
Maka pers (5.80) dapat dituliskan menjadi pers (5.81)
Lq1  (2q  1   ) Lq  q 2 Lq1 (5.81)

Bila pers (5.81) didiferensialkan terhadap ρ dieroleh pers (5.82) dan kemudian dikurangi
dengan pers (5.78) yang telah dikalikan dengan q yang menghasilkan pers (5.83) , yaitu
Lq 1  (2q  1   ) Lq  Lq  q 2 Lq 1 (5.82)

 q 2 Lq1 = qLq  q 2 Lq 1 (5.83)

_______________________________ _

Lq 1  q 2 Lq1  (q  1   ) Lq  Lq (5.84)

Bila pada pers (5.78), variabel q diubah menjadi q+1, yaitu Lq 1  (q  1) Lq  (q  1) Lq

dan kemudian dimasukkan kedalam pers (5.84) diperoleh pers (5.85)


 qLq  q 2 Lq1   Lq (5.85)

Kemudian pers (5.84) didiferensialkan terhadap ρ diperoleh


 qLq  q 2 Lq 1   Lq  Lq (5.86)

Bila pers (5.85) dimasukkan ke pers (5.83) maka pers (5.83) berubah menjadi
 qLq  Lq = qLq  q 2 Lq 1 atau q 2 Lq 1  qLq  Lq  qLq (5.87)

Kemudian pers (5.87) dimasukkan ke pers (5.86):


 qLq  qLq  Lq  qLq   Lq  Lq atau

Lq  (1   ) Lq  qLq  0 (5.88)

137
Persamaan (5.88) disebut pers. diferensial orde dua fungsi Laguerre. Untuk
menentukan penyelesaian fungsi gelombang atom H diperlukan persamaan diferensial fungsi
Laguerre terasosiasi yang dapat diperoleh dengan cara mendiferensialkan PD fungsi Laguerre
terhadap variable ρ sebanyak p kali. Persamaan diferensial orde dua Laguerre terasosiasi
pada pers (5.73) identik dengan persamaan diferensial pada pers (5.72). Pendiferensialan px
di lakukan dengan langkah sebagai berikut:
Mula-mula pers (5.88) didiferensialkan 1x terhadap ρ sehingga diperoleh
  
Lq   Lq  (1   ) Lq  Lq  q Lq  0
   (5.89)
     
Bila Lq  L1q , Lq  L1q  Lq dan Lq  L1q  Lq , maka pers (5.89) ditulis dalam
  
bentuk
 
Lq  L1q  (1   ) L1q  Lq  qL1q  0 atau
 
L1q  (1  1   ) L1q  (q  1) L1q  0 (5.90)

Bila pers (5.90) didiferensialkan 1x lagi terhadap ρ diperoleh


   
L1q  L2q  (1  1   ) L2q  L1q  (q  1) L2q  0
 
Atau L2q  (2  1   ) L2q  (q  2) L2q  0
(5.91)
Dari hasil pendiferensialan pers (5.88) terhadap ρ sebanyak 1x, lihat pers (5.90) dan 2x, lihat
pers (5.91), dapat ditarik generalisasi untuk pendeferensialan sebanyak px yaitu
 
Lqp  ( p  1   ) Lqp  (q  p) Lqp  0 (5.92)

   p 
karena p 1
L L , L
p p 1
L
p
, dan Lq  Lqp .

q q q q p

Bila pada pers (5.92), harga p=2l+1 dan 𝑞 = 𝛽 + 𝑙, maka pers (5.92) sama dengan pers
(5.73) yang merupakan persamaan Diferensial orde dua fungsi Laguerre terasosiasi.
Penyelesaian pers (5.92) dinyatakan dalam bentuk polinom Laguerre terasosiasi Lqp yang d

dalam rumus Rodrigues dinyatakan sebagai

Lqp   
q!
e
q  p ! d q
e  
d q  q p
(5.93)

138
dimana koefisien p dan q merupakan fungsi dari bilangan kuantum orbital  dan bilangan
bulat n yang nantinya disebut bilangan kuantum utama seperti ditunjukkan pada pers (5.94)
p=2l+1
𝑞 =𝑛+𝑙 (5.94)
Jadi penyelesaian pers (5.73) adalah
𝑛 +𝑙 ! 𝑑 𝑛 +𝑙
𝐿 = 𝐿𝑝𝑞 = 𝐿2𝑙+1
𝑛+𝑙 𝜌 = 𝑒 𝜌 𝑑𝜌 𝑛 +𝑙 𝑒 −𝜌 𝜌𝑛−(𝑙+1) (5.95)
𝑛− 𝑙+1 !

Penyelesaian fungsi gelombang bagian radial yang diperoleh dengan menggunakan pers.
(5.95) dan pers (5.59) dinyatakan sebagai
𝜌
𝑅 = 𝑅𝑛𝑙 = 𝑁𝑛𝑙 𝜌𝑙 𝑒 −2 𝐿2𝑙+1
𝑛 +𝑙 (𝜌) (5.96)
dengan 𝑁𝑛𝑙 adalah konstanta normalisasi yang ditentukan dengan kondisi normalisasi
∞ ∗
0
𝑅𝑛𝑙 𝑅𝑛′𝑙′ 𝑟 2 𝑑𝑟 = 𝛿𝑛𝑛 ′ 𝛿𝑙𝑙′ (5.97)
sehingga diperoleh hasil seperti yang tertuang pada Schiff (Quantum Mechanics, 1968)
2 3 𝑛−𝑙−1 !
𝑁𝑛𝑙 = (5.98)
𝑛𝑎 0 2𝑛{ 𝑛 +𝑙 !}3
2
dengan 4 02 adalah radius bohr dan  n  me 2  1 .
ao 
m e 
e
2
4 0  n na0

Dengan demikian, solusi lengkap persamaan (5.50) dinyatakan sebagai


3 1/2 𝑙
2 𝑛 −𝑙−1 ! 2𝑟 2𝑟
𝑅𝑛𝑙 𝑟 = 𝑒 −𝑟/𝑛𝑎 0 𝐿2𝑙+1
𝑛+𝑙 (5.99)
𝑛𝑎 0 2𝑛{ 𝑛+𝑙 !}3 𝑛𝑎 0 𝑛𝑎 0

atau
𝑛−𝑙−1 ! 1/2
𝑅𝑛𝑙 𝑟 = 2𝛾𝑛 3
2𝛾𝑛 𝑟 𝑙 𝑒 −𝛾𝑛 𝑟 𝐿2𝑙+1
𝑛+𝑙 2𝛾𝑛 𝑟 (5.100)
2𝑛 { 𝑛 +𝑙 !}3

Berdasarkan hubungan p, q, n dan l serta penyebut pada pers (5.93) didapat bahwa q - p
harus lebih besar atau sama dengan nol, atau
p q (5.101)
maka (2l+1)  n+l, atau lebih tepatnya 𝑙 ≤ 𝑛 − 1 (5.102)
jadi untuk n tertentu maka
𝑙 = 0,1,2,3,...,n-1 (5.103)
Contoh : Tentukan R 10 ,R 20 , R 21
Rumus umum fungsi gelombang bagian radial adalah:

139
3 1/2 𝑙
2 𝑛 −𝑙−1 ! 2𝑟 2𝑟
𝑅𝑛𝑙 𝑟 = 𝑒 −𝑟/𝑛𝑎 0 𝐿2𝑙+1
𝑛+𝑙
𝑛𝑎 0 2𝑛{ 𝑛+𝑙 !}3 𝑛𝑎 0 𝑛𝑎 0

Untuk R10, n=1 dan l = 0 maka


0
 1/ 2
 2  0!   r  r / 1.ao 2.01  r 
3

R10 r       2  e L10  2 


 o 
1.a 2.11!  1.ao   1ao 

3/ 2
1 1 r 
R10 r   2  1.e r / ao L1  2 
 ao   ao 

e    q p  diperoleh
q

Dan dari persamaan L   


q!p  d
e
q  p ! d
q q

L11   
1!
e
d1
1  1! d  1

e    
0

L11    1

R10 r   2a0 
3 / 2
sehingga .e r / ao
Dengan jalan yang sama untuk R20 diperoleh
0
 1/ 2
 2  2  0  1!  r   r / 2.ao 2.01  r 
3

R20 r     3 
 2  e L2  0  2 
 2ao  2.2{2!}   2ao   2ao 

 1 3 / 2 1
 r / 2 ao 1  r 
3
R20 r    
1 r
  .e L2    { 2 }2 e  2 r L12 ( )
 
 a0  4 2  ao  2 a0

 r  r
L12    2(  2) ,
 a0  a0

1 
3/ 2
 1  r
maka R20 r     e o (2 
r / a )
 0 
2 2 a a 0

1
 1/ 2
 2  2  1  1!   r   r / 2 ao 2.11  r 
3

R21r     3
 2  e L2 1  2 
 o 
2 a 2.2{2  1!}   2 ao   2 ao 

 1 3 / 2 1 1  r 
 r / 2 ao 3  r 
R21r      e L3  
 0 
a 12 6  o 
a  ao 

140
 r 
r
d3   r  r 0 
L   
3 3!
e a0  e a0   
a  
 a0  3  3!  r  
3 3
 0 
d  
 a0 
 r 
r r

L    6.e a0 e a0  6
3
3
 a0 
 r   r / 2 ao
jadi R21r   a0 3 / 2 
1
e
2 6  a0 
Hasil perhitungan fungsi gelombang bagian radial dengan menggunakan polynomial
Laguarre terasosiasi dicantumkan pada Tabel 5.2, sedangkan hasil perhitungan fungsi
gelombang bagian polar, azimuth dan radial bersama-sama dituangkan pada Tabel 5.3
Tabel 5.2 Fungsi Radial yang dinyatakan sebagai fungsi a0
n  Rn
3 / 2
1 0 2ao e  r / ao

2 0 1 3 / 2
ao (2  r / ao )e r / 2 ao
2 2
2 1 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao
2 6
3 0 1 3 / 2
(6  4r / ao  4r 2 / 9a0 )e r / 3ao
2
ao
9 3
3 1 1 3 / 2
ao (2r / 3ao )(4  2r / 3ao )e r / 3ao
9 6
3 2 1 3 / 2
ao (2r / 3ao ) 2 e r / 3ao
9 30

Dari diskusi di atas dapat dijelaskan bahwa 𝜓𝑛𝑙𝑚 adalah eigen fungsi yang terkait dengan
energi eigen nilai En dengan nilai 0 ≤ 𝑙 ≤ (𝑛 − 1) dan−𝑙 ≤ 𝑚 ≤ 𝑙 . Dengan menghitung
semua state yang mungkin untuk energi yang sama, dapat dilihat bahwa setiap eigen value
terdegenerasi sebanyak n2 yaitu :
𝑛−1 𝑙 𝑛 −1
𝑙=0 −𝑙 𝑚= 𝑙=0 2𝑙 + 1 = 𝑛2

141
Setiap state dengan eigen fungsi 𝜓𝑛𝑙𝑚 ditandai dengan 3 bilangan kuantum n, l dan m
adalah eigen state dari 3 besaran yang terukur secara serentak yaitu :
Tabel 5.3 Fungsi 𝜓𝑛𝑙𝑚 yang dinyatakan sebagai fungsi a0
n l m 𝜓𝑛𝑙𝑚
1 0 0 1 3 / 2 r / ao
ao e

2 0 0 1 3 / 2
ao (2  r / ao )e r / 2 ao
2 8
2 1 -1 1 3 / 2 3
ao (r / ao )e r / 2 ao sin e i
2 6 8

2 1 0 1 3 / 2
ao (r / ao )e r / 2 ao 3
cos 
2 6 4

2 1 1 1 3 / 2 3
 ao (r / ao )e r / 2 ao sin e i
2 6 8

1 3 / 2
ao (6  4r / ao  4r 2 / 9a0 )e r / 3ao
2

3 0 0 9 12

3 1 0 1 3 / 2
ao (2r / 3ao )(4  2r / 3ao )e r / 3ao 3
cos 
9 6 4

3 2 0 1 3 / 2 5
ao (2r / 3ao ) 2 e r / 3ao (3 cos 2   1)
9 30 16

𝑚𝑒4
1) Energi 𝐸𝑛 = − 2ℏ2 𝑛 2

2) Kuadrat momentum sudut L2 dan


3) Proyeksi momentum sudut pada sumbuz, Lz.

Bilangan kuantum utama n menandai energi tingkat ke n, En, bilangan kuantum azimuthal l
mengindikasikan besarnya momentum sudut L dan bilangan kuantum magnetik m
menunjukkan besarya komponen momentum sudut pada arah sumbu z.

5.7. Momentum Sudut


Seperti di dalam mekanika klasik, konsep momentum sudut mempermudah
pemahaman dan penyelesaian beberapa permasalahan yang sangat penting. Sebagai
142

Anda mungkin juga menyukai