Abstrak
Hal yang penting untuk informasi strategi program pengendalian Tuberkulosis (TB) yaitu
pencatatan dan pelaporan, data yang sudah dikumpulkan harus valid. Untuk pencatatan dan p
elaporan TB masih di ambil manual ke setiap unit pelayanan kesehatan sistem pencatatan
pelaporan penyakit TB memakai Sistem Informasi Tuberculosis (SITB) yang dijalankan
secara online dan dipakai di seluruh Indonesia. Tujuan untuk mengetahui masalah yang terjad
i pada ruang lingkup kinerja pencatatan dan pelaporan kasus TB yang belum tercapai sesuai t
arget yang ditetapkan. Metode studi literatur dengan menelaah jurnal yang terkait dengan pen
catatan dan pelaporan tuberkulosis.
Latar Belakang
Tuberkulosis masih merupakan pen besar 930.000 kasus, Nigeria sebesar 570.0
yakit penting sebagai penyebab morbiditas 00 kasus, Pakistan sebesar 500.000 kasus d
dan mortalitas, dan tingginya biaya Keseha an Afrika Selatan sebesar 450.000 kasus.
tan. Setiap tahun diperkirakan 9 juta kasus
Di Indonesia Pada tahun 2013 angk
TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal
a insiden TB sebesar 183 per 100.000 pend
(Kemenkes RI, 2018).
uduk dengan angka kematian TB sebesar 2
Data WHO pada tahun 2014 menu 5 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014
njukkan TB membunuh 1,5 juta orang di d angka insiden meningkat menjadi 399 per
unia, kematian terjadi pada 890.000 laki‐la 100.000 penduduk dengan angka kematian
ki, 480.000 pada perempuan dan 180.000 p yang juga meningkat menjadi 41 per 100.0
ada anak‐anak. Terdapat enam negara yang 00 penduduk (WHO, 2015).
memiliki jumlah kasus baru TB terbesar di
Peningkatan mutu pelayanan keseh
dunia yakni India sebesar 2.200.000 kasus,
atan yang baik ditunjang dengan penyelen
Indonesia sebesar 1.000.000 kasus, Cina se
ggaraan rekam medis yang baik pada setia Rumah sakit harus menetapkan Ti
p pelayanan kesehatan di rumah sakit dan m DOTS yang bertanggung jawab terhada
dapat menyajikan sebuah informasi yang a p pelaksanaan program Penanggulangan T
kurat pada rekam medis (Mudiono et al., 2 B dan wajib melakukan pencatatan dan pel
019) aporan terhadap setiap kejadian penyakit T
B (Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Ta
Sejak tahun 2005 Indonesia telah m
hun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberc
enerapkan Strategi Directly Observed Trea
ulosis). Pelaporan kasus TB menggunakan
tment Short-course (DOTS) untuk penalata
Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (S
ksaan pasien TB. Penatalaksanaan TB di s
ITT). Sejak tahun 2020 SITT menjadi SIT
ebagian besar rumah sakit dan praktik swa
B.
sta umumnya belum sesuai dengan strategi
DOTS dan penerapan standar pelayanan be Berdasarkan laporan dari SITT per
rdasar International Standards for Tuberc bulan Maret Tahun 2020, estimasi kasus T
ulosis Care (ISTC) (Kementerian Kesehata B 845.000. Kasus TB ternotifikasi 543.874
n, 2013). Ada 35 % kasus TB yang tidak terlaporka
n (Kementerian Kesehatan, 2020).
Regulasi TB diatur dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Ke Pencatatan dan pelaporan kasus TB
sehatan, UU Nomor 44 Tahun 2009 tentan belum berjalan maksimal karena sulitnya p
g Rumah Sakit, UU Nomor 29 Tahun 2004 enginputan dan banyaknya data yang harus
tentang Praktik Kedokteran, UU Nomor 4 dimasukan menyebabkan pencapaian targe
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Men t kerja belum berjalan maksimal, Kurangn
ular, Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/V ya SDM Rekam Medis sebagai ujung tomb
II/2008 tentang SPM bidang kesehatan di ak pelaporan kasus TB, double job untuk s
kabupaten/kota, dan Kepmenkes Nomor 2 etiap petugas, dan terlalu seringnya pergan
28 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusu tian pegawai karena sistem kontrak kerja,
nan SPM Rumah Sakit. Undang -undang bersamaan dengan kerumitan SITB sehing
tersebut sebagai Implementasi aspek regul ga sering terjadinya kesalahan penginput d
asi dalam pengendalian TB, khususnya pen ata (Nuryani et al., 2021).
erapan strategi DOTS di rumah sakit dan p
Melihat latar belakang, maka kami
raktik swasta serta implementasi ISTC
ingin mengetahui masalah yang terjadi pad
(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
a ruang lingkup kinerja pencatatan dan pel
aporan kasus TB yang belum tercapai sesu a masih menggunakan Sistem Informasi tu
ai target yang ditetapkan. bercklosis terpadu (SITT) excel versi 10.3.
Pada tahun 2015, petugas mengikuti pelati
Metode Penelitian
han workshop terkait SITT 10.4 sampai ta
Metode penelitian ini menggunaka hun 2019.
n studi literatur dengan menelaah jurnal ya
Di awal tahun 2019 petugas mengi
ng terkait dengan pencatatan dan pelapora
kuti pelatihan terkait sistem SITB. Pada a
n tuberkulosis, Hasil telaah literatur ini dig
wal tahun 2020 SITB sudah mulai diimple
unakan sebagai evaluasi pencatatan dan pe
mentasikan di Rumah Sakit Umum X Kota
laporan tuberkulosis di Indonesia.
Bandung dan sudah dipakai hingga saat ini.
Pembahasan Pada gambaran sistem yang sedang berjal
Secara umum untuk pencatatan dan an saat ini, seluruh alur proses pencatatan
menggunakan format yang baku. adanya S mum X Kota Bandung sudah berjalan sesu
ITB yang digunakan secara online diseluru ai prosedur serta aturan-aturan yang telah d
Menurut Kalesaran, Tilaar, & Rattu, etiap unit kerja di masing-masing fasilitas
(2014) Keterbatasan petugas dalam meng kesehatan. Hal ini mengakibatkan petugas
operasikan system komputer tersebut. Penc harus mengisi data pasien TB secara bertah
atatan dan pelaporan secara manual terseb ap dari pencatatan manual lalu di input k
ap, agar memaksimalkan data yang akan di peningputan dan pelaporan penyakit TB
Menurut Nuryani, Nursilmi, & Son akses data (Nuryani et al., 2021).
penemuan kontak harus dilakukan pada mengikuti regulasi yang ada, sehingga
setiap kasus TB baru diikuti dengan sistem yang seharusnya dilakukan tidak