PT PGAS SOLUTION
CATATAN REVISI
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 5
2 TUJUAN ................................................................................................................................................ 5
3 RUANG LINGKUP .................................................................................................................................. 5
4 PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN .................................................................................. 5
5 SINGKATAN DAN DEFINISI .................................................................................................................. 6
5.1 Singkatan .............................................................................................................................. 6
5.2 Definisi .................................................................................................................................. 6
6 HSSE Performance Indikator ............................................................................................................... 8
7 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ...................................................................................................... 8
7.1 Project Manager (PM) ........................................................................................................... 8
7.2 Site Manager (SM) ................................................................................................................ 9
7.3 Safety Officer (SO) ................................................................................................................ 9
7.4 Safety Inspector (SI) ........................................................................................................... 10
7.5 Pengawas Pekerjaan .......................................................................................................... 10
7.6 Seluruh Pekerja................................................................................................................... 10
8 PROGRAM-PROGRAM HSSE ............................................................................................................ 11
8.1 Sosialisasi Kebijakan K3PLP .............................................................................................. 11
8.2 Safety Induction / Orientasi K3PLP ..................................................................................... 12
8.3 Safety Meeting / Rapat K3PLP ........................................................................................... 12
8.3.1 Toolbox Meeting......................................................................................................... 12
8.3.2 Meeting K3PLP .......................................................................................................... 12
8.4 Safety Patrol........................................................................................................................ 12
8.5 Identifikasi Bahaya, Ancaman, Penilaian Risiko dan Bentuk Pengendaliannnya (IBAPR) . 13
8.6 Pelatihan K3PLP ................................................................................................................. 13
8.7 Pemeriksaan Peralatan ....................................................................................................... 13
8.7.1 Pemeriksaan Awal ..................................................................................................... 13
8.7.2 Pemeriksaan Harian................................................................................................... 13
8.7.3 Pemeriksaan Setiap 3 (Tiga) Bulan ........................................................................... 13
8.8 Job Safety Analysis (JSA) ................................................................................................... 14
8.9 Izin Kerja ............................................................................................................................. 14
8.10 Pemasangan Rambu Keselamatan & Promosi HSSE ........................................................ 14
8.11 Rencana Pengelolaan Lalu Lintas ...................................................................................... 15
8.12 Pemasangan Safety Barrier ................................................................................................ 15
8.13 Alat Pelindung Diri............................................................................................................... 16
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
1 PENDAHULUAN
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (“PGN”), merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak dibidang penyaluran dan penjualan gas bumi dari pemasok gas
bumi ke pelanggan, baik pelanggan industri, komersial maupun rumah tangga melalui jaringan
pipa gas transmisi dan distribusi. Saat ini PGN sangat mendukung program pemerintah untuk
melakukan percepatan konversi bahan bakar domestik dari minyak bumi ke gas bumi. Dalam
menunjang program tersebut, PGN membangun infrastruktur untuk penyaluran gas bumi di
seluruh wilayah operasional eksisting maupun operasional baru.
Health, Safety, Security and Environment (HSSE) Plan atau Rencana Keselamatan,
Kesehatan Kerja, Pengelolaan Lingkungan & Pengamanan (K3PLP) ini merupakan prosedur
monitoring dan pengendalian mulai dari perencanaan pekerjaan, sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan dari keseluruhan aktivitas K3PLP di lokasi pekerjaan.
Rencana K3PLP ini merupakan hal penting yang digunakan oleh tim manajer proyek.
Rencana K3PLP ini juga merupakan persyaratan perusahaan dalam menghadapi masalah
K3PLP dalam pelaksanaan pekerjaan.
HSSE Plan ini berisi tentang tugas dan tanggung jawab, program keselamatan kerja dan
panduan pengelolaan serta pemantauan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
selama masa berlangsungnya Pekerjaan Penyaluran Gas Ke Calon Pelanggan Termasuk
Fasilitas, Barang Maupun Peralatan Yang Terkait CALON PELANGGAN INDUSTRI
KAWASAN MODERN CIKANDE PT JAKARTA BIOPHARMACEUTICAL INDUSTRY (JBIO)
2 TUJUAN
Tujuan utama dari HSSE Plan ini adalah sebagai acuan dan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, meminimalisasi bahaya dan risiko yang muncul dalam pelaksanaan
pekerjaan, peralatan kerja serta lingkungan kerja.
3 RUANG LINGKUP
Beberapa peraturan, regulasi dan standar yang digunakan dalam penyusunan prosedur ini:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Permenaker No. 50 tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
c. Permen Pertambangan dan Energi No. 06.P/0746/M.PE/1991 Tentang Inspeksi
Keselamatan Terhadap Instalasi dan Peralatan.
d. Undang-Undang No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Radiasi.
e. ISO 45001 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Keputusan Dirjen Migas No. 36/KPTSD/DJ/MIGAS/1977.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
g. Pedoman Standar Konstruksi Pipa Baja dan Polyethylene Sistem Jaringan Pipa Distribusi
Gas Bumi dan Fasilitas Penunjuangnya; PT. Perusahaan Gas Negera No. P-001/0.24
Tahun 2009.
h. Perundang-Undangan dan Peraturan-Peraturan lainnya yang berkaitan dengan K3PLP.
5.1 Singkatan
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
APD : Alat Pelindung Diri
B3 : Bahan Beracun dan Berbahaya
ERP : Emergency Response Plan
JSA : Job Safety Analysis
K3PLP : Keselamatan, Kesehatan Kerja, Pengelolaan Lingkungan dan
Pengamanan
LTI : Lost Time Injury
LOTO : Lock Out Tag Out
Migas : Minyak dan Gas
NAPZA : Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
OHSAS : Occupational Health dan Safety Assessment Series
HSSE : Health, Safety, Security and Environment
K3PLP : Keselamatan, Kesehatan Kerja, Pengelolaan Lingkungan dan
Pengamanan
IBAPR : Identifikasi Bahaya, Ancaman, Penilaian Risiko dan Bentuk
Pengendaliannnya
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PGN PMO : PT Perusahaan Gas Negaraa-Project Management Office
PM : Project Manager
SM : Site Manager
PT : Perseroan Terbatas
RCA : Risk Containment Audit
SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SNI : Standar Nasional Indonesia
STOP : Safety Training Observation Programm.
TSAF : Total Sickness Absence Frequency
5.2 Definisi
Analisa keselamatan kerja : Suatu bentuk analisis step-step pekerjaan, bahaya di
masing-masing pekerjaan tersebut, efek risiko yang
mungkin timbul dan bagaimana cara mengatasi kondisi
bahaya dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut
Alat pelindung diri : Seperangkat perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari bahaya yang ada di lokasi kerja
Emergency drill : Suatu simulasi keadaan emergency untuk menguji
kesesuaian pelaksanaan emergency response plan
Fatality : Kematian pekerja yang terjadi di lokasi pekerjaan atau
yang berkaitan dengan pekerjaan
Housekeeping : Suatu upaya menjaga kebersihan dan kerapihan lokasi
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
kerja
Induksi K3PLP : Pengenalan pekerja terhadap kondisi pekerjaan dan
bahaya yang ada di pekerjaan, kemudian bagaimana
cara mengatasinya
Insiden : Kejadian yang tidak terencana dan tidak terduga yang
dapat menimbulkan (Fatality, LTI, MTC, RWDC,
Property Damage, First Aid bahkan Nearmiss)
Inspeksi : Pemeriksaan terhadap peralatan atau penunjang
pelaksanaan pekerjaan
Izin kerja : Suatu otorisasi yang diberikan dari owner kepada
pelaksana pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan
Kesehatan kerja : Segala upaya yang dilakukan terkait pelaksanaan
pekerjaan di lokasi pekerjaan untuk mencegah
timbulnya penyakit akibat kerja
Keselamatan kerja : Segala hal yang berkaitan untuk mencegah terjadinya
accident/insiden
Lost time injury : Hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja
Management visit : Kunjungan pimpinan proyek ke lokasi pekerjaan
Meeting K3PLP : Rapat untuk membicarakan masalah yang dihadapi
terkait K3PLP dan bagaimana cara mengatasi
permasalahan K3PLP tersebut
Observasi keselamatan : Upaya untuk menghilangkan/menurunkan perilaku tidak
aman di lokasi pekerja atau terkait pelaksanaan
pekerjaan
Owner : Pemilik pekerjaan/ PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
(PGN PMO)
Pencemaran lingkungan : Terlepasnya zat pencemar akibat proses pekerjaan
Penyakit akibat kerja : Penyakit yang timbul pada pekerja terkait pelaksanaan
pekerjaan
Perlintasan : Persilangan pipa atau fasilitas penunjang pipa tersebut
dengan fasilitas lainnya seperti fasilitas umum, jalan,
pipa, sungai, atau rel kreta api
Pertolongan pertama pada : Pertolongan awal yang diberikan kepada pekerja yang
kecelakaan mengalami cedera untuk mencegah fatality ataupun
kecacatan permanen
Perusahaan/Pelaksana : PT PGAS Solution (PT PGASSOL)
pekerjaan
Risk containment audit : Pemantauan kondisi tidak aman agar risiko di lokasi
kerja dapat dihilangkan/dikurangi tingkat keparahannya
Severity rate : Ukuran tingkat keparahan suatu kondisi atau perilaku
tidak aman
Sub-kontraktor : Rekanan yang mencakup peralatan, dokumen teknis
dan layanan lain yang diatur oleh PT Kinarya Gemilang
Adhitama.
Toolbox meeting : Kegiatan pengumpulan seluruh pekerja yang akan
bekerja untuk membicarakan pekerjaan yang akan
dilakukan secara aman
Training K3PLP : Suatu program pelatihan singkat untuk meningkatkan
pemahaman pekerja terhadap K3PLP.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
HSSE performance indicator pada Pekerjaan Penyaluran Gas Ke Calon Pelanggan Termasuk
Fasilitas, Barang Maupun Peralatan Yang Terkait CALON PELANGGAN INDUSTRI
KAWASAN MODERN CIKANDE PT JAKARTA BIOPHARMACEUTICAL INDUSTRY (JBIO)
adalah sebagai berikut:
c. Bertanggung jawab penuh untuk menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari risiko
kesehatan dan keselamatan semua pekerja yang terkait dalam proyek ini.
d. Memastikan persyaratan K3PLP telah terintegrasi dalam prosedur dan metode kerja
yang digunakan.
e. Memberikan tindakan tegas kepada pengawas, pekerja dan atau sub-kontraktor yang
tidak mematuhi persyaratan K3PLP.
f. Berperan aktif mempromosikan dan berpartisipasi dalam program K3PLP guna
terciptanya budaya K3PLP dalam menjalankan kegiatan proyek.
g. Memberikan laporan kepada atasan dan PGN PMO untuk semua kejadian yang
berhubungan dengan K3PLP.
h. Memastikan persyaratan K3PLP proyek terlaksana sesuai dengan targetnya.
i. Memastikan setiap insiden, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan yang
terjadi selama pekerjaan berlangsung dilaporkan kepada PGN PMO serta dilakukan
investigasi untuk mengambil langkah efektif agar jangan sampai terulang kembali.
7.2 Site Manager (SM)
a. Mengerti, memahami, mematuhi dan mensosialisasikan K3PLP kepada pekerja di
bawah tanggung jawabnya.
b. Bertanggung jawab dan memastikan bahwa semua pekerja telah melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan benar dan menjalankan ketentuan K3PLP yang
berlaku.
c. Memberikan orientasi mengenai pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan fungsi
kerja masing-masing.
d. Memastikan bahwa setiap pekerja baru telah mendapatkan safety orientation atau
induksi K3PLP.
e. Menganalisa potensi bahaya dan risiko pekerjaan yang akan dilakukan dengan
membuat JSA dan mengajukan izin kerja kepada PGN PMO sebelum melakukan
aktivitas pekerjaan.
f. Memastikan semua pekerja mengikuti kegiatan toolbox meeting setiap hari.
g. Memastikan semua potensi bahaya, risiko pekerjaan dan tindakan mitigasi yang harus
dilakukan disampaikan kepada pekerja pada kegiatan toolbox meeting.
h. Memastikan setiap kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman telah ditindaklanjuti.
i. Memastikan laporan K3PLP telah dibuat dan dilaporkan oleh personel K3PLP kepada
PGN PMO.
j. Memberikan tindakan tegas kepada pekerja yang tidak mematuhi persyaratan K3PLP
yang berlaku.
k. Memastikan semua perlatan kerja yang digunakan oleh pekerja dalam keadaan layak
digunakan.
f. Ikut serta dalam investigasi insiden dan memastikan semua rekomendasi dalam
investigasi insiden telah dilakukan
g. Memastikan kegiatan proyek telah sesuai dengan peraturan perundangan dan
peraturan K3PLP terkait lainnya
h. Melaporkan performance penerapan K3PLP di proyek kepada HSSE Manager
7.4 Safety Inspector (SI)
a. Mengerti, memahami dan ikut mensosialisasikan K3PLP kepada seluruh pekerja di
proyek yang menjadi tanggung jawabnya
b. Melakukan pemeriksaan kepada peralatan yang akan digunakan oleh pekerja sesuai
jadwal inspeksi
c. Melakukan pemeriksaan terhadap cara kerja aman di proses kegiatan proyek yang
sedang berlangsung
d. Melaporkan kepada manajer proyek jika ditemukan pekerja, pengawas dan atau sub-
kontraktor yang tidak mematuhi persyaratan K3PLP
e. Melaporkan setiap kondisi dan tindakan tidak aman yang terjadi di lokasi proyek
f. Memastikan dilakukan toolbox meeting sebelum dilakukan pekerjaan
g. Memberikan safety induction kepada pekerja baru atau tamu yang masuk ke lokasi
proyek
h. Melaporkan setiap insiden yang terjadi di lokasi proyek kepada manajer proyek
i. Memastikan telah dilakukan housekeeping setelah atau sebelum pekerjaan.
7.5 Pengawas Pekerjaan
a. Mematuhi aturan dan ketentuan K3PLP serta menjalankan pekerjaan sesuai dengan
prosedur dan instruksi kerja PMO yang berlaku
b. Memberikan toolbox meeting kepada pekerja yang berada dibawah tanggung
jawabnya
c. Mengingatkan dan atau memberikan tindakan tegas kepada pekerja yang berada
dibawah tanggung jawabnya yang tidak menjalankan pekerjaan dengan aman
d. Melaporkan setiap insiden yang terjadi kepada manajer proyek
e. Ikut dalam kegiatan pelatihan, edukasi dan sosialisasi K3PLP
f. Memastikan pekerjaan mengikuti standar prosedur maupun instruksi kerja aman
g. Ikut berperan aktif memberikan response ketika keadaan emergency
h. Memberikan informasi yang sebenarnya ketika proses observasi dan atau investigasi.
7.6 Seluruh Pekerja
a. Mematuhi aturan dan ketentuan K3PLP serta menjalankan pekerjaaan sesuai dengan
prosedur dan instruksi kerja PMO yang berlaku.
b. Ikut dalam kegiatan toolbox meeting setiap hari sebelum pekerjaan dilakukan.
c. Mengecek kondisi APD sebelum digunakan dan menggunakan APD yang sesuai
dengan potensi bahaya dan risiko pekerja.
d. Melakukan pengecekan peralatan sebelum digunakan dan dirawat dengan baik
e. Menggunakan peralatan kerja yang sesuai dan layak digunakan.
f. Ikut dalam kegiatan training K3PLP serta berperan secara aktif saat drill dilakukan.
g. Bertanggung jawab akan keselamatan diri sendiri dan rekan kerja.
h. Selalu memberikan kontribusi yang positif untuk melakukan pekerjaan secara aman.
i. Melaporkan kepada pengawas bila menemukan kondisi tak aman di lokasi pekerjaan.
j. Melaporkan kerusakan yang ada secara langsung kepada pengawas pekerjaan.
k. Hanya mengoperasikan peralatan yang dikuasai atau melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan tugas yang diberikan atasan.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
l. Melaporkan seluruh insiden atau cedera yang dialami sendiri atau yang terjadi di lokasi
kerja.
m. Memberikan informasi yang sebenarnya ketika proses observasi dan atau investigasi.
Berikut ini adalah struktur organisasi Pekerjaan Penyaluran Gas Ke Calon Pelanggan
Termasuk Fasilitas, Barang Maupun Peralatan Yang Terkait CALON PELANGGAN INDUSTRI
KAWASAN MODERN CIKANDE PT JAKARTA BIOPHARMACEUTICAL INDUSTRY (JBIO)
adalah sebagai berikut:
8 PROGRAM-PROGRAM HSSE
Matrix Program HSSE dapat dilihat pada Lampiran 5. Program K3PLP akan dituangkan
kedalam Target HSSE pada HSSE Plan dengan penjelasan sebagai berikut:
8.1 Sosialisasi Kebijakan K3PLP
Pemahaman seluruh pekerja yang terlibat dalam keproyekan terkait dengan aturan dan
kebijakan perusahaan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi Komitmen dan Kebijakan
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Setelah sudah dilakukan inspeksi bersama pada peralatan dan dinyatakan layak
digunakan, selanjutnya dituangkan di Laporan Hasil Pemeriksaan Peralatan. Form
Laporan Hasil Pemeriksaan Peralatan pada Lampiran 11.
8.8 Job Safety Analysis (JSA)
JSA merupakan suatu bentuk tindakan preventive atau pencegahan dini terhadap
kecelakaan yang mungkin timbul di lokasi pekerjaan. JSA disusun oleh supervisor
bersama dengan pekerja lain yang berpengalaman untuk merinci setiap langkah-langkah
pekerjaan secara spesifik dari awal sampai dengan akhir pekerjaan, melakukan evaluasi
aktual potensi bahaya, efek risiko yang mungkin timbul dan menentukan tindakan
pencegahan yang harus dilakukan. JSA ditulis kedalam format JSA kemudian
ditandatangani dan selanjutnya diajukan ke PGN PMO.
Tahapan pelaksanaan JSA dan Format JSA yang digunakan dapat dilihat pada Instruksi
Kerja Analisa Keselamatan Kerja (JSA) (I-064/0.52). Form register JSA dapat dilihat
pada Lampiran 12.
8.9 Izin Kerja
Izin Kerja/ Permit To Work (PTW) adalah dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh PT
PGN (PMO) untuk pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, PT PGAS
Solution mengajukan Izin Kerja kepada PT PGN (PMO) dengan melampirkan JSA, PO,
atau dokumen pendukung lain yang sudah disetujui. Izin kerja belaku selama 7 (tujuh)
hari dan setiap hari Kontraktor harus melakukan validasi Izin Kerja kepada PGN PMO.
Izin Kerja yang akan berakhir masa berlakunya harus dilakukan perpanjangan 1 (satu)
hari sebelum berakhir. Jenis-jenis Izin Kerja yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Izin Kerja Panas
b. Izin Kerja Dingin
c. Izin Kerja Penggalian
d. Izin Kerja Listrik
e. Izin Kerja Radiografi
Tahapan pelaksanaan izin kerja dilakukan secara online melalu aplikasi holistic
mengacu pada Instruksi Kerja Izin Kerja mengacu pada dokumen (I-065/0.52). Form
register PTW dapat dilihat pada Lampiran 13.
8.10 Pemasangan Rambu Keselamatan & Promosi HSSE
Rambu keselamatan dengan jenis pekerjaan spesifik tersedia dilapangan (contoh:
rambu pekerjaan panas, pekerjaan ruang terbatas, pekerjaan di ketinggian, pekerjaan
listrik, pekerjaan sandblasting, rambu wajib APD, dan rambu Mustering Point (MP) serta
jalur evakuasi terpasang di lapangan dan site office). Rambu dikelompokkon menjadi
beberapa kategori berdasarkan warnanya. Berikut jenis jenis rambu berdasarkan
warnanya.
a. Warning Sign : Bentuk umumnya yaitu Segitiga dengan Warna dasar kuning/ oranye
dan untuk warna gambar dengan garis hitam merupakan simbol untuk menunjukkan
bahaya.
b. Mandatory Sign : Bentuk umumnya yaitu Lingkaran dengan Warna dasar biru, dan
untuk warna gambar dengan putih merupakan simbol instruksi keselamatan.
c. Prohibition Sign : Bentuk umumnya adalah lingkaran dengan warna dasar putih dan
dikelilingi dengan garis berwarna merah serta gambar utama dengan warna hitam.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
d. Fire Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar merah dan
untuk gambar utama berwarna putih.
e. Emergency & Direction Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna
dasar hijau dan untuk gambar utama adalah putih.
Tabel Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Dengan Jenis Pekerjaa
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
galian dan form dokumentasi penerapan keselamatan bekerja aman dalam galian dapat
dapat dilihat pada Lampiran 18.
Ketentuan pelaksanaan bekerja aman dalam galian dapat dilihat dan mengikuti pada
Instruksi Kerja Keselamatan Bekerja Dalam Galian (I-057/0.52).
8.15 Keselamatan Bekerja di Ruang Terbatas
Pekerjaan dalam ruang terbatas merupakan salah satu aktivitas yang mengandung
potensi bahaya tinggi, karena secara konstruksi ruangan, tingkat bahaya yang
ditimbulkan dalam ruang terbatas akan lebih tinggi dibandingkan dengan risiko
pekerjaan di tempat terbuka, sehingga harus dibutuhkan penerapan HSSE yang
bertujuan menjamin keselamatan dan kesehatan bagi pekerja.
Sebelum melakukan pekerjaan di ruang terbatas, pelaksana pekerjaan wajib:
a. Melakukan analisa risiko terhadap lokasi dan pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memastikan izin kerja sudah disetujui
c. Semua pekerja yang terlibat harus dalam keadaan sehat secara fisik yang
dinyatakan oleh dokter dalam bentuk fit for duty untuk bekerja diruang terbatas.
d. Semua pekerja yang terlibat sudah mendapatkan induksi keselamatan dan pelatihan
bekerja aman diruang terbatas.
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian gas atmosfer
f. Alat pelindung diri yang sesuai pekerjaan
g. Menentukan tim organisasi tanggap darurat.
Detail acuan keselamatan bekerja diruang terbatas dapat dilihat di Instruksi Kerja
Bekerja aman diruang terbatas nomor I-030-0.52, dan form pemeriksaan bekerja aman
diruang terbatas dapat dilihat pada Lampiran 19.
8.16 Keselamatan Bekerja Radiografi
Pekerjaan radiografi adalah proses radiasi elektronik yang melewati sambungan las dan
mendapatkan catatan yang peka terhadap sebuah film. Pekerjaan radiografi dilakukan
oleh pekerja yang berkompenten dan memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh
BAPETEN. Semua peralatan radiografi seperti survey meter, dosimeter harus sudah
terkalibrasi dan selama pekerjaan radiografi dilakukan peralatan proteksi radiasi harus
terpasang dan digunakan. Petugas radiografi (AR/OR dan PPR) harus selalu berada
dilokasi pekerjaan radiografi.
Ketentuan pelaksanaan bekerja aman radiografi dapat dilihat pada Instruksi Kerja
Keselamatan Bekerja Radiografi (I-58/0.52), dan form checklist pemeriksaan
keselamatan bekerja radiografi dan form dokumentasi penerapan keselamatan bekerja
radiografi dapat dilihat pada Lampiran 20.
8.17 Bekerja Aman Surface Preparation dan Painting
Pekerjaan surface preparation merupakan metode untuk menghilangkan kerak dari
pabrik, kerak karat, material asing atau cat pada permukaan material, dapat
menggunakan blasting material abbrasive atau menggunakan power tool dan setelah itu
dilanjutkan dengan painting.
Semua peralatan dan material yang digunakan harus dilakukan pemeriksaan sebelum
digunakan. Pekerja wajib menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko
pekerjaan. Ketentuan pelaksanaan bekerja aman surface preparation dapat dilihat pada
Instruksi Kerja Keselamatan Bekerja Surface Preparation Menggunakan Blasting atau
Power Tool (I-059/0.52). Form check list pemeriksaan pekerjaan surface preparation
menggunakan abrasive material (blasting) dan form dokumentasi penerapan
keselamatan bekerja aman surface preparation dapat dilihat pada Lampiran 21.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
c. Pemakaian
- Pada saat digunakan semua tabung gas yang mudah terbakar harus dilengkapi
dengan flashback arrester untuk mencegah tekanan balik ke arah valve yang bisa
menimbulkan ledakan karena adanya akumulasi gas
- Gunakan pressure gauge yang sesuai dan dalam kondisi baik saat pemakaian
- Sewaktu digunakan, semua tabung gas harus ditempatkan pada tempat yang
aman, terikat dan untuk menghindari bahaya jatuh atau menggelinding
- Gunakan soft baricade untuk mengamankan tabung gas bertekanan dari orang-
orang yang tidak berkepentingan
- Jangan gunakan tabung yang regulator atau kepala tabungnya telah rusak
- Jangan paksakan cap atau katup yang tidak sesuai degan ulir tabung. Buka hanya
dengan kunci pas.
8.20 Bekerja aman listrik
Pelaksanaan pekerjaan listrik wajib mempertimbangkan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain sebagai berikut :
a. Memastikan peralatan listrik yang digunakan seperti mesin gerinda, mesin bor, mesin
las, genset, mesin potong, kabel, socket and plugs, dan lain-lain dalam kondisi layak
digunakan;
b. Menggunakan LOTO jika akan melakukan perbaikan pada sumber atau peralatan
kelistrikan
c. APD pekerja sesuai dengan potensi bahaya dan risiko pekerjaan.
Form dokumentasi bekerja aman menggunakan listrik dapat dilihat pada Lampiran 24.
8.21 Keselamatan Bekerja Malam
Sebelum melaksanakan pekerjaan pada malam hari, pelaksana pekerjaan wajib
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan keselamatan sebagai syarat bekerja
dimalam hari. Jika pekerjaan dilakukan dipinggir jalan, maka harus mempersiapkan
pengaturan lalu lintas dan menempatakan semua rambu-rambu dan peralatan lalu lintas
lain yang dibutuhkan. Pelaksana pekerjaan harus mempertimbangkan jam kerja
karyawan pada malam hari, yaitu dengan membentuk shift malam atau jika
memperkejakan shift pagi/siang, makan overtime maksimal tidak boleh lebih dari 3
jam/hari. Pengawas dan pekerja pelaksana akan diberikan pelatihan seperti bekerja
aman dimalam hari, pengaturan lalu lintas dimalam hari, dan atau tanggap darurat.
Pekerja yang melakukan pekerjaan di malam hari wajib menggunakan
rompi/coverall/baju kerja yang memiliki scotchlight dan area kerja menggunakan lampu
dengan penerangan cukup.
Pelaksana pekerjaan harus memonitor pekerjaan malam agar dapat dilakukan dengan
aman sampai selesai.
Detail acuan keselamatan bekerja malam dapat dilihat di Instruksi Kerja Keselamaan
Bekerja Malam CCP-D003-0000-HSE-WI-005. Form dokumentasi bekerja malam dapat
dilihat pada Lampiran 25.
8.22 Keselamatan Bekerja Aman dengan Perkakas Tangan
Alat perkakas ialah alat alat bantu di dalam melakukan pekerjaan reparasi, pemeliharaan
dan membentuk benda -benda kerja, baik yang berat maupun yang ringan, mudah
dibawa kemana mana dan praktis. Sebelum menggunakan perkakas tangan maka
pelaksana pekerjaan harus mematikan:
a. Alat-alat perkakas tangan yang dipergunakan harus terbuat dari bahan yang
bermutu baik dan sesuai dengan pekerjaan dimana alat-alat itu dipergunakan.
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
b. Alat-alat perkakas tangan hanya dipakai untuk jenis dan kegunaan dimana alat-alat
itu dirancang.
c. Palu biasa atau besar, pemotong, pendorong, dan alat hentak sejenisnya harus
dibuat dari baja terpilih cukup keras untuk menahan pukulan tanpa mengalami
kerusakan atau perubahan bentuk.
d. Apabila tidak dipakai alat-alat perkakas tangan yang bertepi tajam atau berujung
runcing harus dilengkapi pelindung tepi atau ujung
e. Alat alat tangan dilarang berserakan dilantai, jalur jalan atau tempat dimana orang
lalu lalang atau bekerja atau kemungkinan menjatuhi orang dibawahnya.
f. Pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai
g. Diperiksa dengan lengkap baik kebersihannya, waktu penggunakan, kerapihan dan
di tes atau diuji oleh orang yang berwenang sebelum digunakan.
h. Mesin mesin perkakas yang sudah rusak dan dapat menimbulkan bahaya harus
segera diperbaiki atau tidak boleh dipakai lagi atau dimusnahkan.
Form dokumentasi bekerja aman dengan perkakas tangan dapat dilihat pada Lampiran
26.
8.23 Risk Containment Audit (RCA)
RCA merupakan kegaiatan pemeriksaan terkait K3 untuk meningkatkan kesadaran akan
keselamatan dan menghilangkan/mengurangi perilaku dan kondisi yang tidak aman.
RCA memiliki Severity index sebagai berikut :
- Severity 1 Tidak rapih dan tidak memenuhi standar kerapihan dan kebersihan (bad
housekeeping).
- Severity 2 Tempat masuk yang tertutup dan memberikan contoh yang buruk (access
blockage).
- Severity 3 Pelanggaran Peraturan dan Prosedur (violation) yang berakibat
kecelakaan ringan.
- Severity 4 Bahaya yang tinggi, hentikan pekerjaan dan perbaiki segera karena bisa
mengakibatkan kecelakaan berat.
- Severity 5 Bahaya sangat tinggi, segera hentikan dan perbaiki, karena dapat
mengakibatkan kematian.
Good Citizen artinya seseorang melakukan segala sesuatunya dengan benar dan
aman.
Contohnya :
- Bekerja dalam posisi yang baik,
- Menggunakan semua APD yang dipersyaratkan
Pelanggar adalah Pekerja yang tidak mengenakan pakaian kerja dengan baik, Contoh
nya :
- Pekerja Bekerja dengan posisi yang tidak aman,
- Pekerja Tidak menggunakan APD yang dipersyaratkan,
Setiap orang adalah seorang “Good Citizen” atau seorang “Pelanggar” (Violator).
Pelanggaran biasanya tidak selalu sama dengan Pelanggar. Umumnya kita temukan
lebih banyak Pelanggaran daripada Violator. Beberapa Pelanggaran tidak bisa dicari
Pelanggarnya, misalnya :
- Untuk kondisi tidak aman (contoh peralatan yang tidak ada guardnya).
RCA dilakukan seminggu sekali. Pelaksanaan RCA wajib dilakukan oleh pekerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. PT PGAS menyampaikan daftar pekerja yang wajib melakukan RCA untuk dibuatkan
akun holistic.
b. Setiap pekerja yang wajib melakukan RCA harus memahami tentang RCA;
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
c. Bagi pekerja yang belum pernah mendapatkan training RCA maka personil HSSE
wajib memberikan training RCA kepada pekerja yang bersangkutan.
Detail pelaksanaan Risk Containment Audit (RCA) mengacu pada instruki kerja (CCP-
D003-0000-HSE-WI-010) atau mengacu pada Instruksi Kerja revisi terbaru.Rencana
pelaksanaan RCA dapat menggunakan form pada Lampiran 5. HSE program RCA dan
Summary RCA dapat dilihat pada Lampiran 27.
8.24 Observasi
Observasi adalah program perbaikan perilaku keselamatan pekerja menjadi aman dari
pekerja yang sedang melaksanakan pekerjaan. Observasi dilakukan satu bulan sekali.
Form observasi keselamatan pada lampiran 28.
Detail pelaksanaan Observasi Keselamatan mengacu pada instruki kerja (CCP-D003-
0000-HSE-WI-011) atau mengacu pada Instruksi Kerja revisi terbaru.
8.25 Emergency Response Procedure (ERP)
Keadaan emergency merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan dapat
menimbulkan kerugian dalam bentuk People, Environment, Asset, and Reputation
(PEAR). Oleh karena itu, diperlukan response atau tindakan yang cepat dan efektif guna
meminimalkan kerugian yang dapat timbul. Sehingga perlu untuk membuat prosedur
emergency dan membentuk response team dalam setiap kegiatan proyek yang sedang
berjalan. ERP yang dibuat harus mencakup untuk menangani beberapa kondisi darurat
yang mungkin dapat terjadi, seperti :
a. Kecelakaan Kerja
b. Kebakaran
c. Ledakan
d. Kecelakaan Lalu Lintas
e. Tumpahan dan Kebocoran Bahan Berbahaya dan Beracun
f. Keluhan Warga
g. Keadaan Darurat lainnya.
Detail pelaksanaan tanggap darurat di lingkungan keproyekan mengacu kepada
Prosedur Operasi nomor O-005/0.52 atau mengacu pada Prosedur Operasi revisi
terbaru. Sebagai pelatihan tanggap darurat, Tim HSE akan mengadakan safety drill.
Form skenario tanggap darurat, Form Laporan Kegiatan Safety dan Struktur Organisasi
tanggap darurat dan no telpon penting keadaan darurat dapat dilihat pada Lampiran 29.
8.26 Investigasi Insiden dan Pelaporan
Insiden merupakan suatu kejadian tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan cedera atau bahkan fatality, penyakit akibat kerja dan atau property
damage. Insiden yang harus dilakukan dilaporkan dan investigasi adalah Near miss,
First Aid, Medical Treatment Case, Restricted Work Day Case, Kecelakaan Kendaraan,
Fatality, Kerusakan aset dan atau fasilitas Perusahaan, Kontraktor dan atau umum,
Kerusakan Utilitas Lain, dan Kerusakan Lingkungan.
Tujuannya dilakukannya investigasi adalah mengetahui penyebab terjadinya untuk
melakukan tindakan perbaikan segera agar insiden serupa tidak terjadi di proyek yang
sedang berlangsung ataupun di proyek lainnya.
Apabila terjadi insiden, maka setelah melakukan penanganan awal, wajib untuk
melaporkan kejadian secara verbal/lisan maksimal 30 menit setelah kejadian. Setelah itu
membuat laporan insiden awal yang harus dilaporkan ke PGN PMO yang menjelaskan
koronologi, tanggal, waktu, lokasi dan tindakan segera yang telah dilakukan secara
singkat dan jelas. Untuk selanjutnya dibentuk tim investigasi dan dilakukan investigasi
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
insiden yang telah terjadi. Detail pelaksanaan pelaporan Insiden dan Pelaksanaan
Investigasi Insiden di lingkungan keproyekan mengacu kepada Instruksi Kerja
Investigasi Insiden dan Pelaporan nomor I-069/0.52 atau mengacu pada Instruksi Kerja
revisi terbaru. Sebagai pelatihan tanggap darurat. Form Initial Incident Root Causes
Summary (Laporan 5W1H) dan Form Investigasi Insiden dapat dilihat pada Lampiran
30.
8.27 Keselamatan Terhadap Paparan Material dan Pengelolaan B3, Limbah B3
Material yang digunakan untuk kegiatan keproyekan dapat berbentuk padat, cairan, uap,
gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama
antara lain:
a. Inhalasi (menghirup)
Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat masuk ke dalam
paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara per
menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat,
dapat langsung melukai paruparu. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan
mengalir ke bagian lain dari tubuh.
b. Pencernaan (menelan)
Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang terkontaminasi,
makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur
dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju perut.
c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif
Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,
biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui luka
dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).
Formulir Housekeeping, Cheklist Hygiene dan Sanitasi dapat dilihat pada Lampiran
33.
8.30 Asuransi Tenaga Kerja
Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, bahwa setiap pekerja wajib
mendapatkan perlindungan asuransi tenaga kerja. Oleh karena itu, pekerja dalam setiap
Proyek PGN PMO harus tercover oleh BPJS Ketenagakerjaan bidang Jasa konstruksi.
Contoh sertifikat asuransi tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 34.
8.31 Penyelenggaraan kesehatan
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek, perlu dipastikan setiap pekerja yang akan bekerja
dalam keadaan fit dan cukup mampu untuk melakukan setiap pekerjaan yang akan
dilakukannya. Untuk itu dilakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Dokter
guna memberikan rekomendasi bahwa pekerja tersebut fit untuk bekerja atau tidak.
Pekerja yang fit atau tidak dibuktikan dengan surat keterangan sehat yang telah
ditandatangani oleh Dokter. Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dapat dilihat pada
Lampiran 35.
8.32 Pengelolaan Sub-Kontraktor
Untuk memastikan bahwa sub-Kontraktor yang dipilih sebagai rekanan memenuhi dan
mampu mengimplementasikan program-program K3PLP dengan baik nantinya maka
perlu dilakukan klasifikasi dalam pemilihan dan penilaian sistem K3PLP yang dimiliki
oleh Sub-Kontraktor.
8.33 Management Visit
Pelaksanaan Management Visit dilaksanakan minimal 1 (satu) kali untuk setiap proyek.
Manager proyek meninjau langsung ke lokasi proyek untuk melihat sejauh mana
program-program K3PLP dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh pekerja yang terlibat.
Hasil dari manajemen visit harus didokumentasikan dan jika terdapat temuan unsafe
condition atau unsafe action dapat dibahas dalam safety meeting jika tindak lanjut tidak
dapat dilakukan saat itu juga atau memerlukan pembahasan yang lebih kompleks.
Laporan Manajemen Visit dapat dilihat pada Lampiran 36.
8.34 Reward and Punishment
Sebagai bentuk penghargaan kepada pekerja yang telah menjalankan dan mematuhi
aturan K3PLP dengan baik maka Manajer Proyek memberikan Reward. Namun, apabila
terdapat pekerja yang tidak mematuhi atau tidak mau menjalankan aturan K3PLP maka
Manajemen Proyek akan memberikan Punishment sesuai aturan yang berlaku.
Reward dilaksanakan minimal 1 (satu) kali untuk setiap proyek berdasarkan pada
kepatuhan dan pelanggaran terhadap prosedur, instruksi kerja atau aturan lain
mengenai K3PLP. Form Dokumentasi reward dan punishment dapat dilihat pada
Lampiran 37.
8.35 Laporan K3PLP
Statistik serta rangkuman terkait kinerja K3PLP digunakan sebagai bahan evaluasi
memantau kinerja K3PLP yang telah berjalan. Hal tersebut dilakukan sebagai bahan
evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan sebagai upaya mencapai jam kerja aman.
Laporan unjuk kerja dilaporkan menggunakan Formulir Daily Report, Formulir Unjuk
Kerja, Formulir Jam Kerja Aman, Formulir Rangkuman Laporan Bulanan K3PLP dan
Laporan Bulanan HSSE. Laporan Daily Report dilaporkan setiap hari kepada PGN PMO,
Formulir Daily Report, Laporan Unjuk Kerja, Jam Kerja Aman, Rangkuman Laporan
Bulanan K3PLP, dan Format laporan bulanan HSSE dapat dilihat pada Lampiran 38.
8.36 Security/ Pengamanan
Kegiatan pengamanan dilakukan untuk mengamankan lingkungan kerja dari setiap
ancaman, gangguan keamanan dan ketertiban serta pelanggaran hukum yang berlaku.
Kegiatan pengamanan meliputi kegiatan penggalan dituangkan dalam Laporan
Penggalangan dan kegiatan Pelaporan Gangguan Keamanan Lampiran 39.
8.37 Pencegahan COVID-19 di Lingungan Keproyekan
Tahapan pencegahan COVID-19 di lingkungan keproyekan :
1. Mobilisasi Calon Pekerja dan Deterksi Pekerja (Rapid Test Antigen – 1)
a. Pastikan semua pekerja Kontraktor dan Mitra yang dimobilisasi ke daerah proyek
untuk tahap awal melakukan pemeriksaan minimal Rapid Test Antigen di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dibuktikan dengan memiliki surat keterangan
sehat.
b. Pastikan pekerja dengan hasil negative untuk melanjutkan karantina, namun bagi
pekerja yang positif tidak dapat melanjutkan karantina;
c. Pastikan selama karantina dan menunggu hasil pemeriksaan Rapid Test Antigen
– 1 pekerja tetap menjalankan protocol Kesehatan dengan menggunakan
masker, jaga jarak dan hindari kerumunan;
d. Pastikan pekerja yang melakukan pekerjaan sesaat dan berpotensi untuk kontak
erat ke pekerja lainnya juga wajib melampirkan hasil negative Rapid Test Antigen
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
dengan masa berlaku 2x24 jam sebelum mengikuti kegiatan di proyek konstruksi,
seperti namun tidak terbatas pada:
- Pekerja Hydrotest;
- Pekerja Hot Tapping;
- Pekerjaan NDT;
- Operator Alat Berat;
- Surveyor;
- Operator N2 Purging
3. Mobilisasi ke Proyek
Pelaksanaan mobilisasi pekerja dari mess pekerja ke proyek diwajibkan menggunakan
transportasi secara mandiri dengan mempertimbangkan jarak antara pekerja di dalam
kendaraan.
- Lanjutkan isolasi mandiri maksimal 7 (tujuh) hari dengan tanpa gejala untuk
mendapatkan Medical Clearance dari Dokter Perusahaan dan selanjutnya
dapat bergabung dalam aktivitas konstruksi di proyek.
f. Pastikan kondisi pekerja yang terpapar Covid-19 dengan Tanpa
Gejala/asimtomatis, Gejala Sedang dan Gejala Berat harus dilaporkan setiap
hari kepada Covid Ranger Proyek dengan menggunakan Formulir Laporan
Harian Kondisi Pekerja Terpapar Covid-19. Tahapan pelaksanaan pencegahan
Covid-19 di lingkungan keproyekan PMO juga dapat dilihat pada Flow Chart
Tahapan Pencegahan Covid-19, Sesuai dengan IK Pencegahan Covid-19 di
Lingkungan Keproyekan (I-097/0.52 Tahun 2021).
9 LAMPIRAN
Lampiran 3. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan PT. PGN Tbk
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 10. Form Laporan Pelatihan Keselamatan Kerja Kontraktor Pada Pekerjaan
Konstruksi
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
COPY
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
COPY
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 22. Form Foto Dokumentasi Bekerja Aman dengan Alat Angkat Angkut
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
COPY
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 23. Form Dokumentasi Bekerja Aman Menggunakan Tabung Gas Bertekanan
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 29. Incident Management Team, No Telpon Penting Keadaan Darurat, Form Skenario
Tanggap Darurat, dan Form Laporan Kegiatan Safety
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 30. Form Initial Incident Root Causes Summary (Laporan 5W1H) dan Form Investigasi
Insiden
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 31. Form identifikasi B3 dan limbah B3, Form Logbook Limbah B3, Form Pengelolaan B3
dan Limbah B3 (Identifikasi B3 dan Limbah B3, Logbok B3, Dokumentasi Pengelolaan B3, Tindakan
Penanggulangan Pencemaran)
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 38. Laporan Daily Report dilaporkan setiap hari kepada PGN PMO, Formulir Daily Report,
Laporan Unjuk Kerja, Jam Kerja Aman, Rangkuman Laporan Bulanan K3PLP, dan Format laporan
bulanan HSSE
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
Lampiran 40. Standar Rambu – Rambu Protokol Pencegahan COVID-19 dan Assesment Protokol
COVID-19
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. PT PGAS SOLUTION
1. UMUM
Tanggal : 02/09/2021
Nama Kontraktor : PT. PB Dwijaya
Nama Proyek : CA - Amandina Bumi Nusantara dan 2 PK
Lokasi Proyek : Area Bekasi
Nama Pemeriksa : - Andre Chandra S
- Zamsudin
DETAIL PENILAIAN
I DESINFEKSI 4.00 DOKUMENTASI
Ya TRUE 1
0
Ya TRUE 1
0
Ya TRUE 1
0
Ya TRUE 1
0
Ada TRUE 1 `
Apakah tersedia komunikasi
penerapan protokol COVID-19
2
(poster/spanduk/banner, dll) di Site Tidak Ada FALSE
office
0
Ada TRUE 1
FALSE 0
2 . PROYEK
Tanggal : 02/09/2021
Nama Kontraktor : PT. PB Dwijaya
Nama Proyek : CA - Amandina Bumi Nusantara dan 2 PK
Lokasi Proyek : Area Bekasi
Nama Pemeriksa : - Andre Chandra S
- Zamsudin
DETAIL PENILAIAN
I PERSIAPAN 1.00 DOKUMENTASI
1 Apakah seluruh pekerja yang akan bekerja di Ya TRUE 1
proyek telah melakukan rapid test dengan hasil
non-reaktif
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
Tidak FALSE 0
3. SITE OFFICE
Tanggal : 02/09/2021
Nama Kontraktor : PT. PB Dwijaya
Nama Proyek : CA - Amandina Bumi Nusantara dan 2 PK
Lokasi Proyek : Area Bekasi
Nama Pemeriksa : - Andre Chandra S
- Zamsudin
DETAIL PENILAIAN
I UMUM 3.00 Dokumentasi
Ya TRUE
1 Apakah tersedia fasilitas untuk melakukan cuci tangan, sabun atau sanitizer di Site Office 1
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
2 Apakah fasilitas untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh tersedia dan dalam kondisi baik
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
3 Apakah pekerja yang melakukan pemeriksaan suhu tubuh telah menggunakan APD
Tidak FALSE
0
II, IMPLEMENTASI 8.00
Ya TRUE
Apakah meja dan kursi di ruang kerja memenuhi physical distancing (minimal 1 meter) dan ditandai marking 1
1
atau sekat pembatas
Tidak FALSE
Ya TRUE
Apakah meja kursi ruang rapat telah memenuhi physical distancing (minimal 1 meter) dan tidak 1
2
saling berhadapan dan telah diberi marking atau sekat pembatas
Tidak FALSE
Ya TRUE
Apakah terdapat sign atau tulisan yang menyatakan jumlah maksimum okupansi pada ruang rapat dan 1
3
durasi maksimum 60 menit
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
4 Apakah fasilitas umum (toilet, mushola, tempat wudhu, smoking area) telah memenuhi physical distanching
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
5 Apakah apakah meja kursi di pantry telah menerapkan physical distancing dan telah ditandai marking
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
6 Apakah pekerja menggunakan peralatan makan sendiri
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
7 Apakah tempat sampah kantong plastik tersedia dan selalu tertutup
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
8 Apakah pekerja melakukan cuci tangan atau sanitizer sebelum memulai kegiatan di site office
Tidak FALSE
0
III SUPPORT 1.00
Ya TRUE
1 Apakah tersedia drop off point untuk delivery makanan atau barang
1
Tidak FALSE
4. MESS PEKERJA
Tanggal : 02/09/2021
Nama Kontraktor : PT. PB Dwijaya
Nama Proyek : CA - Amandina Bumi Nusantara dan 2 PK
Lokasi Proyek : Area Bekasi
Nama Pemeriksa : - Andre Chandra S
- Zamsudin
DETAIL PENILAIAN
I UMUM 1.00 Dokumentasi
Ya TRUE
1
1 Apakah tersedia fasilitas untuk melakukan cuci tangan, sabun atau sanitizer di Mess
Tidak FALSE
0
II, IMPLEMENTASI 8.00
Ya TRUE
Apakah meja dan kursi di mess pekerja memenuhi physical distancing (minimal 1 meter) dan ditandai marking atau sekat
1 1
pembatas
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
Apakah meja dan kursi di ruang makan telah memenuhi physical distancing (minimal 1 meter) dan tidak
2
saling berhadapan dan telah diberi marking atau sekat pembatas
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
3 Apakah terdapat sign atau tulisan yang menyatakan jumlah maksimum okupansi pada kamar
Tidak FALSE
Ya TRUE
4 Apakah tempat tidur pekerja telah memenuhi physical distancing (minimal 1 meter) 1
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
5 Apakah fasilitas umum (toilet, mushola, tempat wudhu, smoking area) telah memenuhi physical distanching
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
6 Apakah pekerja menggunakan peralatan makan sendiri
Tidak FALSE
Ya TRUE
Tidak FALSE
Ya TRUE
1
8 Apakah tersedia kebersihan di dalam kamar, pantry, ruang tamu, dan toilet
Tidak FALSE
0
III SUPPORT 1.00
Ya TRUE
Tidak FALSE
DAFTAR ISI
I. TUJUAN ........................................................................................................................... 3
II. RUANG LINGKUP ........................................................................................................... 3
III. DEFINISI .......................................................................................................................... 5
IV. REFERENSI..................................................................................................................... 9
V. STRUKTUR ORGANISASI INCIDENT MANAGEMENT TEAM (IMT) DAN
EMERGENCY MANAGEMENT TEAM (EMT) ................................................................. 9
VI. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL INTI .................................................... 11
VII. PERSYARATAN INCIDENT COMMAND CENTER (ICC) DAN EMERGENCY
COMMAND CENTER (ECC) ......................................................................................... 19
VIII. PROSEDUR PELAKSANAAN ....................................................................................... 20
IX. FLOWCHART ................................................................................................................ 28
X. LAMPIRAN ..................................................................................................................... 30
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 3 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
I. TUJUAN
Prosedur ini dibuat sebagai panduan praktis untuk menangani Keadaan Darurat, yang
terdiri atas TIER 1 atau TIER 2, bilamana terjadi di lingkungan keproyekan, demi
meminimalkan dampak buruk terhadap:
a. Kelangsungan hidup manusia (People): Pekerja, Kontraktor, pelanggan, tamu
maupun masyarakat disekitarnya;
b. Lingkungan (Environment): udara, air, tanah, binatang dan lainnya;
c. Aset, properti Perusahaan, serta peralatan (Asset);
d. Kelangsungan bisnis dan reputasi Perusahaan (Reputation).
Prosedur ini digunakan untuk penanganan Keadaan Darurat tingkat TIER 1 atau TIER 2
di lingkungan keproyekan sampai keadaan menjadi AMAN untuk kembali bekerja
dan/atau dilakukan perbaikan. Dengan kata lain, Prosedur ini mengatur tata cara
pengamanan terhadap People, Environment, Asset, dan Reputation (PEAR).
Sedangkan untuk pemulihan kondisi pasca penanganan Keadaan Darurat diatur dalam
Prosedur terpisah.
Latihan Simulasi penangangan Keadaan Darurat di lingkungan keproyekan harus
dilakukan secara berkala untuk menguji efektifitas prosedur ini, mengevaluasi
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 4 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
LEVEL DAMPAK
KEADAAN
DARURAT PERSONEL LINGKUNGAN ASET REPUTASI
- Multiple Fatality Keadaan Darurat atau Kerusakan Aset Publisitas negatif pada
- Evakuasi adanya tumpahan B3 Perusahaan pada: headline di media cetak/
tingkat negara yang sebaran - Proyek pemasangan pipa elektronik skala Nasional dan
dampaknya lebih dari distribusi utama dan/atau Internasional (pemegang
500m dari batas luar pipa transmisi saham, pemerintah pusat,
wilayah kerja setempat - Pipa beserta fasilitasnya NGO International). Public
dan dengan panjang > 50 km concern/ menjadi perhatian
penanggulangannya - Pipa Offshore dan publik
tidak dapat ditangani Offshore Receiving
oleh Emergency Facilities (ORF)
TIER 3 Commander
Nilai aset setara > Rp200
miliar
LEVEL
DAMPAK
KEADAAN
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 5 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
DARURAT
PERSONEL LINGKUNGAN ASET REPUTASI
- Single Fatality Keadaan Darurat atau Kerusakan Aset Publisitas negatif pada
- Lost Work Day adanya tumpahan B3 Perusahaan pada: headline di media cetak/
Case yang sebaran - Proyek pemasangan pipa elektronik skala regional
- dampaknya sampai cabang (pemerintah provinsi, NGO
dengan 500m dari - Pipa beserta fasilitasnya daerah) dan menimbulkan
batas luar wilayah dengan panjang 10 km perhatian publik
TIER 2
kerja setempat dan s/d. 50 km
penanggulangannya - Offtake Station
tidak dapat ditangani
oleh personel di Nilai aset setara Rp50 –
wilayah kerja setempat 200 miliar
III. DEFINISI
a. Administration Support (“AS”) adalah pekerja yang bertugas memastikan
kesiapan Inciden Command Center (ICC) dan menyiapkan laporan tertulis sesuai
dengan instruksi Incident Commander (IC) serta menyediakan dokumen-dokumen
yang diperlukan selama proses penanganan keadaan darurat;
b. Aset adalah sesuatu yang dikelola, dimiliki dan/atau dikuasai oleh Perusahaan
dengan dibeli atau diperoleh atas beban anggaran Perusahaan yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah dan dipergunakan untuk mendukung bisnis Perusahaan;
c. Assembly Coordinator (“AC”) adalah pekerja yang bertugas mencatat keberadaan
dan status dari pekerja ataupun korban yang dievakuasi pada saat penanganan
Keadaan Darurat. Pada saat melaksanakan tugas, AC ditunjuk oleh IC/EC dan
bergabung dalam IMT/EMT;
d. Rescue Manager (“RM”) adalah pekerja yang bertugas secara langsung untuk
melakukan penanganan Keadaan Darurat di lapangan dengan memberi instruksi
kepada Emergency Response Team (ERT) melalui On Scene Commander (OSC).
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 6 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
l. Incident Command Center (“ICC”) adalah suatu tempat yang disiapkan sebagai
pusat kendali utama yang digunakan oleh IC dan Incident Management Team (IMT)
dalam mengendalikan proses penanganan Keadaan Darurat Tier 1;
m. Integrated Team (“IT”) adalah satuan kerja di PMO yang mengelola kegiatan
keproyekan, mulai dari terkontrak sampai dengan serah terima operasional, sesuai
kualifikasi, waktu, dan sumber daya yang ditentukan.
n. Keadaan Darurat adalah kejadian yang merupakan gabungan atau terpisah antara
Kecelakaan Kerja, pencemaran lingkungan, pandemik, sakit, demonstrasi dan
lainnya, dimana jika tidak ditangani secara khusus dan cepat berpotensi
menimbulkan dampak buruk yang signifikan terhadap:
• Kelangsungan hidup manusia (People);
• Lingkungan (udara, air, tanah dan lainnya) (Environment);
• Aset dan properti Perusahaan (Asset);
• Kelangsungan bisnis dan reputasi Perusahaan (Reputation);
o. Kecelakaan dengan Keterbatasan Kemampuan Kerja atau Restricted Work Day
Case (“RWDC”) adalah Kecelakaan Kerja yang mengakibatkan pekerja yang
bersangkutan tetap dapat bekerja di hari setelah terjadinya insiden, namun tidak di
posisi/lokasi yang sama atau tidak dapat melaksanakan semua pekerjaan tugas atau
kewajiban rutinnya secara efektif;
p. Kecelakaan Kerja adalah setiap kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
yang menimpa Pekerja dan tamu, pada waktu melakukan pekerjaannya di tempat
kerjanya yang mengakibatkan kehilangan kesadaran, memerlukan perawatan medis,
mengalami luka-luka, kehilangan angota badan, atau kematian;
q. Key Event Recorder (“KER”) adalah pekerja di dalam IMT/EMT yang bertugas
menulis kejadian-kejadian penting di lapangan maupun di ICC/ECC selama proses
penanganan Keadaan Darurat. Catatan tersebut ditulis dalam urutan waktu yang
teratur (kronologis). Dalam pelaksanaannya, KER ditunjuk oleh IC/EC;
r. Kontraktor adalah organisasi penyedia jasa konstruksi yang ditugaskan manajemen
Perusahaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan keproyekan berdasarkan ikatan
kontrak;
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 8 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
IV. REFERENSI
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
d. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Sistem Manajemen Pengamanan;
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di tempat Kerja;
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat
Kerja;
g. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, Pengamanan, Dan
Pengelolaan Lingkungan Serta Energi, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. No. P-
001/0.51;
h. Pedoman Sistem Dokumentasi PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. No. P-002/0.58;
i. ISO 14001 tentang standar Sistem Manajemen Lingkungan;
j. ISO 45001 tentang standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
k. Sustainability Pertamina Expectations for HSSE Management Excellence
(SUPREME);
l. Pertamina Security Risk Management (PSRM);
m. Pedoman Penanggulangan Keadaan Gawat Darurat (P-003/A018).
eskalasi dari Tier 1 menjadi Tier 2, personil IMT dapat segera bertransformasi menjadi
EMT dengan EC sebagai pemberi perintah langsung penanganan Keadaan Darurat.
Seluruh personil/pekerja yang terlibat dalam penanganan Keadaan Darurat harus diisi
oleh orang yang tepat dengan pengalaman dan kompetensi yang mencukupi.
Struktur organisasi Incident Management Team (IMT) dan Emergency Management
Team (EMT) ditunjukkan pada Gambar 5.1.
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 11 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
Personil IMT (kotak hijau) dan EMT (kotak kuning) wajib diisi oleh personil Perusahaan,
sedangkan fungsi yang tidak diberi kotak berwarna merupakan personil yang berada di
lapangan (Proyek). IC wajib membuat struktur IMT di masing-masing Proyek yang
dikelolanya. Struktur IMT harus diperbaharui setiap hari sehingga posisi-posisi di dalam
struktur IMT selalu terisi dan siap untuk menjalankan tugasnya apabila terjadi Keadaan
Darurat (struktur disusun dengan prinsip On Duty). Oleh karena itu, apabila salah satu
dari personil tersebut tidak bertugas (cuti, sakit, atau hal lainnya), maka IC wajib
menentukan penggantinya di periode personil yang bersangkutan tersebut berhalangan
untuk hadir. Hal ini juga berlaku untuk struktur EMT dimana EC wajib menentukan
personil yang mengisi posisi-posisi tersebut.
terdiri dari: Deputy Incident Commander (DIC), Logistic, Key Event Recorder
(KER), dan Assembly Coordinator (AC);
f. Mengumpulkan personil IMT di Incident Command Center (ICC) dan
menetapkan dimana lokasi ICC;
g. Menganalisa Keadaan Darurat dan memberikan keputusan penanganan yang
akan dilakukan;
h. Menentukan urutan prioritas dalam melakukan penanganan Keadaan Darurat,
terdiri dari People, Environment, Asset, dan Reputation (PEAR);
i. Memotivasi dan menstimulasi personil IMT, terutama dalam hal peningkatan
stres dan komunikasi selama periode penanganan Keadaan Darurat;
j. Mengumpulkan personil IMT secara periodik untuk mendapat informasi terbaru
terkait penanganan Keadaan Darurat yang sedang berlangsung serta
menentukan prioritas pada saat itu;
k. Mengevaluasi tingkat Keadaan Darurat dan menyampaikan laporan secara
periodik kepada Emergency Commander (EC). Apabila terjadi eskalasi dari Tier
1 menjadi Tier 2, maka penanganan Keadaan Darurat diambil alih oleh EC
dengan mengaktifkan Emergency Management Team (EMT);
l. Menentukan kapan dan memberi pernyataan bahwa penanganan Keadaan
Darurat Tier 1 telah selesai.
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 13 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
ASSEMBLY COORDINATOR
MUSTER CHECKER
4. Logistic
a. Segera berkoordinasi dengan Unit Kesehatan atau Rumah Sakit (RS) terdekat
dengan lokasi kejadian, sesuai dengan yang ditetapkan di ERP Proyek;
b. Segera menghubungi pihak-pihak terkait (Ambulance, Pemadam Kebakaran,
Tim Search and Rescue (SAR)) untuk penyediaan alat pendukung;
c. Menghubungi keluarga Korban;
d. Mengatur akomodasi dan transportasi dari keluarga Korban, misal: penyediaan
penginapan, tiket perjalanan;
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 15 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
LOGISTIC
KELUARGA PUBLIC
KORBAN RELATIONS
5. Administration Support
a. Memastikan kesiapan Incident Command Center;
b. Menyiapkan laporan tertulis yang diperlukan, sesuai dengan instruksi Incident
Commander/Emergency Commander;
c. Menyediakan dokumen-dokumen yang diperlukan selama proses penanganan
keadaan darurat.
c. Media untuk menampilkan Piping and Instrumentation Diagram atau Peta proyek;
d. Papan tulis (white board dan/atau flipchart) yang akan digunakan sebagai media
pencatatan Logistic Information Board, Assembly Coordinator Board, dan Key
Events Recorder Board (Lampiran 6) , serta hal-hal penting lainnya selama
penanganan Keadaan Darurat;
e. Jam dinding;
f. Komputer dengan akses internet dan printer.
g. Apabila keseluruhan tim Incident Management Team (IMT) dan Emergency
Management Team (EMT) tidak dapat berkumpul dalam satu tempat dan satu
waktu yang bersamaan, seperti saat situasi pandemik, bencana alam , dan lain
sebagainya, maka penanganan Keadaan Darurat dilakukan menggunakan Sistem
Konferensi Video yang dilakukan secara daring melalui aplikasi konferensi video
atau Microsoft Teams;
h. Penanganan Keadaan Darurat yang dilakukan secara daring dimulai dari laporan
insiden atau dinyatakannya keadaaan darurat sampai dengan pernyatan
penanganan Keadaan Darurat telah selesai, dan disertai proses pemberian laporan
kepada Direktorat Minyak dan Gas melalui SMS Center Keselamatan MIGAS.
i. Tahapan pelaksanaan penanganan Keadaan Darurat menggunakan sistem
konferensi video dijelaskan pada Lampiran 11.
IX. FLOWCHART
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 29 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 30 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
X. LAMPIRAN
1. Struktur organisasi Incident Management Team (IMT) & Emergency Respon Team
(ERT) Keproyekan
PROSEDUR TANGGAP DARURAT
Document No. Rev. CONTRACT No.
Page 31 of 31
PGAS-CA35-3603-HSE-PR-003-A4 0 035300.S/HK.02/PMI.PI/2022
KATEGORI
NO. & JUDUL PERATURAN- Relevan KEPATUHAN
NO. PERUNDANGAN PERIHAL SUMBER PENJELASAN
Tidak
Pasal
YA
PERSYARATAN LAINNYA
Ayat
BAB
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan
bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
1 UU No. 1 Tahun 1970 V 9 3 pemberantasan kebakaran serta peningkatan D Pemerintah √ Safety Induction
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
PERMEN NAKER No. 08 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi Tanda terima
74 2 1 pekerja/buruh di tempat kerja. D Depnakertrans √
Tahun 2010 pembagian APD
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan
secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai
PERMEN NAKER No. 08 kewajiban penggunaan APD di tempat kerja. Poster dan rambu-
75 5 D Depnakertrans √
Tahun 2010 rambu HSE
Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat
PERMEN NAKER No. 08 kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai Penggunaan APD
76
Tahun 2010
6 1 dengan potensi bahaya dan risiko. D Depnakertrans √ oleh tamu dan visitor
Keterangan *):
A = Perizinan B = Baku mutu/ Nilai ambang batas C = Persyaratan teknis E = Terkait legally required training
Formula Nilai Kepatuhan = Jumlah Regulasi dipatuhi : Jumlah Semua Regulasi x 100%
CATATAN REVISI
DAFTAR ISI
1 TUJUAN
Tujuan dari prosedur ini adalah dalam rangka memberikan pedoman yang aman bagi
penggunaan peralatan dalam keproyekan. Peralatan yang dioperasikan dengan tangan dari
semua tipe didesain dengan mempertimbangkan keselamatan personil / operator. Terkait
dengan jaminan keselamatan personil / operator pada pekerjaannya adalah sangat penting
bahwa penggunaan peralatan harus mengikuti prosedur yang direkomendasikan, karena
mengabaikan rekomendasi tersebut akan membahayakan nyawa dan harta benda.
2 RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku pada Proyek Pekerjaan Pengadaan Pekerjaan Penggantian Meter Pada
MRS Pelanggan PT Mulia Glass (Cikarang- Kab. Bekasi) yang mencakup seluruh karyawan
yang terlibat dalam pengoperasian peralatan di proyek tersebut.
3 REFERENSI
A. TUJUAN
B. UMUM
Ø Pastikan yang menggunakan mesin gerinda adalah orang yang kompeten untuk
mengoperasikannya.
Ø Pastikan anda telah memahami bahaya dan risiko dalam melakukan aktivitas
dengan mesin gerinda.
Ø Jika bahaya-bahaya dalam melakukan proses gerinda tidak dapat di hilangkan,
maka gunakan APD yang sesuai. Misalnya:
1. masker,
2. safety glasess,
3. face shield,
4. ear plug dan
5. gloves.
maksimum mesin yang akan digunakan. Anda bisa lihat kecepatan maksimum
mesin pada bodi mesin.
Ø Pastikan bahwa anda memahami dengan betul kode spesifikasi batu
gerinda. Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mengetahui batu gerinda
tersebut dapat digunakan untuk menggerinda atau memotong material apa.
Ø Pastikan bahwa benda kerja yang akan dipotong atau digerinda dalam posisi
yang tetap. Oleh karena itu, tidak dianjurkan meletakkan benda yang akan
digerinda pada permukaan yang licin. Hal ini berpotensi menyebabkan benda
dapat terpental ketika diberikan tekanan oleh batu gerinda.
Ø Pastikan bahwa arus listrik sudah terputus saat mengganti batu gerinda.
Ø Saat selesai melakukan pekerjaan. Pastikan bahwa anda telah mematikan
mesin gerinda dengan menekan tombol off terlebih dahulu baru kemudian
memutuskan arus listriknya. Karena beberapa kejadian yang tidak meng-offkan
mesin gerindanya setelah selesai pekerjaan, saat di sambungkan ke arus listrik
langsung menyala (untuk beberapa jenis mesin gerinda).
NOTE : Maximum Operation Speed (MOS) pada batu gerinda harus lebih besar dari
kecepatan maksimum mesin yang akan digunakan.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 8 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Chain Block atau Chain Hoist yang masyarakat biasa menyebutnya sebagai katrol,
adalah suatu mekanisme alat yang digunakan untuk mengangkat, menahan dan
menurunkan suatu barang. Alat ini menggunakan rantai sebagai unsur penarik utama
yang dililitkan di dua roda besi bergerigi, di ujung rantai penarik terdapat sebuah kait
untuk dikaitkan dengan barang yang akan dinaikkan atau diturunkan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, chain block digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan suatu barang, namun alat ini memiliki beberapa keunggulan sehingga
banyak industri melirik alat ini. Beberapa keunggulannya adalah:
1. Memiliki ukuran yang relatif kecil namun dapat mengangkat beban berton-
ton(tergantung spesifikasi)
2. Mudah dipasang dan dipindahkan
3. Mudah dalam pengoperasian.
Katrol ini sering digunakan dalam berbagai industri besar, namun banyak di kalangan
masyarakat menggunakan katrol ini untuk keperluan tertentu. Berikut contoh
penggunaan Chain Block di industri dan Bisnis:
1. Industri Konstruksi
Untuk mengangkat bahan bangunan dan peralatan.
2. Industri Manufaktur
Mengangkat mesin, bahan baku, dan peralatan
3. Industri Perkapalan
Mengangkat mesin, pipa, dan alat lainnya.
4. Industri Pertambangan
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 9 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Untuk menurunkan dan menaikkan alat tambang, hasil tambang, dan material.
5. Bisnis Otomotif
Memindahkan rangka dan mesin kendaraan.
D. CARA PENGGUNAAN
Sebelum anda menggunakan alat ini, tentu anda harus mengetahui cara penggunaan
alat ini agar awet dan tidak mencelakai anda atau orang disekitar anda.
1. Jauhkan katrol dari bahan kimia berbahaya.
2. Jangan gunakan untuk mengangkat manusia atau barang yang melebihi
kapasitas beban.
3. Jangan masukkan kait atau hook pada link rantai.
4. Jangan meninggalkan beban atau benda apapun pada hook ketika tidak
digunakan.
5. Hindarkan katrol dari, cipratan air, asam dan uap.
6. Saat melakukan pelumuran oli jangan sampai mengenai sistem pengereman.
7. Jangan ganti panjang rantai tanpa persetujuan supplier.
8. Jangan operasikan alat ini tanpa training.
9. Jangan gunakan alat dalam kondisi rusak atau kurang baik.
10. Gunakan alat pelindung diri yang lengkap, sesuai dan tidak mengganggu
pekerjaan
11. Siapkan katrol sesuai dengan kapasitas beban yang akan digunakan.
12. Pastikan katrol bersih dan tidak ada kerusakan.
13. Selanjutnya kaitkan Hook katrol pada tumpuan yang kuat.
14. Kemudian pasang sling wire pada benda yang akan diangkat, jika perlu.
15. Setelah terikat dengan benar dan sudah siap dioperasikan, kaitkan Hook pada
sling yang diikatkan pada benda.
16. Kemudian tariklah rantai katrol sampai benda terangkat dan berada di ketinggian
sesuai yang diinginkan.
17. Saat benda terangkat jangan terlalu dekat dengan posisi benda karena
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 10 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
1. Simpan dan perlakukan katrol dengan benar agar sistem di dalam nya tidak
berkarat dan macet
2. Periksa pelumas dan rem untuk menghindari kecelakaan kerja.
3. Lepas aksesoris pendukung sebelum disimpan dan pisahkan penyimpanan alat
yang sudah berkarat dari katrol.
4. Pastikan suspensi atas dilengkapi dengan mouse hook dan terpasang dengan
benar.
5. Pastikan rantai tidak terlepas saat hook pada posisi rendah atau dibawah.
6. Ikuti petunjuk penggunaan saat menggunakan katrol.
F. WAKTU INSPEKSI
Bor tangan merupakan mesin yang digunakan untuk membuat lubang, alur, perluasan
hingga pengahalusan pada permukaan tertentu, tetapi jika tak dibekali pengetahuan
soal cara memakainya dengan benar, bisa berbahaya, Pada kondisi tertentu, bor
tangan sangat membantu beragam pekerjaan. Seperti untuk melubangi permukaan
besi, kayu hingga tembok, hasilnya pun presisi dan sangat akurat. Dipakai untuk
melepas dan mengencangkan baut.
Namun, bor tangan menyimpan risiko kecelakaan yang cukup tinggi.
Pasalnya, mesin yang digunakan bekerja dengan cara memutar sangat cepat,
ditambah keberadaan mata bornya yang cukup tajam.
Maka sebaiknya, ketika hendak memakai bor tangan, kamu perlu dibekali
pengetahuan yang memadai guna terhindar dari potensi kecelakaan yang fatal.
Dibedakan berdasar permukaan yang akan dijadikan objek bor, seperti kayu, besi,
tembok dan lain-lain.Selain itu, dayanya ada yang memakai listrik dan baterai. bor
tangan memiliki sub jenis. ditentukan oleh ukuran mata bor, mulai dari 6.5 mm, 10
mm, 13, mm 23 mm, dan 32 mm. Ketiga, rupa mata bor disesuaikan dengan
permukaan Ada mata bor khusus kayu, khusus besi, khusus tembok dan lainnya.
1. Alat pelindung diri tersebut berupa masker, kacamata pelindung, sarung tangan
dan pelindung pendengaran. Tujuanya agar kamu terlindungi dari pecahan
material.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 12 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
A. DEFINISI
B. PENDAHULUAN
Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu
proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber
panas. Jenis sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap.
Las tistrik ini menggunakan alektroda berselaput sebagai bahan tambah. Busur listrik
yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung
elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan
mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur
Iistri dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan
selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga berfungsi
sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.
Proses pengelasan dibedakan menjadi beberapa jenis, dan SMAW merupakan salah
satu proses pengelasan yang umum digunakan, utamanya pada pengelasan singkat
dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk bidang konstruksi.
SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung
dengan mempergunagkan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam.
Jenis ini paling banyak dipergunakan untuk hampir semua keperluan pekerjaan
pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC,
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 14 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
sedangkan untuk pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun
secara umum yang dipakai berkisar 80–200 Ampere.
Las busur listrik ini disebut juga Stick Welding atau Manual Metal Arc Welding. Prinsip
kerjanya adalah menggunakan logam elektroda consumable dengan
komposisi/kandungan yang tepat untuk menghasilkan arc welding antara elektroda
dengan benda kerja. Logam elektroda yang meleleh akibat panas mengisi celah
antara ujung elektroda dan bergabung dengan benda kerja. Elektroda dilapisi dengan
shielding flux yang terbuat dari komposisi khusus. Shielding flux meleleh bersama
dengan logam inti dari elektroda, membentuk gas dan kerak, dan melindungi arc
welding dan weld pool. Fluks melakukan pembersihan permukaan logam, mensuplai
beberapa elemen paduan untuk kontak welding, dan melindungi lelehan logam dari
oksidasi dan menstabilkan arc wleding. Kerak dihilangkan setelah dilakukan proses
Solidification yaitu proses transformasi dari fase lelehan dari paduan menjadi bagian
padat dari paduan, melibatkan kristalisasi dari fase cair, pemisahan kotoran dan
elemen paduan, pembebasan gas terlarut dalam lelehan dan pembentukan porositas.
Keuntungan dari metode pengelasan ini :
1. Sederhana, peralatan portabel dan low cost;
2. Dapat digunakan untuk berbagai jenis logam, posisi pengelasan dan elektroda,
3. Sangat sesuai untuk aplikasi luar ruangan.
Kerugian dari metode pengelasan ini :
1. Proses diskontinu karena keterbatasan panjang elektroda;
2. Hasil las memungkinkan berisi sisa-sisa dari kerak;
3. Selama proses pengelasan timbul asap yang seringkali mengakibatkan kesulitan
dalam pengontrolannya.
D. MESIN LAS
Mesin las yang dipakai bermacam - macam, tapi bila ditinjau dari jenis arus yang
digunakan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Mesin las arus bolak-balik (AC)
2. Mesin las arus searah (DC)
3. Mesin las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan dari
mesin AC dan DC.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 15 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
1. Kabel Las
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 16 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet
isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
• kabel elektroda
• kabel massa
• kabel tenaga.
2. Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus
oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian
pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel digantungkan pada gantungan
dari bahan fiber atau kayu.
3. Palu Las
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan me-ngeluarkan terak las pada jalur
Iasdengan jalan memukul-kan atau menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan
akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya.
4. Sikat Kawat
Dipergunakan untuk: membersihkan benda kerja yang akan dilas dan
membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las
5. Klem Massa
Klem massa adalah suatu alat untuk menghu-bungkan kabel massa ke benda
kerja. Pada umumnya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik
yang baik seperti tembaga, agar arus listrik dapat mengalir dengan baik.
Dalam pengelasan ini, logam induk mengalami pencairan akibat pemanasan dari
busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur
listrik yang ada dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks dan karena itu elektroda las
kadang-kadang disebut kawat las. Elektroda selama pengelasan akan mengalami
pencairan bersama-sama dengan logam induk yang menjadi bagian kampuh las.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 17 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang
berasal dari elektroda dan logam induk.
• Teknik Penyalaan
- Pastikan mesin las sudah dalam kondisi siap pakai dan gunakan alat
pelindung keselamatan kerja.
- Pada umumnya untuk latihan digunakan elektroda E 6013 dengan diameter
3,25 mm.
- Jepit ujung elektroda yang tidak berselaput pada tang penjepit elektroda.
- Jika sudah dijepit maka elektroda sudah dialiri arus listrik, hati-hatilah terhadap
sentuhan elektroda dengan meja kerja, karena. bisa terjadi penyalaan.
- Berdirilah pada posisi yang nyaman untuk dapat mengikuti gerakan elektroda.
jangan memegang pemegang elektroda terlalu kuat atau kakau. Dengan
erakan yang rilek akan lebih memudahkan dalam penyalaan dan penarikan
busur.
- Arahkan ujung elektroda ke benda kerja dengan sudut elektroda kurang lebih
70 derajat terhadap permukaan benda kerja. Turunkan ujung elektroda yang
akan dinyalakan sehingga mencapai 30 mm di atas permukaan benda kerja.
Sekarang turunkan pelindung muka (helm las).
- Nyalakan busur dengan menggoreskan ujung elektroda pada permukaan
benda kerja seperti mnggoresakan korek api atau menyentuhkannya pada
permukaan benda kerja. ketika sudah mulai nampak busur, tarik elektroda
hingga kurang lebih 6 mm, kembalikan elektroda ke posisi penyalaan
kemudian kurangi tinggi busur sampai jaraknya sebesar diameter kawat inti
elektrode (muka dan mata harus selalu dilindungi oleh helm las).
- Ulangi latihan ini sampai menghasilkan penyalaan busur yang baik dan tinggi
busur yang tetap.
- Untuk mematikan busur, elektroda harus diangkat dengan cepat, ini
dimaksudkan untuk mencegah menempelnya ujung elektroda pada
permukaan benda kerja.
- Bila elektroda menempel secara kuat pada benda kerja, maka mesin las
segera dimatikan kemudian elektroda dapat dilepas.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 18 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
A. DEFINISI
Menggunakan Mesin Potong Besi Secara Mudah dan Aman, Mesin pemotong logam
banyak digunakan untuk aktifitas metal working atau bengkel logam. Mesin potong
besi atau cutt off ini sangat efisien dan cepat.
Dibanding dengan Gerinda mesin potong besi atau cutt off lebih praktis dan akurat
selain itu lebih aman, ada beberapa jenis ukuran mesin potong besi. Paling kecil
berukuran 7 Inci dan yang besar 14 Inci.
1. Daya Mesin, Daya mesin ini berbanding dengan kekuatan dan torsi saat
memotong besi semakin besar daya semakin cepat untuk memotong. Namun
sesuaikan dengan kesiapan listrik di rumah, untuk penggunaan hobi dan dayli use
bisa menggunakan watt kecil, sementara buat workshop dan proyek bisa
menggunakan yang berdaya besar.
2. Ukuran Pisau (Blade), Ukuran Pisau gergaji Cutt off sangat beragam mulai dari 7
Inchi, 8 Inchi, 10 Inchi, 12 inchi, dan 14 Inchi. Sesuaikan dengan kebutuhan bidang
potong yang diinginkan. Besarnya mata pisau bisanya berbanding lurus dengan
kekuatan daya listriknya.
3. Ergonomi, Ergonomi desain mesin terkait erat dengan kenyamanan dan
penggunaan. Semakin bagus dengan ergonominya membuat pekerjaan lebih
presisi dan tidak cepat lelah.
4. Akurasi, Pilih dan cek mesin sebelum digunakan pastikan akurasi saat
pemotongan bisa benar-benar lurus. Begitu juga saat digunakan untuk berbagai
sudut pastikan semua akurat.
C. CARA MENGGUNAKAN MESIN POTONG BESI
1. Gunakan Alat pelindung diri lengkap, seperti masker, sarung tangan, kaca mata,
dan sepatu kerja. Utamakanlah keselamatan dalam bekerja agar aman saat
bekerja.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 19 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
2. Pasang benda yang akan dipotong pada pencekam (ragum) dan pastikan batas
ukuran yang akan dipotong dengan benar, seperti panjang dan sudut kemiringan.
Kemudian kunci dengan kuat agar benda tidak lepas atau bergerak ketika
dipotong.
3. Setelah itu, tancapkan kabel power ke sumber listrik yang tersedia dan pastikan
posisi kabel tidak berdekatan dengan mata potong.
4. Jika sudah siap, tekan saklar untuk menghidupkan mesin dan tunggu sampai
putaran mata gerinda stabil.
5. Jika putaran mata potong sudah kencang dan stabil, mulailah menurunkan mata
potong ke benda yang telah terjepit kencang pada dudukannya. Jika diperlukan,
gunakan bantuan tangan kiri untuk membantu menekan gagang pemotong.
6. Tekan gagang pemotong secara perlahan menyesuaikan pemotongan. Jangan
menekan terlalu berlebihan untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan.
7. Setelah pemotongan selesai, angkat gagang pemotong ke atas dan lepaskan
tombol saklar untuk menghentikan mesin. Setelah itu, barulah cabut kabel power
dari sumber listrik.
8. Jika mempunya mesin vacuum cleaner bersihkan sisa potongan dan terak dengan
penyedot debu, ini bisa menghindari karat dan koron yang bisa mengganggu
kinerja mesin potong.
9. Jangan lupa untuk membersihkannya sebelum menyimpannya kembali.
A. DEFINISI
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 20 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Pengertian dari gas cutting salah satu alat yang di gunakan oleh banyak instansi atau
bengkel untuk memotong suatu benda kerja logam yang menggunakan bahan pokok
berupa gas oksigen dan gas acytiline yang di tampung di dalam sebuah tabung gas.
2. Adapun alat alat yang di gunakan di dalam pekerjaan yang menggunakan gas
cutting adalah sebagai berikut :
• Sarung tangan kulit, yang terbuat dari bahan kulit yaitu alat yang di gunakan
untuk menutupi bagian tangan agar anggota tubuh bagian tangan tidak terkena
percikan api gas cutting.
• Sepatu safety, yaitu alat yang di gunakan utuk menutupi bagian kaki bawah
agar tidak terluka karena percikan api gas cutting.
• Masker, yaitu alat yang di gunakan untuk menutupi bagian pernafasan agar
opeator tidak menghirup langsung asap proses gas cutting.
• Kaca mata atau face shield, yaitu alat untuk melindungi mata dan wajah agar
tidak terkena radiasi cahaya gas cutting dan percikan api gas cutting.
• Helm atau topi, yaitu alat yang di gunakan untuk melindungi bagian kepala dan
rambut agar percikan api tidak mengenai bagian kepala.
• Apron yang berbahan dari kulit yaitu alat yang di gunakan untuk menutupi
bagian tubuh seperti dada, lengan tangan dan kaki bagian atas yang berfungsi
agar radiasi, panas dan percikan api tidak langsung mengenai tubuh.
3. Adapun alat - alat pemadan api yang di gunakan untuk menjaga agar tidak terjadi
kebakaran pada saat mengerjakan gas cutting adalah sebagai berikut:
• APAR atau Alat Pemadam Api Ringan yang berbahan powder yaitu alat
pemadam yang berfungsi untuk menghentikan nyala api supaya mati atau tidak
membesar apabila terjadi api di area pekerjaan gas cutting.
• Kain Anti api yaitu kain yang di amparkan di dekat area pekerjaan gas cutting
sehingga berfungsi untuk mematikan api effect dari percikan benda kerja gas
cutting supaya tidak menjadi api besar.
• Air dalam ember yaitu Air yang di sediakan di dalam ember yang stand by di
area pekerjaan gas cutting yang bertujuan untuk menyiram api percikan dari
proses gas cutting agar api tersebut tidak membesar.
• Air Sprayer yaitu air bertekanan di dalam tabung sprayer yang berfungsi untuk
menyiram api kecil yang timbul effect dari percikan proses gas cutting agar api
kecil tersebut tidak membesar.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 22 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Langkah yang harus di lakukan di proses ini adalah Pastikan sebelum memulai
pekerjaan gas cutting kondisi dan perlengkapan tool kerja tersedia dan lengkap
di area kerja, seperti palu, pahat, sikat kawat, siku, jig benda kerja, dll
• Pengecheckan Gambar Kerja dan Kelengkapan Benda Kerja yang akan di gas
cutting.
Langkah yang harus di lakukan di proses ini yaitu Tunjuk dan pastikan gambar
kerja dengan benda kerja sesuai dan lengkap. Pahami gambar kerja sebelum
melakukan pekerjaan gas cutting pada benda kerja.
• Proses Menggambar di Benda Kerja.
Langkah yang harus di lakukan di proses ini adalah Jika ada job pekerjaan yang
membutuhkan proses menggambar terlebih dahulu di benda kerja, Maka
pastikan mengikuti petunjuk dan gambar sesuai dengan job di dalam gambar
order.
• Proses Persiapan Unit Gas Cutting.
Hal yang harus di lakukan di dalam langkah ini adalah Sebelum Unit gas cutting
digunakan ,maka urai terlebih dahulu hose selang gas oksigen dan gas
acytiline, Jika sudah aman area pekerjaan, kondisi operator sudah
menggunakan APD lengkap kemudian nyalakan gas cutting dengan pemantik
dan pekerjaan bisa segera di mulai.
• Proses Penggunaan Gas Cutting pada Benda Kerja.
Langkah yang harus di lakukan di proses ini adalah Lakukan proses
penggunaan gas cutting sesuai gambar dan job pekerjaan.Gunakan alat atau
tool kerja seperlunya yang sudah di sediakan dalam pekerjaan gas cutting.
• Proses Mematikan dan Merapihkan Unit Gas Cutting.
Langkah yang harus di lakukan dalam langkah ini adalah Apabila proses
pekerjaan gas cutting sudah selesai maka pastikan kondisi api di tungsten
sudah di OFF, tutup valve tungsten, tutup vavle utama tabung gas oksigen dan
gas acytiline kemudian blow sisa gas yang ada, tutup valve reducer atau
regulator, kemudian rapihkan kembali hose selang gas pada seperti semula.
• Proses Finishing Benda Kerja.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 24 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Langkah kerja yang harus di lakukan yaitu Bersihkan kembali benda kerja dari
kerak bekas potongan gas cutting dengan pahat dan palu, kemudian check
ulang benda kerja apakah sudah maksimal atau belum.
• Proses Membersihkan Area Kerja Gas Cutting.
Langkah kerja yang perlu di lakukan dalam hal ini adalah Sapu dan bersihkan
area kerja sampai benar benar bersih..
• Proses Check Area Kerja.
Langkah kerja yang perlu di lakukan yaitu Sebelum meninggalkan area kerja
gas cutting, pastikan kondisi semua equipment sudah rapih pada tempatnya
seperti APD, APAR, tool kerja, Alat kebersihan, kondisi unit gas cutting, dan
area kerja aman dari api.
1. Operasi produksi harus terlebih dahulu memeriksa apakah ada cacat pada
semua belenggu, cocok model, sambungannya solid dan dapat diandalkan.
2. Jangan gunakan sekrup atau batang logam, bukan pinnya.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 25 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
9. Menurut
frekuensi penggunaan, kondisi kerja yang buruk harus menentukan tingkat
pemeriksaan berkala yang wajar, periode pemeriksaan berkala tidak kurang dari
enam bulan dan tidak lebih dari satu tahun, dan membuat catatan inspeksi.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 27 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
A. DEFINISI
Kawat las, elektroda atau Welding rod merupakan material utama ketika welder
melakukan proses pengelasan.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 28 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Ada beberap fungsi dari fluks yang membungkus sepanjang batang las, yakni;
• Fungsi utama flux pada kawat las adalah untuk melindungi cairan logam dari udara
luar,
• Menyediakan elemen paduan untuk meningkatkan sifat logam las,
• Menghasilkan lapisan slag untuk melindungi logam las yang masih panas dari
udara, meningkatkan kekuatan mekanis, menjaga permukaan manik-manik las
tetap bersih,
• Unsur-unsur pembentuk ion-ion, yang membuat busur listrik lebih stabil dan
mampu beroperasi dengan penggunaan arus AC,
• Menambahkan serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengendapan,
• Fluks berfungsi menstabilkan nyala busur, arc
• Penghasil gas (CO2) yang berasal dari pembakaran fluks, yang berfungsi
melindungi busur listrik dan kubangan logam las dari lingkungan atmosfir,
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 29 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Penanganan Kawat las harus di lakukkan dengan benar mulai dari penyimpanan
hingga akan di pergunakan, agar kawat las tetap dalam kondisi baik dan layak untuk
di pergunakan. Berikut beberapa cara penyimpanan kawat las, yakni;
• Hindarkan dari pengaruh kelembapan atau suhu humidity, bila kawat las belum di
buka dari kotak buatan pabriknya, terutama pada kawat las jenis low hydrogen
basic elektrode sangat mudah menyerap suhu yang kelembapannya tinggi,
• Elektroda yang mempunyai humidity > 50% diharuskan disimpan di oven (sesuai
rekomendasi dari pabrik),
• Ruang penyimpanan elektroda basic harus dikontrol dengan tingkat kelembaban
(humidity) kurang dari 50%,
• Bila kotak kawat las sudah di buka sebaiknya segera di gunakan pada maksimum
waktu 8 jam,
• Sisa pemakaian kawat las dapat di simpan selama 2 jam pada oven dengan suhu
temperatur 300-350 derajat Celsius,
• Penyimpanan untuk kawat las yang sudah terbuka bisa di simpan pada oven
dengan suhu 100-150 derajat Celsius minimal selama 4 jam,
• Berbeda dengan Kawat las tipe Selulosa mempunyai humidity level atau tingkat
kelembapannya 3 + 7%, proses penyimpanan tidak harus di dalam oven.
E. PENGARUH PADA KAWAT LAS YANG LEMBAB
• Hasil pengelasan tidak rata karena nyala api tidak stabil, karena lembabnya kawat
las,
• Banyak menghasilkan Percikan dari busur api,
• Menghasilkan cacat pengelasan seperti, porosity, slag inclusion dan beberapa
cacat lainnya,
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 30 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
A. DEFINISI
Crane adalah sebuah jenis mesin yang umumnya menggunakan alat AC dengan cara
memvariasikan input frekuensi dan voltase motor tersebut. Penggunaan inverter pada
Hoist Crane memberikan beberapa keuntungan seperti berikut:
oist Crane, Katrol, Tackle, Lift Barang, Lift Kargo, Hoist Double Girder, Hoist Crane
Double Girder, Hoist Crane Single Girder, Gantry Crane, Gantry Hoist,
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 32 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Chain Hoist (Hoist Rantai) akan salah apabila di gunakan untuk steel servise (Hoist
seling listrik) Harus di hindari untuk installasi manual crane.
Fitur ini mengurangi tekanan struktural yang terjadi pada overhead crane dan juga
landasan pacu ketika Cara Menggunakan Electric Chain Hoist Inverter.
Sebelum kita mengetahui remote contol pada hoist dalam pengoprasian hoist ada
yang manual yaitu menggunakan tangan dengan cara menarik
• Harus memakai Helmt keselamatan (safety head).
• Harus menggunakan Sarung tangan dan Safety Shoes
• Pastikan berat beban yang akan diangkat tidak melebihi kapasitas dari overhead
crane.
• Pilihlah sling yang laik pakai yang sudah melalui proses inspeksi sebelum akan
dioprasikan
A. DEFINISI
Webbing atau dengan sebutan lain sling belt merupakan alat bantu yang
menghubungkan alat pengangkat seperti crane dengan benda yang diangkat.
Webbing merupakan alat bantu umum yang telah dirancang fungsinya untuk
mengangkat bahan atau barang yang memiliki bentuk besar dan berbobot berat.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 33 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Webbing Sling adalah alat bantu berupa anyaman/tenunan yang terbuat dari
polyester, nylon atau polypropylene dan dibuat berbentuk datar atau pipih dan juga
berbentuk tabung dengan ukuran yang berbeda-beda. Dalam menggunakan webbing
ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Periksa Kondisi Sling Anda Sebelum Digunakan
Jangan menggunakan webbing yang kondisinya sudah tidak layak digunakan.
Apabila webbing putus saat digunakan, bisa berpotensi menjatuhkan beban yang
berakhir pada cedera dan kematian di tempat kerja serta bisa juga menyebabkan
kerusakan pada peralatan yang sedang diangkat atau dipindahkan. Jangan
memaksa menggunakan webbing yang sudah terdapat lubang, terpotong
ataupun terdapat sobekan. Hindari pula menggunakan webbing yang sudah
terdapat jahitan, banyak goresan pada bagian body webbing sling.
ketika diangkat dan sebagainya. Ketika memasang sling sangat penting untuk
menentukan metode pemasangan tali seperti apa yang akan digunakan.
A. DEFINISI
Hydrostatic test adalah salah satu cara pengujian kekuatan dan kebocoran pada
bejana tekan atau pressure vessel – seperti boiler, heat exchanger, reaktor, perpipaan
– dengan menggunakan media fluida cair (umumnya air).
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 36 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Dengan memasukkan air ke dalam bejana tekan atau perpipaan dengan tekanan
tertentu. Kemudian, kondisi bertekanan ditahan sampai jangka waktu tertentu sesuai
dengan standar rujukan yang digunakan.
Apabila tidak ditemukan keborocan dan tekanan air di dalamnya tetap, maka dapat
disimpulkan bahwa bejana tekan atau perpipaan yang dites lulus uji.
Hydrostatic test dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan design (design
pressure). Sebagai contoh, menurut ASME B31.1, tekanan hydrostatic test pada
sistem perpipaan tidak boleh kurang dari 1.5 kali tekanan desain, akan tetapi tidak
boleh melebihi batas uji tekanan maksimum yang diijinkan dan tes ini dilakukan
minimal selama 10 menit pada tekanan hydrostatic testnya.
Karena hydrostatic test dilakukan pada tekanan yang tinggi, maka sangat penting
mengetahui cara aman melakukan hydrostatic test tersebut.
Hydrostatic test harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena potensi bahaya yang
ada di dalamnya. Lakukan hazard assessment sebelumnya dan lakukan tindakan
selanjutnya dengan menerapkan teknik pengendalian bahaya yang sesuai.
Pengujian dilakukan pada tekanan 1.5 x tekanan desain. Jika misalnya tekanan
desain sebuah heat exchanger 10 bar, maka ia harus diuji pada tekanan 15 bar.
Dengan tekanan setinggi itu, maka bahaya hydrotest sangat jelas. Ia bisa
mengakibatkan cedera dan bahkan mungkin fatality.
Maka, berhati-hati pada saat melakukan hydrostatic test. Pastikan kita selalu
mengikuti petunjuk yang ada di dalam prosedur.
• Hanya mereka yang terlatih dan memiliki wewenang yang dapat melakukan
hydrostatic test.
• Yakinkan kondisi pengujian dengan tekanan desain dari alat yang akan diuji.
Pastikan tekanan yang digunakan sesuai dengan standar yang ada. Jangan
sampai tekanan uji lebih tinggi dari desain alat.
• Seluruh perpipaan, hose dan semua alat yang terlibat dalam hydrostatic test
mempunyai kekuatan yang lebih tinggi daripada tekanan pengujian.
• Pastikan pula seluruh perpipaan, valve dan fitting yang diuji sudah diketahui
spesifikasinya dengan yakin. Periksa kembali dokumen terkait.
• Jangan pernah menggunakan material yang rentan akan kerusakan, getas
apalagi yang sudah retak karena karatan.
• Semua material yang akan digunakan ulang pada saat pengujian dengan
hydrotest harus diperiksa kondisinya terlebih dahulu. Jangan hanya asal
menggunakan. Sangat berbahaya.
• Support pipa dan peralatan yang terkena uji ini harus memiliki kekuatan yang
mencukupi atau lebih tinggi dari tekanan uji.
• Pressure-relief device seperti safety valve harus tersedia, untuk mencegah
terjadinya over pressure.
• Pastikan tidak ada udara yang terjebak di dalam pipa atau alat yang akan diuji
karena sangat berbahaya.
• Hanya mereka yang berwenang saja yang diperkenankan berada di dalam area
pelaksanaan hydrostatic test.
• Area tempat pelaksanaan hydrostatic test harus diamankan dengan safety line
dan jika perlu dengan safety barrier, untuk mecegah orang yang tidak berwenang
memasuki area dan mengisolasi potensi bahaya yang muncul.
• Akan lebih baik lagi, jika di sekitar area tersebut dilengkapi dengan tanda bahaya
yang menunjukkan bahwa hydrotest sedang dilaksanakan.
• Jangan lupa gunakan selalu APD atau alat pelindung diri yang sesuai selama
proses pengujian berlangsung.
• Gunakan hanya pressure gauge yang terkalibrasi. Pastikan range
pengukurannya antara 1.5 sampai 2 kali tekanan pengujian.
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 38 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
• Sebelum memulai pelaksanaan hydrotest pastikan safety permit atau ijin kerja
aman sudah didapatkan.
• Jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan dimulai, komunikasikan dengan pihak-pihak
terkait.
• Hentikan test saat itu juga apabila ditemukan kondisi tidak aman atau potensi
bahaya terdeteksi.
• Jangan pernah berdiri tepat di depat pressure gauge selama tes berlangsung.
Sangat berbahaya.
• Pastikan pencahayaan atau penerangan yang cukup selama tes berlangsung.
• Apabila hydrotest sudah selesai, maka yang pertama kali dilakukan adalah
mengeluarkan tekanan dari dalam pipa atau alat secara perlahan. Setelah itu,
baru air dikeluarkan.
Pada Pekerjaan pipa untuk bisa mengetahui kebocoran dari sistem perpipaan
tersebut salah satunya dengan melakukan hydro test atau hydro static.
Definisi dari Hydro test atau Hydro static adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya
kebocoran pada sambungan jalur pipa.
Metode pengujian menggunakan media air, bahkan terkadang di beri pewarna untuk
memudahkan proses pemeriksaan agar supaya lebih jelas terlihat.
Tekanan uji yang diperlukan pada jalur pipa tersebut adalah 1.5 x design, untuk
memastikan tidak adanya kerusakan dan terjadi kebocoran pada sistem perpipaan
apabila pada kondisi tidak normal.
• Pastikan semua pekerja yang melakukan tugas hydro testing mengerti dan
memahami proses pengujian dan faktor keselamatannya,
• Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk mencapai target waktu
penyelesaian testing tersebut,
• Memastikan bahwa sebelum pelaksanaan pekerjaan testing tersebut sudah
mengikuti prosedur safety sesuai dengan Permit to works (PTW), TRA (Task Risk
Assessment) dan HIT (Hazzard Identification) serta sudah disahkan oleh
penanggung jawab pengujian pipe line tersebut,
• Melakukan Pemasangan barikade dengan jarak minimum 3 (tiga) meter dari lokasi
pengujian, dan aman bagi pekerja serta peralatan yang dipergunakan, Memasang
tanda-tanda informasi bahwa sedang dilakukan pengujian line pipa dan equipment,
• Melakukan tool box meeting sebelum melakukan pekerjaan, untuk memastikan
pekerjaan hydro testing sudah sesuai dengan prosedur,
• Pekerja yang terlibat harus menggunakan Alat Pelindung diri (APD) yang sesuai
untuk pekerjaan pengujian tersebut.
• Flange management,
• Removal temporary
• Punch list.
• Periksa semua jalur pipa yang di lakukan pengujian, pastikan tekanan tidak
berkurang serta lakukan pemeriksaan apakah terdapat kebocoran pada system
perpipaan yang diuji.
A. DEFINISI
Pada dunia industri banyak terjadi kegagalan yang disebabkan oleh cacat material.
Dan banyak peneliti mencari cara bagaimana untuk mengetahui ada tidaknya cacat
pada suatu material. Secara garis besar, terdapat dua jenis pengujian material yaitu
pengujian merusak (Destructive Test) dan pengujian tidak merusak (Non Destructive
Test). Terlihat dari namanya, pengujian ini dibedakan atas bagaimana kondisi terakhir
dari material setelah pengujian. Pengujian merusak (Destructive Test) biasanya
digunakan untuk mengukur sifat mekanik suatu material, seperti: kekuatan,
kekerasan, fatigue dan sebagainya. Sedangkan pengujian tidak merusak (Non
Destructive Test) lebih condong untuk mengetahui ada tidaknya cacat, struktur mikro
dan estimasi sifat mekanik pada material. Kali ini kita akan membahas lebih dalam
terkait Non Destructive Test (NDT).
Non Destructive Test merupakan metode pengujian pada material, struktur atau
komponen untuk mendapatkan karakteristiknya tanpa harus merusak material
tersebut. Dalam industry material Non Destructive Test (NDT) dapat diaplikasikan
untuk berbagai hal antara lain:
• Sebagai kontrol kualitas dari unit-unit pra-cor atau konstruksi in site
• Menghilangkan keraguan tentang penerimaan material dari supplier terkait
spesifikasi yang telah disepakati
• Menghilangkan keraguan terkait proses pembuatan yang meliputi batching,
mixing, placing, compacting maupun curing.
• Menentukan lokasi dari crack, void, honeycombing maupun cacat yang lain
• Menentukan posisi, kuantitas atau kondisi dari reinforcement
• Memprediksi perubahan jangka panjang dari karakteristik material
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 43 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Dapat disimpulkan bahwa NDT dapat digunakan untuk memastikan kualitas dari
berbagai tahap mulai dari bahan mentah (raw material), fabrikasi, pra-penggunaan
dan saat digunakan.
Jenis Non Destructive Test apa yang digunakan dapat didasarkan pada beberapa
kriteria yang seringkali dijadikan acuan bagaimana penentuan dari tujuan pengujian
antara lain:
• Jenis Material
• Jenis Cacat
• Lokasi Cacat
• Ukuran cacat.
Terdapat banyak jenis dari NDT yang telah dikembangkan tergantung pada tujuan
pengujian tersebut. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam terkait jenis-jenis pengujian
tidak merusak. Jenis NDT yang akan dijelaskan didasarkan pada metode pengujian
volumetrik, permukaan, keutuhan, dan pengawasan kondisi.
Kelebihan Ultrasonik:
• Cukup menggunakan satu sisi dari material
• Persiapan pengujian terkait benda uji relatif mudah
• Dalam mendeteksi cacat, ultrasonic memiliki kedalaman penetrasi yang sangat
baik dari jenis Non Destructive Test yang lain
• Hasil pengujian dapat terekam pada layar CRT, jadi informasi cepat diterima
• Dapat digunakan untuk mengukur ketebalan material
Kekurangan Ultrasonik:
• Kurang sesuai untuk material yang tipis
• Tidak mudah dalam mengoperasikan dan membaca data CRT, butuh keahlian
khusus
• Permukaan harus terjangkau oleh probe dan couplant
• Kekasaran permukaan juga akan mempengaruhi hasil inspeksi, sehingga proses
finishing dan polishing sangat berpengaruh.
Kelebihan radiografi:
• Persiapan pengujian yang relatif mudah
PROSEDUR PENGOPRASIAN PERALATAN
Nomor Dokumen Rev.
Hal 45 of 45
PGAS-CA35-3603-HSE-PPP-001-A4 0
Kekurangan radiografi:
• efek radiasi pada pengguna.