Tinjauan Pustaka
Abstract
Parapneumonic effusion is a pleural effusion associated with bacterial pneumonia, lung abscess or bronchiectasis. The
effusion of parapneumonic arising from inflammation in the lung and pleura is due to a direct invasion of bacteria,
cascade of inflammatory reactions, and bacterial virulence. The development of the effusion of parapneumonic is grouped
into 3 stages: 1) exudative stage, 2) fibrinopurulent stage, 3) organizing stage with pleural peel form. This stage helps
categorize effusions into groups to evaluate the risk of cases requiring intervention. Proper management and antibiotic
therapy will result in improvements to the effusions of parapneumonic.
Keywords: Parapneumonic effusion
73
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
sering memerlukan perawatan yang lama serta membentuk lokus yang berbentuk tunggal atau
tindakan intervensi. Identifikasi pasien dan multipel yang akhirnya membentuk kavitas
manajemen terapi pasien yang cepat sangat berisi nanah dan hasil kulturnya menunjukkan
penting.1,7 infeksi bakteri (empiema).8,9
Empiema merupakan bagian dari efusi
parapneumonia yang ditandai dengan ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA
8
keluarnya pus atau nanah. Sekitar 60%-70% Pleura merupakan membran serosa
empiema berhubungan dengan proses yang berasal dari jaringan intraembrional dan
pneumonia primer, sedangkan 30%-40% terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseral dan
empiema disebabkan oleh proses non pleura parietal. Pleura viseral melapisi
pneumonia seperti infeksi sistemik dengan permukaan luar parenkim paru fisura
penyebaran hematogen atau penyebab interlobaris, sedangkan pleura parietal
abdominal, komplikasi setelah operasi bedah melapisi dinding dada yang tersusun dari otot
toraks, perforasi esophagus, torakosintesis dan dada, tulang iga, diafragma, mediastinum dan
infeksi subdiafragma.7,9 Invasi bakteri paling struktur servikal. Jaringan pleura tersusun dari
banyak ke rongga pleura pada orang dewasa 5 lapisan yaitu mesotel, lamina basalis, elastik
adalah bakteri Streptococcus pneumonia superfisial, jaringan ikat longgar dan
(40%-57%), Staphylococcus aureus dan fibroelastik dalam.12,13 Mesotel memiliki
bakteri Gram negatif atau bakteri anaerob fungsi fagositik dan eritrofagositik sehingga
(50%), sedangkan pada anak-anak yang saat terjadi proses inflamasi akan terjadi
tersering adalah bakteri Streptococcus migrasi sel-sel inflamasi ke rongga pleura
pneumoniae.7,9-11 melalui sel-sel mesotel.13,14
Efusi parapneumonia dibedakan Cairan pleura pada orang normal
menjadi dua yaitu efusi tanpa komplikasi memiliki volume cairan 1-20 mL dan
(uncomplicated) dan efusi terkomplikasi berfungsi sebagai pelumas antara kedua
(complicated). Efusi parapneumonia lapisan permukaan pleura. Sekitar 0,01
uncomplicated dapat sembuh spontan dengan mL/kg/jam cairan pleura secara konstan
terapi antibiotik, sedangkan efusi memasuki rongga pleura dari kapiler di pleura
parapneumonia complicated adalah efusi parietal. Akumulasi cairan pleura melebihi
parapneumonia yang memerlukan prosedur normalnya biasanya berasal dari kapiler
invasif seperti pemasangan selang torakostomi terutama pleura parietalis, limfatik, pembuluh
untuk mengosongkan rongga pleura.9 Efusi darah intratoraks, ruangan interstisial paru dan
parapneumonia complicated biasanya rongga peritoneum. Cairan yang masuk ke
74
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
perlekatan pleura atau pleuritis yang akan Penelitian pada tahun 2006 oleh Maskell dkk
dijelaskan pada patofisiologi efusi menemukan kuman penyebab infeksi cairan
parapneumonia selanjutnya. 15 pleura sebanyak 434 pasien dari kultur dan
amplifikasi serta sekuens terhadap gen
75
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
ribosomal 16S RNA disebabkan oleh kuman 1.1,7,9 Efusi parapneumonia terjadi karena
Streptococcus (50%) dan bakteri anaerob peningkatan permeabilitas kapiler sekunder
(20%) dari infeksi pneumonia komunitas akibat cedera endotel yang disebabkan oleh
seperti tampak pada tabel 1. Infeksi pneumonia neutrofil aktif yang melepaskan metabolit
RS (60%) disebabkan oleh MRSA (25%), oksigen, konstituen granul dan produk dari
Enterobacteria (18%) Pseudomonas spp (5%), membran fosfolipase.9
Enterococcus (12%). 16
76
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
menginvasi cairan pleura dari pleura viseral cairan pada tampilan dekubitus lateral
dan parietal membentuk penebalan pleura yang berkorelasi dengan tinggi 5 cm pada posterior
tidak elastis sehingga paru tidak dapat sulkus kostofrenikus pada tampilan tegak
mengembang karena pleura viseral yang lateral.19 Penelitian Brixey AG dkk tahun 2011
mengalami fibrosis. Pada tahap ini terjadi menemukan bahwa sensitivitas radiografi
ketidakseimbangan pertukaran gas sehingga lateral, PA dan AP pada pasien efusi
mempermudah terjadinya infeksi.7,9,17 Risiko parapneumonia sebesar 85,7%, 82,1% dan
terjadinya komplikasi akibat empiema adalah 78,4%.20
fistel bronkopleura, paru tidak mengembang Ultrasonografi (USG) digunakan untuk
dan fibrotoraks atau perforasi spontan ke menilai cairan pleura bersepta seperti tampak
dinding dada (empiema nesisitan). Drainase pada gambar 3. Kelebihan USG selain dapat
rongga pleura perlu dilakukan di tahapan ini menilai efusi parapneumonia yang bersepta,
untuk resolusi sepsis pleura bahkan kadang tetapi juga mudah dibawa dan dapat digunakan
memerlukan tindakan pembedahan.7,8,9 di ruangan intensive care unit (ICU).
Penelitian Varsamas dkk mengenai evaluasi
DIAGNOSIS EFUSI PARAPNEUMONIA ekogenisitas efusi pleura menggunakan indeks
Pasien efusi parapneumonia hingga hipogenesitas (HI) dengan metode kuantitatif
empiema memiliki gejala mirip dengan pasien menyimpulkan bahwa USG toraks tidak dapat
pneumonia tanpa efusi yaitu demam, malaise, menggantikan penilaian biokimia dan
8,11
batuk, sesak napas, dan nyeri dada pleuritik. mikrobiologi cairan pleura pada kasus efusi
Kecurigaan infeksi pleura pada pasien pleura yang dicurigai karena infeksi.
pneumonia jika pada pasien ditemukan demam Penggunaan USG toraks dapat berguna untuk
menetap dan terjadi peningkatan marker tindak lanjut efusi parapneumonia complicated
inflamasi serum yaitu C-reaktif protein (CRP) dan dapat digunakan sebagai evaluasi klinis
dan peningkatan sel darah putih. Nilai CRP cairan pleura. Peningkatan ekogenisitas USG
memiliki sensitivitas yang tinggi untuk tidak hanya terjadi pada proses infeksi tetapi
memprediksi infeksi pleura pada pada keadaan inflamasi, hemoragik atau
pneumonia.17,18 Foto toraks dapat digunakan keadaan kilotoraks.21
untuk menilai terdapatnya efusi pleura pada
pasien pneumonia.8,11 Penggunaan foto toraks
lateral dekubitus ataupun posisi lateral berdiri
menunjukkan korelasi yang signifikan dalam
ukuran efusi antara dua pandangan yaitu 1 cm
78
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
Penggunaan CT (computed
tomography) Scan toraks dapat berguna untuk
membedakan empiema dengan abses paru dan
dapat membantu memutuskan tindakan
drainase dan keperluan intervensi
pembedahan. Gambaran CT Scan pada
empiema cenderung memiliki bentuk
lentikular dan menekan parenkim paru,
Gambar 4. CT Scan toraks transversal dengan kontras
sedangkan pada abses paru sering tidak yang menunjukkan empiema. Terdapat
penebalan pleura parietal (tanda panah
terdapat perbedaan antara parenkim paru dan kepala) dan pleura viseral (tanda panah)
yang terpisah atau disebut “split pleural
cairan yang terkumpul.17 Empiema pada CT sign”.23
Scan toraks memperlihatkan gambaran split
Pasien efusi parapneumonia tidak
pleural sign yaitu gambaran lapisan pleura
seluruhnya memerlukan tindakan
viseral dan parietal yang dipisahkan oleh
torakosintesis. Torakosintesis diperlukan
empiema (gambar 4).22
untuk menegakkan diagnosis dengan tujuan
CT Scan toraks 100% dapat
mengidentifikasi bakteri dan jenis cairan
membedakan empiema dengan abses paru,
pleura apakah eksudat atau transudat dan dapat
tetapi tidak semua CT Scan toraks dengan
menentukan tatalaksana yang tepat pada pasien
gambaran split pleural sign menunjukkan
efusi parapneumonia, tetapi tidak semua
empiema karena gambaran split pleural sign
pasien harus dilakukan torakosintesis. Jarak
dapat ditemukan pada keganasan efusi pleura
antara dinding dada bagian dalam dan bagian
terutama setelah pleurodesis, mesothelioma,
bawah paru pada posisi tidur atau jarak yang
dan hematotoraks dan setelah tindakan
dinilai menggunakan CT Scan, jika nilainya
lobektomi.22 Penggunaan alat USG maupun
kurang dari 10 mm, maka diasumsikan efusi
79
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
dengan hasil kultur bakteri negatif, kadar parapneumonia terdiri dari observasi, terapi
glukosa ≥ 60 mg/dL, pH > 7,2 dan kadar LDH torakosintesis, pemasangan selang torakostomi
kurang dari 3x batas atas normal untuk serum atau Water shield drainage (WSD), fibrinolitik
(<1000 unit/L) serta jumlah leukosit yang intrapleural, torakoskopi dan torakotomi
rendah. Cairan pleura yang berkembang dengan tujuan adhesi atau dekortikasi dan yang
selama tahap ini biasanya dianggap sebagai terakhir adalah operasi drainase terbuka
sebab pada cairan pleura didapatkan kadar pleura yang didapat, menentukan risiko
keluaran pada pasien dan menentukan perlu
glukosa cairan pleura ≤ 60 mg/dL, pH ≤ 7,2
atau tidak dilakukan tindakan drainase seperti
dan peningkatan kadar LDH 3x dari kadar
pada tabel 3.1,7-9
LDH normal di serum (>1000 unit/L).7-9
TATALAKSANA EFUSI
80
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
Tabel 3. Kategori Risiko keluaran yang buruk pada pasien efusi parapneumonia dan empiema berdasarkan American
College of Chest Physicians tahun 20001,7-9
Anatomi Rongga Pleura Cairan pleura Kimia cairan Kate- Risiko Drai-
dan bakteriologis pleura gori keluaran nase
yang buruk
A0: Minimal-efusi pleura dan Bx: hasil kultur dan Cx: pH tidak 1 Sangat tidak
(< 10mm pada posisi dan pewarnaan diketahui rendah
lateral decubitus) pada gram tidak
CT atau USG diketahui
A1: Efusi pleura sedikit dan B0: kultur negatif dan C0: pH≥7,2 2 Rendah tidak
sampai sedang (>10 mm dan pewarnaan
dan < 1/2 hemitoraks) gram
A2: Efusi pleura banyak atau B1: kultur positif atau C1: pH<7,2 3 Sedang ya
(≥1 hemitoraks) dan pewarnaan
terlokalisasi atau efusi
dengan penebalan pleura
81
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
Haemophilus influenzae
● Non-𝛽 laktamase Amoksilin Florokuinolon, doksisiklin,
azitromisin, klaritromisin
Florokuinolon, doksisiklin,
● 𝜷 laktamase Generasi dua dan tiga sefalosporin, azitromisin, klaritromisin
amoksilin-klavunalat
82
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
Tabel 5. Rekomendasi antibiotik empirik pada pneumonia komunitas berdasarkan pedoman IDSA/ATS 2007 26
Pasien rawat jalan Pasien rawat inap Pasien yang dirawat di ICU/
bukan di ICU pneumonia berat
● Jika pasien sehat dan tidak ada riwayat ● Florokuinolon ● Golongan 𝛽 laktam + azitromisin
penggunaan antibiotik dalam 3 bulan respirasi atau florokuinolon respirasi
terakhir diberikan makrolid atau doksisiklin
● Golongan 𝛽 laktam ● Pada keadaan khusus, jika
● Jika ada faktor risiko (penyakit jantung + makrolid dipertimbangkan terdapat
kronik, penyakit hati dan ginjal, diabetes Pseudomonas diberikan
mellitus, alkoholik, keganasan, keadaan antipseudomonas 𝛽 laktam
imunosupresif atau menggunakan obat
(piperasilin tazobaktam,
imunosupresif dan penggunaan antibiotik
sefepime, imipenem atau
dalam 3 bulan terakhir: diberikan meropenem) + siprofloksasin
florokuionolon respirasi (moksifloksasin, atau levofloksasin 750 mg
gemifloksasin, levofloksasin 750 mg) atau atau
Golongan 𝜷laktam + makrolid 𝛽 laktam + aminoglikosida dan
azitromisin
● Pada daerah dengan infeksi atau
Streptococcus pneumonia resisten 𝛽 laktam + aminoglikosida +
makrolid dipertimbangkan pemberian florokuinolon antipneumokokkus
antibiotik empirik alternatif seperti jika ada MRSA diberikan
pada tabel 4. vankomisin atau linezolid
83
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
Tabel 6. Pedoman antibiotik empirik pasien pneumonia terkait RS (tidak terkait ventilator)27
Tidak ada risiko tinggi kematian dan Tidak ada risiko tinggi kematian Risiko tinggi kematian atau telah
tidak ada faktor yang meningkatkan namun ada faktor yang mendapat antibiotik intravena
kecenderungan MRSA meningkatkan kecenderungan dalam 90 hari sebelumnya
MRSA
Salah satu dari dibawah ini: Salah satu dari dibawah ini: 2 dari golongan antibiotik berikut
● Piperasilin tazobactam 4,5 gr per 6 ● Piperasilin tazobactam 4,5 gr namun hindari 𝛽 laktam:
jam secara intravena per 6 jam secara intravena ● Piperasilin tazobactam 4,5 gr per
Atau Atau 6 jam secara intravena
● Sefepim 2 gr per 6 jam secara ● Sefepim atau seftazidim 2 gr Atau
intravena per 8 jam secara intravena ● Sefepim atau seftazidim 2 gr per
Atau Atau 8 jam secara intravena
● Levofloksasin 750 mg intravena ● Levofloksasin 750 mg Atau
setiap hari intravena setiap hari ● Levofloksasin 750 mg intravena
● Siprofloksasin 400 mg per 8 setiap hari
● Imipenem 500 mg per 6 jam secara jam secara intravena ● Siprofloksasin 400 mg per 8 jam
intravena Atau secara intravena
● Imipenem 500 mg per 6 jam Atau
● Meropenem 1 gr per 8 jam secara secara intravena ● Imipenem 500 mg per 6 jam
intravena ● Meropenem 1 gr per 8 jam secara intravena
secara intravena ● Meropenem 1 gr per 8 jam
Atau secara intravena
● Aztreonam 2 gr intravena per Atau
8 jam ● Amikasin 15-20 mg/kg intravena
Ditambah: per 24 jam
● Gentamisin 5-7 mg/kg intravena
● Vankomisin 15 mg/kg per 24 jam
intravena per 8-12 jam ● Tobramisin 5-7 mg/kg intravena
Atau per 24 jam
● Linezolid 600 mg intravena Atau
per 12 jam ● Aztreonam 2 gr intravena per 8
jam
Ditambah:
● Vankomisin 15 mg/kg intravena
per 8-12 jam
Atau
● Linezolid 600 mg intravena per
12 jam
Tindakan drainase perlu dilakukan glukosa cairan pleura < 40 mg/dL, LDH >
pada tahap fibrinopurulen untuk evakuasi 1000 IU/L dan bakteri gram atau kultur
cairan. Tindakan pemasangan WSD atau memberi hasil positif.1,8,9,11,17,25 Penggunaan
prosedur pembedahan lainnya dikerjakan pada selang dada 10-14F sudah dapat digunakan
kondisi efusi pleura besar atau efusi pleura untuk drainase cairan pleura, sedangkan
terlokalisasi, penebalan pleura pada CT Scan, penelitian uji klinis yang membandingkan
pada saat aspirasi cairan terbukti nanah atau penggunaan selang dada ukuran besar atau
empiema, pH cairan pleura < 7,2, konsentrasi kecil belum ada hingga saat ini.17
84
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022
87
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index