Anda di halaman 1dari 138

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1. LISTRIK ARUS BOLAK BALIK

1.1. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik adalah listrik ( tegangan / arus ) yang
berubah-ubah arah dan nilainya terhadap waktu.

Arus Berkurang
pada arah Posistif
1+

Perubahan
Positif Arus Berkurang
pada arah Posistif

0 1/3
Perubahan
Negatif
Arus Bertambah
Arus Bertambah
pada arah Negatif
pada arah Negatif
1-

Sinusioda listrik arus bolak- balik

Waktu yang dibutuhkan oleh arus bolak-balik untuk kembali pada harga / nilai dan
arah yang sama disebut dengan periode. Sedangkan jumlah periode dalam 1 ( satu )
detik disebut dengan frekwensi.
Dari karakteristik arus bolak-balik yang disebut dengan sinusioda tersebut, maka
terdapat nilai-nilai :
 Tegangan / arus sesaat
 Tegangan / arus puncak / maksimum
 Tegangan / arus efektif

Tegangan Arus
Nilai sesaat : e = V sin  t i = sin  t
Nilai maks : V = V I =I
Nilai efektif : Vef = V / √2 Ief = I / √2

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Misalnya tegangan dirumah : 220 volt atau 380 volt.

1. 2. LISTRIK ARUS BOLAK BALIK 3 FASA


Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik 3 fasa adalah lisrik arus bolak – balik
yang terdiri dari 3 ( tiga ) keluaran yang disebut dengan fasa, dengan bentuk
sinusiode dimana besar / nilai tegangannya sama, frekwensi sama tetapi masing –
masing berbeda 1/ 3 periode ( 120 0 )
Generator arus bolak – balik sebagai sumber listrik arus bolak-balik 3 fasa, konstruksi
letak belitan induksinya masing – masing berbeda sudut 120 0.

K
U3

S U
0
K 120
K M
U
2 M

U
+
3
U U1 U2 U3

U
1 t

0
120

U
2

DIAGRAM GENERATOR ARUS BOLAK-BALIK 3 FASA

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.3. TEGANGAN DAN ARUS 3 FASA


Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo dapat dibedakan berdasakan
hubungan antar belitannya

Il

R – Tegangan setiap belitan disebut dengan


tegangan fasa = Ef
If EL
EF – Tegangan antar fasa disebut dengan
tegangan line = El
EF
If N
EL – El = Ef . Ö 3
Il
If – Arus yang keluar dari belitan disebut arus
EF S
fasa If dan arus yang keluar dari terminal
Il EL
disebut arus line Il . Arus line besarnya
sama dengan arus fasa : Il = If

HUBUNGAN DELTA
Il

R
EF EF
EL – Tegangan line besarnya sama degan
EL
If I tegangan fasa : El= Ef
f
If Il
– Arus line besarnya sama dengan arus fasa
S
EF dikalikan Ö 3
EL
Il – Il = If . Ö 3

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.4. DAYA LISTRIK 3 FASA


1.4.1. Hubungan Bintang

R Il.1

If.3
EF EL
N EL
EF

S Il.2
If.3 EF
EL
T Il.3

Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3


P3Ø = P1 + P2 + P3
= ( If.1 x Vf.1 x Cos j 1 ) + ( If2x Vf2 x Cos j2 )+( If3 x Vf3 x Cos j 3 )
Bila tegangan dan beban seimbang, maka:
P3 Ø = 3 x ( If x Vf x Cos j )
Diketahui bahwa :
Vl
Vf = ------- dan If = Il
Ö 3
Maka :
3 x Vl x Il x Cos j
P 3 Ø = -------------------------
Ö 3
Atau :
P3 Ø = Ö 3 x Vl x Il x Cosj

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.4.2. Hubungan Segi-tiga

Il1

EF EF
EL EL

If3 If2 Il2


EF
EL

Il3

Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3


P3Ø = P1 + P2 + P3
= ( If.1 x Vf.1 x Cos j 1 )+ ( If.2x Vf.2 x Cos j2 )+ ( If.3 x Vf.3 x Cos j 3 )
Bila tegangan dan beban seimbang,maka:
P3 Ø = 3 x ( If x Vf x Cos j )
Diketahui bahwa :
Il
If = ------- dan Vf = Vl
Ö 3
Maka :
3 x Vl x Il x Cos j
P 3 Ø = -------------------------
Ö 3
Atau :
P3 Ø = Ö 3 x Vl x Il x Cos j

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.4.3. Beban Pada Arus Bolak-Balik


Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada
sistem arus bolak balik beban merupakan “ Impedansi” ( Z ) yang biasa dibentuk
dari unsur :
 Beban resistip ( R )
 Beban induktip ( Xl )
 Beban kapasitip ( Xc )

A. Beban Resistip
 Energi listrik diubah menjadi energi panas atau mekanik
 Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi daya aktip
 Ternasuk beban resistip murni adalah lampu pijar, setrika listrik, heater
 Gelombang sinusioda arus berhimpit dengan tegangan atau sudut fasanya sama
dengan nol sehingga faktor daya sama dengan satu ( j = 0 dan cos j = 1 )

P. I .U

+ + +

V
I

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

B. Beban Induktip
 Energi listrik yang diserap diubah menjadi medan magnet
 Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi
daya reaktip induktip
 Ternasuk beban induktip murni adalah reaktor dan kumparan
 Gelombang sinusioda arus ketinggalan 90 terhadap tegangan ,
atau sudut fasanya sama dengan 90  sehingga cos j = 0

P.I.U

U P I

+ +

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

C. Beban Kapasitip
 Energi listrik yang diserap menghasilkan energi reaktip
 Daya yang diserap berupa daya semu seluruhnya diubah menjadi
daya reaktip kapasitip
 Ternasuk beban reaktip murni adalah kapasitor
 Gelombang sinusioda arus mendahului 90 terhadap tegangan ,
atau sudut fasanya sama dengan 90  sehingga cos j = 0

P.I.U

U P I

+ +

Sifat hambatan L (XL) dengan C (XC) saling bertentangan atau saling meniadakan.
XL = 2π.f.L,

XC =

XL dan XC merupakan bagian imajiner dari impedansi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Hubungan dari tiga beban digambarkan sebagai berikut :

Z = R + JXL Z = R - JXC

R
φ V
Z
-XC
Z XL
φ
V
R

(a)

Z = R - JXL - JXC
Z = R - JXL - JXC (JXL < JXC)
(JXL > JXC)

XL
-XC Z
R V
φ
XL φ -XC
Z V

(b)

R Z -XC
V
φ
XL φ
Z V
XL
(c)

-XC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.5. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK


Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V (sebagai
referensi) maka arus beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah
dengan sudut dari Z sebesar φ.
Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.
a. Daya aktip : P ( Watt )
b. Daya reaktip : Q ( VAR )
c. Daya semu : S ( VA )
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai “segitiga daya”.
P
φ S
Q Q
S
φ
P

Beban bersifat induktif Beban bersifat kapasitif

Penjumlahan Vektor P dan Q


S= P+jQ
P
Atau
S =  P² + Q²
φ
Q
Rumus-rumus Daya S
1 Fasa 3 Fasa

S = VxI S = V x I x √3 (VA)
P = V x I x cos j P = V x I x √3 x cos j (Watt)
Q = V x I j X sin j Q = V x I x √3 j X sin j (VAR)

V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

I = Arus Phasa
Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 phasa

1.6. PERHITUNGAN RUGI –RUGI PADA JARINGAN


1.6.1. Rugi Tegangan
Merencanakan panjang jaringan distribusi harus dipertimbangkan besarnya
tegangan di titik sambung dimana harus berada pada batas tegangan yang
diizinkan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Titik sambung sistem distribusi 20 kV biasanya dihubungkan dengan trafo distribusi


sebelum disalurkan ke peralatan pemakaian. Sedangkan tegangan pada trafo
ditentukan pada pilihan sadapannya ( tap-changer ), dimana ada beberapa pilihan
dengan dibatasi tegangan maksimal dan minimal.

Ada 2 ( dua ) seri sadapan trafo yang diperkenankan di PLN, yaitu :


 20 kV ± 2 x 2,5 % , tegangan maksimal 21 kV dan minimal 19 kV, berarti
toleransi tegangannya adalah ±5 %
 20 kV ± 2 x 5 % , tegangan maksimal 22 kV dan minimal 18 kV , berarti
toleransi tegangannya adalah : ± 10 %

Nilai jatuh tegangan pada saluran besarnya sebanding dengan arus dan impedansi
penghantar serta faktor daya beban

V = I (r . Cos  + x Sin ) . L

atau
P
V = ---- (r + X tg ) I ......... V atau KV
V

 Untuk P dalam satuan MW


 Untuk V dalam satuan KV

Dalam satuan prosen ( % ) jatuh tegangan dihitung sebagai berikut :


P
V = 100 (r + X . tg ) ----- I ......... %
V2

Dimana : I : arus yang mengalir pada penghantar…………..... Amper


r : tahanan ( resistan ) penghantar ………………….. ohm / km
x : reaktansi penghantar……………………………..... ohm / km
Cos  : factor daya beban
L : panjang penghantar………………………………… km
P : daya beban …………………………………………. MW

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

V : tegangan ……………………………………………… kV

1.6.2. Rugi Daya


Rugi daya pada saluran ( penghantar ) besarnya sebanding dengan resistans
penghantar dan arus yang melewatinya
p = 3.I 2 . r . L
Dari katalog penghantar yang berisi tentang Kemampuan Hantar Arus ( KHA ),
resistans dan reaktansinya atau konfiguarasi jarak antar penghantar, maka rugi-rugi
tegangan dan daya pada saluran dapat dihitung
Daftar KHA penghantar yang dihitung atas dasar kondisi-kondisi berikut ;
 Kecepatan angin 0,6 m / detik
 Suhu keliling akibat sinar matahari 300C
 Suhu penghantar maksimum 800C
 Bila tidak ada angin maka KHA dapat dikali dengan 0,7

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Karakteristik listrik untuk kabel Kabel Tanah 20

Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium

Penampang Tahanan Reaktansi Arus yang diijinkan


Nominal pada 85 C pada 50 Hz ( Amper )
( mm ² ) (  / km ) (  / km )

20  C 30  C 40  C

26 2,41 0,1 85 80 70
25 1,52 0,1 110 100 95
35 1,10 0,1 135 125 110
50 0,81 0,1 160 145 135
70 0,54 0,1 200 185 170

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.6.3. Reaktansi Penghantar

GMD
X= 0,1447 LOG ------------- OHM / KM
GMR

Dimana : GMD - geometric mean distance, besarnya ditentukan oleh konfigurasi


jarak antar penghantar
____3_________
GMDN =  a.n x b.n x c.n

____3__________
GMD Ø =  a.b x b.c x c.a

GMR = geometric mean radius, besarnya ditentukan oleh banyaknya urat


penghantar
A
GMR = 0,726 ------
R

 GMD SUTM POLA I (PENTANAHAN NETRAL 40 OHM)

GMD = 1.007,9 mm

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 GMD SUTM POLA II ( PENTANAHAN NETRAL 500 OHM )

1000 mm

450 450
700 mm
mm mm
GMD = 1.007,9 mm

 GMD SUTM POLA III ( PENTANAHAN LANGSUNG )

b c

812,9 mm

685,8
N mm

558,69 mm 558,69 mm
GMD N = 1.054,5 mm
GMD Ø =1.028,2
MM
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Tabel GMR untuk penghantar AAC dan AAAC

1.7. TRAFO DISTRIBUSI


1.7.1. Prinsip Kerja Trafo
Trafo merupakan seperangkat peralatan / mesin listrik statis yang berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik, mentransformasikan tegangan dan arus dari listrik
bolak balik diantara kedua belitan atau lebih pada frekwensi yang sama dan pada
nilai arus dan tegangan yang berbeda.
Konstruksi utama dari trafo terdiri dari kumparan primer, kumparan sekunder dan
inti.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

INTI
( SIRKIT MAGNIT)

KUMPARAN PRIMER KUMPARAN SKUNDER

Kumparan primer diberi tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. Arus
tersebut menyebabkan terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux
yang juga berbentuk sinusiode. Pada kumparan sekunder yang mendapat
perubahan flux dari inti, yang disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl)
yang bentuknya juga sinusiode.
Ggl sekunder hampir terlambat 1800 terhadap tegangan primer.

Up
Up Us

Io

Io 

Us

Trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun atau
naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan
kumparan. Bila jumlah lilitan kumparan pada sekunder = ns, pada primer = np,
tegangan pada kumparan primer = Up maka pada sisi sekunder timbul ggl

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Dengan rumus persamaan Us : Up. = ns : np.

Up Ep np ns Es Us

Perbandingan antara ns dan np disebut dengan perbandingan transformasi = A


“ A ” lebih besar dari 1, berarti fungsi trafo untuk menaikkan tegangan (step up)
dan jika “ A “ lebih kecil dari1, berarti fungsi trafo untuk menurunkan tegangan
(step down). Perbandingan transformasi teoritis dan praktis dianggap sama, tetapi
sebenarnya ada perbedaan, karena tidak semua flux primer melewati kumparan
sekunder, dan itu disebut flux bocor.

L2
L1

FL1 = flux bocor pada kumparan primer.


FL2 = flux bocor pada kumparan sekunder.

FL1 menimbulkan x1 dan FL2 menimbulkan x2, kumparan primer mempunyai


tahanan r1 dan kumparan sekunder mempunyai tahanan r2. Sehingga
rangkaiannya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

R1 X1 X2 R2

Up Ep Es Us

Untuk mengurangi flux bocor tersebut, maka dibuatlah kedua kumparan pada inti
yang sama.
Namun demikian adanya rugi – rugi pada trafo tak dapat dihindari yaitu dikarenakan
adanya sirkit magnetic pada inti tidak dapat semuanya dapat menimbulkan induksi,
karena sebagian hilang pada inti trafo itu sendiri yang disebut dengan rugi histerisis
dan sebagian lain tidak bermanfaat untuk menginduksi, tetapi berpusar-pusar pada
sebagian inti yang disebut dengan rugi eddy currnet.

1.7.2. Trafo Tanpa Beban


Trafo tanpa beban menyerap arus listrik untuk kumparan primer disebut dengan Iio
yang terdiri dari arus penguatan (Iex) dan arus histeristis + eddy current (I he)

Io
I ex

U1 o E2

I he
e
Iex 90 ketinggalan dari E1, sedangkan I he sefasa dengan E1, jumlah vektor antara
Iex dan Ihe merupakan Io.
Io = Iex + Ihe
Ihe
Cos φ = ---------------
Io
Adanya Ihe menimbulkan rugi – rugi inti = Pc

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Pc = E1. Io. Cos. j ° atau


Pc = E1. Ihe ……….disebut juga rugi – rugi besi

Besarnya rugi – rugi besi disebabkan oleh arus fou cault dan arus hysterisis,
besarnya tidak tergantung pada beban sehingga bisa disebut dengan rugi – rugi
trafo tanpa beban. Rugi – rugi ini tidak bisa diturunkan kecuali dalam pembuatannya
inti dibuat berlapis – lapis dan dari bahan yang kurva histerisisnya kurus.

1.7.3. Trafo Berbeban


Pada keadaan berbeban, rugi trafo selain oleh rugi – rugi besi, kerugian juga
ditimbulkan pada kumparan – kumparannya.
Bila kumparan primer dengan tahanan R1 dan arus yang mengalir I1, kumparan
sekunder dengan tahanan R2 dan arus yang mengalir I2, maka akan timbul rugi –
rugi yang disebut dengan rugi – rugi tembaga yang besarnya adalah :

R1 X1 X2 R2

Up I1 Ep Es I2 Us

Pcu = I1². R1 + I2 ². r2
Jadi trafo berbeban rugi – rugi yang timbul
P total = Pc + Pcu.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.7.4. Diagram Efisiensi Trafo

Contoh :
Trafo dengan pcu = 0,2 % dan pc = 0,7 %
Efisiensi trafo pada beban penuh (1/1 ) adalah pada titik x = 99,1 %.

1.7.5. Pengaturan Tegangan Trafo


Adalah selisih tegangan belitan tanpa beban dengan tegangan pada keadaan
berbeban pada terminal tersebut pada beban dan faktor daya yang ditentukan pada
terminal tersebut

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

U2n
Uz
Ux

0 U2b D F
 A  UR

I B E

U2n = tegangan sekunder nominal tanpa beban : OC


U2n = tegangan sekunder berbeban : OA
Ur = rugi tegangan karena tahanan r : AB
Ux = rugi tegangan karena reaktansi x : BC

Uz = Ur + Ux
U2n = U2b + Uz
Secara enpiris dianggap OC = OF
= OA + AF
= OA + ( AD + DF )
AD + DF = rugi tegangan
= Ur. Cos j + Ux Sin j
= I. ( r. Cos j + x sin j )

1.7.6. Tegangan Hubung Singkat


Adalah besarnya tegangan yang harus diberikan pada frekwensi nominal ke
terminal saluran trafo, untuk mengalirkan arus nominal melalui terminal ini, bila
terminal lainnya di hubung singkat.
Sebutan lain dari tegangan hubung singkat adalah Impedansi.
Untuk mengetahui besarnya tegangan hubung singkat dilakukan percobaan seperti
pada diagram di bawah. Sisi skunder trafo dihub8ung singkat, sedang pada sisi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

primernya diberi tegangan bertahap, mulai dari nol, dinaikkan sampai Ampermeter
di skunder dan primer menunjukkan arus nominal trafo.

A A
V V

Volt meter akan menunjukkan nilai tegangan dan tegangan tersebut dinamakan
tegangan hubung singkat trafo, Besarnya tegangan hubung singkat dalam volt
berbeda untuk sekunder dan primer, tetapi dalam % (prosen) sama
Fungsi dari nilai tegangan hubung singkat / impedansi adalah bila trafo akan
diparalel dengan trafo lain, maka harus dengan trafo yang mempunyai nilai yang
sama.
Fungsi lain yang lebih penting adalah untuk menentukan nilai fuse atau relai arus
lebih sebagai pengaman trafo terhadap gangguan hubung singkat.
Misal trafo mempunyai nilai tegangan hubung-singkat atau impedansi 4 % , maka
pengaman ( fuse atau relai arus lebih ) yang dipilih harus mampu mengamankan
trafo pada arus gangguan sebesar 100 / 4 kali arus nominalnya .

1.7.7. Vektor Group Trafo


Sering juga disebut bilangan “ jam ” yaitu menunjukan perbedaan fasa antara ggl
sekunder dan tegangan primer antara terminal yang dengan polaritas yang sama
pada sisi primer dan skunder. Terjadinya beberapa macam vector group pada trafo
disebabkan oleh cara penyambungan antara belitan trafo. Veltor group diperlukan
untuk paralel trafo

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Contoh :

Vektor group “ Yyn 0 ”


Kumparan primer dihubungkan
A B C
bintang
A
 Kumparan sekunder
dihubungkan bintang dengan
a
netral dikeluarkan
n
 Selisih fasa antara primer dan
c b
sekunder = 0°
a b c n C B

A B C Vektor group “ Yyn 6”


A
 Kumparan primer dihubungkan
bintang
b c
 Kumparan sekunder
dihubungkan bintang dengan

a netral dikeluarkan
C B  Selisih fasa antara primer dan
a b c n sekunder = 180

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Daftar vector group Trafo

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

1.7.8. Spesifikasi Trafo Distribusi


Trafo yang penggunaannya untuk keperluan, pendistribusian tenaga listrik dari
pusat-pusat listrik ke pemakaian beban, fungsi trafo distribusi untuk menurunkan
tegangan, menjadi tegangan rendah (step down) sesuai dengan peralatan
konsumen selain keperluan tersebut pusat-pusat listrik.
Spesifikasi trafo distribusi diatur dalam suatu standart PLN (SPLN) dimaksudkan
untuk dijadikan pedoman dalam pemilihan, pengoperasian dan pemeliharaan trafo
distribusi.

A. Tegangan Pengenal dan Penyadapan


 Tegangan Primer
Disesuaikan dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan
menengah 20 kv.
 Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem
distribusi fasa tiga – tiga kawat
 Trafo tiga fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem
distribusi fasa tiga – tiga kawat
 Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv / Ö3 = 11,6 kv
pada sistem distribusi fasa tiga – empat kawat
 Trafo tiga fasa dengan tegangan primer 20 kv pada sistem
distribusi fasa tiga – empat kawat
 Tegangan sekunder
Sistem tegangan nominal pada jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku
di PLN adalah 220 untuk sistem fasa tunggal, dan 220 / 380 untuk sistem
fasa tiga.
Tegangan sekunder nominal trafo pada keadaan tanpa beban adalah
231/400 v
 Penyadapan
Penyadapan dilakukan dengan komutator pada sisi primernya ada tiga
macam penyadapan tanpa beban, yaitu :
 Sadapan tiga langkah : 21, 20, 19 kv
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Sadapan lima langkah : 22, 21, 20, 19, 18 kv


 Sadapan lima langkah : 21, 20, 5, 20, 19, 5, 19 kv

B. Daya Pengenal
Daya pengenal untuk trafo fasa tunggal yang banyak dipakai adalah 25 dan 50
KVA. Sedangkan daya pengenal trafo tiga fasa tiga yang banyak dipakai
adalah : 50, 100, 160, 200, 250, 315, 400, 500, 630, 800, 1000, 1250 dan 1600
KVA

C. Kelompok Vektor
□ Kelompok vektor Yzn 5 dipakai pada trafo berkapasitas
sampai dengan 250 KVA
□ Kelompok vektor Dyn 5 dipakai pada trafo berkapasitas
dari 250 KVA sampai dengan 1600 KVA. Bila tegangan sekundernya ganda,
dapat dipakai serentak
□ Kelompok vektor Yzn 5 dan Yyn 6 dipakai pada trafo
sampai dengan 250 KVA untuk jaringan distribusi, diatas 250 KVA sampai
630 KVA dipakai untuk keperluan tertentu. Bila tegangan sekundernya ganda
tidak digunakan secara serentak. Kelompok Yzn 5 dipakai pada tegangan
sekunder 231 / 400 v.

D. Tingkat Isolasi Dasar ( TID )


Adalah kemampuan isolasi trafo terhadap gangguan tegangan impul sesaat.
Untuk trafo distribusi ditetapkan 125 kv

E. Rugi-rugi trafo
Rugi-rugi total yang terdiri dari rugi besi dan tembaga pada suhu 75 c, faktor
daya 1,0 dan beban 100 %, nilai maksimumnya terhadap daya pengenal
ditetapkan sebagai berikut

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

F. Karakteristik / Spesifikasi Trafo 1 fasa

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

G. Karakteristik Trafo Distribusi 3 fasa


.

SPESIFKASl
URAIAN
TIPE PASANGAN LUAR DAN DALAM

Daya pengenal kVA 50 100 160 200 250 315 400 500 630. 800 1000 1250 1600

Jumlah fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Frekuensi Pengenal Hz 50 .50 .50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Tegangan Primer Pengenal kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20' 20
Tegangan sekunder pengenal
kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
(beban nol)
Kelumpok vektor - Yzn 5 Yzn 5 Yzn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5 Dyn 5

Tegangan uji impuls kV 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125
Tegangan Uji terapan kV 50 50 50 50 50 50 50 5O 50 50 50 50 .50
Kalas isolasi kV 24 24 24 24 24 24 24 24 24 . 24 24 24 24
Kenaikan suhu maksimum °
C 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
tembaga
Kenaikan suhu maksimum minyak °C 55') 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
Cara pendinginan _
Penyadapan Primer % %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5 %5
lmpedans % 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4,5 3 5,5 6

Rugi besi watt 190 320 460 550 850 770 930 1100 1300 1950 2300 2700 3300

Rugi tembaga pada beban


watt, 1100 1750 2360 2850 3250 3900 4600 5500 6500 10200 12100 15000 18100
pengenal
Arus beban nol % 2,8 2,5 2,3 2,2 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2,3 2,4 2,7 2
Efisiensi pada 75 ° C -

faktor daya 1,0 beban 100% - 97,48 97,97 98,27 98,32 98,46 98,64 98,64 98,70 98,78 98,50 98,50 98.60 98,68

beban 75 % - 97,89 98,29 98,54 48,58 98.70 98,76 98.84 98,89 98,96 98,73 98,00 98,82 98,89

beban 50 % -- 98,17 98,51 98,71 98,75 98.84 98,90 98,97 99.02 99.08 90.09 90.95 98.98 98,03

beban 25 % - 97,97 98,31 98.51 98,56 98,65 98,72 98,30 98,86 93,93 98,72 98,79 98,85 98,98

faktor daya 0,8 beban 100% - 96.98 97,48 97,86 97.92 98,09 98.18 98,56 98,30 98,48 98,14 98.23 98,26 93.36

beban 75% - 97,39 97,87 98,18 98.24 98,38 98,46 98,72 98,62 98,71 98,42 98,51 98.54 98,62

Beban 50 M - 97,73 98,14 98,39 98.45 98.56 98,63 98,72 98,78 98,85 98.61 98,69 98.73 98.79

beban 25%. •- 97,47 97,90 98.14 98.21 98,32 98,42 98,50 98,58 93,66 98.41 93.50 98,57 93.63
1'cneatunn paJa beban penuh
Faktor Daya 0,8 % 5,77 3,58 3.43 3. 41 3,33 3.30 3.25 3.22 3.17 3.65 3.93 4.25 4.52

Faktor Daya 1 .0 % 2,26 1,81 1,54 1.49 1,37 1.31 1.22 1.37 1.44 1.37 1.33 I.34 1.30

1.7.9. Konstruksi Trafo dan Peralatan Bantunya


 Inti Trafo.
Merupakan sirkit magnetis dibuat dari besi silikon (grain oriented silicon steel)
dengan metode penyambungan dan membentuk rangkaian tertutup. Hal
tersebut dimaksudkan untuk megurangi rugi-rugi besi, getaran dan bising.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Lilitan Trafo
Dibuat dari tembaga berkonduktivitas tinggi, bentuk lilitan adalah konsentris,
dimana lilitan tegangan menengah (hv) di sebelah luar dan untuk tegangan
rendah (lv) di sebelah dalam. Untuk tegangan menengah digunakan kawat
tembaga berisolasi enamel, sedangkan untuk tegangan rendah dipakai kawat
tembaga berisolasi kertas atau plat tembaga berisolasi enamel.

 Terminal / Bushing
Terminal sisi tegangan menengah dibuat dari bahan porselen atau damar
sintetis ( synthetic resin). Trafo pasangan dalam (indoor) bentuk terminalnya
seperti tusuk kontak, sedang pada trafo pasangan luar (out door) bentuk
terminalnya seperti bushing isolator.
Terminal sisi tegangan rendah dibuat dari bahan porselen untuk arus sampai
dengan 630 A, sedang untuk arus yang lebih besar dan 630 A digunakan
terminal batang tembaga dengan isolator damar sintetis.

 Tangki Trafo
Dibuat dari pelat baja bersepuh lapisan seng, berfungsi untuk tempat minyak
isolasi, sehingga harus kedap terhadap uap air.

 Sistem Pendinginan Trafo


Pada umumnya sistem pendinginan trafo distribusi adalah onan, yaitu
pendinginan lilitan trafo menggunakan minyak isolasi yang bekerja secara
alamiah, dan pendinginan kembali minyak isolasi menggunakan udara yang
bekerja secara alamiah melalui dinding tangki dan sirip-sirip.
Trafo berbeban menyebabkan suhu lilitan bertambah dan panas tersebut
dialirkan ke tangki dan sirip-sirip trafo melalui minyak isolasi.
Kenaikan suhu minyak isolasi ini menyebabkan pertambahan volumenya
dengan koefisien muai minyak trafo kurang lebih 0,08 % / 0c. Memuai dan
menyusutnya minyak tersebut dibutuhkan ruang / cara tersendiri diantaranya
antara lain :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Trafo dengan menggunakan gas nitrogen (N2) kontak


langsung diatas minyak trafo
 Trafo dilengkapi dengan konservator dan pernapasan
udara melalui silicagel
 Trafo dengan tangki penuh minyak dengan dilengkapi
sirip yang fleksibel sehingga dinamakan hermatic.

Untuk trafo distribusi dengan kapasitas yang lebih besar dan pembebanan
yang lebih / berat sistem pendingin dinding tangki menggunakan kipas angin /
fan yang diputar oleh motor listrik

1.7.10. Pengubah Sadapan ( Tap Changer )


Berfungsi sebagai sarana untuk mengubah perbandingan transformator untuk
mendapatkan tegangan operasi pada sisi beban sesuai dengan yang diinginkan
apabila tegangan disisi primer berubah-ubah.

Ada dua cara pemindahan sadapan trafo :


 Pemindahan sadapan tanpa beban (off load tap
changer), dlakukan pada trafo distribusi
 Pemindahan sadapan keadaaan berbeban (on
load tap changer), biasanya secara manual atau otomatis pada trafo tenaga

1.7.11. Alat indikator


Berfungsi untuk mengawasi / mengamati trafo selama beroperasi. macam-macam
alat indikator :
 Indikator suhu minyak
 Indikator suhu belitan
 Indikator permukaan minyak
 Indikator kedudukan tap changer.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 32


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Konstruksi Trafo

3 kumparan yang menerima arus


listrik (kumparan arah primer)
(sirkit listrik)

Sirkit maknetis (besi bagian atas


tidak ditunjukkan) inti kern

3 kumparan yang
mengeluarkan arus
(kumparan sekunder)

Semuanya itu direndam


dalam minyak
transformator pada
suatu bak / tangki

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 33


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2. ALAT KERJA DAN ALAT UKUR PADA


PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI

2.1. PERSYARATAN TEKNIS PADA ALAT KERJA DAN ALAT UKUR


Penggunaan alat kerja dan alat ukur pada pekerjaan pengoperasian Gardu Distribusi
biasanya untuk pemeriksaan / pengujian kelayakan peralatan / instalasi gardu
sebelum dioperasikan.

Terutama untuk alat ukur diperlukan yang mempunyai kelas akurasi yang tinggi agar
hasil yang didapatkan benar-benar valid, sehingga dapat menjamin pengoperasian
gardu distribusi dengan aman.

Ketelitian hasil ukur ditentukan oleh 2 ( dua ) hal, yaitu :


 Kondisi alat ukur, yaitu ketelitiannya harus sesuai dengan yang . Ketelitian
alat ukur dapat berkurang disebabkan antara lain, umur alat ukur yang
memang sudah melebihi yang direncanakan sehingga mengalami kerusakan
atau sumber listrik yang harusnya terpasang dengan kondisi tertentu, sudah
tidak memenuhi seperti yang dipersyaratkan.
 Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar,
sehingga terjadi kesalahan pemakaian atau cara membaca skala salah
padahal alat ukur pada kondisi yang baik.
Alat ukur yang dimaksud disini selain merupakan alat yang menghasilkan nilai
dengan satuan listrik maupun mekanik, ada alat yang hanya menunjukkan
indikasi benar atau tidaknya suatu rangkaian / sirkit. Alat seperti ini disebut
dengan indikator.

Yang perlu diperhatikan pada alat ukur adalah kesesuaian batas ukur alat ukur dan
batas kapasitas / kemampuan peralatan yang akan diuji.

Contoh, untuk menguji tahanan isolasi trafo distribusi tegangan kerja meger yangb
dapat digunakan ada 2 ( dua ) yaitu meger dengan tegangan maksimal 1.000 V untuk
mengukur tahanan isolasi kumparan tegangan rendah dengan body dan tegangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 34


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

maksimal 10.000 V untuk mengukur tahanan isolasi kumparan tegangan tinggi


dengan kumparan tegangan rendah atau body. Bila penggunaan terbalik, maka ada 2
( dua ) kemungkinan yang akan terjadi, yaitu hasil uji yang tidak valid atau isolasi
trafo akan bocor.

2.2. MACAM-MACAM ALAT KERJA DAN PENGGUNAANNYA PADA PENG-


OPERASIAN GARDU DISTRIBUSI
2.2.1. Sarung Tangan Dan Sarung Lengan
Kegunaan : melindungi tangan dan lengan terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.
Spesifikasi : Daya sekat 1.000 V; 1 – 6 KV; > 6 KV.
Bahan : Katun, nylon, kulit, lapisdan asbes dan bahan sintetis lainnya.
Ukuran : Pendek : 100 – 200 mm; 225 – 250 mm ; 275 – 300 mm.
Panjang : 360 – 375 mm; 400 – 425 mm; > 450 mm

2.2.2. Topi Pelindung / Helm


Kegunaannya untuk melindungi kepala terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia
panas.
Bahan dari polyethylene, plastik, katun, aluminium dan bahan sintetis lainnya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 35


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.3. Sepatu Laras / Penyelamat


Kegunaannya untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia,
panas
Spesifikasi : daya sekat 1- 6 KV ; 6 – 20 KV
Bahan : Karet, kulit, kanvas dan bahan sintetios lainnya
Ukuran : dari SII SP 114 – 1980 ; Standar nomor sepatu

Nomor
Keterangan Panjang Tinggi
( mm ) ( mm )
A B

Kecil ( S ) 33 – 37 1–4 219 – 246 < 120


120 – 370

Sedang( M ) 38 – 40 5 - 6½ 253 – 260 < 120


120 – 370
7-8 < 120
Besar ( L ) 431 - 45 273 - 285 120 – 370

Catatan :
Perlu dipilih sepatu yang bersol anti slip dan lapisan penahan celana pada laras

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 36


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.4. Pakaian Kerja

Kegunaan : melindungi badan terhadap bahaya listrik, panas dan lain-lain


Spesifikasi : Besar ( LL ), Besar ( L ), Sedang ( M ), Kecil ( S ) .
Bahan : katun, karet, Polyethylene, Campuran lapisan asbes, timah hitam dan
bahan sintetis lainnya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 37


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.5. Sabuk Pengaman

Kegunaannya untuk melindungi petugas dari bahaya jatuh pada waktu bekerja di
tempat yang tinggi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 38


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.6. Tongkat Hubung Tanah / Tongkat Pentanahan


Kegunaannya untuk hilangkan tegangan sisa pada instalasi tegangan tinggi yang
sudah dipadamkan
Bahan nya, embaga, alumunium dengan tangkai bahan isolasi
Ukuran : panjang 150 cm, 200cm, 250 cm, diameter (ø) : 3,125 cm
panjang kabel 500 cm – klem pentanahan 98 % CU

Catatan : perlu disimpan dalam kotak atau ruang tertutup, sehingga tarhindar dari
benturan dan kelembaban

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 39


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.7. Tangga

Kegunaanya untuk mempermudah petugas bekerja di tempat yang tinggi


Spesifikasi : Harus dilengkapi kawat pentanahan dan dapat mudah dipindah-pindah
Bahan : Alukinium, kayu, bambu yang mempunyai daya sekat 1.000 V dan Fiber-
glaas.
Ukuran Tinggi :
Besar : 12 meter
Sedang : 5 – 7 meter
Kecil : 2 – 4 meter
Jarak jenjang : 45 cm
Lebar : 60 cm
Daya dukung : minimal 100 kg

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 40


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.2.8. Alas Pengaman


Kegunaannya sebagai tempat petugas berdiri dan bekerja pada peralatan yang
bertegangan, agar terhindar dari bahaya tegangan sentuh
Bahan karpet plastik, kayu kering lapisan karet, bangku atau plastik tebal yang
mudah dipindah-pindahkan
Ukuran :

Ukuran
Panjang Lebar Tinggi
Tebal Ket
(cm) (cm) (cm)
Kelas
Kayu 60 120 6-10
Karet 60 120 0,6 – 1,2c

2.3. MACAM-MACAM ALAT UKUR DAN PENGGUNAANNYA PADA


PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI

2.3.1. Multi Tester


Biasa disebut juga dengan AVO meter digunakan :
 Untuk mengukur tegangan keluaran trafo
 Untuk mengukur arus beban gardu
 Untuk mengukur kontinyuitas sirkit

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 41


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.3.2. Meter Tahanan Isolasi


Biasa disebut Meger, untuk mengukur tahanan isolasi instalasi tegangan menengah
maupun tegangan rendah.

Untuk instalasi tegangan menengah digunakan Meger dengan batas ukur Mega
sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000 sampai dengan 10.000 Volt
arus searah.

Untuk instalasi tegangan rendah digunakan Meger dengan batas ukur sampai Mega
Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai 1.000 Volt arus searah.
Ketelitian hasil ukur dari meger juga ditentukan oleh cukup tegangan batere yang
dipasang pada alat ukur tersebut

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 42


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.3.3. Meter Tahanan Pentanahan


Biasa disebut dengan Meger Tanah atau Earth Tester, digunakan untuk mengukur
tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel. Terminal alat ukur
terdiri dari 3 ( tiga ) buah, 1 ( satu ) dihubungkan dengan elektroda yang akan diukur
nilai tahanan pentanahannya dan 2 ( dua ) dihubungkan dengan elektroda bantu
yang merupakan bagian dari alat ukurnya. Ketelitian hasil tergantung dari cukupnya
energi yang ada pada batere.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 43


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.3.4. Meter Urutan Fasa


Banyak nama yang dipakai untuk menyebutkan alat ini, misalnya : Phase Squence
Indicator, Drivelt meter, meter medan putar.

Gunanya untuk memeriksa urutan fasa pada saat tegangan keluaran trafo diatribusi,
yang masing dihubungkan ke terminal kontrol tegangan yang biasanya menjadi satu
dengan lampu indikator.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 44


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2.3.5. Tester 20 KV
Untuk memeriksa adanya tegangan pada kabel masuk / keluar kubikel

2.3.6. Kunci Momen ( Torque Wrench )


Alat ini merupakan alat untuk mengencangkan pengikatan mur – baut yang
sekaligus mengukur momen yang terjadi. Ada beberapa macam bentuknya : antara
lain dikencangkan sambil dibaca momennya, disetel momennya terlebih dulu baru
dilakukan pengencangan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 45


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Besarnya torsi yang dibutuhkan untuk pengencangan mur – baut sebanding


dengan diameter ulir baut. Untuk mengukur diameter ulir digunakan jangka sorong
( sitmat )

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 46


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

3. KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI

3. 1. FUNGSI GARDU DISTRIBUSI


 Tempat pengumpul, pembagi dan penyalur energi listrik
 Tempat untuk pengubah tegangan sebelum disalurkan
ke konsumen

3.2. JENIS GARDU DISTRIBUSI BERDASARKAN FUNGSINYA


3.2.1. Gardu Induk Sisi 20 kV
Berisi peralatan hubung bagi (biasanya bentuk tertutup yang disebut kubikel).
Memindahkan energi listrik dari trafo tenaga 150 / 20 kv atau 70 / 20 kv ke
penyulang-penyulang.
Kubikel berisi PMT, instrumen pengukuran dan proteksi

3.2.2. Gardu Hubung


Berisi kubikel jenis pmt atau pmb (lbs) digunakan sebagai pembagi energi listrik
atau sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan spindle

3.2.3. Gardu Distribusi


Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi dan trafo step down 20 kv / 220 - 380 v

3. 3. BENTUK GARDU BERDASARKAN PERALATAN LISTRIK YANG TERPASANG


3.3.1. Gardu pasangan dalam
 gardu tembok / beton
 gardu kios

3.3.2. Gardu pasangan luar


 gardu cantol
 gardu portal

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 47


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

3.4. BENTUK GARDU BERDASARKAN KONSTRUKSI BANGUNANNYA


 gardu tembok
 gardu tiang beton bulat
 gardu tiang beton H

3.5. PERALATAN LISTRIK PADA GARDU


3.5.1. Gardu Pasangan Dalam
A. Peralatan Hubung Sisi Tegangan Menengah 20 Kv Berupa :
– Pemutus tenaga (PMT / CIrcuit breaker) digunakan sebagai pemutus dan
pembatas dengan dilengkapi relai arus lebih yang dipasang pada pelanggan
tegangan menengah
– Pemutus beban (PMB / load break switch), sebagai pemutus saluaran
masuk ( incoming), saluran keluar ( out going ) dan pemutus trafo dengan
dilengkapi fuse TM jenis Pembatasan arus yang dihubungkan seri dengan
LBS.
Fungsi fuse TM adalah sebagai pembatas daya pelanggan dengan cara
memutusnya elemen lebur fuse yang disebabkan arus lebih.

B. Peralatan Hubung 220 / 380 V Berupa :


– Saklar
– NFB

C. Peralatan Proteksi
- proteksi 20 kv :
* relai arus lebih / relai hubung tanah
* fuse
- proteksi 220 / 380 v
* fuse (NH fuse)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 48


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

D. Kabel
- kabel saluran masuk / keluar 20 kv, 3 inti
- kabel beban / trafo masuk / keluar 20 kv, 1 inti
- kabel penghantar trafo dan rak TR 220 / 380 v
- kabel keluar tr (opstiq)

E. Pentanahan
- pentanahan kerangka body peralatan
- pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo

3.5.2. Peralatan Listrik Pada Gardu Pasangan Luar


A. Peralatan hubung :
- fuse cut out 20 kv
- saklar / nfb pada rak tr

B. Peralatan proteksi
- fuse cut out 20 kv
- lightning arrester
- NH fuse

C. Kabel / penghantar
- kawat penghubung dari jaring ke fco
- kawat penghubung dari fco ke trafo
- kabel penghubung dari trafo ke rak tr
- kabel keluar (opstiq)

D. Pentanahan
- pentanahan kerangka / body peralatan
- pentanahan netral sisi tegangan rendah trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 49
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

- pentanahan arrester

3.6. PERALATAN HUBUNG


3.6.1. Pemutus Tenaga (PMT) - 20 kv
 Dioperasikan (dimasukkan / dilepaskan) dalam keadaan berbeban pada kondisi
normal maupun gangguan
 Media peredam yang digunakan
* gas SF6 (SF 6 CB )
* minyak (OCB)
* hampa udara ( VCB )

 Lokasi pemasangan :
 Di sisi 20 kv gardu induk sebagai peralatan hubung saluran masuk dan
keluar dilengkapi dengan relai yang dapat memutuskan / membuka pmt bila
saluran ada gangguan
 Di gardu hubung
 Di gardu distribusi konsumen khusus

3.6.2. Pemutus Beban (PMB = LBS ) - 20 kV


 Dioperasikan dalam keadaan berbeban / tidak pada kondisi normal saja
 Media peredam yang digunakan
* gas SF6 ( SF6 CB )
* minyak ( OCB )
* hampa udara ( VCB )
* udara tekan ( ABCB )
 Dapat dikoordinasikan dengan fuse, dimana bila fuse bekerja, maka pin
penekan pada fuse akan terlontar dan digunakan untuk mentripkan lbs
 Lokasi pemasangan
* di gardu hubung saluran keluar
* di gardu distribusi : saluran masuk / keluar dan saluran
beban
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 50
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

3.6.3. Pemisah ( PMS ) - 20 kv


 Dioperasikan dalam keadaan tanpa beban
 Dihubungkan secara seri dengan pmt sisi masuk / keluar
 Digunakan juga sebagai saklar pentanahan

3.6.4. Saklar Beban 1000 v


 Sebagai penghubung antara trafo sisi tr dengan rak tr
 Mempunyai kecepatan pembukaan penutupan yang
cepat

Contoh spesifikasi peralatan hubung


 LBS merek F & G type ga 24
ring main unit
Un : 24 kv
BIL : 125 kv 50 hz
In : 630 a
I dyn: 50 ka, i th : 20 ka is

 PMT - Low Oil Content Circuit Breaker Type HL


620
- Rated voltage 20 / 24 kv
- Rated current 400 amp rms sym
- Breaking capacities : 14,5 / 12,6 k.amp rms
- Asym breaking capacities : 16 / 13,9 k amp rms
- Making capacities 36 / 31,5 psak k amp rms
- Short time currents ; 14,5 k amp rms is

3.7. PERALATAN PROTEKSI

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 51


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

A. Relai Arus Lebih Dan Relai Hubung Tanah (OCR & GFR )
Jenis yang dipakai :
 Inverse + instantaneous, sebagai pengaman saluran /
beban
 Definite + instantaneous sebagai pengaman dan
pembatas saluran / beban
B. Fuse - 20 kV
 Untuk pasangan dalam menggunakan hrc fuse / current
limiting fuse dengan atau tanpa pin pelepas
 Untuk pasangan luar menggunakan expulsion fuse,
dapat meledak saat fuse putus
C. Fuse 220 v
 Digunakan dari jenis tabung tertutup (nh fuse), sebagai
pengaman saluran
D. Arrester
 Kapasitasnya 5 ka, 10 ka, 15 ka dipasang di kabel keluar
/ masuk dan di dekat trafo

3.8. KABEL
 Kabel saluran masuk / keluar 20 kv - 3 inti
jenis kabel : N (NA) 2x SEFBY, N (NA) 2x SEFGbY, N (NA) 2XSEBY
 Kabel penghubung kubikel dengan trafo 20 kv - 1 inti jenis kabel
N2XSY dengan penampang 25, 35, 50 mm2
 Kabel penghubung trafo dengan rak tr 220 v 1 inti jenis kabel NYY
dengan penampang 70, 95, 150, 240 mm2
 Kabel penghubung rak tr dengan saluran keluar jenis kabel NYFGbY
dengan penampang maksimal 95 mm2 untuk saluran tic

3.9. PEMBUMIAN

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 52


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Elektroda pembumiann menggunakan elektroda batang berupa baja dilapisi


tembaga dikombinasikan dengan kawat BC sebagai penghubung antar elektroda
maupun sebagai penghantar pembumian
 Besarnya tahanan pembumian
– Pembumian kerangka / body peralatan maksimal 1,7 ohm
– Pembumian netral sisi tr trafo maksimal 5 ohm
– Pembumian arrester tergantung karakteristik arrester

3. 10. TRAFO DISTRIBUSI


 Tegangan kerja (nominal) 20.000 v / 231 - 400 V, terdiri dari :
– Trafo 1 (satu) fasa untuk kapasitas 25 KVA dan 50 KVA
– Trafo 3 (tiga) fasa untuk kapasitas mulai 50 KVA sampai dengan 1000. KVA
 Berdasarkan lokasi pemasangan
– Trafo pasangan luar, terminal sisi tegangan 20 kv berbentuk bushing terbuat
dari bahan porselin
– Trafo pasangan dalam, terminal sisi tegangan 20 kv berbentuk socket
 Sadapan
– Trafo 1 (satu) fasa 3 (tiga) sadapan 20 kv ± 21/2 %
– Trafo 3 (tiga) fasa 5 (lima) sadapan
* 20 kv ± 2 x 21/2 %
* 20 kv ± 2 x 5 %
 Hubungan belitan trafo 3 fasa dyn5

3.11. PHB-TR ( Perlengkapan Hubung Bagi TR = Rak TR )


 Pasangan Luar
Dipasang pada tiang, dicantolkan atau diantara dua tiang portal dengan
peralatan yang terpasang
- saklar pemutus beban
- busbar / rel
- fuse

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 53


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

- time switch dan kontaktor untuk penerangan jalan umum (pju)


- alat ukur dan perlengkapannya

 Pasangan Dalam
Dipasang di ruang gardu beton / tembok dengan peralatan yang terpasang
– saklar pemutus beban
– busbar / rel
– fuse
– time switch dan kontaktor untuk pju
– Alat ukur dan perlengkapannya

3.12. STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI

Konstruksi gardu distribusi standar distribusi Jawa Barat

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 54


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG PORTAL PADA TIANG BETON BULAT (JARINGAN LURUS)


GT - IB

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 55


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG PORTAL PADA TIANG BETON BULAT


(JARINGAN LURUS) GT - IB

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 56


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG PORTAL POSISI MELINTANG PADA TIANG BETON BULAT


(JARINGAN LURUS) GT - 2B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 57


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG PORTAL POSISI MELINTANG PADA TIANG BETON


BULAT (JARINGAN LURUS) GT - 2B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 58


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO 3 Æ PADA TIANG BETON BULAT


GC - 1B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 59


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO 3 Æ PADA TIANG BETON BULAT


GC - 1B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 60


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU CANTOL 1 TIANG DENGAN CB PADA TIANG BETON BULAT


GC - 1BC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 61


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU CANTOL 1 TRAFO DENGAN CB PADA TIANG BETON H


GC - 1BC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 62


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 3 TRAFO PADA 1 BH TIANG BETON TYPE BULAT


GC - 3B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 63


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG CANTOL 3 TRAFO PADA 1BH TIANG BETON TYPE
BULAT
GC - 3B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 64


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO PADA TIANG BETON BULAT


GCA - 1B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 65


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO PADA TIANG BETON BULAT


GCA - 1B
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 66
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG TUNGGAL 1 TRAFO 3 FASA (KHUSUS) TIANG BETON BULAT


GCK - 1B
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 67
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG TUNGGAL 1 TRAFO 3 FASA (KHUSUS) TIANG BETON


BULAT
GCK - 1B
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 68
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 2 FASA, CSP PADA TIANG BETON BULAT TANPA PGTR
GCC - 1B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 69


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG CANTOL 2 FASA, CSP PADA TIANG BETON BULAT
TANPA PGTR
GCC - 1B

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 70


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG PORTAL PADA TIANG BETON H (JARINGAN KHUSUS)


GT - 1H

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 71


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG PORTAL PADA TIANG BETON H


(JARINGAN KHUSUS)
GT - 1H

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 72


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO 3 Æ PADA TIANG BETON H


GC - 1H

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 73


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU CANTOL 1 TRAFO PADA TIANG BETON H


GC - 1H

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 74


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU CANTOL 1 TRAFO 3 FASA DENGAN CIRCUIT BREAKER PADA TIANG


BETON H
GC - 1HC
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 75
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU CANTOL 1 TRAFO 3 FASA DENGAN CIRCUIT BREAKER PADA


TIANG BETON H
GC - 1HC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 76


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO PADA TIANG BETON H


GCA - 1HC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 77


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

MATERIAL GARDU TIANG CANTOL 1 TRAFO PADA TIANG BETON H


GCA - 1HC

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 78


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 7R2


(SINGLE LINE DIAGRAM) GT-7R2

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 79


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 80


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 81


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 8R

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 82


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GT - 8R

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - ST 16

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 83


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 84


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 85


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - ST 17

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 86


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 87


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 1 SPINDEL


GH - 1 SP

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 88


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 2 SPINDEL


GH - 1 SP

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 89


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

PAPAN BAGI TR
(IN DOOR)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 90


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 91


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

PAPAN BAGI TR
(OUT DOOR)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 92


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 93


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

4. PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI

4.1. PENGERTIAN
Adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan
penyaluran tenaga listrik kepada konsumen secepat mungkin serta menjamin
kelangsungan penyaluran / pelayanan.

4.2. TOLOK UKUR KINERJA PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI


Sebagai tolok ukur atas keberhasilan pada pengoperasian dapat dilihat dari beberapa
parameter, yaitu :

4.2.1. Mutu Listrik Harus Terjaga


Ada 2 ( dua ) hal yang menyatan yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu : tegangan
dan frekwensi.

Tegangan pelayanan ditentukan oleh :


 Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah ± 5 % , sedangkan
pada konsumen TR maksimum + 5 % dan minimum – 10 %.
 Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan
 Kedip akibat pembebanan sekecil mungkin
 Hilang tegangan sejenak akibat manuver secepat mungkin

Frekuensi
 Batas toleransi frekuensi adalah ± 1 % dari frekuensi standar 50 Hz

Faktor yang membuat baik-tidaknya mutu listrik tersebut dari sisi distribusi adalah
faktor pembebanan pada sistem distribusi yaitu pembebanan yang tidak stabil oleh
karena pengoperasian normal atau karena lebih banyak akibat gangguan pada
suplai dari GI dan penyulang.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 94


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

4.2.2. Keandalan penyaluran tenaga listrik tinggi


Sebagai indikator penyaluran adalah angka lama dan atau seringnya pemadaman
pada pelanggan yang disebut dengan angka SAIDI dan SAIFI.

Angka lama padam : SAIDI (system average interuption uration index)

lama padam x jumlah pelanggan padam


SAIDI = ------------------------------------------------------- = … menit / pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun

Atau,

lama padam x daya tidak tersalurkan


SAIDI = --------------------------------------------------- = …….menit / pelanggan . tahun
daya total x 1 tahun

Angka sering padam : SAIFI (system average interuption frequency


index)

seringnya padam x pelanggan padam


SAIFI = ------------------------------------------------- = ……… kali / pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun

PLN berkeinginan untuk mewujudkan perusahan dengan tingkat kelas dunia, yaitu
dengan angka SAIDI 100 menit / pelanggan / tahun dan SAIFI 3 kali / pelanggan /
tahun.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai SAIDI dan SAIFI dari sisi dstribusi
adalah :
a. Konfigurasi jaringan yang berkaitan dengan manuver
b. Kondisi jaringan yang rentan terhadap gangguan dari dalam sistem maupun
dari luar sistem
c. Cara pengoperasian yang tidak memperhatikan kemampuan peralatan
maupun kemampuan pasokan daya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 95


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Menurunkan angka SAIDI dan SAIFI dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
 Meningkatkan kualitas konfigurasi jaringan
 Meningkatkan pasokan tenaga listrik alternatif
 Meningkatkan kualitas pemeliharaan
 Meningkatkan pengetahuan & ketrampilan petugas
 Menyiapkan jumlah petugas dengan perbandingan yangmemadai dengan jumlah
pelanggan
 Menggunakan material sesuai standar
 Mengidentifikasi peralatan yang sering rusak
 Meningkatkan kualitas teknik informasi pelanggan
 Memutakhirkan data teknik jaringan

4.2.3. Keamanan dan Keselamatan Terjamin


Sebagai indikator adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan
kerusakan pada instalasi / peralatan serta lingkungan
Meningkatkan keamanan dan keselamatan
 Kondisi instalasi memenuhi persyaratan
 Sistem proteksi berfungsi dengan baik
 Pemeliharaan instalasi sesuai jadual
 Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi syarat
 Koordinasi kerja baik
 Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 / K2
 Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahaya listrik dan
menghindarinya

4.2.4. Biaya Pengoperasian Efisien


Sebagai indikator adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang
dikeluarkan oleh gardu / pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 96


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Penyebab susut jaringan :


 Pencurian listrik
 Kesalahan alat ukur
 Kesalahan rasio CT
 Kesalahan ukuran penghantar
 Jaringan terlalu panjang
 Faktor daya rendah
 Kualitas konektor dan pemasangannya jelek

4.2.5. Mempertahankan kepuasan pelanggan


Mempertahankan kepuasan pelanggan dapat terjadi bila kebutuhan akan listrik oleh
konsumen baik kwantitas, kualitas dan kontinyuitas pelayanan terpenuhi, untuk itu
hal yang perlu dilakukan adalah :

 Pengendalian tegangan, yaitu mengadakan pengaturan mulai dari tingkat suplai


sampai ke titik ujung tegangan pada batas toleransi yang diijinkan.
 Pengendalian beban, yaitu membatasi pembebanan sesuai kemampuan
sumber pasokan tenaga listrik, maupun peralatan dan material jaringan .

4.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANGSUNGAN PELAYANAN

Ada 2 ( dua ) faktor yang mempengaruhi kelangsungan pelayanan,yaitu dari faktor


ketersediaan pasokan energi dari pembangkit sampai gardu induk dan faktor dari sisi
distribusi sendiri sebagai akibat dari :

 Adanya pekerjaan jaringan


 Kecepatan mengisolasi gangguan dan manuver beban
 Ketahanan peralatan terhadap gangguan tegangan lebih, hubung singkat,
pembebanan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 97


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

4.4. PERSYARATAN OPERASI GARDU DISTRIBUSI

 Memeriksa kerja mekanis peralatan hubung dalam keadaan baik


 Menguji tahanan isolasi peralatan hubung sesuai dengan ketentuan
 Menguji tahanan kontak peralatan hubung ( kubikel nilainya maksimal 200 micro-
ohm ) .
 Menguji tahanan pentanahan, body trafo, body kubikel, kerangka PHB- TR, Rak
Rel TM, Rak Kabel dan pintu gardu nilainya maksimal 1,7 ohm
 Menguji tahanan pembumian netral TR, nilainya maksimal 5 ohm
 Menguji tahanan isolasi trafo .

Rumus nilai tahanan isolasi belitan pd suhu = t ˚ Celsius.

C x E
Ris pada suhu t  C ≥ ------------------- ……………….MΩ
( √ KVA) x ks

C = Faktor belitan yang terendam isolasi minyak = 0,8


E = Tegangan Tertinggi ………. VOLT
KVA = Daya Trafo …………… KVA.
ks = Faktor koreksi suhu belitan.

Faktor Koreksi Suhu Belitan ( ks )


Suhu belitan (  C ) Faktor koreksi
0 0,25
5 0,36
10 0,50
15 0,72
20 1,0
30 1,98
40 3,95
50 7,85

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 98


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Memeriksa nilai arus nominal Fuse sisi tegangan menengah dan sisi tegangan
rendah sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Rekomendasi pemilihan arus pengenal pelebur 24kv jenis letupan


(Publikasi IEC 282-2 (1970) / nema) di sisi primer berikut pelebur jenis pembatas arus
Publikasi IEC 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400 v) yang merupakan pasangan
yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi

Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di


koordinasikan dengan nilai maksimum pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur paralel.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 99


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Arus pengenal pelebur jenis pembatasan arus menurut berbagai merek dan buatan
untuk pengaman berbagai daya pengenal trafo dapat dilihat pada tabel.
Rekomendasi pemilihan arus pengenal anak pelebur 24 kv, jenis pembatasan arus,
rujukan plubikasi IEC 282-1(1974), VDE dan UTE (Perancis) di sisi primer 20 kV,
berikut pelebur jenis pembatasan arus rujukan IEC 269-2 (1973) di sisi sekunder
(230/400 V) yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi.

Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder perlu di kombinasikan dengan


nilai maksium pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur paralel.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 100


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

4.5. PROSEDUR TEKNIS PENGOPERASIAN PERALATAN PADA GARDU DISTRIBUSI


4.5.1. Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Luar

JTM

ARRESTER
FCO

TRAFO

SAKLAR
UTAMA

NH FUSE

SALURAN JURUSAN

a. Persiapan Pengoperasian

1. Membaca dan memahami prinsip kerja gardu distribusi dan sistem JTM
2. Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian
instalasi Gardu Distribusi
3. Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan
4. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam
kondisi siap pakai dan aman
5. Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi
gardu :
– Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
– Nilai fuse link sesuai dengan kapasitas trafo
– Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo
– Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi gardu
sesuai ketentuan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 101
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

6. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa


pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait
7. Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP
8. Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2

b. Prosedur Pengoperasikan Gardu


1. Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan
2. Laporkan kepada pihak yang yang berwenang bahwa pengoperasian siap
dilaksanakan , tunggu sampai jawaban izin pengoperasian keluar
3. Masukkan FCO
4. Periksa urutan fasa
5. Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah
benar
6. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
 Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian
NH fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluraan jurusan
 Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse, menyusul
kemudian saklar utama

c. Prosedur Pemadaman Untuk Pemeliharaan


1. Kurangi beban trafo, caranya :
 Untuk pelanggan umum dan beban kecil, maka bukalah satu persatu nh
fuse, kemudian bukalah saklar masuk
 Untuk pelaggan industri, bukalah saklar utama, kemudian bukalah seluruh
NH fuse
2. Buka FCO
3. Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke elektrode
pentanahan dimulai dari ke empat bushing trafo sisi tegangan rendah, lalu
ketiga bushing trafo sisi tegangan menengah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 102


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

4. Buka kabel / kawat yang terhubung pada terminal / bushing sisi TR dan TM.
5. Kabel / kawat yang sudah terlepas hubungkan jadi satu dan tersambung
pada kabel pentanahan
6. Lakukan pemeliharaan gardu

d. Prosedur Pengoperasian Kembali Sesudah Pemeliharaan

1. Pasang kembali kabel / kawat pada terminal/bushing sisi TR maupun TM


2. Lepaskan kawat pentanahan
3. Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan
4. Laporkan kepada pihak yang yang berwenang untuk pengoperasian kembali,
sampai jawaban izin pengoperasian keluar
5. Masukkan FCO
6. Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah
benar
7. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
 Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian
NH fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluraan jurusan
 Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse, menyusul
kemudian saklar utama
8. Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan pengoperasian
tersebut
9. Membuat berita acara serah terima operasi yang berisi antara lain :
 Kondisi peralatan
 Posisi peralatan hubung
 Temuan-temuan kelainan operasi
10. Membuat laporan pengoperasian

e. Peralatan Kerja, Peralatan Ukur, Alat Pelindung Diri Yang Dibutuhkan :


1. Single line diagram

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 103


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

2. Tangga
3. Helm
4. Sabuk Pengaman
5. Sepatu Isolasi 20 KV
6. Sarung tangan Isolasi
7. Tongkat / stock FCO
8. Grounding Aparatus
9. Tool Kit
10. Megger 1.000 – 5.000/10.000V
11. Fuse holder / fuse puller
12. AVO meter
13. Phase squence indicator
14. Handy-talk

4.5.2. Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Dalam

Pemut Pemutus
beban 2 3
us 2 3
beban
1 (PMB) 1
PMS PMS PMS PMS PM PM
(PMB)
S S

Saklar Utama
Saklar
Utama
NH fuse
NH
Saluran Jurusan
Fusi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 104


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

a. Persiapan Pengoperasian

1. Membaca dan memahami prinsip kerja Gardu distribusi


pasangan dalam dan sistem JTM
2. Berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian
instalasi Gardu Distribusi
3. Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan
4. Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang
diperlukan dan dalam kondisi siap pakai dan aman
5. Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan
instalasi gardu :
– Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
– Nilai MV Fuse sesuai dengan kapasitas trafo
– Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo
– Tahanan isolasi, tahanan kontak kubikel sesuai ketentuan
– Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi
gardu sesuai ketentuan
6. Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan
bahwa pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak
terkait
7. Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan
sesuai SOP
8. Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan
K3 / K2

b. Prosedur Pengoperasian Gardu

1. Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan


2. Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian gardu dan
tunggu izin pengoperasian keluar

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 105


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

3. Masukkan PMB 1, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila


tidak ada kelainan
4. Masukkan PMB 2, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila
tidak ada kelainan
5. Masukkan PMB 3, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila
tidak ada kelainan
6. Periksa urutan fasa keluaran trafo
7. Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah
benar
8. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
 Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul kemudian
nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluran jurusan
 Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse, menyusul
kemudian saklat utama

c. Prosedur Pemadaman Untuk Pemeliharaan


1. Buka pemutus beban ( PMB ) 3
2. Masukkan pemisah bumi (PMS ) 3
3. Buka seluruh NH fuse
4. Lakukan pemeliharaan
5. Lakukan pemeliharaan gardu

d. Prosedur Pengoperasian Kembali Sesudah Pemeliharaan

1. Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan


2. Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian kembali,
sampai jawaban izin pengoperasian keluar
3. Lepaskan PMS bumi (PMS) 3
4. Masukkan PMB 3

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 106


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

5. Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah
benar
6. Operasikan saluran jurusan dengan cara :
– Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul kemudian nh
fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluran jurusan
– Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse, menyusul kemudian
saklat utama
7. Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan pengoperasian
tersebut
8. Membuat berita acara serah terima operasi yang berisi antara lain :
– Kondisi peralatan
– Posisi peralatan hubung
– Temuan-temuan kelainan operasi
– Membuat laporan pengoperasian

e. Peralatan Kerja Yang Dibutuhkan


1. Single line diagram
2. Handle / tuas kubikel
3. Tool Set
4. Multi meter
5. Phase squence indicator
6. HT
7. Sepatu Isolasi 20 KV
8. Sarung tangan Isolasi
9. AVO meter
10. Fuse holder / fuse puller

4.6. OPTIMASI PEMBEBANAN TRAFO

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 107


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Seperti kita ketahui fluktuasi beban di indonesia secara umum sangat tajam
perbedaan antara beban puncak dan di luar beban puncak. Hal ini bila ditinjau dari
segi efisien trafo menjadi kurang baik terutama pada beban yang sangat rendahnya
selanjutnya bila penyediaan kapasitas trafo didasarkan pada beban (beban puncak)
bila dikaitkan pada segi ekonomi, menjadi kurang efisien. Sebab bisa jadi hanya untuk
memikul beban yang rendah dilayani oleh trafo dengan kapasitas yang besar.
Untuk pemecahan masalah diatas, sebenarnya trafo dapat dibebani melebihi daya
pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi
oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang
direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.

TABEL. Susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas lilitan sc ( °C )

Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai
susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98
°C.. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan
suhu sekitar 20°C.. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia terutama di kota-kota
besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di
indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang
direncanakan pabriknya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 108


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Dari tabel susut umur diatas dapat dihitung umur trafo:


Contoh 1. Trafo dibebani 10 jam pada sc = 104°C dan 14 jam pada sc = 86°C.
susut umurnya = ( 10 x 2) + (14 x 0,25) = 23,5 jam umur selama 24 jam.
karena kurang dari 24 jam, trafo tidak mengalami kenaikan susut umur,
sehingga umurnya tetap sama dengan desain.

Contoh 2. Trafo dibebani 12 jam pada oc = 104°C & 12 jam pada sc = 98 0c. Susut
umurnya = (12x2) + (12x1) = 36 jam umur selama 24 jam. Susut umur =
1,5 susut umur normal, sehingga umur trafo = 2/3 x umur desain.

Contoh 3 : Trafo dibebani 4 jam pada sc = 110 °C ( pada beban puncak) dan 20 jam
pada sc = 90°C. Susut umurnya = (4 x 4) + (20 x 0,4) = 24 jam umur
selama 24 jam, berarti susut umur normal.

Dari contoh 3 bisa digambarkan seperti pada umumnya pembebanan trafo untuk
konsumen umum di Indonesia, dimana beban puncak terjadi pada malam hari yaitu
antara jam 18.00 s.d. 22.00.

Sebagai pedoman pembebanan trafo untuk keperluan tertentu, dan dengan beban
yang melebihi daya pengenalnya, waktu lamanya pembebanan tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : s A = 24 OC


NILAI – NILAI K2 UNTUK NILAI-NILAI K1 DAN T YANG DITENTUKAN

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 109


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

CATATAN : dalam tugas siklis normal nilai k2 tidak lebih dari 1.5. Nilai-nilai k2 yang
lebih besar dari 1.5, terlukis dengan garis-putus-putus, dipakai untuk
tugas darurat. Tanda + menunjukan bahwa k2 lebih tinggi dari 2.0.

TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : s A = 27 OC


NILAI – NILAI K2 UNTUK NILAI-NILAI K1 DAN T YANG DITENTUKAN

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 110


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

CATATAN : dalam tugas siklis normal nilai k2 tidak lebih dari 1.5. Nilai-nilai k2 yang
lebih besar dari 1.5, terlukis dengan garis-putus-putus, dipakai untuk
tugas darurat. Tanda + menunjukan bahwa k2 lebih tinggi dari 2

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 111


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5.1. PENGERTIAN
Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah
kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan
disingkat Protap.

SOP Pengoperasian kubikel 20 KV berarti ketentuan tentang prosedur /


langkah – langkah kerja untuk mengoperasikan kubikel 20 kv pada
pengoperasian instalasi atau jaringan distribusi 20 KV .

SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut


petugasnya, terdiri dari :

a. SOP Sistem Jaringan Distribusi,


b. SOP Komunikasi dan
c. SOP Lokal Jaringan Distribusi.

5.2. TUJUAN SOP


Pengoperasian Kubikel 20 KV berarti membuat peralatan yang ada di
kubikel bekerja atau tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari
aliran arus listrik. Dampak dari pengoperasian kubikel berarti jaringan
distribusi dibebani atau dikosongi bebannya, instrumen sebagai
kelengkapannya bekerja atau tidak bekerja sehingga mempengaruhi kerja
peralatan listrik sebelum maupun sesudah kubikel.
Contoh :
 Akibat pengoperasian kubikel terhadap sistem dan peralatan
listrik lain
Apabila kubikel 20 KV di Gardu Induk sebagai alat hubung penyulang
dimasukkan, maka pada sisi hulu yaitu Trafo GI dan Generator
Pembangkit yang melayani trafo GI akan mendapat beban sebanyak

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 112


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

yang tersambung dari penyulang. Beberapa dampak yang timbul antara


lain tegangan Trafo GI dan Generator Permbangkit menjadi turun,
sehingga perlu pengaturan. Tetapi akibat buruk dapat terjadi misalnya,
pada Trafo GI atau Generator Pembangkit terjadi beban lebih atau
overload sehingga terjadi Trip bahkan dapat terjadi pemadaman total.

Sebaliknya pelepasan beban juga dapat berdampak kurang baik,


misalnya tegangan trafo atau generator akan naik melebihi batas yang
dapat merusak peralatan listrik.

 Akibat pengoperasian terhadap personil


Pengoperasian kubikel 20 KV pada jaringan atau instalasi beban di sisi
hulu tanpa ada koordinasi dengan pihak lain di sisi hilir : pemakai listrik ,
pihak pemeliharaan , dapat menyebabkan terjadi kecelakaan terhadap
personil.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pengoperasian


kubikel dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan
kerugian material.

Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi


prosedur langkah-langkah yang tertata guna melaksanakan kegiatan.

5.3. KOMPONEN DALAM SOP


Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pengoperasian
Kubikel 20 KV antara lain :

5.3.1. Pihak Yang Terkait


Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat
pengoperasian kubikel 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun
komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi
dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 113


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

kerusakan material akibat dioperasikannya kubikel. Dalam berkomunikasi


baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar untuk
mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu
berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar
agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat


menjadi SOP Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pengoperasian Kubikel 20 KV antara lain :


 Untuk instalasi kubikel baru beberapa pihak yang terkait antara lain,
team Komisioning , Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen.
Berkoordinasi dengan team komisioning adalah untuk mengetahui dan
memastikan bahwa instalasi kubikel yang akan dioperasikan dalam
keadaan aman. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket
Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dibebani atau
dipadamkan maupun aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil
di lokasi pengoperasian kubikel dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dioperasikan. Sedangkan
berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan
adanya listrik di tempat konsuman dan segera memanfaatkannya.
Selain itu agar konsumen mengantisipasi hal-hal yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan akibat listrik.

 Untuk instalasi lama beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur
Distribusi / Piket Pengatur, Pihak Pemeliharaan, Pelayanan Pelanggan
dan Konsumen. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi dan
Konsumen tujuannya adalah sama dengan pengoperasian Instalasi
Kubikel baru. Berkoordinasi dengan pihak pemeliharaan adalah untuk
mengetahui maksud / tujuan pengoperasian termasuk pemadaman
kubikel, lama waktu dipeliharanya dan kondisi kubikel paska
pemeliharaan. Sedangkan berkoordinasi dengan Pihak Pelayanan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 114


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Pelanggan adalah berkaitan dengan pemberitahuan formal kepada


Pelanggan akan adanya pemadaman / pengoperasian jaringan .

5.3.2. Perlengkapan Kerja


Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian kubikel dengan
baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan
bekerja dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko
bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan
terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara
rutin .

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :


 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja
 Alat Ukur
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi Kubikel 20 KV yang akan
dioperasikan
 Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan
Pelaporan.

5.3.3. Prosedur Komunikasi


Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan
dari mulai persiapan pengoperasian, saat pengoperasian sampai
pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon
atau handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah
distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat
menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 115


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

5.3.4. Prosedur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi
pengoperasian kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan
pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.

Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.


Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan
kegagalan operasi bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi kubikel harus


dimintakan persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan
melaporkan setelah pelaksanaannya. Hal tersebut disampaikan langsung
dengan menggunakan peralatan komunikasi langsung dan
melaporkannya dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan kronologis
berdasarkan waktu.

5.4. PEMBUATAN SOP


Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
 Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian
kubikel 20 KV untuk membuat ketentuan berkoordinasi.
 Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI,
Kemampuan Hantar Arus ( KHA ) hantaran penyulang,
pemanfaatan energi listrik pada konsumen.
 Struktur jaringan

5.5. SOP SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

SOP Jaringan Distribusi adalah aturan atau pedoman bagi Operator/teknisi


untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan
pengoperasian Instalasi Jaringan Distribusi pada kondisi normal, kondisi
gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi darurat.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 116


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan


peralatan yang terpasang dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.

Adapun didalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada


beberapa kondisi, yaitu :

5.5.1. SOP Kondisi Normal :


Operator/teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi Jaringan Distribusi
dan melaksanakan perintah Dispatcher/APD untuk manuver perbaikan
sistem maupun pemeliharaan Jaringan Distribusi serta kebutuhan lainnya.

5.5.2. SOP Kondisi Gangguan :


Operator/teknisi melakukan tindakan seperti :
 Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0
( nol ) kV untuk JTM
 Periksa dan yakinkan serta catat jika ada pmt yang trip di GI maupun
Gardu Hubung (GH) dan kelainan-kelainan yang terjadi.
 Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol, di
GI atau GH kemudian direset.
 Periksa dan catat semua indikator rele yang muncul pada panel
proteksi, kemudian direset.
 Laporkan kepada Dispatcher APD.
 Laporkan kepada Piket APJ/Cabang.

5.5.3. SOP Kondisi Pemulihan :


 Operator/teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher
kemudian melaporkannya..

5.5.4. SOP Kondisi Darurat :


 Tindakan Operator/teknisi Jaringan Distribusi membebaskan peralatan
dari tegangan, sehubungan dengan kondisi setempat seperti ; banjir,
kebakaran, huru-hara, instalasi membara yang cukup besar dll atau
kondisi yang dianggap bahaya oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 117


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

(dapat dipertanggung jawabkan), selanjutnya Operator/teknisi/ Jaringan


Distribusi harus melaporkan kejadian tersebut kepada Dispatcher APD
dan Piket APJ/Cabang.

5.6. SOP PENGOPERASIAN JARINGAN / INSTALASI BARU :


Didalam mengoperasikan Jaringan Distribusi atau Instalasi baru ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
 Peralatan Jaringan Distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan
standar yang telah ditentukan oleh PLN.
 Buku SOP Sistem Jaringan Distribusi yang berlaku dan telah disepakati.
 Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang
diberi wewenang oleh pejabat terkait.
 Telah terbit pernyataan laik bertegangan / Operasi dari pejabat yang
berwenang.
 Telah dinyatakan siap Operasi oleh Manager APJ/Cabang.
 Skenario / Panduan manuver yang telah dibuat.

5.7. SOP PEMBEBASAN INSTALASI GARDU TIANG


5.7.1. SOP Urutan Pembebasan Instalasi Dari Tegangan :
1. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.
2. PMS/Saklar utama oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. CO dibuka oleh Operator/teknisi.
4. PMS Tanah/Grounding dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan
Distribusi.

5.7.2. SOP Urutan Pemberian Tegangan Pada Instalasi :


1. PMS Tanah/Grounding dilepas oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
2. CO dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. PMS/Saklar utama dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
4. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 118


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

STANDING OPERATION PROCEDURE


PENGOPERASIAN INSTALASI KUBIKEL TM DENGAN TRAFO DISTRIBUSI

No. SOP : 002a / TRAFO - GARDU/SOP/XI/2002

TARGET
NO URAIAN PENGAWAS PELAKSANA POSKO TURJASI KETERANGAN
UPD WAKTU
Laporan 1a • 1b • • 1c
pekerjaansiap 1a 1b 1c
1.
untuk 5’ 5’ 5’
dioperasikan
Vhek fisik dan 2.b • 2.a •
2. kesiapan 2a 2b
koleksi 5' 120’
Kesiapan 3a
• • 3.b 3a 3b
terpenuhi ijin 5’ 5’
3
tegangan
dimasukan
4 Tegangan 4.b
• •4.a 4a 4b
dimasukan 1.a 1.a
5’ 5’
5 Pekerjaan 5c. • 5.a • 5.b • 5a 5b 5c
selesai 1.a 1.a 1.a
5’ 5’ 5’

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 119


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

DISKRIPSI SOP MENGOPERASIKAN SACO DAN ACO TM PADA GARDU DISTRIBUSI

No. SOP : 005B/ SACO-GARDU/SOP/XI/2002

NO URAIAN KETERANGAN

.
1. Pengawas pekerjaan melaporkan pekerjaan siap
dioperasikan ke turjasi
Turasi melaporkan ke UPD
.
2. Turjasi meminta pelaksana untuk mengecek fisik kelokasi Izin sudah diberikan

Sebelum memasukan tegangan menggunakan


3. Pelaksana melapor ke turjasi dan turjasi melapor ke UPD alat K3 antar lain sarung tangan karet 20 kV
dan izin pengoperasiam dan sepatu 20 kV tegangan diukur
menggunakan Volt meter
4. Pelaksana me;lapor ke turjasi bahwa tegangan sudah di
masukan dan langsung di uji coba

5. Turjasi lapor ke UPD pekerjaan selesai dan sudah normal

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 120


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

STANDING OPERATION PROCEDURE


MENDETEKSI GANGGUAN PADA INSTALASI KUBIKEL DAN TRANSFORMATOR GARDU

No. SOP : 006A / DTKSI - GARDU/SOP/XI/2002

TARGET
NO URAIAN PELANGGAN PELAKSANA POSKO TURJASI KETERANGAN
UPD WAKTU
1a • 1B 1c • • 1d 1a-
LAPORAN 1b
1a
1a 1a 1a

1. •
PELANGGAN
5’
CHEK FISIK DAN • 2.b 2.a •
2. KESIAPAN 1a 1a

KOLOKSI
LAPORAN HASIL 3a
1a
3,b
1a
• • 3.c
1a

PENGECEKAN
3 •
(KUBIKEL dan
TRAFO RUSAK)
4 PEKERJAAN 4b • 4.a •
BELUM SELESAI 1a 1a

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 121


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

DISKRIPSI SOP MENGOPERASIKAN SACO DAN ACO TM PADA GARDU DISTRIBUSI

No. SOP : 006b/ DTKSI-GARDU/SOP/XI/2002

NO URAIAN KETERANGAN

.
1. Pelanggan melaporkan ke listrik padam ke posko pelayanan
gangguan
Posko mela[orkan ke turjasi dan turjasi melaporkan ke UPD
Alat K3 antar lain sarung tangan karet 20 kV
2. Turjasi meminta pelaksana untuk mengecek fisik kelokasi dan sepatu 20 kV
Alat kerja : kunci pas/ring, marger. Tri phasa
3. Pelaksana melaporkan hasil pemeriksaan ke turjasi bahwa amper meter dan volt meter
MV cell/trafo dinyatakan rusak Setelah dilakukan pemeriksaan detail dengan
alat meger
4. Turjasi melaporkan ke pelaksana agar pemeriksaan dilanjut
untuk penggantinya

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 122


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

6. LEMBAR PRAKTEK

KURSUS PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI


POKOK BAHASAN Pengoperasian Gardu Distribusi
SUB POKOK BAHASAN Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Luar
TUJUAN POKOK BAHASAN Peserta Diharapkan Mampu Melaksanakan Pengoperasian Gardu Distribusi
TUJUAN SUB POKOK Peserta Diharapkan Mampu Melaksanakan Pengoperasian Gardu Distribusi
BAHASAN Pasangan Luar

Ganbar JTM

ARRESTER
FCO

TRAFO

SAKLAR
UTAMA

NH FUSE

SALURAN JURUSAN

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 123


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LEMBAR PRAKTEK

KEGIATAN No Perkakas /
Langkah-langkah GAMBAR Peralatan
Persiapan Pengoperasian
1. Single line
1 Membaca dan memahami prinsip kerja diagram
gardu distribusi dan sistem JTM 2. Tangga
3. Helm
2 Mampu berkomunikasi dengan
4. Sabuk
pengatur / posko untuk pengoperasian
Pengaman
instalasi Gardu Distribusi
5. Sepatu
3 Menyusun rencana kerja yang berisi Isolasi 20
langkah-langkah pelaksanaan KV
pekerjaan 6. Sarung
tangan
4 Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2
Isolasi
dan alat bantu yang diperlukan dan
7. Tongkat /
dalam kondisi siap pakai dan aman
stock FCO

5 Memeriksa hasil ukur atau mengukur 8. Grounding

indikator kondisi peralatan instalasi Aparatus

gardu : 9. Tool Kit


10. Megger
 Tahanan isolasi trafo sesuai 1.000 –
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 124
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

ketentuan 5.000/10.00
0V
 Nilai fuse link sesuai dengan
11. Fuse holder
kapasitas trafo 12. AVO meter
13. Phase
 Nilai NH fuse sesuai dengan
squence
ukuran kabel dan kapasitas trafo indicator
 Tahanan pembumian kerangka
14. Fuse link
peralatan/ konstruksi instalasi gardu 15. NH Fuse
sesuai ketentuan

Menghubungi pihak-pihak yang


6 berwenang untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dikoordinasikan secara
efektip dengan pihak-pihak terkait

Memastikan bahwa surat perintah


7 kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP

Memahami dan dapat melaksanakan


8 prosedur dan peraturan K3 / K2

Pengoperasian Gardu

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 125


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Periksa keadaan di sekitar trafo dan


9 yakinkan trafo aman dioperasikan

Laporkan kepada pihak yang yang


10 berwenang bahwa pengoperasian siap
dilaksanakan , tunggu sampai jawaban
izin pengoperasian keluar

Masukkan FCO
11
Periksa urutan fasa
12
Ukur tegangan sisi TR, pastikan
13 bahwa penyetelan sadapan trafo
sudah benar
Operasikan saluran jurusan dengan
cara :
 Untuk pelanggan umum :
masukkan saklar utama,
menyusul kemudian NH fuse satu
persatu sambil di test
kemungkinan adanya hubung
singkat pada saluraan jurusan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 126


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

 Untuk palanggan
industri : masukkan seluruh nh
fuse, menyusul kemudian saklar
utama

Prosedur pemadaman untuk


pemeliharaan

14 Kurangi beban trafo, caranya :


 Untuk pelanggan
umum dan beban kecil, maka
bukalah satu persatu nh fuse,
kemudian bukalah saklar masuk
 Untuk pelaggan
industri, bukalah saklar utama,
kemudian bukalah seluruh NH
fuse
15
Buka FCO
16
Hubungkan kabel pentanahan yang
sudah dihubungkan ke elektrode
pentanahan dimulai dari ke empat
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 127
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bushing trafo sisi tegangan rendah,


lalu ketiga bushing trafo sisi tegangan
17 menengah

Buka kabel / kawat yang terhubung


pada terminal / bushing sisi TR dan
18 TM.

Kabel / kawat yang sudah terlepas


hubungkan jadi satu dan tersambung
19 pada kabel pentanahan

Lakukan pemeliharaan gardu

Prosedur pengoperasian kembali


sesudah pemeliharaan
20

Pasang kembali kabel / kawat pada


21 terminal/bushing sisi TR maupun TM

22 Lepaskan kawat pentanahan

Periksa keadaan di sekitar trafo dan


yakinkan trafo aman dioperasikan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 128
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Laporkan kepada pihak yang yang


berwenang untuk pengoperasian
kembali, sampai jawaban izin
pengoperasian keluar
23
Masukkan FCO
Ukur tegangan sisi TR, pastikan
bahwa penyetelan sadapan trafo
sudah benar
Operasikan saluran jurusan dengan
cara :
 Untuk pelanggan umum :
masukkan saklar utama,
menyusul kemudian NH fuse satu
persatu sambil di test
kemungkinan adanya hubung
singkat pada saluraan jurusan
 Untuk palanggan
industri : masukkan seluruh nh
fuse, menyusul kemudian saklar
24
utama

Melaporkan pada pengatur, kejadian


Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 129
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

25 yang diakibatkan pengoperasian


tersebut

Membuat berita acara serah terima


operasi yang berisi antara lain :
 Kondisi peralatan
26  Posisi peralatan hubung
 Temuan-temuan kelainan
operasi

Membuat laporan pengoperasian

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 130


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LEMBAR PRAKTEK

KURSUS PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI


POKOK BAHASAN Pengoperasian Gardu distribusi
SUB POKOK BAHASAN Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Dalam
TUJUAN POKOK BAHASAN Peserta Diharapkan Mampu Melaksanakan Pengoperasian Gardu distribusi
TUJUAN SUB POKOK Peserta Diharapkan Mampu Melaksanakan Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan
BAHASAN Dalam
Gambar

Pemutus
Pemutu
beban
s beban 1 2 3 2 3
(PMB) 1
(PMB)
PMS PMS PMS PMS PMS PMS

Saklar Utama
Saklar
Utama
NH fuse
NH Fusi
Saluran Jurusan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 131


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

LEMBAR PRAKTEK

Perkakas
KEGIATAN No
Langkah-langkah GAMBAR /Peralatan/APD
Persiapan Pengoperasian
1. Single line
1 diagram
Membaca dan memahami prinsip kerja
Gardu distribusi pasangan dalam dan 2. Handle /
tuas kubikel
sistem JTM
3. Tool Set
2 Berkomunikasi dengan pengatur /
posko untuk pengoperasian instalasi 4. Multi

Gardu Distribusi meter


5. Phase
3 Menyusun rencana kerja yang berisi squence
indicator
langkah-langkah pelaksanaan
pekerjaan 6. HT

7. Sepatu
4 Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan
Isolasi 20 KV
alat bantu yang diperlukan dan dalam
8. Sarung
kondisi siap pakai dan aman
tangan Isolasi
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 132
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

5 Memeriksa hasil ukur atau mengukur 9. AVO


indikator kondisi peralatan instalasi meter

gardu : 10. Phase


 Tahanan isolasi trafo sesuai squence
indicator
ketentuan
 Nilai MV Fuse sesuai dengan
kapasitas trafo
 Nilai NH fuse sesuai dengan
ukuran kabel dan kapasitas trafo
 Tahanan isolasi, tahanan kontak
kubikel sesuai ketentuan
 Tahanan pembumian kerangka
peralatan/ konstruksi instalasi gardu
sesuai ketentuan

6 Menghubungi pihak-pihak yang


berwenang untuk memastikan bahwa
pekerjaan telah dikoordinasikan secara
efektip dengan pihak-pihak terkait

7 Memastikan bahwa surat perintah kerja


dapat dilaksanakan sesuai SOP

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 133


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

8 Memahami dan dapat melaksanakan


prosedur dan peraturan K3 / K2

Prosedur Pengoperasian Gardu


9
Periksa keadaan disekitar gardu dan
yakinkan aman untuk dioperasikan

10
Laporkan kepada pihak yang
berwenang untuk pengoperasian gardu
dan tunggu izin pengoperasian keluar

11
Masukkan PMB 1, periksa adanya
kelainan, lanjutkan pengoperasian bila
tidak ada kelainan

12
Masukkan PMB 2, periksa adanya
kelainan, lanjutkan pengoperasian bila
tidak ada kelainan

13
Masukkan PMB 3, periksa adanya
kelainan, lanjutkan pengoperasian bila
tidak ada kelainan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 134


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

14 Periksa urutan fasa keluaran trafo


Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa
penyetelan sadapan trafo sudah benar
15 Operasikan saluran jurusan dengan
cara :
 Untuk pelanggan umum,
masukkan saklar utama menyusul
kemudian nh fuse satu persatu
sambil di test kemungkinan
adanya hubung singkat pada
saluran jurusan
 Untuk pelanggan industri
masukkan saluran nh fuse,
menyusul kemudian saklat utama

Prosedur pemadaman untuk


pemeliharaan

16 Buka pemutus beban ( PMB ) 3

17 Masukkan pemisah bumi (PMS ) 3

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 135


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

18 Buka seluruh NH fuse

19 Lakukan pemeliharaan

20 Lakukan pemeliharaan gardu

Prosedur pengoperasian kembali


sesudah pemeliharaan

Periksa keadaan disekitar gardu dan


21
yakinkan aman untuk dioperasikan

22 Laporkan kepada pihak yang


berwenang untuk pengoperasian
kembali, sampai jawaban izin
pengoperasian keluar

23 Lepaskan PMS bumi (PMS) 3


Masukkan PMB 3

Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa


24
penyetelan sadapan trafo sudah benar

25 Operasikan saluran jurusan dengan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 136


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

cara :
 Untuk pelanggan umum,
masukkan saklar utama menyusul
kemudian nh fuse satu persatu
sambil di test kemungkinan
adanya hubung singkat pada
saluran jurusan
 Untuk pelanggan industri
masukkan saluran nh fuse,
menyusul kemudian saklat utama
26
Melaporkan pada pengatur, kejadian
yang diakibatkan pengoperasian
tersebut
27
Membuat berita acara serah terima
operasi yang berisi antara lain :
 Kondisi peralatan
 Posisi peralatan hubung
 Temuan-temuan kelainan
28 operasi

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 137


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Membuat laporan pengoperasian

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaa 138

Anda mungkin juga menyukai