Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput Laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial
untuk dibudidayakan. Salah satu rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi
adalah Gracillaria Sp. yang merupakan spesies alga merah penghasil karagenan
dan memiliki banyak peranan penting bagi manusia. Sejak 2700 SM. Rumput laut
telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan manusia. Perancis, Normandia, dan
Inggris pada abad 17 mulai merintis pemanfaatan rumput laut untuk pembuatan
gelas (Soegiarto et al., 1978). Pemanfaatan rumput laut secara ekonomis dimulai
di tahun 1670 di Cina dan Jepang, yaitu sebagai obat obatam, makanan tambahan,
kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organic.
Budidaya rumput laut di Indonesia telah dikembangkan di beberapa daerah
seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Sumatera, Jawa
serta di daerah lainnya (Pongarrang et al., 2013). Salah satu daerah yang memiliki
potensi untuk mengembangkan rumput laut (Gracilaria Sp.) adalah di desa
Salenrang. Daerah ini merupakan wilayah yang dikelilingi oleh muara dan
pemanfaatan potensi kelautan belum optimal.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Teknik budidaya rumput laut
menggunakan metode Longline di Desa Salendrang kec. Bontoa.Maros.

1.3 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan praktik kerja lapang (PKL) I yang dilaksanakan pada tanggal 9-


16 April 2018 di Unit pembesaran rumput laut desa Salenrang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Lokasi Umum Praktek

21.1 Sejarah Singkat Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten


Maros

Salenrang adalah desa di Kecamatan Bontoa, Kabupaten


Maros, Sulawesi Selatan. Desa ini terkenal sejak UNESCO memasukkan kawasan
karst terbesar kedua di dunia, Rammang- Rammang, dalam daftar situs warisan
Dunianya. Letaknya tidak terlalu jauh dari Bandar udara Internasional Sultan
Hasanuddin Makassar, dan hanya beberapa meter dari jalan poros Maros-Pangkep
(pertigaan Bosowa). Rammang-Rammang Desa Salenrang Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Karst Rammang-rammang menyimpan banyak potensi di
bidang wisata alam terutama panorama alami keindahannya, namun pemerintah
daerah Kabupaten Maros belum melakukan kegiatan promosi karst
RammangRammang dengan optimal, perlu dilakukan upaya promosi yang lebih
intensif dan terfokus dengan mempertimbangkan aspek peluang pasar potensial
wisatawan tanpa merusak karst rammang-rammang. Untuk mengenalkan karst
Rammang-rammang di mata dunia dibutuhkan media promosi. Tujuan penelitian
ini adalah merancang media promosi geomorfologi Karst Rammang-Rammang
berbasis alam sebagai identitas KabupatenMaros Sulawesi Selatan. Rammang-
rammang dikenal karena keindahan sungai yang 2 berbentuk kerucut, kubah,
menara, dan gua dengan stalagmit serta stalaktit-nya. Kawasan karst kaya akan
nilai-nilai ekonomi non tambang, antara lain kekayaan fenomena alam,
keanekaragaman geologi, keanekaragaman hayati, dan keanekaragaman budaya.
Keindahan karst Rammang-Rammang tersebut merupakan perpaduan antara alam
dan manusia, yang telah mampu menjadi magnet kuat untuk menjadikan karst
Rammang-Rammang sebagai destinasi wisata yang di unggulkan.
Menurut Ira Prayuni R.A (2013) dalam jurnal yang berjudul
“Perancanganlanskapkoridorsungaipute di kawasan karst Rammang-Rammang
sebagai kawasan geowisata” mengatakan kawasan perbukitan karst
RammangRammang merupakan salah satu dari tiga kawasan karst di dunia
dengan potensi geodiversity, biodiversity dan cultural diversity sebagai karst
tower World Heritage. Pada umumnya kawasan karst identik dengan bentang
alam yang kering dan gersang. Namun, keunikan kondisi bentang alam di
kawasan karst Rammang–Rammang cukup subur dan terdapat aliran Sungai Pute
yang memiliki lebar 2 meter sampai 40 meter. Kawasan karst yang dialiri sungai
hanya ada dua di dunia, yaitu kawasan karst Guilin dan kawasan karst Rammang–
Rammang Indonesia. Tahun 2001 UNESCO sebagai World Heritage Site
mengakui destinasi Rammang-Rammang sebagai karst terbesar kedua, terluas,
terpanjang, terindah di dunia serta telah menjadi kawasan konservasi Taman
NasionalBantimurung–Bulusaraung (TNBB). Karst merupakan sumber daya alam
non hayati yang tidak dapat diperbaharui karena proses pembentukannya
membutuhkan waktu ribuan sampai 3 jutaan tahun. Geomorfologi Karst
menjelaskan proses pembentukan suatu keindahan, keunikan, serta pentingnya
kawasan karst baik itu sebagai penopang fungsi ekologi maupun sebagai akuifer
air yang memenuhi air baku bagi ratusan ribuan masyarakat yang hidup di
dalamnya (KadirHarun, 2012:158). Karst merupakan bentang alamp ada batuan
karbonat yang bentuknya sangat khas berupa bukit, lembah, dolina, uvala, polje,
sistem perguaan dan adanya jaringan sungai bawah tanah. Kawasan Karst Maros
merupakan salah satu karst tropis dunia yang berkembang secara baik dan
termasuk dalam tipe Holokarst. Holokarst merupakan tipe karst yang mempunyai
bentang alam lengkap yang terbentuk dari pelarutan batuan karbonat yang sangat
mudah larut (HaryonodanAdji, 2004). Berdasarkan peta geologi regional
(Sukamto, dkk.,1982), batuan penyusun kawasan karst Maros adalah batuan
karbonat Formasi Tonasa yang berumur Eosen - Miosen (51 - 16 jutatahunlalu).
Menurut H.Samsir Kepala Bagian Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Maros dalam sosialisasi sadar wisata tahun 2016 mengatakan untuk saat ini
Rammang-rammang menjadi fokus utama pengembangan potensi wisata di Maros
dan harus dipertahankan karena wisata seperti ini tidak ada di tempat lain.
Keistimewaan kawasan karst Rammang-rammang semakin lengkap dengan
adanya aliran Sungai Pu’te yang diapit oleh hamparan sawah, rumpun nipah, 17
rumah-rumah panggung milik penduduk kampung berua, menara karst, taman
batu, gua karst, jembatan karst semuanya merupakan perpaduan alam yang begitu
indah..

2.1.2 Letak Geografis


1.1.1 Persiapan Tambak
Pesriapan tambak pada budidaya Rumput laut ini tidak dilakukan pengeringan
tambak, karena tambak ini bekas budidaya ikan lele,jadi hanya dilakukan
pergantian air dan pembersihan saat air surut.
Pembersihan dilakukan selama satu bulan dan setelah pembersihan dilakukan
peberian bibit setalah jeda satu minggu setelah pembersihan.
1.1.2 Pemupukan
Dalam budidaya rumput laut dilakukan pemupukan berupa Za. Pemupukan
ini dilakukan pada keadaan tertentu saja, jika terjadi perubahan kualitas air berupa
warna air yang menjadi cenderung lebih keruh maka baru dilaksanakan
pemupukan. Adapun pemupukan ini lebih bertujuan untuk memperbaiki kualitas
air.

1.1.3 Pembentangan Bibit Rumput Laut


Penanaman rumput laut Gracillaria sp. dilakukan dengan 2 cara. Pada cara
pertama menggunakan dasar tambak yang bersentuhan langsung dengan tanah.
Sedangkan cara kedua adalah dengan menggunakan media tali Panjang atau
disebut long line.

Gambar.. pengikatan rumput laut pada tali


1.1.4 Pemeliharaan

Proses pemeliharaan dilakukan dengan metode yang sangat sederhana dan


tradisional. Untuk menjaga kualitas air agar tetap bersih hanya mengandalkan
resirkulasi melalui pintu air yang telah didesain untuk mengatur jumlah air yang
masuk dan yang dikeluarkan. Cara ini menggunakan resirkulasi pararel. Selain itu
jika terjadi penurunan kualitas air dilakukan pemberian Za. Pemberian pupuk
tambahan dan pakan tambahan belum dilakukan untuk menjada kealamian dan
dipercaya memberi hasil yang lebih berkualitas.

Proses budidaya dilakukan dengan metode tradisional. Penanaman rumput


laut dilakukan secara continue yakni dengan menyisahkan sedikit rumput laut
pada fase panen yang akan kembali menjadi bibit.

1.1.4 Panen dan Pasca Panen


Kegiatan panen pertama dilakukan setelah rumput laut (Gracilaria sp) berumur
2 bulan,panen selanjutnya dilakukan secara selektif pada setiap harinya. Pada saat
panen dilakukan dengan sederhana yaitu dengan tangan dan rumput laut yang
tersisa pada tali akan menjadi bibit kembali.

Pada saat selesai diangkat pada tali kemudian disimpan atau ditampung ke alat
sampang. Lalu setelah itu di angkut ke pematang kemudian dimasukkan kedalam
karung untuk pengeringan.Panen rumput laut lebih baiknya dilakukan pada pagi
hari atau cuaca yang baik agar dapat dikeringkan. Pada kegiatan pemeliharaan
rumput laut dengan luas wadah pemeliharaan 5000m2, hasil panen yang
didapatkan adalah 4000 kg dan setelah dikeringkan mengalami penyusutan 2000
kg.
Gambar.. proses panen

Sedangkan pada kegiatan pasca panen yaitu pengeringan, pengepakan ,dan


pemasaran. Pengeringan dilakukan dengan cara meratakan rumput laut diatas
waring dibawah terik matahari. Pengeringan dilakukan 1 hari jika cuaca baik,dan
jika rumput laut sudah kering. Rumput laut yang kering ditandai dengan tanda
tidak adanya kadar air pada rumput lautnya. Selain pengeringan dilakukan
pengepakan.Pengepakan dilakukan dengan cara menggulung rumput laut yang
sudah kering dan dimasukkkan ke dalam karung ukuran 20 kg. Rumput laut yang
sudah kemas siap untuk dipasarkan.

Gambar.. proses pengeringan rumput laut


Pemasaran rumput laut yang dilakukan oleh pemilik tambak sangat
mudah,karena kebetulan pemilik tambak merupakan ketua kelompok nelayan di
desa Salenrang jadi cara pemasaran beliau hanya menghubungi pengumpul
rumput laut. Maka pembeli akan dating sendiri ke lokasi.

3.3.1 Analisis Usaha


3.3.2.1 Investasi
Biaya Investasi merupakan biaya modal dari suatu produksi budidaya. Biaya investasi
juga merupakan aset yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha untuk memulai
usahanya. Bentuk investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Biaya Investasi

No Sarpras Jumlah Satuan Harga Jumlah Harga Usia ekonomis


Satuan(Rp) (Rp) (th)

1 Tambak 5000 m2 12.000 30.000.000


2 Seser 1 Buah 100.000 100.000 1
3 Perahu 1 Buah 150.000 150.000 1
4 Tali ris 4 Roll ( Bantuan 5
pemerintah)
5 Waring 40 Meter 5.000 200.000 2
Total 30.600.000

3.3.2.2 Biaya Tetap/Fixed Cost (FC)


Biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan secara tetap untuk setiap siklus. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Biaya Tetap

No Sarpras Nilai Baru(Rp) Nilai Usia (Th) Penyusutan(Rp)


Sisa(Rp)
1 Seser 100.000 0 2 50.000
2 Perahu 150.000 0 2 75.000
3 Tali ris 150.000 0 5 30.000
4 Waring 200.000 0 2 100.000
Total 255.000

1.2 Kegiatan Manajerial di Lokasi Perikanan


1.2.1 Pembesaran
2.3.1.1 Jenis Komoditi

2.3.1.2 Taksonomi

1.3 Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai