Anda di halaman 1dari 14

Satwika, vol 3 (2019) issue 2, 111-124

Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)


ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580-443X (Online)

Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC

Manajemen Produksi Pergelaran: Peranan


Leadership dalam Komunitas Seni Pertunjukan
Heny Purnomoa, 1, Lilik Subari b, 2,
abSekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, Jalan Klampis Anom II, Surabaya, Indonesia, 60117
1henimensystem@gmail.com*; 2 liliksubari1965@gmail.com
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Sejarah Artikel: Seni populer selalu menghadirkan ruang sempit terhadap bentuk
Diterima: 22-08-2019 pertunjukan yang diselenggarakan secara langsung (live). Perkembangan
Direvisi: 18-11-2019 budaya popular kedalam kehidupan seni pertunjukan telah me-munculkan
Disetujui: 18-11-2019 transformasi nilai, ketika lembaga pemerintahan kurang dapat bersinergi
dengan komunitas kesenian, maka terjadi berbagai benturan dalam proses
Kata Kunci: berkesenian. Nilai estetik yang hadir melalui proses artistik, kini hanya
kepemimpinan dijadikan alat mendatangkan nilai ekonomi semata, sehingga “keindahan”
manajemen produksi sering dimaknai sebagai sesuatuhal yang harus menghasilkan keuntungan
pergelaran secara komersial. Sebaliknya perkembangan seni populer yang ditandai
seni populer pesatnya media elektronik telah membawa pengaruh terhadap aktivitas
produksi pergelaran. Pementasan kesenian tradisi yang diselenggarakan
secara langsung sekarang semakin susah dijumpai, dan sering pula
menghadapi persaingan dengan kesenian yang telah dikomodifikasikan
melalui media televisi. Tumbuh-kembang media televisi bahkan telah
memicu pertumbuhan industri hiburan yang berorientasi komoditas dan
keuntungan finansial. Tayangan hiburan di berbagai layar media televisi
juga dapat memalingkan penonton dari pementasan yang diselenggarakan
secara live. Perkembangan seni popular yang didukung teknologi dan
kecepatan informasi telah membawa pengaruh transformasi dengan
hadirnya industri hiburan, hal tersebut menjadi fenomena yang
berdampak terhadap keberadaan pertunjukan maupun perilaku
penontonnya. Penelitian bertujuan mendeskripsikan faktor pendukung
produksi pergelaran, menjelaskan pengelolaan dan peranan leadership
dalam komunitas kesenian. Untuk menganalisa data digunakan teori
relevan melalui analogi Goffman, dan manajemen ditunjang konsep
kepemimpinan, sehingga hasil penelitian dapat digunakan menjawab
fenomena yang terjadi. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan peranan leadership ini, lebih menitikberatkan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi pustaka maupun
dokumentasi. Penelusuran faktor pendukung dan produksi pergelaran
menghasilkan asumsi tentang manajemen serta peranan kepemimpinan
dalam keberadaan komunitas seni pertunjukan.

ABSTRACT
Keywords: Popular art always presents a narrow space for live performances. The
leadership development of popular culture into the life of the performing arts has
performance bring out to a transformation of values, when government institutions are
management production less able to synergize with the arts community, there are various clashes in
popular arts the arts process. The aesthetic value that comes through the artistic
process, is now only used as a tool to bring economic value alone, so that
"beauty" is often interpreted as something that must generate commercial
profits. On the other hand, the development of popular art, marked by the
rapid growth of electronic media, has had an influence on performance
production activities. Performing traditional art which is held directly now
is increasingly difficult to find, and often also faces competition with art
that has been commodified through television media. The growth of

Citation: Purnomo, H., & Subari, L. (2019). Manajemen Produksi Pergelaran: Peranan Leadership
dalam Komunitas Seni Pertunjukan. JURNAL SATWIKA, Vol 3 (2), 111-124.
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

television media has even triggered the growth of the commodity-oriented


entertainment industry and financial gain. Entertainment shows on
various television media screens can also turn the audience away from live
performances. The development of popular arts supported by technology
and the speed of information has brought the effect of transformation with
the presence of the entertainment industry, it has become a phenomenon
that has an impact on the existence of the performance and behavior of the
audience. The research aims to describe the supporting factors of
performance production, explain the management and role of leadership
in the arts community. To analyze the data the relevant theory is used
through Goffman's analogy, and management is supported by the concept
of leadership, so that the results of research can be used to answer the
phenomena that occur. Research that uses qualitative methods with this
leadership role approach, emphasizes data collection techniques through
observation, interviews, literature studies and documentation. Searching
for supporting factors and performance production results in assumptions
about management and the role of leadership in the existence of the
performing arts community.

© Cultural Institute, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

PENDAHULUAN penonton menjadi semu. Sehingga


Keberadaan “pergelaran” berkaitan erat perubahan bentuk pertunjukan sering
dengan kehidupan seni pertunjukan dan mengakibatkan penonton dijadikan
komunitas kesenian yang melibatkan kerja konsumer atau audien pasif yang
komunal. Perkembangan dan kelangsungan komunikasinya direkayasa didepan
hidup komunitas kesenian sangat layarkaca media televisi sebagai ruang
bergantung pada kondisi lingkungan panggung dua demensi (2D). Penonton
masyarakat sebagai pendukung utamanya, pergelaran sekarang dapat disetting melalui
sehingga setiap perubahan dalam suasana orang tepuk-tangan, tertawa, dan
lingkungan masyarakat membawa pengaruh sedih, artinya media televisi memiliki
pula terhadap keberadaan komunitas. Ketika kemampuan menghasilkan serta
perubahan menjadi konsekuensi suatu “era”, mengendalikan perilaku penonton dalam
maka seharusnya perubahan tersebut dapat perubahan bentuk pergelaran. Munculnya
dijadikan sebuah kebermanfaatan yang stasiun dan acara televisi yang beragam
dihasilkan umat manusia dalam masyarakat. membuat kesenian tradisi sulit bersaing,
Namun perubahan yang terjadi justru sering disisi lain tidak banyak seniman tradisional
tidak-dapat bersinergi dengan kehidupan yang mampu beradaptasi dengan industri
seni pertunjukan maupun komunitas televisi.
kesenian, sehingga berbagai pergelaran Tayangan hiburan di layar televisi
sekarang telah mengalami perubahan bentuk banyak berubah menjadi industri seni
ketika harus memasuki dan bersentuhan popular yang memunculkan berbagai
terhadap seni popular. persoalan terkait kesenian berbasis
Perkembangan seni populer yang kerakyatan. Tayangan acara hampir tidak
ditandai pesatnya pertumbuhan media pernah menyisakan waktu kosong
televisi berpengaruh terhadap aktivitas sedikitpun, sebaliknya kemasan pertunjukan
produksi pergelaran dan penontonnya. yang dilaksanakan dipanggung secara live
Pementasan yang awal-mulanya dianggap ketinggalan jaman, apalagi hiburan
diselenggarakan diatas panggung hiburan juga tidak memberikan keuntungan “pasar”.
secara langsung (live) berubah bentuknya Pendukung kesenian tradisi secara perlahan
ketika ditayangkan dalam media televisi, mulai merosot, sebut saja era dimana
interaksi yang dibangun antara karya dengan komunitas seperti Aneka Ria Srimulat,

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 112


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

Siswo Budoyo dan sebagainya yang pernah Surabaya. Namun dalam kenyataannya,
mengalami masa keemasannya, namun kini sekarang telah tergerus oleh adanya berbagai
komunitas hiburan tersebut hanya menjadi kebutuhan dan kepentingan yang tidak
bagian dari perjalanan panjang menuju berpihak terhadap kehidupan seni
revolusi industri “4.0” sebagai era digital pertunjukan. Taman Hiburan Rakyat (THR)
yang didukung kecepatan informasi. sebagai ajang dari berbagai kelompok
Lahirnya media massa dan semakin kesenian rakyat menjadi sepi, bahkan kini
meningkatnya komersialisasi budaya serta telah beralih fungsi, sehingga para
hiburan menimbulkan berbagai senimannya untuk sekedar pentaspun susah
permasalahan maupun kepentingan, bernafas, dan pada akhirnya terus
sekaligus perdebatan yang masih ada sampai menyingkir dikarenakan tidakbisa bertahan
sekarang (Strinati, 2003). Perkembangan hidup (Dirdjosuseno, 2014). Kompleks THR
industri yang kini berorientasi pada telah mengalami stagnasi dan tidak ramai
komoditas dapat mengakibat transformasi lagi oleh datangnya pengunjung, bahkan
perilaku audiens terhadap berbagai kegiatan berkaryanyapun kini telah mati
pertunjukan tradisi berbasis kerakyatan dengan adanya kebijakan pengelolanya.
(khususnya). Hal tersebut memaksa berbagai Apalagi diperburuk pula dengan perilaku
komunitas seni pertunjukan ataupun hiburan warga yang bertindak sebagai penonton
yang dapat didukung oleh adanya pemilik manja seakan tidakperduli dan gampang me-
modal untuk terlibat dan ambil bagian di nyerah dengan ketidak-berdayaan terhadap
dalam menghadapi persaingan pasar. segala kondisi ataupun situasi yang terjadi.
Sehingga keberadaan kesenian tradisi pada Kondisi kompleks THR akhirnya
saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan, berujung memudar dan berhentinya nobong
baik tekanan dari luar maupun berbagai komunitas kesenian, seperti:
ketidakberdayaan dari dalam. Tekanan dari Ludruk Irama Budaya, Aneka Ria Srimulat,
luar terutama datang dari kesenian populer, komunitas kesenian ketoprak dan komunitas
dan tekanan dari dalam yang berkaitan wayang orang. Kesenian berbasis rakyat di
dengan lemahnya Sumber Daya Manusia Surabaya menjadi kurang dikenal dan
(SDM). Kesenian populer tersebut telah mudah dilupakan, bahkan saat sekarang
didukung oleh berbagai teknologi, sehingga untuk menyebut namanya saja sudah mulai
akan lebih mudah dan leluasa untuk terdengar asing oleh masyarakatnya sendiri.
mempengaruhi masyarakat (Sudikan, 1997). Permasalahan tersebut menjadi keprihatinan,
Pada saat sekarang seni populer (budaya mengingat kompleks THR adalah kantong
populer) memiliki pengaruh yang sangat yang digunakan komunitas kesenian sebagai
kuat terhadap masa depan dan keberadaan sarana mengembangkan aktivas tontonan,
seni pertunjukan. Padahal seni pertunjukan tatanan, dan tuntunan bagi masyarakat.
dahulu memiliki dayamagnit luarbiasa yang Kondisi sosial masyarakat Surabaya sebagai
dapat menyedot para penonton, sehingga salahsatu kota metropolis dapat berpengaruh
banyak komunitas kesenian tradisi yang pada perilaku penonton, dan secara tidak
telah mengalami masa kejayaannya. Hal langsung akan berdampak pula terhadap
tersebut salahsatunya dapat dilihat lewat setiap pertunjukan yang diselenggarakan
persoalan kawasan Taman Hiburan Rakyat (Purnomo,2015). Hal ini merupakan
Surabaya yang dikenal dengan “Kompleks tantangan berat komunitas kesenian yang
THR”, sebuah wadah hiburan yang didirikan hidup dan berkembang ditengah masyarakat,
untuk menampung komunitas seni sehingga kehadiran manajemen sebagai
pertunjukan. Kompleks THR menjadi satu- sistem pengelolaan kini menjadi tumpuan
satunya pusat kesenian tradisi berbasis utama untuk mempertahankan kelangsungan
kerakyatan, dan merupakan infrastruktur hidup. Manajemen didukung model
yang dapat dijadikan ruang serta pilar utama kepemimpinan membawa peranan sangat
bagi pengembangan seni pertunjukan di besar terhadap aktivitas produksi pergelaran

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 113


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

sekaligus penonton pertunjukan. Berbagai METODE


komunitas kesenian berbasis kerakyatan kini Keberadaan pertunjukan ludruk Irama
menghadapi persaingan dengan industri Budaya merupakan fenomena sosial yang
hiburan berbasis seni populer. Fakta tersebut terjadi dalam kehidupan komunitas seni
merupakan fenomena menarik untuk dikaji pertunjukan. Pertunjukan adalah kegiatan
dengan pertimbangan bahwa: penelitian komunikasi sebagai muara kekaryaan
melalui manajemen produksi pergelaran komunitas kesenian, sehingga untuk
hingga kini masih jarang dilakukan secara memahami berbagai fenomena digunakan
mendalam, khususnya berkaitan pendekatan manajemen produksi pergelaran
kepemimpinan dalam komunitas seni sebagai sistem pengelolaan dalam
pertunjukan. Untuk menjalankan pementasan. Untuk mendalami manajemen
manajemen dibutuhkan peranan sosok dibalik kegiatan menghasilkan kekaryaan
pemimpin dengan model kepemimpinan tersebut, penelitian difokuskan melalui
sebagai pengayom komunitas kesenian peranan kepemimpinan dalam komunitas
maupun didalam memproduksi pertunjukan. seni pertunjukan.
Penelitian dilakukan dengan cara menelusuri Dalam memperoleh data lapangan,
dan mencermati setiap kegiatan komunitas penelitian menggunakan: 1) observasi untuk
ludruk Irama Budaya Surabaya sebagai mengamati beberapa partisipan maupun
bentuk manajemen atau pengelolaan dengan memahami fenomena yang berhubungan
alasan maupun pertimbangan berikut. secara langsung maupun tidak langsung
Pertama, adanya korelasi terhadap pertunjukan, serta memiliki
perkembangan media televisi yang pesat hubungan dengan objek maupun subjek
dengan merosotnya produksi pergelaran penelitian; 2) wawancara terhadap informan
yang berdampak terhadap kehidupan untuk me-ngumpulkan data yang merujuk
komunitas kesenian, namun ludruk Irama fokus atau rumusan penelitian; 3) Studi
Budaya masih sanggup bertahan hidup kepustakaan dan dokomen untuk
bahkan memiliki semangat mendapatkan data-data referensi yang
menyelenggarakan pertunjukan yang kini berhubungan kehidupan kelompok ludruk
kurang diminati penonton. Kedua, Irama Budaya ketika awal-mula didirikan.
pertunjukan berbasis kerakyatan terus Untuk temuan hasil penelitian tentang
menghadapi persaingan dengan industri keberadaan komunitas ludruk Irama Budaya,
hiburan berbasis seni popular, sehingga kegiatan yang dilakukan adalah
berpengaruh terhadap keberadaannya. mengklasifikasikan hingga memberi makna
Ketiga, penelitian tentang kesenian tradisi terhadap hasil pengamatan, wawancara,
berbasis kerakyatan yang difokuskan pencatatan, dan perekaman yang telah
melalui manajemen produksi pergelaran diperoleh melalui pengumpulan data dari
masih jarang dilakukan secara mendalam, berbagai informasi mengenai fenomena-
khususnya terkait peranan kepemimpinan fenomena yang terjadi sebagai objek
dalam komunitas seni pertunjukan. penelitian. Menurut Emzir (2012), bahwa
Manajemen menjadi tumpuan utama tugas analisis menafsirkan dan membuat
untuk mendukung keberadaan pertunjukan makna materi-materi yang telah
ludruk Irama Budaya Surabaya, sehingga dikumpulkan dapat muncul sebagai tugas
permasalahan dapat dirumuskan 1) apakah monumental ketika seseorang untuk pertama
yang menjadi dayadukung komunitas ludruk kalinya terlibat dalam proyek penelitian
Irama Budaya Surabaya? 2) bagaimana Menurut Lincoln dan Guba, sedikitnya
manajemen produksi pergelaran ludruk terdapat empat standar atau criteria utama
Irama Budaya Surabaya? dan 3) bagaimana untuk menjamin keabsahan data hasil
peranan kepemimpinan dalam komunitas penelitian kualitatif, yaitu: a) standar
ludruk Irama Budaya Surabaya? kredibilitas, b) standar transferabilitas, c)
standar dependabilitas, dan d) standar

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 114


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

konfirmabilitas (Bungin,2012). Dalam menjalankan transaksi instrumental dan


penelitian ini, keabsahan data difokuskan mengabaikan pertemuan diantara mereka
pada standar kredibilitas, hal ini agar data (Barker, 2011). Kehadiran dari masyarakat
hasil penelitian kualitatif memiliki tingkat massa, sebagai suatu langkah untuk dapat
kepercayaan tinggi sesuai fakta dilapangan, menanamkan sebuah kekuasaan terhadap
yaitu informasi yang digali lewat subjek berbagai lembaga, industri-industri dagang,
atau partisipan yang diteliti. media massa, dan merupakan salahsatu cara
Penelitian tentang keberadaan atau upaya menunjukkan adanya potensi
komunitas ludruk Irama Budaya, validasi yang terbuka untuk propaganda massa, dan
data dilakukan melalui triangulasi untuk potensi kaum elite dalam memanfaatkan
mengutamakan efektivitas proses dan hasil media massa untuk membujuk,
yang diinginkan.Triangulasi dilakukan mempersuasi, serta memanipulasi, maupun
dengan menguji proses dan hasil metode mengeksploitasi orang banyak secara lebih
yang diguna-kan sudah berjalan baik. Proses sistematis dan merata dibandingkan dari
triangulasi dilakukan terus menerus sebelumnya.
sepanjang proses mengumpulkan data b). Budaya Massa: pengaruh hubungan
maupun analisis data, sampai peneliti antar manusia dalam masyarakat massa
merasa yakin tidak ada lagi perbedaan- adalah hubungan yang semu, hubungan
perbedaan, dan tidak ada yang perlu yang tidak didasarkan atas adanya sifat
dikonfirmasikan kepada para informan yang komunal serta terintegrasi. Individu-individu
didapatkan dari dalam maupun luar yang ada di dalamnya, jelas-jelas tidak
komunitas ludruk Irama Budaya Surabaya. memiliki adanya ikatan moral yang
didasarkan nilai-nilai kehidupan, dan tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
adanya rasa kebersamaan antar sesama
Memahami Budaya Populer dan Seni maupun komunitasnya.Ketika tatanan moral
Populer telah mengalami kemunduran dan nilai-nilai
Budaya Populer adalah budaya massa kehidupan secara layak juga sulit untuk
yang dalam perjalanannya terbentuk lewat didapatkan serta dipenuhi di dalam
perkembangan masyarakat massa. Massa masyarakat massa, maka warga atau
disini hanya dapat dilahirkan melalui adanya penduduk itu nantinya akan mencari dan
proses industrialisasi maupun urbanisasi, berpaling kepada pengganti moralitas, serta
dan dampak yang ditimbulkan menjadi nilai-nilai yang didasarkan atas kehidupan.
kunci utama. Kata “massa” diartikan Akhirnya kehadiran budaya massa memiliki
sebagai masyarakat awam, populasi peranan sebagai pengganti krisis moralitas
manusia, publik, kumpulan orang-orang dan nilai-nilai kehidupan di dalam
sebagai khalayak, dan kumpulan warga masyarakat massa. Budaya massa menjadi
sebagai penduduk kota. ancaman dikarenakan sifat homogennya,
a). Masyarakat Massa: masyarakat yang dan kapasitasnya dalam menurunkan atau
keberadaanya akibat pengaruh proses merendahkan segala kebudayaan, serta
industri-alisasi dan urbanisasi sebagai menciptakan kembali dengan pencitraannya
gerakan yang hadir dalam kehidupan kota, sendiri, sehingga bisa didefinisikan bahwa:
perubahan terjadi terkait sesuatu yang Budaya massa adalah kekuatan revolusioner
dihasilkan industri maupun akibat semakin dinamis, yang menghancurkan batasan kelas
padatnya kota-kota besar dari pesatnya kuno, tradisi, selera, dan mengaburkan
pertumbuhan penduduk. Menurut Wirth: segala macam perbedaan. Budaya massa
kehidupan kota didasarkan adanya sejumlah akan membaurkan dan mencampur-adukkan
besar orang-orang yang hidup berdekatan segala sesuatu, menghasilkan apa yang
tanpa mereka mengenal satu sama lainnya, disebut budaya homogen. Dengan demikian
sehingga telah mengharuskan mereka untuk budaya massa akan menghancurkan segala
nilai, karena penilaian dapat

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 115


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

mengimplikasikan adanya sebuah Budaya populer mengacu pengertian


diskriminasi/pembedaan. Budaya massa budaya massa: a) budaya berbasis massa
teramat sangat demokratis: ia secara mutlak yang muncul sebagai budaya massa; b)
akan menolak untuk mendiskriminasikan budaya diproduksi secara massal untuk
atas, ataupun antara, serta apa pun, maupun tujuan komersial sehingga menghasilkan
siapa pun (Strinati, 2003). keuntungan finansial; c) budaya yang
Ketika massa atau populasi mulai perkembanganya terkait munculnya peranan
dipandang sebagai penentu utama negara, media televisi sebagai media massa; d)
dan putusan-putusan yang dihasilkan budaya yang dikendalikan kekuasaan massa
merupakan akibat dari perluasan hak-hak (penonton). Istilah seni populer merujuk
politik kewarganegaraan, maka ekspresi pengertian budaya populer yang diartikan: a)
lebih jauh dari kecenderungan dalam bidang seni yang berkembang karena memiliki dan
budaya, yang dipadukan dengan berbagai adanya dukungan massa, b) bentuk seni
dampak dari pendidikan dasar secara diproduksi secara massal (luas) untuk
universal, ditengarai akan menghasilkan mendatangkan massa (penonton), dengan
determinasi populer budaya masyarakat tujuan menghasilkan nilai komersial; c) seni
massa. Teori masyarakat massa dan budaya yang perkembangannya terkait peranan
massa biasanya didasarkan pada suatu media televisi sebagai industri yang
pemilahan yang jelas antara masa lalu dan memproduksi hiburan; dan d) seni yang
masa kini. Pemilahan tersebut biasanya perkembangannya dikendalikan kekuasaan
merujuk terhadap proses perubahan sosial atau selera penonton. Konsep seni populer
yang dipandang sebagai suatu transisi dari didasarkan pada perkembangan budaya
masa lalu yang lebih baik dan lebih disukai populer dengan semakin tumbuh-
menuju masa kini dan masa depan yang kembangnya media televisi, mereka lebih
memburuk dan tidak menarik (Strinati, memperkuat bentuk seni populer hadir dan
2003). berkembang melalui berbagai tayangan seni
hiburan dilayar media televisi yang dibagi
c). Budaya populer: sebelum terbentuk dua bagian:
masyarakat massa,terlebih dahulu telah
terbentuk masyarakat komunal yang (1) Produksi Seni Populer, menurut Barber
bersikap menerima dan mematuhi terhadap secara spesifik konsep seni populer
seperangkat nilai untuk disepakati bersama. mencakup seni yang muncul dari
Mereka menerima dan mengakui adanya masyarakat kelas urban. Seni populer
perbedaan dalam komunitas yang diproduksi perorangan, yaitu para penghibur
berintegrasi. Dalam masyarakat demikian profesional, tetapi hanya akan mencapai
terdapat tempat tumbuh dan berkembang kesuksesan jika seni ini dapat
bagi “kesenian” dan budaya elit, tersedia mengartikulasikan nilai-nilai dan sentimen
ruang bagi “budaya rakyat” yang benar- kolektif (populer), yang disodorkan kembali
benar populer serta terlahir dari masyarakat serta dikonfirmasikan oleh senimannya
bawah. Budaya rakyat tidak pernah memberi kepada audiens atau massa (Smiers, 2009).
ilham kesenian,tetapi kekhasannya bisa Pada awalnya seni populer tersebut
diterima dan dihargai, industrialisasi dan diproduksi untuk dapat mendatangkan selera
urbanisasi akhirnya merubah situasi massa yang tidak memandang adanya genre
tersebut. Komunitas dan moralitas tercerai- penonton secara khusus. Maka seni popular
berai, individu-individu menjadi semakin disebut juga sebagai seni populis
terisolasi, teralienasi,dan anomik,satu- (penggalang massa), adalah karya seni
satunya hubungan yang terjadi merupakan dengan intensitas produksi secara massal
hubungan yang bersifat finansial dan sehingga dinikmati juga secara luas, bukan
kontraktual. semata-mata hanya pada kelompok elit.
Oleh karena itu, sama seperti novel populer,

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 116


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

seni populer belum tentu bernilai rendah terpenting industri budaya (hiburan) adalah
(Ratna, 2013). Seni populer diproduksi audiens terkomodifikasi yang nanti dijual
berkaitan dengan selera penonton (massa) kepada para pengiklan.
yang memang membutuh- kan kehadiran
sebuah karya seni, artinya karya seni
tersebut hadir karena memang “disukai
orang banyak”. Bahwa jenis seni ini disukai
orang banyak dapat dilihat dari banyak dan
seringnya produk seni yang bersangkutan
dihasilkan. Hal ini dapat berarti bahwa
produk seni yang banyak itu terjadi secara
bertahap sebagai tanggapan atas kebutuhan
yang sungguh - sungguh berdasarkan Gambar 1: Bintang segala Bintang Dangdut
“permintaan pasar” (Sedyawati, 2008). (D’STAR) dalam Industri Seni Populer,
model tayangan yang dikomodifikasikan melalui
media televisi (Dok.Henimen, 2019).
(2) Industri Seni Populer,masyarakat
modern yang menguasai kehidupan
Tumbuh dan berkembangnya jumlah
menempatkan dan menganggap industri
stasiun televisi swasta yang semakin pesat,
serta perdagangan sebagai tiang penyangga
memicu persaingan dalam menayangkan
kesejahteraan hidup manusia. Sehingga
program hiburan menjadi sebuah komoditas,
kesenian khususnya seni rakyat, menjadi
dan membuka peluang tumbuhnya “industri
ranah paling effektif diciptakan dan
seni populer”. Perkembangan seni populer
direkayasa sebagai komoditas oleh mesin
dalam bentuk seni pertunjukan, sekarang
budaya populer, yaitu media massa
menjadi komoditas untuk menghasilkan
(televisi). Perkembangan stasiun televisi
uang di dalam industri seni populer. Namun
yang pesat memicu persaingan tayangan
sangat mungkin produk itu merupakan
hiburan menjadi komoditas,sehingga
tindakan perdagangan yang strategis dengan
membuka peluang tumbuhnya industri seni
merekayasa berbagai kebutuhan dalam
populer. Menurut Fiske (2011) media
masyarakat lewat usaha promosi. Karena itu
televisi sebagai contoh paradigma industri
tidak heran kalau MTV begitu cerdas
budaya, bisa menelusuri produksi dan
membidik penonton dikalangan anak muda.
distribusi komoditas-komoditas dalam dua
Dengan strategi penayangan program
perekonomian yang sejajar serta semi
hiburan yang menarik, dan tampaknya MTV
otonom yang disebut “perekonomian
berhasil dalam upaya mengembangkan dan
finansial“ (mengedarkan kemakmuran
meng-eksploitasi budaya kawula muda
dalam dua subsistem) dan “perekonomian
internasional.Pada saat yang sama MTV
budaya” (mengedarkan makna dan
juga berhasil menawarkan nilai
kepuasan). Studio produksi yang
konsumerisme, konsep diri yang
menghasilkan komoditas, program, dan
dikomoditaskan, dan gaya hidup yang
menjual kepada distributor atau jaringan
dikemas dengan kriteria dan standart
televisi untuk mendapat keuntungan. Ini
hiburan global, tetapi tetap memperhatikan
bentuk pertukaran finansial yang berlaku
nilai kelokalan (Ibrahim, 2011).
bagi semua komoditas, namun program
Signifikansi budaya populer di zaman
televisi atau komoditas budaya tidak sama
modern, bisa dipetakan berdasarkan budaya
dengan komoditas material.Fungsi ekonomi
populer yang identifikasikan melalui gagasan
program televisi tersebut belum lengkap
budaya massa. Pengertian budaya populer di
ketika dijual, karena momen konsumsinya
Indonesia dapat dimaknai dengan
telah berubah menjadi produsen, dan yang
pemahaman menurut permasalahan yang
diproduksi adalah audiens (penonton) yang
sekarang sedang berkembang pesat. Budaya
kemudian dijual kepada pengiklan. Produk
populer yang dianggap penting di dalam

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 117


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

situasi mutakhir Indonesia tidak semata- pertunjukan secara keliling (nobong),


mata terbatas pada cara pandang dan pengelolaannya dilakukan sangat sederhana
perilaku elit politik nasionalnya. Namun lewat manajemen model juragan dengan
tidak ada satupun pranata sosial di Indonesia pendekatan kekeluargaan.Dalam komunitas
yang sanggup menyita perhatian masyarakat kesenian tradisi berbasis kerakyatan,
dalam lingkup yang berhasil atau intensitas manajemen model juragan tidak berbeda
setinggi yang telah dicapai media televisi jauh dengan model manajemen kesenian
(Heryanto, 2012). tradisi lainnya seperti: ketoprak, ludruk,
wayang orang dan sebagainya yang memiliki
Faktor Pendukung Komunitas Ludruk juragan, sebagaimana orang yang memimpin
Irama Budaya ataupun mengatur anggota-anggota dalam
Irama Budaya adalah komunitas ludruk kelompok tersebut. Karena pada dasarnya,
yang didirikan dikota Surabaya dan masih manajemen tersebut adalah cara bagaimana
memiliki keberadaan. Komunitas ludruk ini memanfaatkan input untuk menghasilkan
didukung berbagai faktor yang langsung karya seni lewat suatu proses perencanaan,
berhubungan kegiatan diatas panggung:1) pengorganisasian, pengarahan, dan
penyutradaraan; 2) pemeranan dan 3) pengendalian, dengan memperhatikan situasi
artistik. Sedangkan faktor pendukung yang maupun kondisi lingkungannya.
tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan diatas panggung adalah masalah Patron Komunitas
pengelolaan. Dalam penelitian ini faktor Untuk menjaga kelangsungan hidup
pendukung komunitas difokuskan pada komunitas seni pertunjukan, manajemen
masalah pengelolaan yang meliputi berbagai perlu disertai “patron” sebagai pendukung di
bidang, seperti berikut. dalam setiap kegiatan pertunjukan. Patron,
merupakan lembaga ataupun seorang tokoh,
Basis Manajemen yang dapat “mengayomi” maupun
Manajemen atau mengelola adalah memberikan berbagai dukungan materi dan
kegiatan mengatur yang dapat diterapkan spiritual terhadap berbagai kegiatan
dimana saja dan kapan saja. Banyak hal pementasan komunitas ludruk Irama
dapat dilakukan dan digarap dengan baik Budaya. Komunitas kesenian tradisi
melalui kegiatan manajemen, mulai berbasis kerakyatan, sekarang dalam
manajemen komunitas keseniannya, menghadapi berbagai persoalan berkaitan
manajemen pertunjukannya, dan manajemen keberadaan komunitas sering mengandalkan
proses kekaryaannya, hingga pada patron sebagai pengayom komunitas. Untuk
manajemen penataan ruangnya. Manajemen menjadi patron amat dibutuhkan lembaga
merupakan faktor penting yang sangat ataupun sosok yang mempunyai
menentukan dalam komunitas kesenian dan kemampuan menjalankan sistem
kegiatan pertunjukan, meskipun basis pengelolaan komunitas ludruk Irama
manajemen tersebut berada di luar Budaya.
kebutuhan artistik, namun manajemen dapat Manajemen itu sangat tergantung dari
menyatukan adanya berbagai kebutuhan organisasi pengaturnya sebagai lembaga
dalam komunitas seni pertunjukan. Menurut yang berkuasa, jadi di dalam lembaga
Permas dkk (2003), banyak organisasi seni tersebut, terdapat orang-orang yang
pertunjukan yang sangat bagus dari aspek memiliki kekuasaan untuk mengatur apa
artistik, namun karena tidak dimanajemeni yang di bawahnya. Sehingga lembaga
(dikelola) dengan baik akhirnya dapat bubar. seharusnya menjadi patron yang dapat
Manajemen membantu organisasi seni melindung komunitas kesenian. Namun
pertunjukan mencapai tujuan secara efektif sekarang ini birokrasi terkadang kurang
dan efisien. Ketika komunitas ludruk Irama tanggap dan respon dengan keadaan,
Budaya masih menyelenggarakan termasuk yang berkaitan dengan lembaga

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 118


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

ataupun instansi yang tidak mengerti tentang kemanusiaan yang umun,juga dari fungsinya
strategi kebudayaan, apalagi mereka tidak sebagai manusiautuh dalam lingkungan serta
memiliki kemampuan mengelola, seperti tatanilai tempat ia hidup dan berkarya. Daya
terjadi dikompleks THR beserta kelompok tarik/kharisma pribadi akan tampil dan
kesenian didalamnya. Sehingga menjadi sangat penting berkat penampilan
kemungkinan kecil apabila lembaga dan caranya menyelesaikan masalah-masalah
semacam UPTD THR Surabaya untuk yang dihadapi (Anirun,1998). Setiap cerita
menjadi patron bagi kelompok ludruk Irama yang dilakonkan akan selalu berusaha
Budaya dalam arti sesungguhnya. dilakukan dengan pengkemasan yang
menarik.
Kemasan Cerita Aktor pendukung komunitas ludruk
Kemasan cerita yang dimaksud tidak Irama Budaya, sekarang ini merupakan
sekedar berbicara jalannya cerita sebuah kolaborasi antara pemain senior dengan para
pementasan, namun merupakan bentuk pemain muda. Persoalan regenerasi pemain
pertunjukan ludruk Irama Budaya sebagai memang sangat sulit dan berlaku bagi
hasil karya seni pertunjukan secara komunitas seni pertunjukan manapun,
keseluruhan. Jika dipahami lewat waktu dan apalagi dengan model hiburan seperti ludruk
keadaan,kemasan cerita ludruk Irama Irama Budaya yang memiliki karakter
Budaya telah memiliki perkembangan pemain berdeda-beda.Sekarang ini jarang
ataupun perjalanan tersendiri sebagai karya pemain yang memiliki kemampuan handal
seni pertunjukan atau hiburan.Kemasan dalam bermain seperti yang dilakukan para
cerita pementasan ludruk Irama Budaya dari seniornya. Persoalan pemain pertunjukan
dahulu hingga sekarang masih tidak ludruk Irama Budaya sangat kompleks,
berubah, kecuali ada permintaan tertentu terutama berkaitan Sumber Daya Manusia
berkaitan dengan tema acara, biasanya (SDM) yang kurang berkembang ataupun
berhubungan dengan peringatan hari-hari masalah manajemen yang amburadul.
besar nasional.Untuk menentukan kemasan Dahulu karena komunitas ludruk Irama
cerita, harus benar-benar mengerti serta Budaya masih dikelola Mak Sakia, meskipun
memahami selera penonton. Bentuk pertunjukan diselenggarakan secara nobong,
kemasan cerita pada ludruk Irama Budaya, namun semua masih dapat terkontrol.
sejak dahulu dirancang lewat perjalanan
komunitas tersebut. Penonton Pertunjukan
Penonton dalam pertunjukan adalah
orang-orang yang mereka secara sengaja
menginginkan untuk mendapatkan rasa
kepuasan dari hasil menonton. Mereka pergi
menonton dengan maksud yang pertama-
tama memang untuk memperoleh kepuasan
rasa, lalu kebutuhan dan keinginannya juga
dapat terpenuhi (Harymawan, 1988). Dengan
kata lain, seorang penonton ingin
Gambar 2: Jalan cerita yang dikemas melalui mendapatkan suatu kepuasan batin sebagai
tayangan silhouette, menggambarkan
orang-orang/penduduk yang diusir orang-
oleh-oleh yang menarik untuk dibawa pulang
orangan/penguasa (Dok.Henimen, 2019). tanpa terbebani hal-hal yang lainnya.
Penonton merupakan faktor pendukung
Aktor Pendukung sangat menentukan dalam pertunjukan
Aktor atau seniman pemeranan adalah ludruk Irama Budaya dan menjadi tujuan
seniman yang mewujudkan peran lakon akhir setiap pergelaranya. Persoalan terletak
kedalam realita seni pertunjukan,sebagai pada perbedaan situasi dan kondisi
seniman ia tidak bisa lepas dari unsur-unsur pementasan ludruk Irama Budaya, penonton

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 119


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

masa sekarang bukanlah penonton masa kehadiran manajemen sangat dibutuhkan


kejayaan pertunjukan dahulu. Mereka dalam menunjang penyelenggaraanya.
merupakan penonton yang dibentuk Pergelaran dapat diselenggarakan dalam
zamannya masing-masing, sehingga waktu sesaat atau waktu cukup lama, dapat
memiliki selera dan perilaku berbeda pula. diselenggarakan orang-orang (pengurus)
Penonton sekarang merupakan penonton yang sekaligus penyelenggara organisasi
yang diasuh dan dibesarkan kejayaan media ataupun orang-orang (panitia) yang baru saja
televisi dan rentan dipengaruhi kondisi di dibentuk. Pergelaran dapat menampilkan
lingkungannya. karya berbentuk tradisi, modern,
Kejayaan suatu pertunjukan dapat kontemporer,dan kolaborasi,bahkan
ditentukan oleh kehadiran penonton, ketika pergelaran kolosal sekalipun, namun semua
penonton sepi meninggalkannya, maka akan menentukan pula sistem manajemen
pertunjukanpun menjadi semakin memudar yang dijalankan. Setiap penyelenggaraan
keberadaannya. Berbagai faktor sosial dalam pergelaran memiliki persoalan, karakter,
masyarakat saat sekarang menjadikan maupun keunikan berbeda yang dapat
pertunjukan kesenian tradisi sepi penonton, dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan
akhirnya hal tersebut menjadi pemicu dimana seni pertunjukan tersebut hidup serta
persoalan terkait pementasan berikutnya. berkembang. Pergelaran atau pertunjukan
Pertunjukan ludruk Irama Budaya terus dapat diselenggarakan sebagai hiburan rutin,
menghadapi persaingan hiburan yangkini festival, lomba (kompetisi), lawatan
mulai berkembang sangat pesat. Penonton (eksebisi), digunakan untuk mencari
maupun pertunjukan menjadi dua hal yang keuntungan secara ekonomi, penggalangan
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, dana, yang diselenggarakan secara gratis
sehingga merupakan unsur utama untuk untuk umum, kalangan terbatas, bahkan
mengukur kesuksesan sebuah pertunjukan. pertunjukan untuk undangan tertentu.
Produksi pergelaran merupakan
Manajemen Produksi Pergeleran organisasi yang kompleks, dalam
Pengertian manajemen selalu dikaitkan pelaksanaannya memiliki dua aspek
fungsi-fungsi yang sekaligus digunakan sekaligus yang harus dijalankan, yaitu aspek
mendefinisikannya, menurut R.Terry: ekonomi serta aspek artistik. Produksi
manajemen adalah proses khas yang terdiri pergelaran senantiasa menitik-beratkan
dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pada persoalan menghasilkan pertunjukan
penggerakan, dan pengendalian yang yang sukses dan memiliki daya-tarik dengan
dilakukan untuk menentukan serta mencapai target kepuasan penonton. Sebagai
sasaran yang telah ditentukan melalui organisasi seni pertunjukan maupun
pemanfaatan sumber daya manusia dan pergelaran juga merupakan aspek yang
sumber-sumber lainnya (Amirullah dan menunjang kebutuhan kejiwaan manusia
Budiyono, 2004). Seni pertunjukan dan yang pada aktivitasnya senantiasa
pergelaran dalam proses berkesenian sulit melibatkan adanya interaksi antara karya,
dipisahkan, karena pergelaran adalah pemain, dan penonton. Kebutuhan kejiwaan,
implementasi seni pertunjukan untuk mencakup kebutuhan akan etika, moral,
ditampilkan kepada penonton. Sebagai keindahan, kesenian, dan hiburan (Purba,
bentuk organisasi, seni pertunjukan maupun 2005).
pergelaran dalam kegiatannya dapat berjalan Manajemen produksi pergelaran, adalah
secara terpisah, bahkan menggunakan proses cara memanfaatkan unsur-unsur dalam
pengelolaan yang berbeda. Organisasi seni organisasi untuk menghasilkan suatu event
pertunjukan merupakan wadah kegiatan pertunjukan melalui proses perencanaan,
untuk menghasilkan karya seni, ketika pengorganisasian, penggerakan dan
kehidupan seni pertunjukan bermuara untuk pengawasan, dengan mempertimbangkan
memproduksi suatu pergelaran, maka situasi serta kondisi lingkungan. Keberadaan

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 120


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

manajemen produksi pergelaran bisa kenyataannya dapat dikatakan bahwa


menunjang dalam penyelenggaraan kepemimpinan ada hanya dalam hubungan
pertunjukan secara efektif dan efisien sesuai dengan pengikut. Dalam pengertian
tujuan organisasi. Kegiatan pengelolaan demikian, bahwa tidak akan ada seorangpun
menitikberatkan persoalan untuk yang dapat memimpin tanpa pengikut.
menghasilkan pertunjukan yang bermutu Perkembangan seni populer selalu
dengan target kepuasan penonton. Sehingga menghadirkan ruang sempit bagi segala
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai bentuk kegiatan komunitas kesenian yang
tujuan tersebut, manajemen sebagai sebuah kemasan pertunjukan masih diselenggarakan
sistem yang digunakan dalam suatu secara langsung. Industri hiburan yang
organisasi akan dijalankan secara maksimal. dikomodifikasikan lewat media televisi, kini
Menurut Soedarsono (2010) perlu banyak memberi perubahan pada kehidupan
diperhatikan, semua bentuk seni pertunjukan seni pertunjukan, sehingga untuk
diperlukan biaya untuk meng-hadirkannya mempertahankan kelangsungan hidup
diatas panggung pertunjukan, dalam dunia komunitas kesenian sangat membutuhkan
manajemen seni pertunjukan lazim disebut adanya kepemimpinan. Menurut Daft dan
sebagai ongkos produksi (production cost). Rost: kepemimpinan merupakan salahsatu
Ongkos produksi terkait dengan siapa yang fenomena paling mudah diobservasi, tetapi
menjadi penikmat dari produk pertunjukan, menjadi salahsatu hal yang sulit dipahami,
atau siapa yang menjadi sponsor utama dari dan kepemimpinan adalah hubungan yang
para seniman pertunjukan dalam saling mempengaruhi diantara pemimpin dan
menghadirkan karya-karyanya. pengikut (bawahan) yang menginginkan
perubahan nyata yang mencerminkan tujuan
Kepemimpinan dalam Komunitas Seni bersamanya (Safaria, 2004).
Pertunjukan Kepemimpinan adalah inti keseluruhan
Hubungan antara komunitas, proses kegiatan manajerial dalam produksi
manajermen, dan kepemimpinan merupakan pergelaran yang memiliki tugas berat
sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan, menjalankan manajemen, karena pemimpin
saling terikat serta terkait untuk saling adalah orang yang bertanggungjawab secara
melengkapi. Komunitas sebagai wadah, keseluruhan tentang pekerjaan yang
manajemen dan kepemimpinan sebagai alat dijalankan. Beberapa persoalan seperti
untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai jadwal pertunjukan yang tidak pernah tuntas,
tujuan secara bersama. Komunitas seni merosotnya penonton, bahkan sekarang
pertunjukan dapat bertahan hidup dan muncul kasus penutupan pusat kegiatan
berkembang biasanya dikarenakan keuletan kesenian tradisi Taman Hiburan Rakyat
dan kepemimpinan yang dijalankan sosok (THR) Surabaya, menjadi urusan yang mesti
pemimpinnya. Kepemimpinan (leadership) dapat diselesaikan oleh pemimpin. Seorang
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang pemimpin harus mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain agar dalam memilih dan menentukan keputusan
bekerjasama sesuai rencana demi dengan mendasarkan pada kebutuhan dan
tercapainya suatu tujuan. Kepemimpinan tujuan organisasi, hal tersebut dikarenakan
adalah hubungan saling mempengaruhi kegiatan organisasi produksi pergelaran
antara pemimpin dan pengikut (bawahan) memiliki persoalan yang kompleks, sehingga
yang menginginkan adanya perubahan nyata membutuhkan kemampuan manajerial yang
yang mencerminkan tujuan bersama. handal.
Menurut Suganda (2002) meskipun Kepemimpinan dalam organisasi
pemimpin kenyataannya benar-benar produksi pergelaran selain memiliki
mempengaruhi bawahannya dengan berbagai kemampuan manajerial juga dibutuhkan
cara, namun para pemimpin juga wawasan tentang artistik. Tugas pokok
dipengaruhi bawahan mereka. Dalam pemimpin organisasi sebenarnya adalah

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 121


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bagaimanapun kemampuan dan ketrampilan


namun terlaksananya tugas tersebut tidak kepemimpinan adalah faktor penting demi
bisa dicapai hanya oleh pimpinan seorang perkembangan serta kelangsungan hidup
diri, tetapi dengan menggerak-kan orang- komunitas kesenian. Sehingga untuk
orang yang dipimpin, sehingga yang mendukung penyelenggaraan sebuah
dipimpin tersebut mau bekerja secara efektif pergelaran, maka aspek ekonomi maupun
dan efisien (Murgiyanto,1985). Berbagai artistik telah menjadi kebutuhan utama yang
faktor pendukung dalam komunitas kesenian diwujudkan melalui kegiatan manajerial.
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan Seorang pimpinan ketika sedang
pergelaran, seperti: basis manajemen, patron menghadapi persoalan produksi pergelaran,
pertunjukan, pemain pendukung, dan akan bekerja keras dan berusaha secara
penonton pertunjukan. Ironisnya ketika maksimal menjalankan manajerial serta
memasuki industri hiburan, faktor-faktor mencari solusi terhadap berbagai tekanan
pendukung tersebut telah dikomodifikasikan yang terus menghimpitnya.
melalui kehadiran media televisi, dan sangat
berkaitan dengan persoalan komersial
maupun dunia kapitalis. Menurut Ibrahim
(2011) betapa eratnya hubungan antara
kebangkitan dunia seni populer dengan
kapitalisme, sehingga dapat diibaratkan seni
populer dan kegiatan dagang adalah seperti
air dan ikan. “Ikan” seni populer tidak
mungkin hidup di luar “air” dagang. Selera
massa harus dilayani, kalau modal mau
Gambar 3. Kepemimpinan dalam Komunitas Ludruk
kembali dan berkembang. Maka ukuran Irama Budaya. Juragan (patron) harus selalu hadir di
kesuksesan seni populer biasanya terletak tengah komunitas (Sumber: Dok. Henimen 2019)
pada gemuruhnya tepuk tangan dari publik
(penonton). Semakin riuh rendah Berbagai kesenian rakyat sepeninggal
tepukannya, semakin riuh rendah pula “patron”nya seakan-akan juga telah
gemerincing uangnya. Seni populer yang kehilangan pamornya, yang semakin hari
baik pada gilirannya adalah seni populer juga semakin ditinggalkan oleh masyarakat
yang banyak mendatangkan uang, bukan penikmatnya. Dalam era komunikasi yang
pada nilai seninya itu sendiri. Kapitalisme semakin canggih saat ini, masyarakat telah
global adalah panggung tempat arena dihadapkan pada banyak pilihan untuk
konstruksi kebudayaan yang akan mendapatkan hiburan (Sudikan, 1997).
dimainkan, tempat rekayasa selera dikemas, Seorang pemimpin pada sebuah komunitas
dan tempat impian ditaburkan. Kapitalisme seni pertunjukan itu, belum tentu dapat
global juga tampil sebagai panggung tempat bertindak sebagai patron seperti Mak Sakia
terjadinya pertarungan sub-kultur dan (alm.) didalam komunitasnya. Sebab untuk
perburuan identitas yang tanpa akhir dan menjadi patron komunitas ludruk Irama
seakan tanpa pemenang. Budaya, selain memiliki kepedulian yang
Kepemimpinan dalam organisasi tinggi terhadap kelompok yang dipimpin,
produksi pergelaran memiliki peranan sangat haruslah memiliki kemampuan dalam
besar untuk tercapainya tujuan, dan para manajemen dan kekuasaan menentukan
pemimpin harus dapat mempengaruhi moral kebijakan, serta segala hal yang berkaitan
dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas dengan kelangsungan hidup komunitas.
kehidupan kerja, dan tingkat prestasi suatu Sehingga sebagai sosok pimpinan produksi,
organisasi. Kepemimpinan juga memainkan maka haruslah seseorang yang tangguh dan
peranan kritis dalam membantu kelompok, memiliki kemampuan yang handal dalam
organisasi, atau masyarakat, dikarenakan kepemimpinannya pada komunitas kesenian.

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 122


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

KESIMPULAN namun dalam kenyataannya sulit dilakukan


Perkembangan budaya populer selalu maupun dijalani, sehingga kehadiran
memberi ruang yang semakin sempit bagi kepemimpinan sangat diperlukan untuk
segala jenis kebudayaan yang tidak dapat menunjang perkembangan maupun
menghasilkan uang, dan sesuatu yang tidak keberadaan seni pertunjukan.
dapat diproduksi secara massal bagi massa Kepemimpinan memiliki peranan besar
seperti halnya kesenian serta budaya rakyat. untuk mencapai tujuan organisasi, dan
Seni popular awal-mulanya merupakan seorang pemimpin dengan model
kesenian berbasis kerakyatan, namun kepemimpinannya harus sanggup
sekarang menjadi ranah yang efektif untuk mengadakan berbagai perubahan yang
diciptakan dan direkayasa sebagai komoditas berdampak terhadap kesejahteraan
mesin budaya poluler yang disebut media organisasi, namun kharismatik sosok
televisi. Budaya massa yang memiliki alat pemimpin hingg sekarang masih menjadi
kekuasaan dapat dicitrakan lewat “massa” kekuatan utama bagi manajemen yang
yang dibentuk, dan kesenian rakyat akan mampu mendukung dan mempertahankan
dengan mudah dikonstruksi sebagai lahan kelangsungan hidup komunitas seni
komersial untuk menghasilkan keuntungan pertunjukan.
secara finansial. Persoalan kompleks THR
adalah perkembangan seni populer dan REFERENSI
bagian budaya populer yang kini berakibat Amirullah., & Budiyono, H. (2004).
pada hadirnya perubahan materi dan bentuk Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
pertunjukan. Graha Ilmu
Industri hiburan yang terbentuk lewat
perkembangan seni popular juga berdampak Anirun, S. (1998). Menjadi Aktor:
pada kehidupan seni pertunjukan tradisional Pengantar Kepada Seni Peran Untuk
saat sekarang dihadapkan pada persoalan Pentas dan Sinema. Bandung:
yang amat rumit. Adanya tarik-menarik Rekamedia Multiprakarsa bekerja sama
diantara kepentingan politik penguasa Studiklub Teater Bandung dan Taman
dengan kepentingan masyarakat seni tidak Budaya Jawa Barat.
dapat dihindarkan. Hegemoni penguasa tidak
dapat dihindari seniman sejak rezim Orde Barker, C. (2011). Cultural Studies: Teori
Baru berkuasa. Kebijakan yang diambil dan Praktik. terjemah Nurhadi, Bantul:
penguasa tidak terlepas dari kepentingan Kreasi Wacana.
politis untuk mempertahankan status quo.
Sehingga masalah yang timbul tidak dapat Bungin, B. (2012). Analisis Data Penelitian
diatasi hanya dengan menjalankan Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
manajemen yang memaksakan tugas Metodologis ke Arah Penguasaan
kepemimpinan bertambah berat, disamping Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
pemimpin harus tangguh juga memiliki
inisiatif, kreatif, dan memperhatikan Emzir. (2012) Analisis Data: Metodologi
hubungan secara manusiawi. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Konsep mengenai budaya populer Pers.
digunakan memahami sekaligus menjelaskan
tentang fenomena seni popular yang Fiske, J. (2011). Memahami Budaya
berkembang sebagai objek penelitian. Populer. Diterjemahkan oleh Asma Bey
Budaya popular memiliki pengertian dan Mahyuddin, hal. 5, Yogyakarta:
pemahaman berbeda, tergantung pada Jalasutra.
persoalan yang berkembang di masyarakat
ataupun komunitasnya. Dalam aktivitas Harymawan, R. M. A. (1988). Dramaturgi.
berkesenian dapat dilakukan secara individu, Bandung: Rosda Karya.

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 123


Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 111-124

Smiers, J. (2009). Arts Under Pressure:


Heryanto, A (ed). (2012). Budaya Populer Memperjuangkan Keanekaragaman
di Indonesia: Mencairnya Identitas Budaya di Era Globalisasi.
Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Diterjemahkan Umi Haryati. hal.168,
Jalasutra. Yogyakarta: Insist Press.

Ibrahim, I S. (2011). Budaya Populer Soedarsono, R.M. (2010). Seni Pertunjukan


sebagai Komunikasi: Dinamika Pop- Indonesia di Era Globalisasi.
scape. dan Mediascape di Indonesia Yogyakarta: Gadjah Mada University
Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra. Press.

Murgiyanto, S. (1985). Manajemen Strinati, D. (2003). Popular Culture:


Pertunjukan. Jakarta : DEPDIKBUD. Pengantar Menuju Teori Budaya
Populer. Terjemahan Abdul Mukhid
Permas, Ac., Sedayono, C H., Pranoto L.H., Yogyakarta: Bentang Budaya.
Saputro, P. (2003). Manajemen
Organisasi Seni Pertunjukan Jakarta: Sudikan, S Y. (1997). “Kesenian Rakyat dan
PPM. Tantangan Zaman”, Makalah Seminar
Nasional. IKIP Semarang, 27 Agustus
Priyatmoko, Hariyono, dan Suseno, D. 1997.
(2014). 2014 Tahun Kebudayaan di Suganda, D. (2002), Manajemen Seni
Jawa. Timur. Surabaya: Biro Pertunjukan. Bandung: STSI Press.
Humas dan Protokol Setdaprov.

Purba, J. (2005). Pengelolaan Lingkungan


Sosial. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Purnomo, H. (2015). “Aneka Ria Srimulat:


Kajian Seni Populer di Kompleks
Taman Hiburan Rakyat Surabaya”.
Tesis Magister, Universiyas Negeri
Surabaya.

Ratna, N K. (2013). Glosarium:1.250 Entri,


Kajian Sastra, Seni, dan Sosial Budaya.
Hal. 439 dan 442, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Safaria, T. (2004). Kepemimpinan.


Yogyakarta: Gaha Ilmu.

Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam


Budaya, Buku 2 Dialog Budaya:
Nasional.dan Etnik, Peranan Industri
Budaya dan Media Massa, Warisan
Budaya dan Pelestarian Dinamis.
Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Heny Purnomo & Lilik Subari. Manajemen Produksi Pergelaran.... 124

Anda mungkin juga menyukai