OLEH:
Lalu Rizky Adipura
H1A320054
PEMBIMBING:
dr. Irawanto Rochadi Bima Sakti, Sp.FM, M.H.Kes
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas Journal Reading
yang berjudul “Participation of autophagy in acute lung injury induced by seawater”
ini. Journal reading ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram. Ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya saya
berikan kepada dr. Arfi Syamsun, Sp.KF., M.Si Med, sebagai pembimbing dalam
menyelesaikan penugasan ini. Saya berharap penyusunan tugas ini dapat berguna
dalam meningkatkan pemahaman kita semua.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
laporan ini. Semoga Tuhan selalu memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di
dalam melaksanakan tugas dan menerima segala amal ibadah kita.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
IDENTITAS JURNAL 3
ISI JURNAL 4
ANALISIS JURNAL 20
KESIMPULAN....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN NASKAH JURNAL 23
2
I. IDENTITAS JURNAL
1. Judul : EstablishingParticipation of autophagy in acute lung injury
induced by seawater
2. Penulis : Qiu-ping Liu, Dang-xia Zhou, Pu Lin, Xiao-li Gao, Lei Pan, and Fa-
guang Jin
3. Nama Jurnal : Experimental Lung Research
4. Vol/Issue : Volume 6 Issue 1
5. Tahun terbit : 2013
6. DOI : 10.3109/01902148.2013.845626
3
II. ISI JURNAL
Abstract
Seawater drowning can lead to acute lung injury (ALI). However, the
molecular and cellular mechanisms un- derlying this phenomenon remain elusive.
The overall aim of this study is to clarify the role of autophagy in seawater-induced
ALI, by which we can further understand the molecular mechanism and develop new
methods for prevention and treatment of seawater-induced ALI. In this study, electron
microscopy, western blot analysis, and RT-PCR were used to detect autophagy in
lung tissues. Moreover, arterial blood gas analysis, lung weight coefficient, TNF-α,
IL-8 in bronchoalveolar fluid (BALF), histopathology were used to detect the lung
injury of seawater exposure. An inhibitor of autophagy (3-Methyladenine, 3-MA)
was injected intraperitoneally before seawater exposure to further explore the role of
autophagy in ALI. Electron microscopy revealed increasing au- tophagosomes in
alveolar epithelial cell in seawater group compared with the control. The transcription
and expression levels (mRNA and protein levels) of the LC3 II significantly
increased in lung tissue of seawater group compared with those in control group.
Furthermore, the alterations of autophage were basically consistent with the changes
in arterial blood gas, lung weight coefficient, TNF-α, IL-8 in BALF and morphologic
findings. In ad- dition, inhibition of autophagy by 3-MA partly ameliorated seawater-
induced ALI, as indicated by reduced lung weight coefficient and TNF-α in BALF, as
well as increased PaO2. In conclusion, seawater aspiration triggered autophagy, and
autophagy may be a scathing factor responsible for ALI induced by seawater.
4
Abstrak
5
kebingungan bagi keluarga almarhum. Dalam studi ilmiah kami, total 51 kasus seperti
itu dipelajari di mana menetapkan identitas dan penyebab kematian adalah tugas yang
menantang. Namun, pemeriksaan forensik yang teliti membantu menentukan identitas
dalam banyak kasus bersama dengan penyebab kematian. Penelitian ini disajikan
seperti terlampir dibawah.
Kata kunci: Luka bakar; Tubuh hangus; Tubuh dimutilasi; Tubuh membusuk; Tubuh
ekshumasi; Kerangka sisa; Penyebab kematian; Pembentukan identitas
Pendahuluan
Tenggelam adalah salah satu penyebab kematian yang tidak disengaja. Telah terbukti
bahwa tenggelam telah menyebabkan sekitar 450.000 kematian setiap tahun di dunia. Situasi
lainnya bisa juga akibat stres seperti trauma, luka bakar, dan sepsis, aspirasi air laut juga
dapat menyebabkan cedera paru akut / Acute Respiratory Distress Syndrome. Tempat untuk
tenggelamnya beragam, hal ini dididasari oleh tingginya osmolaritas pada air laut, cedera
paru akut termasuk edema paru, hipoksemia dan reaksi inflamasi lebih serius jika terjadi pada
tenggelam di air laut dibandingkan dengan tenggelam di air tawar. Namun mekanisme cedera
paru akut akibat air laut masih belum dipahami dengan jelas sehingga saat ini belum ada
strategi yang efektif untuk menanganinya. Oleh karena itu, penting untuk memahami
bagaimana aspirasi air laut mempengaruhi jaringan pada paru-paru.
Kerusakan sel epitel alveolar dan aktivasi respon inflamasi merupakan ciri dari ALI / ARDS.
Penelitian telah menunjukkan bahwa tenggelamnya air laut menyebabkan peningkatan
6
degenerasi, kematian, dan kehilangan sel epitel alveolar. Studi sebelumnya menunjukkan
bahwa apoptosis sel epitel alveolar merupakan kontributor penting untuk patogenesis ALI.
Namun, apoptosis bukanlah satu-satunya cara kematian sel terprogram. Baru-baru ini,
autophagy, suatu proses di mana vesikel tertutup membran yang terbentuk de novo menelan
dan memakan
7
sekitar kematian. Kehancuran jaringan lunak oleh api dapat secara signifikan
menghambat analisis oleh para ahli seperti ahli patologi forensik, oleh karena itu,
analisis sisa-sisa manusia yang terbakar adalah tugas umum yang dilakukan oleh
antropolog forensik. Jika terdapat perubahan termal minimal pada sisa-sisa jenazah,
prosedur normal untuk identifikasi dapat dikerjakan. Penambahan fraktur post
mortem, fragmentasi dan kehilangan tulang akibat teknik pemulihan ini menambah
tugas otopsi dan analisis laboratorium yang sudah sulit terhadap sisa-sisa manusia
yang terbakar.
1. Tujuan utama studi adalah untuk menetapkan identitas umum seseorang yang
berkaitan dengan usia dan jenis kelamin.
8
Penelitian ini dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik dan Toksikologi,
yang terletak di rumah sakit perawatan tersier dan Government Medical College. Ini
adalah pusat rujukan tersier untuk kasus medico legal. Di sini banyak mayat dikirim
untuk penyelidikan post mortem medico legal. Kami telah memasukkan total 51
kasus dimana identitas yang belum diketahui secara pasti dan penyebab kematian
tidak pasti. Kasus-kasus ini termasuk tubuh yang tidak diketahui dan tidak diklaim
seperti, tubuh yang digali, tubuh yang terbakar dan hangus, sisa-sisa kerangka
manusia, tubuh yang dimutilasi, dan tubuh yang membusuk.
9
Review literatur
Orang muda dan orang tua adalah korban umum dari kebakaran yang tidak
disengaja. Dalam kebakaran gedung, kehadiran jelaga sangat umum terjadi (90% atau
lebih kasus). Adanya jelaga di saluran udara di bawah pita suara, yang terlihat pada
saat otopsi, adalah bukti bahwa korban masih hidup pada saat kebakaran."Smoke
inhalation" adalah istilah umum yang mencakup penghirupan partikel dan gas yang
dihasilkan dalam api dengan pembakaran atau pirolisis (dekomposisi oleh panas
tanpa oksigen yang cukup untuk menyebabkan pengapian).
10
Merupakan sebuah tantangan untuk mengekstrak DNA dari tulang yang
sebelumnya direndam dalam air, dibakar, atau dikubur dalam waktu yang lama. Hal
ini disebabkan kualitas dan kuantitas DNA dalam sampel tulang berkurang.
Degradasi dramatis DNA dan adanya inhibitor PCR di kolagen secara signifikan
mempersulit proses identifikasi DNA pada tulang yang terkerangka dan hangus.
Alternatif yang berhasil untuk metode ini adalah dengan menggunakan teknologi
DNA yang lebih canggih untuk tujuan identifikasi. Biasanya, ini memerlukan
penggunaan penanda short tandem repeat (STR), yang dicirikan oleh tingkat
polimorfisme yang tinggi dan melimpah dalam genom manusia. Ada metode untuk
melakukan genotipe multipleks penanda STR menggunakan teknologi fluoresen yang
sensitif dan sangat andal, yang banyak digunakan di bidang forensik.
Pada tahun 1991, Sajantila et al. melaporkan penulisan DNA yang berhasil
pada semua 26 sampel yang diambil dari 10 korban kebakaran yang menunjukkan
luka bakar yang ekstrim. Terhitung dari 95 persen kasus, 19 dikatakan laki-laki.
Kelompok usia 21-50 tahun merupakan kelompok usia tersering; yaitu 58%,
Identifikasi berdasarkan dari pakaian ditemukan pada 4 kasus (21%) dan dari desain
tato dalam satu kasus (5,2%).
Cavard dkk. melaporkan bahwa, dari 134 kasus hampir 28% telah
diidentifikasi dengan biologi molekuler (DNA), 23% dengan pemeriksaan
odontologi, 7,5% dengan sidik jari 7,5% dengan pakaian / barang pribadi dan 4,5%
dengan dokumen identitas.
Kondisi tubuh
11
Dalam studi terbaru, total 51 mayat tak dikenal dipelajari untuk menentukan
identitas dan penyebab kematian. Dari 51 kasus, 39 kasus (76,47%) dibakar dan sisa-
sisa jenazah hangus. Kasus-kasus ini terutama mengalami luka bakar dalam insiden
kebakaran yang tidak disengaja. Mayoritas kematian terkait kebakaran adalah
kecelakaan di alam dan luka bakar terjadi ante mortem seperti yang dikonfirmasi
selama pemeriksaan otopsi. Namun dua dari kasus tersebut, menunjukkan beberapa
cedera yang terkait dengan luka bakar post mortem.
Tujuh mayat (13,7%) dalam kerangka dan enam kerangka digali oleh polisi
dan dibawa untuk pemeriksaan post mortem medico legal. Pemeriksaan otopsi
terhadap empat kerangka menemukan tulang tengkorak yang retak yang
menunjukkan bahwa cara kematiannya adalah pembunuhan. Dua kerangka
menunjukkan patah tulang tungkai yang menunjukkan cara kematian karena
pembunuhan dengan banyak luka. Dalam satu kerangka tidak ada cedera tulang yang
tercatat, oleh karena itu penyebab kematian "tidak diketahui".
Empat mayat (7,8%) ditemukan dalam keadaan termutilasi. Dalam satu kasus
hanya dua tungkai bawah (di bawah lutut) dikirim untuk pemeriksaan post mortem
medico legal. Kasus lain hanya lengan kiri yang dikirim untuk pemeriksaan. Kasus
ketiga menunjukkan kepala perempuan yang dipenggal dalam keadaan sebagian
kerangka. Kasus terakhir, batang tubuh/trunk wanita yang ditranseksi dibawa untuk
pemeriksaan otopsi medico legal. Sayatan tajam diambil setinggi lutut dan di atas
daerah perut untuk membuat transek batang tubuh, dengan tujuan untuk
menyembunyikan identitas korban. Satu mayat (1,9%) dalam keadaan membusuk
dalam bentuk mumifikasi (Tabel 1)
12
Ekshumasi atau tersisa 7 13,73
tulang belulang
termutilasi 4 7,84
terdekomposisi 1 1,96
Total 51 100
Tabel 1. Kondisi jenazah
Jenis kelamin
Selama pemeriksaan luar, pada tujuh kasus (13,72%) jenis kelamin ditentukan
dari genitalia eksternal yang dapat diidentifikasi. Setelah laporan dianalisis, dari 51
kasus, 34 (66,7%) diidentifikasi menjadi laki-laki dan 15 adalah perempuan (29,4%).
Dalam dua kasus (3,92%), identifikasi dan jenis kelamin yang pasti pada saat
pemeriksaan eksternal tidak memungkinkan, satu kasus merupakan lengan kiri yang
diteruskan untuk pemeriksaan otopsi dan kasus lain adalah pemeriksaan di bawah ini
lutut. Pendapat tentang penentuan jenis kelamin sedang menunggu prosedur maserasi
dan pemeriksaan kerangka (Tabel 2).
Usia grup
13
sejumlah 16 kasus (31,38%), 31 sampai 40 sejumlah 11 kasus (21,5 %), 41-50
sejumlah 8 kasus (15,68%), 51-60 sejumlah 5 kasus (9,8%),> 61 tahun sejumlah 2
kasus (3,9%) dan dalam 4 kasus (7,8%) usia tidak dapat ditentukan karena mutilasi.
Di antara empat kasus, dua kasus dengan anggota tubuh yang diamputasi dikirim
untuk pemeriksaan (Gambar 1). Dalam dua kasus lainnya, penentuan usia tidak
memungkinkan karena perubahan kerangka tulang dan dekomposisi yang terjadi pada
jenazah (Tabel 3).
14
Gambar 1. Distribusi usia
Metode identifikasi
Dalam sebagian besar kasus yang diteliti (34 kasus yaitu 66,7%) identitas
individu ditentukan oleh pencocokan DNA dengan alel orang tua.
Temuan gigi seperti adanya mahkota gigi, tambalan perak, gigi tanggal, gigi
tiruan, dan trauma atau deformitas atau kekhasan gigi ditemukan membantu untuk
menentukan identitas pada lima kasus (9,8%). Ornamen dan barang pribadi seperti
rantai emas, gelang metalik, kartu identitas dan handphone dll. Membantu identifikasi
dalam 3 kasus (5,8%). Lima jenazah (9,8%) diidentifikasi kerabat dari pakaian
almarhum, seperti sari dan blus, kemeja dan celana, salwar dan gamis dll (Gambar 2).
15
Salah satu kasus luka bakar (1,9%), identitasnya diketahui dari foto yang
dicocokkan dengan korban yang hilang. Kerabat kemudian memverifikasi tubuh
tersebut. Dalam kasus lain (1,9%), identitas diverifikasi dari tanda tato yang ada di
lengan (tato 'bentuk hati' di lengan kanan dan tato suci 'om' di lengan kiri). Dalam dua
sisa yang dimutilasi (3,92%) penyelidikan masih berlanjut untuk menentukan
identitas (Gambar 3-5).
Penyebab kematian
16
dalam total enam kasus yang diteliti. Empat dari enam sisa (7,84%) dalam kerangka
dan dua kasus lainnya (3,9%) cedera kepala dengan mutilasi mayat dan luka bakar
dicatat. Kematian akibat trauma multipel ditemukan pada 6 kasus (11,76%), dan
dalam dua kasus (3,9%) tidak dapat diketahui secara pasti. Hal tersebut karena tidak
ada laporan analitik positif yang ditemukan pada satu kerangka dan yang lainnya
adalah tubuh yang membusuk (Tabel 4 dan 5).
Gambar 3. Jenazah yang terbakar dan hangus yang kemudian diketahui laki-laki
17
Gambar 4. Jenazah yang terdekomposi karena perubahan mumifikasi, diketahui
sebagai perempuan
Cara kematian
18
korban (66,66%) adalah perempuan dan dua laki-laki (16,6%). Dalam dua kasus
(16,6%) jenis kelamin tidak ditentukan (Tabel 6).
Diskusi
Dalam studi baru-baru ini, 51 mayat yang tidak diketahui telah dianalisa,
tetapi mengetahui identitas tetap menjadi tugas yang sulit dan harus dievaluasi secara
rinci. Poin-poin berikut dibahas:
Sidik jari DNA adalah metode utama yang digunakan untuk identifikasi,
terbukti dengan membantu untuk menentukan identitas pada 34 kasus (yaitu 66,7%),
diikuti dengan pemeriksaan gigi pada 5 kasus yaitu (9,8%). Dalam lima kasus (9,8%),
kerabat almarhum mengidentifikasi jenazah dari pakaian mereka. Penyebab kematian
terbanyak adalah luka bakar luas pada 35 kasus (68,62%) diikuti oleh trauma multipel
pada 6 kasus (11,76%), dan cedera kepala pada 4 kasus (7,84%). Cara kematian tidak
disengaja dalam 37 kasus; yaitu 72,76%, disusul pembunuhan 12 kasus 23,52%. Dari
12 kasus pembunuhan, delapan korban (66,66%) adalah perempuan dan dua laki-laki
(16,66%).
Gambaran umum mengenai usia dan jenis kelamin ditentukan pada 47 kasus
(92,15%) dari 51 kasus. Identifikasi jenis kelamin tidak ditentukan dalam 4 kasus
(7,84%). Namun demikian, identifikasi spesifik seperti nama dan alamat hanya
dikenali pada 44 kasus yaitu 86,27% dan tidak pada tujuh kasus (13,72%) dari 51
kasus.
19
Kasus Persentase (%)
Analisis DNA 34 66,7
Dental charting 5 9,8
Barang pribadi 3 5,9
Dari pakaian 5 9,8
Foto 1 1,96
Tato 1 1,96
Tidak teridentifikasi 2 3,9
Total 51 100
20
Tabel 6. Cara kematian
Kesimpulan
Pemeriksaan dan evaluasi medico legal secara rinci dari total 51 kasus,
identitas spesifik ditentukan pada 86,27 persen kasus dan penyebab kematian
ditemukan pada 96,07 persen kasus dengan kesimpulan sebagai berikut.
1) Dalam penelitian ini, dominasi laki-laki tercatat dalam kategori kematian tidak
wajar.
21
III. ANALISIS JURNAL
1. Kelebihan Jurnal :
a. Judul dan abstrak memberikan gambaran yang cukup jelas terhadap apa
yang akan ditemukan dalam isi jurnal.
b. Tujuan dalam jurnal ini jelas dan tercapai dengan baik berdasarkan isi jurnal
dan pembahasannya.
c. Jumlah kasus yang dipaparkan cukup banyak dan variatif sehingga kasus
yang disajikan tidak monoton.
d. Peneliti menyajikan tabel dan gambar yang cukup membantu pemahaman
mengenai isi jurnal
e. Jurnal ini memisahkan beberapa pembahasan penting menjadi beberapa
subjudul sehingga lebih mudah dipahami.
2. Kekurangan Jurnal :
a. Bahasa inggris yang digunakan dalam jurnal ini pada beberapa bagian sulit
untuk dipahami.
b. Terdapat beberapa kesalahan penulisan dalam jurnal.
c. Pada bagian diskusi peneliti kurang banyak membandingkan hasil
temuannya dengan temuan penelitian lain dan tidak menjabarkan
kemungkinan penyebab munculnya temuan yang ada dalam penelitian ini.
22
IV. Kesimpulan
Jurnal deskriptif dengan judul “Establishing Identity and Cause of Death in
Mutilated and Un Identifiable Corpses: A Challenging Task for Medico Legal
Expert” cukup mudah dipahami walaupun terdapat beberapa kekurangan didalamnya.
Jurnal ini memberikan gambaran kepada pembaca mengenai cara dan alur
mengidentifikasi jenazah yang belum diketahui identitasnya dengan beberapa metode
yang telah dipaparkan dalam jurnal. Memberikan skema mengenai metode mana yang
kemudian terbukti sering digunakan dan memaparkan angka kasus yang dibagi
berdasarkan kondisi jenazah, jenis kelamin, grup usia, metode identifikasi, penyebab
kematian, dan cara kematian. Namun, karena junal ini tidak memuat desain studi
yang digunakan, tidak memberikan kriteria inklusi dan eksklusi, serta metode analisa
data yang akan digunakan jurnal ini hanya dapat dijadikan sebagai sumber bacaan
untuk menambah ilmu pengetahuan (knowledge)
23
DAFTAR PUSTAKA
Waghmare, P.B., BG, C. and SD, N., 2015. Establishing Identity and Cause of Death
in Mutilated and Un Identifiable Corpses: A Challenging Task for Medico
Legal Expert. Journal of Forensic Biomechanics, 06(01), pp.1–5.
24