Anda di halaman 1dari 17

Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)

Tugas Mata Kuliah Praktek Imunohistokimia

Ibu Dra. Sri Sinto Dewi, M.Si, Med & Ibu Gela Setya Ayu Putri, M.kes

Disusun oleh :

Kelompok 8

A. Nur Annisa Utami G1C222110

Imelda G1C222066

Indah Nurhayati G1C222138

Melati Berliana G1C222061

PROGRAM STUDI DIV ANALISIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF)”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah


Imunologi dari Ibu Meutia dan diharapkan dapat menambah wawasan
penulis serta pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih
memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.

Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah tentang Vascular Endothelial
Growth Factor (VEGF) ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Semarang, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................1

C. Tujuan .................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................3

A. Pengertian VEGF ...............................................................3

B. Peran VEGF Angiogenesis dan Vaskulogenesis.................3

C. Regulasi VEGF ...................................................................4

D. Pemeriksaan Imunohistokimia VEGF ................................6

BAB III Penutup ..................................................................................11

A. Kesimpulan .........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambaran Histologi Ekspresi VEGF mukosa tikus................9

Gambar 2 Contoh Hasil Pemeriksaan VEGF pada Meningioma............9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vascular Endothelial Growth Factor diketahui mempunyai
kontribusi besar terhadap angiogenesis. Percobaan in vitro sel endotel
kapiler menunjukkan bahwa VEGF merupakan stimulator yang
potensial terhadap angiogenesis sebab keberadaannya sebagai faktor
pertumbuhan mengakibatkan proliferasi dan migrasi sel endotel,
bahkan pembentukkan tube formation pada perangkaian pembuluh
kapiler (Prior et al., 2004).
Vaskular Endotelial Growth Factor (VEGF) merupakan
homodimerik glikoprotein dimana sekitar 20% struktur asam aminonya
homolog dengan Platelet Derived Growth Factor (PDGF). VEGF
diproduksi oleh berbagai macam tipe sel dalam suatu proses
penyembuhan luka, yaitu sel endotelial, sel fibrolas, sel otot polos,
platelet, neutrofil, dan makrofag. Pada manusia VEGF berikatan
dengan 2 reseptor tyrosinkinase, yaitu reseptor Flt-1 dan KDR pada
permukaan sel endotelial dan pembuluh darah yang sudah matang
dalam suatu proses penyembuhan luka serta akan menginduksi
fosforilasi dan memicu migrasi dari sel endotelial dan proses
angiogenesis VEGF akan menginduksi pergerakan membran sel
endotelial, proses kemotaksis, dan proliferasi dari sel endotelial. VEGF
merupakan faktor pertumbuhan angiogenik paling kuat, menstimulasi
pembentukan pembuluh darah baru. Efek fisiologis termasuk
meningkatnya angiogenesis, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah dan vasodilatasi (Bao et al., 2009).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemeriksaan imunohistokimia Vascular endotheloal
growth factor (VEGF) ?

1
C. Tujuan
Untuk mengetahui pemeriksaan imunohistokimia Vascular
endotheloal growth factor (VEGF)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian VEGF
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) adalah subfamili dari
platelet derived growth family. VEGF memiliki peranan penting sebagai
sinyal protein dalam proses vaskulogenesis dan angiogenesis
(Yıldırım, 2015). VEGF memiliki peranan dalam memulai proses
regenerasi melalui proses perekrutan dan diferensiasi stem cell
menjadi sel endotelial penyusun pembuluh darah (Kuchroo et al.,
2015).
Vascular endothelial growth factor merupakan salah satu faktor
angiogenesis yang pertama diidentifikasi dan dipercaya sebagai
regulator terpenting pada proses angiogenesis normal maupun
patologis. VEGF memainkan peranan penting dalam perkembangan
pembuluh darah. Molekul VEGF mampu menginduksi permeabilitas,
vascular leak dan memulai diferensiasi, proliferasi, migrasi serta
pembentukan pembuluh darah yang merupakan bagian kunci pada
tahap awal angiogenesis. VEGF selain berperan dalam angiogenesis
juga terlibat dalam pembentukan jaringan granulasi bersama dengan
growth factor lain seperti PDGF dan TGF-. (Johnson, 2014).

B. Peran VEGF Angiogenesis dan Vaskulogenesis


Semua sel membutuhkan asupan oksigen dan nutrien dari
pembuluh darah disekitarnya untuk bertahan hidup. Setiap sel berada
tidak jauh dari pembuluh darah agar asupan oksigen dan nutrien tetap
terjaga. Setiap sel terletak tidak lebih dari 0,1 hingga 0,2 mm dari jarak
difusi oksigen dari pembuluh darah. Dalam hal ini sel tumor juga
membutuhkan asupan oksigen dan nutrien yang dibawa oleh darah
melalui pembuluh darah untuk tetap tumbuh. Pada awalnya, tumor
muncul sebagai sebuah sel, yang kemudian tumbuh menjadi kanker

3
dan mulai membelah, membentuk sel-sel kanker baru. Awalnya, sel-
sel ini mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah yang ada didekatnya.
Akan tetapi, karena sel terus membelah maka sel yang berada di
tengah menjadi berada jauh dari pembuluh darah sehingga ia harus
mempunyai pembuluh darah sendiri. Tanpa oksigen dan nutrien dari
pembentukan pembuluh darah baru, tumor tidak akan tumbuh lebih
besar dari 1 milimeter (Ryu, J.K. 2008).
Rendahnya level oksigen dan nutrien, membatasi fungsi dan
viabilitas jaringan. Respon alami terhadap keadaan iskemia jaringan
adalah meningkatkan angiogenic growth factor bersama dengan
pengadaan dan mobilisasi alemen-elemen seluler dalam sirkulasi
untuk memfasilitasi pertumbuhan pembuluh darah baru
(neovaskularisasi). Neovaskularisasi merupakan hasil dari beberapa
proses yaitu vaskulogenesis, angiogenesis, dan arteriogenesis.
Angiogenesis adalah sprouting kapiler baru dari kapiler yang sudah
ada. Angiogenesis dirangsang terutama oleh hipoksia jaringan melalui
Hypoxia-Inducable Factor (HIF)-1 expression. HIF-1 mengaktivasi
transkripsi beberapa gen seperti VEGF, reseptor VEGF flt-1,
neuropilin-1, dan angiopoietin-2 (Ryu, J.K. 2008).

C. Regulasi VEGF
Berbagai mekanisme dapat meregulasi ekspresi VEGF, yang
paling penting adalah hipoksia. Studi menunjukkan hypoxia inducible
factor-1(HIF-1) adalah mediator utama terhadap respon hipoksia
tersebut. Berbagai studi menunjukkan bahwa berbagai faktor
pertumbuhan dan sitokin dapat meregulasi ekspresi faktor angiogenik
pada sel-sel tumor hingga menginduksi angiogenesis secara tidak
langsung, seperti EGFR dan HER2, plateletderived growth factor
(PDGFs) dan COX-2. Beberapa onkogen berperan dalam regulasi
VEGF, seperti c-src, BCR-ABL, dan ras. Gen supresor tumor p53
berperan penting dalam regulasi VEGF. Perubahan genetik yang

4
terjadi pada p53 akan meningkatkan ekspresi VEGF (Rosen Lee S,
2002).
Regulator ekspresi VEGF dan VEGFR adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia Hipoksia berperan penting dalam regulasi ekspresi VEGF.
Hypoxia inducible factor1(HIF-1) merupakan mediator kunci untuk
respon hipoksik ini dan produk gen supresor tumor von Hipple
Lindau (vHL) memiliki perang penting. Di bawah kondisi normoksik,
HIF-lα secara cepat didegradasi oleh jalur ubiquitin-proteosom,
suatu proses yang dikontrol oleh produk gen supresor tumor vHL.
Jika vHL tidak ada atau bermutasi, HIF-lα akan bersatu dengan
HIF-lβ, sehingga kompleks ini akan bentranslokasi pada nukleus
dan terikat pada promotor VEGF yang mengarah pada peningkatan
transkripsi VEGF (Hicklin & Ellis, 2005).
2. Faktor pertumbuhan dan sitokin Beberapa studi telah menunjukkan
bahwa faktor pertumbuhan dan sitokin dapat meregulasi ekspresi
faktor angiogenik pada sel tumor sehingga secara tidak langsung
menginduksi angiogenesis. Pentingnya sistem epidermal growth
factor receptor (EGFR;ErbB1) dan HER2/neu (ErbB2) dalam
regulasi VEGF dan angiogenesis telah divalidasi pada beberapa
sistem tumor, termasuk karsinoma kolon, kanker pankreas, kanker
lambung, kanker payudara, glioblastoma multiforme, kanker paru,
dan karsinoma sel renal.15,20 Insulin-like growth factor-I receptor
(IGF-IR) sering overekspresi pada beberapa kanker manusia, dan
telah dihubungkan dengan agresivitas penyakit dan pembentukan
metastase. Sistem model eksperimental telah menunjukkan
pentingnya aktivasi sistem IGF-IR dalam menengahi angiogenesis
dengan meningkatkan regulasi ekspresi VEGF pada kanker
payudara, endometrium, pankreas dan kolorektal.15 Prostaglandin
berperan penting dalam berbagai proses biologis, dan
prostaglandin tertentu saat ini mempunyai implikasi dalam
angiogenesis tumor melalui peningkatan regulasi ekspresi VEGF.

5
Prostaglandin-endoperoxide synthase (juga dikenal dengan
cyclooxigenase [COX]) merupakan enzim terbatas yang terlibat
dalam transformasi oksidatif asam arakidonat menjadi berbagai
senyawa prostaglandin. Dalam dekade terakhir, berbagai studi
telah mengkonfirmasi hubungan antara overekspresi COX-2 dan
dan progresi tumor serta peningkatan angiogenesis (ekspresi
VEGF) pada berbagai keganasan solid seperti kanker lambung,
colon, prostat, payudara dan pankreas. Sebagai tambahan,
beberapa studi in vivo menunjukkan COX-2 menengahi ekspresi
VEGF pada berbagai lapisan sel, akan tetapi hal ini kemungkinan
bergantung pada jenis tumor, karena penghambat COX-2 tidak
mempunyai efek pada semua jenis tumor (Hicklin & Ellis, 2005).
3. Onkogen dan gen supresor tumor Banyak onkogen telah
mempunyai implikasi pada proses angiogenesis tumor solid,
sebagian karena kemampuannya menginduksi faktor pertumbuhan
angiogenik seperti VEGF. Protoonkogen c-src mengkode protein
tyrosine kinase, yang terlibat dalam regulasi ekspresi VEGF dan
dalam memajukan neovaskularisasi tumor yang sedang tumbuh.
Onkogen BCR-ABL telah diidentifikasi mempunyai peran kunci
dalam patogenesis molekular leukemia, yang telah
dipertimbangkan sebagai keganasan yang tergantung pada
angiogenesis (Hicklin & Ellis, 2005).

D. Pemeriksaan Imunohistokimia VEGF


1. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui ekspresi Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF).
2. Metode Pemeriksaan
Metode yang digunakan adalah metode indirect dengan
monoklonal antibodi anti rat vascular endothelial growth factor.
3. Prosedur Pembuatan Blok Parafin

6
a. Dilakukan fiksasi jaringan dengan PBS (Phospate Buffer Saline)
Formalin 10% selama 24 jam, setelah itu dibilas dengan air
mengalir.
b. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat dengan konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi (alkohol 70%,80%,90 dan 100%) diulang
sebanyak 3 kali.
c. Tahap clearing menggunakan larutan xylol sebanyak 3 kali
selama 1 jam,2 jam,dan 3 jam.
d. Jaringan dipindah dalam tabung berisi campuran 50 ml toluol
dan paraffin jenuh semalam dalam suhu ruang.
e. Kemudian dilakukan infiltrasi di dalam inkubator hingga suhu
60°C.
f. Ditanam jaringan ke dalam cetakan disuhu ruang dan dibiarkan
hingga paraffin mengeras,setelah mengeras paraffin disimpan
dalam suhu 4°C.
g. Dipotong blok paraffin dengan ketebalan 5µm menggunakan
microtome.

4. Prosedur Pewarnaan
a. Dilakukan deparafinisasi dengan xylol sebanyak tiga kali
masing-masing selama 5 menit.
b. Dehidrasi preparat untuk menghilangkan xylol dengan
menggunakan alkohol yaitu (100%, 96%, 80%, dan 70%)
masingmasing selama 4 menit.
c. Dilanjutkan pencucian dengan phosphate buffer saline (PBS)
sebanyak tiga kali masing-masing selama lima menit.
d. Preparat kemudian direndam dalam 3% hidrogen peroksida
(H2O2 dalam metanol) selama 20 menit, lalu dicuci dengan
akuades dilanjutkan pencucian dengan PBS sebanyak tiga kali
masing-masing selama lima menit.

7
e. Ditambahkan antigen retrieval dengan melakukan perendaman
preparat dalam bufer sitrat pH 6,0 di dalam microwave.
f. Biarkan dingin selama 20-30 menit, dan lanjutkan dengan
pencucian PBS sebanyak tiga kali masing-masing selama 5
menit.
g. Preparat diinkubasikan dalam normal mouse serum selama 5
menit. Lalu normal mouse serum dibersihkan (tanpa cuci).
h. preparat ditetesi dengan antibodi primer dalam antibodi diluent
(perbandingan 1 : 50) IgG1 (antibodi monoklonal anti VEGF)
selama 60 menit atau semalam dalam lemari es (8 C).
i. Dicuci dalam PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 5
menit.
j. Preparat diinkubasikan dengan antibodi sekunder IgG human
antirabbit selama 5 menit, lalu dicuci dengan PBS sebanyak 3
kali masing-masing selama 5 menit.
k. Ditetesi dengan streptavidin-peroksidase selama 5 menit, lalu
dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 5
menit.
l. Ditetesi Dimetil Amino Benzene (DAB) + Substrat chromogen
solution (tanpa terkena cahaya) selama 5-10 menit pada suhu
ruang.
m. Preparat direndam dengan akuades selama 10- 15 menit.
Kemudian dicuci dengan akuades selama 10 menit.
n. Counterstain dengan hematoxylin selama 3-4 menit. Lalu cuci
dengan air mengalir selama 5 menit.
o. Dibilas dengan lithium carbonat 0,5% selama 1 – 2 menit.
p. Rehidrasi secara bertingkat dilakukan dengan etanol absolut,
etanol 95%, etanol 80%, dan xylol sebanyak dua kali.
q. Mounting dengan larutan entelan 1-2 tetes pada preparat.
r. Dilakukan Pengamatan dibawah mikroskop dengan
pembesaran 400x.

8
5. Interpretasi Hasil
Sel yang dinyatakan positif adalah sel tumor yang terpulas
coklat pada sitoplasma sel tumor dengan intensitas lemah sampai
kuat. Intensitas pewarnaan dinilai berdasarkan empat kategori
berikut: (0): tanpa pewarnaan; (1+): pewarnaan lemah; (2+):
pewarnaan sedang; dan (3+): pewarnaan kuat.

6. Hasil Pemeriksaan

1. Gambaran Histologi Ekspresi VEGF pada Mukosa Tikus


Hasil Pengukuran Ekspresi VEGF
a. (1+) Pewarnaan Lemah
b. (3) Pewarnaan Kuat

9
2. Contoh Hasil Pemeriksaan VEGF pada Meningioma
Interpretasi hasil:
(A). Kasus meningioma meningothelial grade I dengan ekspresi
VEGF negative.
(B). Kasus meningioma transitional grade I dengan ekspresi
VEGF lemah.
(C). Kasus meningioma meningothelial grade I dengan ekspresi
VEGF sedang.
(D). Kasus meningioma atypical grade II dengan ekspresi VEGF
kuat (Imunohistokimia dengan pembesaran 400 kali).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada manusia VEGF berikatan dengan 2 reseptor tyrosinkinase,
yaitu reseptor Flt-1 dan KDR pada permukaan sel endotelial dan
pembuluh darah yang sudah matang dalam suatu proses
penyembuhan luka serta akan menginduksi fosforilasi dan memicu
migrasi dari sel endotelial dan proses angiogenesis VEGF akan
menginduksi pergerakan membran sel endotelial, proses kemotaksis,
dan proliferasi dari sel endotelial.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kuchroo P., Dave V., Vijayan A., Viswanathan C., Ghosh D., 2015,
Paracrine factors secreted by umbilical cord-derived mesenchymal
stem cells induce angiogenesis in vitro by a VEGF-independent
pathway, Stem Cells Dev. 24(4): 437–450.

Yıldırım C, Vogel D.Y.S., Hollander M.R., Baggen J.M., Fontijn R.D.,


Nieuwenhuis S., Haverkamp A., de Vries M.R., Quax P.H.A.,
GarciaVallejo J.J., van der Laan A.M., Dijkstra C.D., van der Pouw
Kraan T.C.T.M., van Royen N., Horrevoets A.J.G., 2015, Galectin-2
Induces a Proinflammatory, Anti-Arteriogenic Phenotype in
Monocytes and Macrophages, PLoS ONE 10(4): e0124347.

Prior BM, Yang HT, Terjung RL. 2004. What makes vessels grow with
exercise training. J App Physiol 97: 1119-28.

Johnson, K. E., & Wilgus, T. A. (2014). Vascular endothelial growth factor


and angiogenesis in the regulation of cutaneous wound repair.
Advances in wound care, 3(10), 647-661.

Ryu, J.K. 2008. Therapeutic Angiogenesis: The Pros and Cons and the
Future. Korean Circ J , 38:73-9.

Hicklin DJ, Ellis LM. Role of the vascular endothelial growth factor
pathway in tumor growth and angiogenesis. J Clin Oncol. 2005 Feb
10;23(5):1011-27.

Rosen Lee S. Clinical Experience With Angiogenesis Signaling Inhibitors:


Focus on Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) Blockers.
Cancer Control. March/April 2002, Vol.9, No.2 Supplement.

12
Sitanggang, J. I., Sriwidyani, N. P., Sumadi, J. W., Dewi, M., Maker, I. I.,
Muliarta, M. (2021). Perbedaan Ekspresi Vascular Endothelial
Growth Factor (VEGF) pada Meningioma Resiko Rendah dan
Resiko Tinggi di RSUP Sanglah Bali, Indonesia. Intisari Sains Medis
2021, Volume 12, No.2 : 557-562 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-
9084.

13

Anda mungkin juga menyukai