Anda di halaman 1dari 14

Implementasi ijarah

dalam lembaga keuangan syariah

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata


Kuliah Fiqh Muamalah
Dosen pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh
Nurma fitriana 1502100288

Kelas : B
Program Studi S1 Perbankan Syariah
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siwo Metro
2016/2017
BAB I
Pendahuluan

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan segala nikmat dan rahmad-Nya kepada penulis beserta nikmat iman,
islam, ilmu, dan kesehatan. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Allah Muhammad Saw. yang menyelamatkan kita dari zaman Jahiliyah menuju
zaman Islamiyah.
Semoga dalam makalah ini setidaknya dapat membantu teman teman dalam
mempelajari fiqih muamalah terkhusus dalam materi pengimplementasian ijarah
dalam lembaga keuangan syariah (LKS).
1. Bahwasanya
Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga


keutuhan barang serta menggunakannya sesuai/kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
c. Jika barang yang disewa rusak,bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan,juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya,ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.

Penulis menggunakan referensi dari beberapa buku dan beberapa jurnal


untuk lebih mempermudah dalam pembuatan makalah ini.Namun dalam pembuatan
makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan
baik dari segi penulisan maupun analisis yang penulis lakukan. Untuk itu penulis
berharap kritik dan saran dari pembaca agar menjadi lebih baik lagi dalam penulisan
dan penyusunan makalah berikutnya.
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Implementasi Ijarah dalam dalam lembaga keuangan syariah


Menurut kamus ilmu ushul fiqih,Ijarah merupakan bagian dari fiqih yang
membahas tentang sewa menyewa,macam macam nya,syarat-syarat yang bathal,
hukum sewa menyewa,serta hukum hukum yang datang mengenai sewa menyewa.1
Ijarah dalam teknis perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi,dasarnya prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual-beli. Namun mempunyai perbedaan terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objeknya barang maka pada ijarah
objeknya jasa.
Ijarah yang bersifat manfaat (sewa). Ijarah yang bersifat manfaat
umpamanya adalah sewa-menyewa rumah, toko, dan kendaraan. Apabila manfaat
itu merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk digunakan, maka para ulama
fiqih sepakat hukumnya boleh dijadikan objek sewa-menyewa.
Ijarah yang bersifat pekerjaan (jasa). Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah
memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ijarah seperti ini
menurut para ulama fiqih hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas dan
sesuai syari’at, seperti buruh pabrik, tukang sepatu, dan tani.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.
2. Pada akhir masa sewa,bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah.karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan al-ijarah al-muttahiyah
bittamlik.
3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah.2
.

1
Kamus Ilmu Ushul Fiqh
2
Imam M ustofa,Fiqih M uamalah Kontenporer,(Jakart a:Rajawali Pers,2016)hal.120
Fatwa DSN MUI No.09/dsn-mui/iv/2000 menetapkan mengenai ketentuan ijarah
dalam LKS sebagai berikut :
A. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa
a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
Akad sewa-menyewa dibolehkan atas manfaat yang mubah, seperti rumah
untuk tempat tinggal, toko dan kios untuk tempat berdagang, mobil untuk kendaaan
atau angkutan, pakaian dan perhiasan untuk dipakai. Adapun manfaat yang diharamkan
maka tidak boleh disewakan.
pekerjaan atau upah-mengupah adalah suatu akad ijarah untuk melakukan
suatu perbuatan tertentu. Misalnya membangun rumah, menjahit pakaian, mengangkut
barang ke tempat tertentu, memperbaiki mesin cuci, atau kulkas, dsb. Orang yang
melakukan pekerjaan tersebut disebut ajir.

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.


c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat,yang akan menyebabkan
terhalang nya pemanfaatan dari suatu benda yang disewakan,jika ada suat benda yang
cacat maka sipenerima boleh memilih diantara melanjutkan atau membatalkannya.

B. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa


a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang
serta menggunakannya sesuai/kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
c. Jika barang yang disewa rusak,bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang
dibolehkan,juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam
3
menjaganya,ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasianal No: 09/DSN-MUI/IV/2000, Al-Ijarah


adalah “Akad pemindahan hak guna (manfaat) a tas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan
kepada penyewa.4

3
Imam M ustofa,Fiqih M uamalah Kontenporer,(Jakart a:Rajawali Pers,2016)hal.120
4
Sri Nurhayati Wasilah,Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi4 ,(Jakart a:Salem bat Empat ,2015)hal.238
Dalam kegiatan ekonomi transaksi seperti ini pada umumnya dikenal dengan
nama leasing (sewa guna usaha), dimana pihak pemberi jasa sewa guna (lessor)
memberikan kesempatan kepada penyewa (lessee) untuk memperoleh manfaat dari
barang untuk jangka waktu tertentu, dengan ketentuan penyewa akan membayar
sejumlah uang (sewa) pada waktu yang disepakati secara periodik. Apabila telah
habis jangka waktunya, benda atau barang yang dijadikan obyek al-ijarah tersebut
tetap menjadi milik lessor.5
Agus Sartono memberikan ciri-ciri dari bentuk pembiayaan ini:

a. Obyek sewa guna digunakan lessee dalam masa kontrak dengan jangka
waktu relatif singkat dari masa umur ekonomisnya
b. Jumlah seluruh pembiayaan sewa secara berkala yang dilakukan oleh
lessee kepada lessor tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang modal
c. Risiko ekonomis dan biaya pemeliharaan barang modal menjadi
ditanggung oleh pihak lessor
Menurut hanafiah,apabila barang yang disewa itu mengalami
kerusakan seperti pintu yang rusak,atau tembok yang roboh,dan lain
sebagainya, maka yang mempunyai kewajiban memperbaiki adalah
sang pemiliknya bukan penyewa.6
d. . Barang modal yang menjadi obyek sewa harus dikembalikan oleh pihak
lessee kepada lessor pada akhir masa kontrak atau dapat dikatakan
bahwa pihak lessee tidak memiliki hak/opsi untuk membeli obyek sewa
guna
e. Bersifat cancellable atau pihak lessee dapat secara sepihak membatalkan
perjanjian kontrak sewa guna sewaktu-waktu

5
Yazid Afandi,Fiqih M uamalah Dan Implentasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah,hal.188
6
Ahmad Azhar Basyir,Asas Asas Hukum M uamalat / Hukum Perdata Islam(Yogyakarta;UII Press,2000)hal.27
C. Perbedaan Ijarah dengan sewa
Ada yang berpendapat bahwa sewa dengan ijarah adalah hal yang
sama,padahal pendapat ini tidak semua benar.
Pembiayaan Ijarah tidak sama dengan Ijarah. Ijarah mempunyai definisi yang
sama dengan definisi sewa menyewa. Sedangkan pembiayaan ijarah mempunyai
definisi yang sangat mirip dengan definisi kredit, kecuali dalam hal penggunaan
prinsip syariah pada pembiayaan ijarah. Ijarah adalah akad sewa menyewa,
sedangkan pembiayaan ijarah adalah perjanjian untuk membiayai kegiatan sewa
menyewa.7
Pada leasing, lessor berkedudukan sebagai penyandang dana, baik tunggal
atau bersama-sama dengan penyandang dana lainnya. Sementara objek leasing
disediakan oleh pihak ketiga atau oleh lessee sendiri. Sebaliknya pada sewa
menyewa biasa, barang objek sewa adalah memang miliknya lessor. Jadi kedudukan
lessor adalah sebagai pihak yang menyediakan barang objek sewa.
Pada ijarah, bank hanya wajib menyediakan aset yang disewakan, baik aset
itu miliknya atau bukan miliknya. Yang penting adalah bank mempunyai hak
pemanfaatan atas aset yang kemudian disewakannya. Fatwa DSN tentang ijarah ini
kemudian diadopsi kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59
yang menjelaskan bahwa bank dapat bertindak sebagai pemilik objek sewa, dan
bank dapat pula bertindak sebagai penyewa yang kemudian menyewakan kembali.
Namun tidak seluruh fatwa DSN diadopsi oleh PSAK 59, misalnya fatwa DSN
mengatur bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa;
sedangkan PSAK 59 hanya mengakomodir objek ijaroh yang berupa manfaat dari
barang.
Pada pembiayaan ijarah, bank berkedudukan sebagai penyedia uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu dalam rangka penyewaan barang
berdasarkan prinsip ijarah. Mengikuti penjelasan ijarah dalam PSAK 59, maka
pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk membiayai penyewaan barang yang
kemudian disewakannya kembali kepada nasabah, dan dapat pula digunakan untuk
membiayai pembelian barang yang kemudian disewakannya kepada nasabah.8

7
Sri Nurhayati Wasilah,Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi4 ,(Jakart a:Salem bat Empat,2015)hal.238
8
Habib Nazir Dan M uhammad Hasanuddin,Ensiklopedi Ekonomi Dan Perbankan Syariah Cetakan
ke2(Jakart a:Kafa Publishing,2008)hal.279
Pada leasing biasanya masih dibutuhkan jaminan tertentu, sedangkan pada
sewa menyewa dan pada ijarah tidak ada jaminan tersebut. Kalaupun diminta
jaminan pada sewa dan pada ijarah biasanya berupa security deposit (titipan jaminan
pembayaran sewa). Sedangkan pada leasing diminta jaminan berupa personal
guarantee, fidusia terhadap barang modal yang bersangkutan, kuasa menjual barang
modal, dan lain lain. Pada pembiayaan ijarah, karena bentuknya adalah penyediaan
uang atau tagihan, sama dengan bentuk kredit, jaminan yang diminta sama dengan
jaminan pada kredit.
Coba perhatikan beberapa perbandingan didalam tabel berikut.
Keterangan Ijarah Sewa
1 Objek Manfaat : barang dan jasa Hanya barang
saja
2 Metode pembayaran Tergantung atau tidak tidak tergantung
tergantung pada kondisi pada kondisi
barang/jasa yang disewa barang/jasa
yang disewa
3 Perpindahan kepemilikan a.ijarah a.sewa guna
tidak ada perpindahan operasi
kepemilikan
-tidak ada
b.IMBT transfer
Janji untuk kepemilikan
menjual/menghibahkan diawal
akad. b.sewa guna
dengan opsi

-memiliki opsi
membeli/tidak
diakhir masa
sewa.

4 Jenis leasing lainnya a. Lease purchase a. Lease


Tidak diperbolehkan purchase
karena ada unsur diperbole
gharar,yakni antara hkan
sewa dan beli.
D. Skema ijarah dalam perbankan Syariah

Keterangan skema pembiyaan ijarah :

1. Nasabah mengajukan pembiyaan ijarah kebank syariah


2. Bank kemudian memberi/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah,sebagai
objek ijarah,tarif ijarah,dari supplier/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek
ijarah.nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.9

9
Sri Nurhayati Wasilah,Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi4,(Jakart a,Salem bat Empat,2015)hal.238
Bank dapat meminta penyewa/nasabah untuk menyerahkan jaminan atas Ijarah
untuk menghindari risiko kerugian.10

4. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati.
Dalam al-Ijārah, pemindahan hak milik terjadi dengan salah satu dari dua
cara yaitu:

a. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
b. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang tersebut pada akhir
masa sewa.11
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut setelah masa periode berakhir maka objek
ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut setelah periode ijarah berakhir objek ijarah
tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik

E. Jenis barang atau jasa yang dapat disewakan adalah sebagai berikut :

a. Barang modal : aset tetap,seperti bangunan,gedung,kantor,dan ruko


Dalam menyewa toko, rumah dan semacamnya diperbolehkan.
Penyewaan sesuai dengan akad baik masanya maupun tujuannya. Rumah yang
telah di sewa boleh disewakan kembali oleh penyewa pertama. Rumah yang
disewa harus dijaga dan dirawat oleh penyewa.
b. Barang produksi :mesin,alat-alat berat dan lain lain
c. Barang kendaraan transportasi :udara,laut dan darat
Sewa kendaraan harus jelas waktu, tempat, serta muatannya.
d. Jasa untuk membayar ongkos :uang sekoalh/kuliah ,tenaga kerja atau hotel
maupun angkutan, dan sebagainya.

10
M uhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,(Jakart a:Gema Insani Press,2001)hal.120
11
Ghufron A.M as’adi,Fiqih M uamalah Kontekstual,(Jakart a:PT.Raja Grafindo Persada,2002)hal.187
Ijarah menjadi fasakh (batal) bila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan musta’jir
2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh.
3. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur alaih) seperti baju yang diupahkan
untuk dijahitkan
4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah ditentukan
dan selesainya pekerjaan
5. Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, seperti musta’jir
menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri maka ia
dibolehkan memfasakhkan sewaan itu.

F. Contoh Ijarah

1. Ada seorang nasabah bernama bagus anggoro yang sedang melakukan proyek
pembangunan jalan raya, si bagus ini membutuhkan alat-alat berat sebagai
penunjang operasinya,kemudian si bagus meminta ke pihak bank syariah untuk
menyewa alat-alat berat tersebut.maka pembayaran nya adalah si nasabah atau
bagus anggoro tersebutlah yang membayar uang sewa alat-alat berat tersebut
ke pihak bank syariah.
2. Si nurma menyewakan rumahnya kepada si lina dengan harga sewa Rp.20 juta
untuk waktu 2 tahun.dalam akad ijarah,rumah tersebut tetaplah milik
nurma,sedangkan lina hanya sebagai yang mempunyai hak untuk menggunakan
rumah tersebut dalam jangka waktu 2 tahun.dan si Lina wajib membayar uang
Rp.20 juta kepada si nurma.sepanjang masa 2 tahun tersebut harga sewa tidak
boleh berubah.namun,ketika sudah melewati 2 tahun dan masih diperpanjang
maka digunakan akad yang baru,harga pun boleh berubah,bisa sama, bisa juga
lebih tinggi atau lebih rendah.12

12
Adiwarman A.Karim,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakart a:PT.Raja Grafindo Persada,2010)hal.139
G. Hikmah Ijarah

Hikmah disyari’atkannya ijarah dalam bentuk pekerjaan atau upah mengupah


adalah karena dibutuhkan dalam kehiduan manusia. Tujuan dibolehkan ijarah pada
dasarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan materil. Namun itu bukanlah tujuan
akhir karena usaha yang dilakukan atau upah yang diterima merupakan sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT13.

Adapun hikmah diadakannya ijarah antara lain:

1. Membina ketentraman dan kebahagiaan

Dengan adanya ijarah akan mampu membina kerja sama antara mu’jir dan
mus’tajir. Sehingga akan menciptakan kedamaian dihati mereka. Dengan
diterimanya upah dari orang yang memakai jasa, maka yang memberi jasa dapat
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Apabila kebutuhan hidup terpenuhi maka
musta’jir tidak lagi resah ketika hendak beribadah kepada Allah.

Dengan transaksi upah-mengupah dapat berdampak positif terhadap


masyarakat terutama dibidang ekonomi, karena masyarakat dapat mencapai
kesejahteraan yang lebih tinggi. Bila masing-masing individu dalam suatu
masyarakat itu lebih dapat memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat itu akan
tentram dan aman.

2. Memenuhi nafkah keluarga


Salah satu kewajiban seorang muslim adalah memberikan nafkah kepada
keluarganya, yang meliputi istri, anak-anak dan tanggung jawab lainnya. Dengan
adanya upah yang diterima musta’jir maka kewajiban tersebut dapat dipenuhi.
Kewajiban itu sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 233 sebagai
berikut:
Artinya: ”Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf ”.

13
M uhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,(Jakart a:Gema Insani Press,2001)hal.120
3. Memenuhi hajat hidup masyarakat

Dengan adanya transaksi ijarah khususnya tentang pemakaian jasa, maka


akan mampu memenuhi hajat hidup masyarkat baik yang ikut bekerja maupun yang
menikmati hasil proyek tersebut. Maka ijarah merupakan akad yang mempunyai
unsur tolong menolong antar sesama.
4. Menolak kemungkaran

Diantara tujuan ideal berusaha adalah dapat menolak kemungkaran yang


kemungkinan besar akan dilakukan oleh yang menganggur.Pada intinya hikmah
ijarah yaitu untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.14

14
M uhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,(Jakart a:Gema Insani Press,2001)hal.121
BAB III

PENUTU

Implementasi akad ijarah (sewa-menyewa) dalam lembaga perbankan syari’ah yang


terbagi menjadi ijarah murni dan ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) terdapat dalam Surat
Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS tertanggal 17 Maret 2008 yang merupakan
ketentuan pelaksana dari PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syari’ah sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Selain itu,
Implementasi terkait ijarah terdapat dalam SOP yang disampaikan oleh Bank Syari’ah.

Dalam kenyataannya akad ijarah ini jarang digunakan oleh bank syari’ah, padahal
dalam rangka diversifikasi produk penyaluran dana dari bank syari’ah kepada nasabah,
akad ini perlu untuk diterapkan. Pada prinsipnya akad ini banyak memberikan keuntungan
baik pada bank syari’ah atau pun nasabah. Keuntungan yang diperoleh nasabah ialah
dalam meningkatkan investasi, nasabah membutuhkan barang modal dengan nilai ekonomis
yang besar, maka akan lebih mudah menggunakan sistem ijarah atau ijarah muntahiya bit
tamlik. Sedangkan bagi bank syari’ah, sistem ini mempercepat perputaran uang dan
memajukan sistem investasi yang dinamis.
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Ilmu Ushul Fiqh

Imam M ustofa,Fiqih M uamalah Kontenporer,(Jakart a:Rajawali Pers,2016)

Sri Nurhayati Wasilah,Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi4 ,(Jakart a:Salem bat Empat ,2015)

Yazid Afandi,Fiqih M uamalah Dan Implentasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah,

Ahmad Azhar Basyir,Asas Asas Hukum M uamalat/ Hukum Perdata Islam(Yogyakarta;UII Press,2000)

Habib Nazir Dan M uhammad Hasanuddin,Ensiklopedi Ekonomi Dan Perbankan Syariah Cetakan ke2(Jakart

a:Kafa Publishing,2008)

M uhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,(Jakart a:Gema Insani Press,2001)

Ghufron A.M as’adi,Fiqih M uamalah Kontekstual,(Jakart a:PT.Raja Grafindo Persada,2002)

Adiwarman A.Karim,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakart a:PT.Raja Grafindo Persada,2010)

Anda mungkin juga menyukai