An. P, usia 16 tahun, laki-laki, rujukan dari RSUD Tangerang dengan diagnosis CKD stage 5 on HD ec
sindorm nefrotik resisten steroid. Telah dilakukan HD rutin 2x/pekan. Pasien sudah dilakukan HD sejak 1
bulan yang lalu. Pada tanggal 10 September 2020 pasien masuk IGD dengan keluhan pasien semakin lemas,
tidak respon saat diajak bicara, sesak napas, bengkak seluruh tubuh. Pasien kemudian dikirimkan ke
ruangan hemodialisis anak untuk dilakukan hemodialisis. Data pengkajian awal didapatkan hasil: pasien
tampak sakit berat, kesadaran apatis -somnolen (GCS:E3V3M4), tanda-tanda vital: tekanan darah 160/120
mmHg, nadi 70x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu 37.7 OC, SpO2 96% dengan O2 4 liter/menit (nasal
kanul), diuresis kurang dari 0.5cc/kgbb/24 jam, napas cuping hidung, udem anasarka dan dari hasil rontgen
thorax terdapat udem paru, kardiomegali dengan suspek gambaran bendungan paru, efusi pleura bilatral.
Hasil laboratorium: ureum 180 mg/dl, kreatinin 4,84 mg/dl, Hb 11 g/dl, trombosit 528.000, hematokrit
35,2%, leukosit 27.440. natrium: 135 mEq/L, kalium 7 mEq/L, kalsium 4,5 mEq/L, magnesium 2mEq/L.
Ibu pasien terlihat menangis melihat kondisi anaknya karena berulang kali anaknya masuk IGD dengan
kelebihan cairan. Ibunya mengatakan tidak berdaya menghadapi anaknya yang sering marah-marah
dirumah kalau dilarang minum terlalu banyak. An P sering marah-marah karena tidak bisa seperti anak
lainya yang bisa sesuka hati bermain, sekolah, makan dan minum, sementara dia harus HD seumur
hidupnya. An P sering mengatakan lelah kalau terus menerus seperti ini dan lebih baik mati saja.
Orangtuanya An P sudah bercerai sejak An P dinyatakan gagal ginjal dan harus cuci darah rutin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN-LUARAN KEPERAWATAN-INTERVENSI KEPERAWATAN
Glomerulus ginjal
bermuatan positif
kebocoran glomerulus
Protein bercampur
dengan urin
Dosis penuh
Terapi pergerakan air dan
kortikosteroid/prednison 60mg/m2 atau 2mg/kg/hari edema serebral
plasma ke otak
Proteinuria masif selama 4 minggu
kenaikan dosis
perubahan gradien
Albumin di urin osmotik antara air,
Sindrom Nefrotik terapi Dosis alternatif
hilang penurunan fungsi plasma, sel
40mg/m2 atau 1,5mg/kg/hari otak
3xseminggu selama 4
minggu
gerakan urea dari
Protein di hati jaringan ke plasma
menurun melambat
(kompensasi hati)
jika resisten atau
tidak mengalami remisi
Prevalensi: anak
usia 2-6 tahun penurunan
sintesis albumin dan Definisi: penyakit glomerulus berupa konsentrasi urea
di Indonesia 6
protein lain meningkat kumpulan gejala yang terdiri dari plasma berlangsung
kasus/100.000 proteinuria masif, hipoalbuminemia,
anak per tahun. Sindrom Nefrotik Resisten cepat
edema, dan hiperlipidemia. Dimana
Laki-laki: Steroid (SNRS)
kondisi tersebut tidak mengalami
perempuan= 2:1
remisi setelah pemberian
hipoalbuminemia kortikosteroid hemodialisis
uremia
neurotransmitter kerusakan lebih dari 3 bulan
ureum
tidak seimbang
(180mg/dl)
Stadium 1: LFG normal/peningkatan LFG >90mL/menit/1,73m2
KETIDAKEFEKTIFAN
tekanan onkotik
permebialitas Chronic Kidney PERFUSI JARINGAN Stadium 2: penurunan LFG ringan 60-89mL/menit/1,73m2
pembuluh darah menghambat Disease (CKD) Stadium 3: penurunan LFG sedang 30-59mL/menit/1,73m2
plasma menurun SEREBRAL
meningkat komponen Stadium 4: penurunan LFG berat 15-29mL/menit/1,73m2
guanidin
Stadium 5: gagal ginjal (LFG <15mL/menit/1,73m2)
perebutan tempat
perfusi ke ginjal edema antara pembuluh pembatasan
edema paru Edukasi pada pengasuh:
menurun anasarka darah dan saluran input cairan
-Iden fikasi pemahaman dan kesiapan peran pengasuh
nafas
-Iden fikasi sumber dukungan dan kebutuhan is rahat
Intervensi utama: pengasuh
-Manajemen hipervolemia -Berikan dukungan pada pengasuh selama pasien mengalami
ginjal mengaktifkan -Pemantauan cairan anak kemunduran
sistem renin- tekanan darah peningkatan cairan di menolak dan -Dukung keterbatasan pengasuh dan diskusikan dengan
angiotensin- meningkat Intervensi pendukung: lumen saluran nafas marah-marah pasien
aldosteron (RAA) -Dukungan kepatuhan terapi medis -Fasili asi pengasuh untuk bertanya
-Edukasi dialisis peritoneal -Ajarkan pengasuh mengeksplorasi kekuatan dan
-Edukasi hemodialisis kelemahannya
meretensi natrium hipertensi -Edukasi nutrisi parenteral refleks ibu tidak -Ajarkan pengasuh cara memberikan dukungan perawatan
dan air (TD 160/120) -Edukasi pemberian makanan nronkokonstriksi berdaya diri
parenteral
-Insersi intravena
anak merasa lelah,
-Insersi selang nasogastrik anak minum HARGA DIRI RENDAH
keinginan untuk
-Kateterisasi urine banyak SITUASIONAL
mengakhiri hidup
meningkatkan -Konsultasi
reabsorbsi natrium -Manajemen medikasi
dan air -Manajemen nutrisi parenteral ventilasi dan peningkatan
-Manajemen spesimen darah perfusi tidak tekanan vena Dukungan penampilan peran:
-Manajemen asam basa seimbang pulmonal Iden fikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai ngkat perkembangan
-Manajemen cairan Iden fikasi peran yang ada dalam keluarga
dilusi protein plasma -Manajemen dialisis peritoneal Iden fikasi adanya peran yang dak terpenuhi
-Manajemen elektrolit Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang dak
-Manajemen hemodialisis jalan oksigen diinginkan
a aje e e od a s s ja a o s ge diinginkan
-Pemantauan elektrolit menyempit dan Fasilitasi bermain peran dalam mengan sipasi reaksi orang lain terhadap
-Pemantauan hemodinamik invasif asupan oksigen perilaku
memperburuk -Pemantauan neurologis berkurang Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran mbal balik
memperberat edema -Pemantauan TTV
hipoalbuminemia Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
-Pemberian makanan Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
peningkatan tekanan -Pemberian obat ke dakmampuan
Peningkatan hipoksemia
aktif diastolik ventrikel -Pemberian obat intravena Diskusikan strategi posi f untuk mengelola perubahan peran
hidrostatik kapiler -Pengambilan sampel darah arteri (SpO2 96%)
kiri dan tekanan
paru
atrium kiri -Pengambilan darah vena
-Pengaturan posisi
-Perawatan dialisis
peningkatan filtrasi -Perawatan kateter urine peningkatan tekanan
cairan bergerak ke -Terapi intravena
cairan transvaskular baji kapiler paru
alveolus
Loho, I. K. A., Rambert, G. I., & Wowor, M. F. (2016). Gambaran kadar ureum pada pasien
penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Jurnal E-Biomedik (EBm), 4(2).
Manalu, E. (2019). Sindrom Nefrotik Resisten Steroid. Jurnal Ilmiah WIDYA, 5(3), 1–8.
Muti, A. F., & Chasanah, U. (2016). Evaluation of diuretic rationality on Chronic Renal Failure
inpatient at RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sainstech Farma, 9(2), 23–31.
Pambudi, A. R., & Muryawan, M. H. (2015). Karakteristik kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada
Sindrom Nefrotik Anak. Media Medika Muda, 4(4), 418–426.
Pardede, S. O., & Chunnaedy, S. (2009). Penyakit Ginjal Kronik pada anak. Sari Pediatri, 11(3),
199–206.
Pardede, S. O., Yulman, A. R., & Andriana, J. (2016). Komplikasi neurologi Penyakit Ginjal
Kronik pada anak. Majalah Kedokteran UKI, 32(4), 189–195.
Pardede, S. O., & Rahmartani, L. D. (2016). Tata laksana Sindrom Nefrotik Resisten Steroid
pada anak. Majalah Kedokteran UKI, 2.
Pramana, P. D., Mayetti, & Kadri, H. (2013). Hubungan antara proteinuria dan hipoalbuminemia
pada anak dengan Sindrom Nefrotik yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2009-
2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2). http://jurnal.fk.unand.ac.id
Rachmadi, D., & Meilyana, F. (2009). Hemodialisis pada anak dengan Chronic Kidney Disease.
Majalah Kedokteran Indonesia, 59(11), 555–560.
Rahman, S. (2020). Tatalaksana hemodialisis pada anak dan bayi. CDK-285, 47(4), 291–296.
Rampengan, S. H. (2014). Edema Paru Kardiogenik Akut. Jurnal Biomedik, 6(3), 149–156.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia