Anda di halaman 1dari 16

KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR

OLEH

1. ROSLIN TAWA (2101080119)


2. WASTI LASI (2101080018)
3. DUSSE E. BOTAHALA (2101080005)

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat merampungkan
makalah bertajuk “Keberhasilan Belajar Mengajar” yang dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Strategi Belajar Mengajar”.
            Adapun maksud dan tujuan pembuatan dari makalah ini, untuk membantu
para mahasiswa, khususnya yang sedang belajar Strategi Belajar Mengajar, guna
memahami definisi keberhasilan sebuah pembelajaran dalam berbagai indikator,
penilaian, tingkat, dan program perbaikan sebuah strategi, serta mengetahui berbagai
macam faktor yang memepengaruhi keberhasilan belajar mengajar..
            Sebagai penulis, kami menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam
segala hal, termasuk makalah ini. Atas dasar tersebut penulis sangat menerima kritik
dan saran membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya bila diperlukan.
            Ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada tim penulis, yang
telah bekerja sama dalam proses pembuatan makalah ini, dan teman-teman lainnya
yang juga memberikan informasi lebih lanjut mengenai keberhasilan belajar
mengajar.

Kupang, 21 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

Katar Pengantar

Daftar Isi

Bab I; Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II; Pembahasan

A. Tingkat Keberhasilan
B. Program Perbaikan Keberhasilan
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Bab III; Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kunci pembangunan masa mendatang adalah pendidikan. Sebab dengan
pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas
keberadaannya sehingga mampu berpartisipasi dalam gerak maju sebuah
pembangunan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari sebuah proses
pendidikan yang komperhensifditunjang dengan guru sebagai pemegang peran
utama. Karena proses belajar pengajar mengandung serangkaian interaksi
antara guru dengan siswa yang didasarkan pada hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik atara guru dan siswa tersebut merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Dalam hal
belajar mengajar tentu dibutuhkan sebuah strategi yang baik untuk mencapai
tujuan akhir dari sebuah pembelajaran. Keberhasilan sebuah strategi akan
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pembelajaran itu sendiri adalah
kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa. Definisi lain
menjelaskan pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi
siswa dalam situasi belajar. Dalam hal ini pembelajaran akan dikatakan
berhasil apabila telah mencapai indikator-indikator tingkat keberhasilan.

B. RUMUSAN MASALAH
1.  Apa saja tingkat keberhasilan yang harus dicapai?
2. Bagaimana mencanangkan program perbaikan yang baik?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui tingkat keberhasilan
2. Memahami program perbaikan
3. Mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINGKAT KEBERHASILAN
keberhasilan merupakan suatu pencapaian terhadap keinginan yang telah kita
niatkan untuk kita capai atau kemampuan untuk melewati dan mengatasi diri
dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang
telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu
dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut
adalah sebagai berikut;
1. Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal:    Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75%
saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam
pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut,
dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
siswa dan guru.

B. PROGRAM PERBAIKAN
Program perbaikan merupakan satu kesatuan dengan proses pembelajaran.
Program perbaikan ini dilaksanakan guna memperbaiki nilai siswa yang masih
dibawah taraf minimal. Program perbaikan salah satunya yaitu dengan
Remidial Teaching. Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah
suatu pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau
dengan singkat pengajaran yang membuat lebih baik. Dapat dikatakan pula
bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang
disembuhkan adalah berupa hambatan ( gangguan) kepribadian yang
berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti
perbaikan belajar juga pribadi dan sebaliknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa
diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, sehingga apabila ada siswa
yang belum berhasil mencapai hasil yang diharapkan maka diperlukan suatu
pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan
demikian pengajaran perbaikan diarahkan kepada pencapaian yang optimal
sesuai dengan kemampuan masing – masing siswa. Maka pengajaran
perbaikan atau remedial teaching adalah bentuk khusus pengajaran yang
berfungsi untuk penyembuhan, membetulkan atau membuat menjadi baik.
Dalam pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. Mengulang pokok bahasan secara keseluruhan
2. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai
3. Memecahkan masalah melalui soal soal
4. Memberikan tugas-tugas individu.
5.  Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang
telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar
itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan
tersebut adalah sebagai berikut;
1. Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal:    Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%
s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.
5. Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa
dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai
TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilakukan siswa dan guru.
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat
dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan
dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain
adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru,
mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau
mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau
bagaimana? Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan
pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru
saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar
atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal,
maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan
yang baru.
2.      Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf
minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat
perbaikan (remedial). Pengukuran tentang taraf atau tingkatan
keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena
itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan
lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun
berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a.       Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.      Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c.       Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d.      Memberikan tugas-tugas khusus.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN


Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam
mengajar. Apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan
tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan
mendidik dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya
dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-
citakan, tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh berbagai faktor
sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan,
maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor
dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi,
bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan
satu per satu sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar
berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. Sedikit banyaknya
perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan
oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak
didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan. Jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru
bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.
Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan
merumuskan tujuan pembelajarannya. Guru hanya merumuskan Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK), karena Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
sudah tersedia di dalam GBPP. Inilah langkah pertama yang harus guru
lakukan dalam menyusun rencana pengajaran. Tujuan Pembelajaran Khusus
ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu, yaitu: a) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai. b)
Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi
(kondisi perubahan perilaku). c) Secara spesifik menyatakan kriteria
perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang
dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah wakil dari Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU). Maka perbuatanTPK harus berpedoman pada
TPU. Agar TPK dapat mewakili terhadap TPU perlu dipikirkan beberapa
petunjuk (indikator) suatu TPU. lndikator suatu TPU itu banyak, namun
dalam hal ini hendaknya yang dipilih yang betul-betul penting sehingga dapat
mewakili (representatif) TPU. Berdasarkan indikator terpilih tersebut itulah
dirumuskan TPK. Contoh rumusan TPK berdasarkan ciri-ciri dan indikator
terpilih tersebut adalah: "Dengan menggunakan peta siswa dapat
menunjukkan tiga daerah objek wisata di Kalimantan Selatan dengan tepat
dan benar." Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil
belajar atau perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti
keberhasilan proses belajar mengajar bervariasi juga. Perilaku yang mana
yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan TPK yang sesuai dengan
perilaku yang hendak dihasilkan. Bila perilaku yang guru hendak capai adalah
agar anak dapat membaca, maka perumusan TPK nya harus mendukung
tercapainya keterampilan membaca yang diinginkan itu. Bila perilaku yang
guru hendak capai adalah agar anak dapat menu lis, maka perumusan TPK-
nya harus mendukung tercapainya keterampiJan menulis yang diinginkan.
Baik keterampilan membaca maupun menulis adalah perilaku (behavior) yang
hendak dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar. Bila kedua keterampilan
tersebut dikuasai oleh anak, maka guru dikatakan berhasil dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tentu saja keberhasilan itu diketahui
setelah dilakukan tes formatif di akhir pengajaran. Akhirnya, tujuan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasiIan belajar mengajar dalam
setiap kali pertemuan kelas.

2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang
dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar
belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru
diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka
keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi
orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian
itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika
melaksanakan tugas mengajar di kelas. Pandangan guru terhadap anak
didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar guru di kelas. Guru yang
memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan
dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak
didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang
anak didik ini akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula. Tentu saja,
hasil proses belajar mengajarnya pun berlainan. Latar belakang pendidikan
dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi
kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru
pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali
dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Kalaupun
ditemukan kesulitan hanya pada aspek-aspek tertentu. Hal itu adalah suatu
hal yang wajar. Jangankan bagi guru pemula, bagi guru yang sudah
berpengalaman pun tidak akan pernah dapat menghindarkan diri dari
berbagai masalah di sekolah. Hanya yang membedakannya adalah tingkat
kesulitan yang ditemukan. Tmgkat kesulitan yang ditemukan guru
semakin hari semakin berkurang pada aspek tertentu seiring dengan
bertambahnya pengalaman sebagai guru. Guru yang bukan berlatar
belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman
mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas. Terjun menjadi guru
mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori pendidikan dan
keguruan. Seperti kebanyakan guru pemula jiwanya juga labil, emosinya
mudah terangsang dalam bentuk keluhan dan berbagai bentuk sikap
lainnya, tetapi dengan semangat dan penuh ide untuk suatu tugas.
Berbagai permasalahan yang dikemukakan di depan adalah aspekaspek
yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Paling tidak,
keberhasilan belajar mengajar yang dihasilkan bervariasi. Kevariasian ini
dilihat dari tingkat keberhasilan anak didik menguasai bahan pelajaran
yang diberikan oleh guru dalam setiap kali pertemuan kelas. Variasi hasil
produk ini patokannya adalah tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh
setiap anak didik.
3. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang
tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang
berilmu pengetahuan di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak
diterima oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah
guru sebagai pengemban tanggungjawab yang diserahkan itu.
Tanggungjawab guru tidak hanya terdapat seorang anak, tetapi dalam
jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah yang cukup banyak
itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat
yang berlainan. Karenanya, anak-anak berkumpul di sekolah pun
mempunyai karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian mereka
ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang
kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya.
Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi.
Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu
sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Anak yang
dengan ciri-ciri mereka masing-masing itu berkumpul di dalam kelas, dan
yang mengumpulkannya tentu saja guru atau pengelola sekolah. Banyak
sedikitnya jumlah anak didik di kelas akan mempengaruhi pengelolaan
kelas. jumlah anak didik yang banyak di kelas, misalnya 30 sampai 45
orang, cenderung lebih sukar dikelola, karena lebih mudah terjadi konflik
di antara mereka. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
mengajar. Apalagi bila anak-anak yang dikumpulkan itu sudah terbiasa
kurang disiplin. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang
menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari
sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini mempengaruhi
kegiatan belajar anak. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari oleh
anak dengan senang hati pula. Sebaliknya, pelajaran yang kurang
disenangi jarang dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran bila isi dari
pelajaran itu kurang dikuasai oleh anak. Akibatnya, hasil ulangan anak itu
jelek. Sederetan angka yang terdapat di buku rapor adalah bukti nyata dari
keberhasilan belajar mengajar. Angka-angka itu bervariasi dari angka lima
sampai angka sembilan. Hal itu sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan
anak terhadap bahan pelajaran berlainan untuk setiap bidang studio Daya
serap anak bermacam-macam untuk dapat menguasai setiap bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena itu, dikenallah tingkat
keberhasilan yang maksimal (istimewa), optimal (baik sekali), minimal
(baik), dan kurang untuk setiap bahan ..yang dikuasai oleh anak didik.
Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur
manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil
dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar mengajar.
4. Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru
dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang
mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang
menciptakan Iingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik.
Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang
telah diciptakan oleh guru. Gaya mengajar guru berubaha mempengaruhi
gay a belajar anak didik. Tetapi di sini gaya mengajar guru lebih dominan
mempengaruhi gaya belajar anak didik. Gaya-gaya mengajar, menurut
Muhammad Ali (1992; 59), dapat dibedakan ke dalam empat macam.
yaitu gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar
personalisasi, dan gaya mengajar interaksional. Dalam kegiatan belajar
mengajar, pendekatan yang guru ambi I akan menghasilkan kegiatan anak
didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan
individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk
individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang
menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik
sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan
belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar
mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu
malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik. Strategi
penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilkan. dari penggunaan metode
ceramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari
penggunaan metode tanyajawab atau metode diskusi. Demikian juga
halnya dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode
problem solving berbeda dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari
penggunaan metode resitasi. Jarang ditemukan guru hanya menggunakan
satu metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini
disebabkan rumusan tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bisa
lebih dari dua rumusan tujuan. ltu berarti menghendaki penggunaan
metode mengajar harus lebih dari satu metode. Metode mengajar yang
satu untuk mencapai tujuan yang satu, sementara metode mengajar yang
lain untuk mencapai tujuan yang lain. Bermacam-macam penggunaan
metode mengajar akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang
berlainan kualitasnya. Penggunaan metode ceramah misalnya, adalah
strategi pengajaran untuk mencapai tujuan pada tingkat yang rendah.
Berbeda dengan penggunaan metode problem solving. Penggunaan
metode ini tentu saja untuk mencapai tujuan pengajaran pada tingkat yang
tinggi. Jadi, penggunaan metode mengajar mempengaruhi tinggi
rendahnya mutu keberhasilan belajar mengajar.
5. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya
bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk
dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai
buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan
harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk
pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan
perencanaan yang sistematis dan dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-
alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true-
false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tapijuga menjodohkan
(matching), melengkapi (completion), dan essay. Masing-masing alat
evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari
akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya
menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih
dari satu alat evaluasi. Benar-salah (B-S) dan pilihan ganda adalah bagian
dari tes objektif. Maksudnya, objektif dalam hal pengoreksian, tapi belum
tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak didik. Karena sifat
alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan
dan tidak ada alternatif lain di luar dari alternatif itu, maka bila anak didik
tidak dapat menjawabnya, dia cenderung melakukan tindakan spekulasi,
pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak berisi. Bila benar
untung, bila salah tidak menjawab soal. Strategi lainnya lagi adalah anak
didik melakukan kerja sama dengan teman-temannya yang kebetulan
duduk berdekatan. Kerja samanya teratur rapi dan terkadang guru kurang
dapat mengontrolnya. Sebab dalam melakukan kerja sama itu mereka
menggunakan sandi-sandi tertentu yang hanya kelompok mereka itulah
yang dapat mengetahuinya. Sandinya misalnya, dalam bentuk kode
acungan jempol, gerakan tubuh, atau isyarat melalui benda yang sudah
disepakati sebelum ulangan dilaksanakan, dan sebagainya.
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat
menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh
anak didik dalam satu semester, tapi kelemahannya terletak pada
penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu
penguasaan bahan pelajaran yang masih samar-samar. Jika alternatif itu
tidak dicantumkan, kemungkinan besar anak didik kurang mampu
memberikan jawaban yang tepat.
Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan
spekulasi pada anak didik. Sebab alat tes ini hanya dapat dijawab bila anak
didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak,
kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan
benar. Kelemahan alat tes ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak
semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk
disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Essay memang alat tes
yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun ada standar
penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak
didik tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian
nilai tanpa pemeriksaan pun dilakukan.
Maraknya tindakan spekulatif pada anak didik barangkali salah satu faktor
penyebabnya adalah teknik penilaian yang berlainan dengan rumus
penilaian menurut kesepakatan para ahli. Untuk tes objektif mempunyai
rumus penilaian masing-masing. Jadi, ke sanalah rujukan standar penilaian
itu, bukan membuat rumus penilaian yang cenderung mendatangkan sikap
dan tindakan spekulatif pada anak didik. Bahkan pembuatan soal pun
harus bergerak dari yang mudah, sedang, hingga ke yang sukar, dengan
proporsi tertentu. Membuat rumus penilaian sendiri tidak dilarang. Sekali
lagi, tidak dilarang. Selama pembuatannya menutup jalur-jalur spekulatif
pada anak didik.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan tersebut
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas
data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar
mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak reliable, maka tidak dapat
dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar.
6.      Suasana evaluasi; Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan
pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga
merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak
didik dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas I, kelas II, dan kelas III
dikumpulkan menurut tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah
anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana
kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
Sistem silang adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan anak
didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.
Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur,
maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang
ditugaskan untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu
juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak-gerik yang
dilakukan oleh anak didik. Pengawasan yang dilakukan itu tidak hanya
duduk berlama-lama di kursi, tapi dapat berjalan dari muka ke belakang
sewaktu-waktu, sesuai keadaan.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas
adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama di antara
anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh
anak didik selama ulangan. Tidak peduli apakah anak didik nyontek,
membuka kertas kecil yang berisi catatan yang baru diambil dari balik
pakaian, atau membiarkan anak didik bertanya jawab dalam upaya
mendapatkan jawaban yang benar. Lebih merugikan lagi adalah sikap
pengawas yang dengan sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau
catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab
item-item soal, Dengan dalih, karena koreksinya sistem silang, malu
kebodohan anak didik diketahui oleh sekolah lain.
Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak,
merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh
belajar di rumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan. Anak
didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa, mereka
sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi
yang kurang sedap dipandang mata itu. Di manakah penghargaan
pengawas atas jerih payahnya belajar selama ini. Mungkin masih banyak
lagi pertanyaan yang berkecamuk di dalam diri anak didik.
Dampak di kemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu,
adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan
kurang memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar
berlangsung, Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pad a diri anak
didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan belajar
mengajar.
BAB III

A. KESIMPULAN
Keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi berbagai aspek baik guru, anak
didik dan suasana lingkungan belajar mengajar di sekolah. Keberhasilan
belajar mengajar dapat diukur dalam nilai yang berbentuk nilai rapor anak
didik dan mutu sekolah itu sendiri.Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi
tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian keberhasilan belajar mengajar adalah
tercapainya tujuan instuksional khusus yang Sudah direncanakan/dibuat
sebelumnya oleh guru.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang
telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar
itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan
tersebut adalah sebagai berikut: Istimewa/ maksimal, Baik sekali/ optimal,
Baik/minimal, dan Kurang.
DAFTAR PUSTAKA

https://keberhasilan-belajar-mengajar.blogspot.com/

http://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/keberhasilan-belajar-mengajar.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai