2010220103
Ruang Kolaborasi T3
Berdasarkan hasil observasi dari karakteristik peserta didik dalam rangka melakukan
kegiatan Profiling yang saya lakukan pada kelas X-C di SMAN 71 Jakarta dapat disimpulkan
bahwa mereka (peserta didik) sedang mengalami tahap operasional formal. Hal ini didasari
oleh teori pekembangan kognitif yang didasari oleh seorang psikolog asal Swiss bernama
Jean Piaget. Dalam teorinya menurut Jean Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan berubah
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan kognitif seorang anak
bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau
membangun mentalnya sendiri untuk mencapai versi terbaik dari aktualisasi dirinya.
Dalam tahap operasional formal yang formal dimulai sekitar usia 12 tahun dan
berlangsung hingga dewasa. Saat manusia memasuki fase remaja, mereka memperoleh
kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide termasuk melakukan
perhitungan matematis dan berpikir kreatif yang dicapai pada tahap ini. Inilah yang terjadi
pada peserta didik dari kelas X-C yang mana mereka semuanya berusia antara 15-17 tahun.
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan terhadap karakteristik peserta didik telah
menunjukan kelas X-C di kelas SMAN 71 Jakarta, para peserta didik telah menunjukan
karakter perilaku sama, yakni mereka berhasil bernalar abstrak tetapi logis. Hal ini dapat
terlihat dalam pembelajran dimana mereka sangat aktif dikelas, bahkan beberapa diantaranya
ada yang mengajak diskusi terkait hal sejarah kepada saya sebagai pendidik.
Selain menggunakan pendekatan teori Jean Piaget, dalam laporan ini saya juga
menggunakan teori ekologi sosial emosional berkembang dan dikenalkan oleh seorang
psikolog bernama Urie Brofenbrener. Teori ekologi sosial emosional memandang bahwa
perkembangan manusia atau individu dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal
balik antara individu dengan lingkungan akan membentuk tingkah laku individu tersebut.
Berdasarkan hasil dari pengamatan melalui cara pandang teori ekologi yang dicetuskan oleh
Urie Bronfenbrenner maka dalam mikrosistem peserta didik kelas X-C SMA Negeri 71
Jakata memiliki mikrosistem. Dimana pendidikan dari keluarga yang beragam sehingga
karakteristik tiap individu berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Kemudian teman sebaya juga turut mempengaruhi perilaku para peserta didik. Jika kegiatan
yang dilakukan oleh teman sebaya mereka bersifat positif maka keadaan sikap dan perilaku
mereka juga ikut positif,namun sebaliknya jika kegiatan yang mereka teman sebaya mereka
negatif maka sikap dan perilaku mereka pun tercermin menjadi negatif sesuai dengan
pengaruh kondisi lingkungan pergaulan teman sebaya.
Sesuai dengan laporan sebelumnya saya disini melakukan observasi kepada peserta
didik dengan melakukan profiling pada peserta didik khususnya yang berada pada kelas kelas
X-D di SMAN 71. Perihal etnik dan religious, mereka disana semuanya adalah beragama
islam dan didominasi oleh oleh suku Jawa mengikuti pula ada Betawi, Sunda, Padang, Aceh
dan Batak serta ada satu siswa yang merupakan Blasteran Indo-Eropa. Hal ini terlihat dari
karakteristik penamaanya dan gaya karakteristiknya seperti ciri, tabiat, watak dan kebiasaan
yang dimiliki oleh para peserta didik. Umumnya mereka memiliki status sosial menengah
dimana tercermin dari gawai yang mereka gunakan. Perihal minat peserta didik dari kelas X-
C di SMAN 71 ini bermacam – macam ada yang memiliki minat di bidang akademik, ada
yang memiliki minat di bidang olahraga, dan terakhir ada yang memiliki minat di bidang
seni. Hal ini tercermin dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang mereka ikuti.