Anda di halaman 1dari 4

Dua Golongan Manusia dalam Surat Muhammad

Dalam Surat Muhammad Ayat 2, Allah SWT membagi manusia menjadi dua


golongan. Yakni golongan yang mengingkari kekuasaan Allah dan golongan
yang beriman terhadap apa yang biturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

‫ت َو ٰا َم ُن ْوا ِب َما ُن ِّز َل َع ٰلى م َُح َّم ٍد وَّ ه َُو ْال َح ُّق مِنْ رَّ ب ِِّه ْم ۚ َك َّف َر َع ْن ُه ْم َسي ِّٰات ِِه ْم َواَصْ لَ َح َبالَ ُه ْم‬ ّ ٰ ‫َوالَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صل ِٰح‬

Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan


serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; dan itulah
kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan
mereka, dan memperbaiki keadaan mereka. (QS Muhammad: 2)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan, dalam ayat ini, Allah membagi


manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan kafir, yaitu orang-orang
yang mengingkari kekuasaan dan keesaan Allah, menyembah tuhan-tuhan
yang lain selain Dia, menghalangi manusia beribadah kepada-Nya, membuat-
buat cara beribadah kepada-Nya menurut pendapat dan keinginan sendiri,
mencela dan menghalangi manusia beriman kepada Allah dan kepada Nabi
Muhammad.

Seluruh perbuatan golongan ini tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah


yang termuat di dalam Alquran dan hadis Rasul-Nya. Tetapi mengikuti
keinginan sendiri dan mengikuti petunjuk setan. Semua perbuatan yang
berdasarkan perbuatan setan tidak ada artinya di sisi Allah walaupun
perbuatan itu baik bagi manusia dan kemanusiaan. Perbuatan itu seolah-
olah buih yang timbul di permukaan air, kemudian hilang tanpa bekas sedikit
pun.

Oleh karena itu, semua amal dan perbuatan yang dikerjakan oleh orang-
orang musyrik tidak ada arti dan pahalanya di sisi Allah di akhirat nanti.
Mereka hanya mendapat balasan di dunia yang diperoleh dari manusia,
walaupun bentuk amal dan perbuatan itu seperti budi pekerti yang mulia,
berhubungan dengan orang lain (silaturrahim), memberi makan orang
miskin, memelihara anak yatim, membuat usaha-usaha kemanusiaan,
memelihara dan mendirikan masjid.
Pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh orang-
orang musyrik Makah, seperti memakmurkan Masjidilharam, melindungi
orang-orang yang memerlukan perlindungan, membantu orang-orang yang
mengerjakan thawaf dan sebagainya.

Allah berfirman, "Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka
kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan."
(QS Al-Furqan: 23)

Kedua, golongan Mukmin, yaitu orang-orang yang mengakui keesaan Allah,


taat hanya kepada-Nya saja, beribadah sesuai dengan petunjuk Allah, tidak
menurut kemauan sendiri dan menjauhi larangan-Nya, beriman kepada
Alquran yang dibawa Nabi Muhammad, dan membantu manusia
melaksanakan ibadah kepada-Nya.

Ini adalah golongan yang diridai Allah. Amal dan perbuatan golongan
Mukmin diterima Allah, diampuni segala dosanya, mereka mendapat pahala
di dunia sedang di akhirat akan mendapat kebahagiaan yang abadi.

Menurut Ibnu 'Abbas, ayat pertama Surah Muhammad diturunkan


berhubungan dengan orang-orang yang memberi makan tentara musyrik
Makah pada waktu Perang Badar. Mereka ada dua belas orang, yaitu Abu
Jahal, Al-harits bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Ubay bin
Khalaf, Umayyah bin Khalaf, Munabbih bin al-hajjaj, Nubaih bin al-hajjaj, Abu
al-Bukhturi bin Hisyam, Zam'ah bin al-Aswad, Hakim bin hazam, dan Al-harits
bin 'Amir bin Naufal.

Mereka semua mempunyai amal kebajikan pada masa Arab Jahiliah, seperti
menyediakan minuman jamaah haji, memberi makan para tamu yang datang
ke Masjidilharam, melindungi dan menjaga hak tetangga, dan sebagainya.
Semua amal mereka dibatalkan pahalanya oleh Allah, seakan-akan mereka
tidak pernah berbuat apapun, karena dasar diterimanya suatu amal dan
perbuatan adalah iman kepada Allah dan Nabi Muhammad.

Sedangkan ayat kedua Surah Muhammad diturunkan berhubungan dengan


orang Ansar di Madinah. Mereka beriman kepada Allah dan Nabi
Muhammad, membantu orang-orang Muhajirin yang baru datang dari Makah
hijrah bersama Nabi Muhammad, dan mengikuti perintah dan menjauhi
larangan Allah.

Salah satu sifat Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Saking penyayangnya, Allah
bahkan tetap memberi banyak nikmat kepada makhluknya yang masih sering lalai. Sebagai
makhluk yang sering disebut sebagai makhluk paling sempurna, manusia adalah sosok yang
(walaupun paling sempurna) tetapi paling banyak juga melakukan kelalaian. Sebagai Dzat yang
Maha Pengasih, Allah menciptakan manusia dengan berbagai karakter sehingga menjadi beberapa
golongan. Pada QS.

Fathir ayat 32 Allah berfirman:


‫ت ِبا ِْذ ِن هّٰللا ِ ٰۗذلِكَ ه َُو ْال َفضْ ُل ْال َك ِب ْي ۗ ُر‬
ِ ‫ُث َّم اَ ْورَ ْث َنا ْالك ِٰتبَ الَّ ِذ ْينَ اصْ َط َف ْي َنا مِنْ عِ بَا ِد َن ۚا َف ِم ْن ُه ْم َظالِ ٌم لِّ َن ْفسِ هٖ َۚو ِم ْن ُه ْم ُّم ْق َتصِ ٌد َۚو ِم ْن ُه ْم سَ ِاب ۢ ٌق ِب ْال َخي ْٰر‬

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula)
yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang
besar.
Berdasarkan ayat di atas, Allah mengelompokkan manusia menjadi tiga golongan; orang yang
menzalimi diri sendiri, orang yang berada di pertengahan, juga orang yang mendahulukan berbuat
kebaikan. Maksud dari golongan orang yang menzalimi diri sendiri adalah orang-orang yang lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk berbuat hal yang tidak baik terlebih lagi merugikan diri
sendiri. Contoh perbuatan dari golongan ini misalnya orang yang memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri dan mengubah penampilan menyalahi kodrat tanpa mengingat risiko
untuk dirinya sendiri.

Golongan kedua adalah orang-orang yang berada di pertengahan. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah golongan yang melakukan kebaikan dan keburukan dengan persentase yang
hamper sama atau seimbang, sehingga ia tak condong masuk dalam salah satu golongan. Biasanya
manusia yang berada dalam kelompok ini sedang berada pada fase pembelajaran dan mencari jati
diri. Belum ada dorongan kuat untuk menggunakan waktunya melakukan banyak kebaikan, tetapi
ia juga sadar bahwa masih ada banyak hal tidak baik yang terus ia lakukan.
Golongan ketiga adalah orang yang banyak melakukan kebaikan. Kelompok ini adalah manusia
yang telah tumbuh dan menyadari bahwa Allah menciptakannya sebagai hamba agar ia
menggunakan waktunya untuk bertaqwa. Sebagai makhluk yang bertaqwa, maka otomatis ia akan
menjauhi segala hal yang Allah larang yaitu hal-hal tidak baik. Manusia pada kelompok ini sadar
betul bahwa jika ia memilih untuk mengisi hidupnya dengan hal tercela, maka tidak akan ada
manfaat lagi keuntungan untuknya baik di dunia maupun akhirat.

Berdasarkan penjelasan tentang tiga golongan tersebut, kita tentu dapat mengetahui pada
kelompok manakah kita berada. Namun yang lebih penting dari penilaian itu, kita dapat melihat
bahwa Allah memberi kesempatan hambaNya hidup di dunia agar dapat belajar termasuk belajar
bertumbuh menjadi makhluk yang lebih baik. Orang-orang yang masih berada di fase sebagai
kelompok dzalimun linafshih (zalim kepada diri sendiri) tentu tetap memiliki kesempatan untuk
berubah dan masuk ke kelompok orang-orang yang memilih melakukan banyak kebaikan. Namun,
bagi orang-orang yang telah berada di kelompok manusia yang lebih banyak melakukan kebaikan
harus lebih bisa menjaga diri agar dapat terus menjauhi segala macam perbuatan yang dapat
merugikannya.

Anda mungkin juga menyukai