Manajemen Darurat Fraktur Kondilus Sinistra
Manajemen Darurat Fraktur Kondilus Sinistra
Oleh
Syifa Khairunnisa Mauluddin
4251201028`
Pembimbing
Tichvy Tammama, drg., Sp.BM
Pendahuluan
Fraktur mandibula didefinisikan sebagai gangguan struktur tulang pada
mandibula.1 fraktur mandibula yang disebabkan oleh trauma biasanya terjadi
akibat fraktur kondilus unilateral maupun bilateral. Target utama perawatan tidak
hanya meliputi oklusi nemun “penyatuan fraktur” dapat menjadi target utama.2
1
Lokasi fraktur mandibula berdasarkan anatomi yang terlibat meliputi;
simphisis, parasimphisis, body, angulus, kondilus dan koronoid. Terapi dari
kondisi ini membutuhkan perhatian khusus dibandingkan dengan perawatan
fraktur lainnya.3
Laporan lanjutan menjelaskan manajemen fraktur kondilus menggunakan
metode close reducton di Departemen Kedaruratan
Laporan Kasus
Seorang laki-laki usia 19 tahun dirujuk dari rumah sakit Cimareme dengan
kondisi mulut berdarah dan rasa sakit saat menutup mulut. Dilakukan
pemeriksaan pada kepala, luka pada pipi dilakukan penjatihan sementara juga
diberikan obat antibiotik dan analgesik. Pemeriksaan oleh departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial menemukan kondisi umum yang baik, compos metis
dengan skor GCS 15, terdapat lesi abrasif dan laserasi pada bagian ekstra oral dan
deformitas pada wajah kiri (Gambar 1A-B).
2
Manajemen di ruangan gawat darurat dimulai dengan pemberian injeksi serum
anti-tetanus dan tetanus toxoid untuk mencegah infeksi tetanus karena pasien
mengalami kecelakaan dilokasi yang kotor. Kemudikan diberikan cairan infus
intravena dengan NaCl 0,9% dan pasien dipindahkan ke laboratorium untuk
pemeriksaan tes darah rutin, PT, aPTT, radiologi skull AP-lateral, radiologi
trauma dan penilaian sonografi di trauma (pemeriksaan FAST) (Gambar 2).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dikonfirmasi bahwa terdapat diskontinuitas tulang
pada kondilus kiri. Pasien direncanakan untuk dilakukan penjahitan ulang pada
pipi kanan serta wiring pada interdental maksila dan mandibula, close reduction
dengan MMF rubber dan bite riser. Bite riser yang dipasang di ruang gawat
darurat dilakukan dengan stik es krim (Gambar 3-5A dan 5B).
3
Gambar 3. MMF rubber dan bite riser dipasang pada keadaan darurat dan
penjahitan ulang di daerah dagu
4
Gambar 5. A. Follow-up setelah 1 minggu dan 2 minggu; bite riser berkurang,
B. Follow-up setelah 3 minggu dan 4 minggu, pemasangan kawat MMF dan
oklusi normal
Klasifikasi
Fraktur kondilus diklasifikasikan menurut Lindahl didasarkan oleh beberapa
faktor yaitu fraktur berdasarkan lokasi anatomi, kondilus berhubungan dengan
mandibula, hubungan kepala kondilus dengan fossa glenoidalis. Sistem klasifikasi
ini membutuhkan setidaknya dua foto radiologi dari sudut yang tepat.1
5
Tingkat Fraktur Kondilus
Kepala kondilus. Meskipun sulit menemukan kepala kondilus secara tepat pada
radiologi, mudah untuk melihat penyempitan leher kondilus dan kepala kondilus
terdapat tepat diatasnya. Berdasarkan definisinya, fraktur kondilus merupakan
fraktur intracapsular karena kapsul melekat pada leher. Hal ini dapat dianggap
sebagai fraktur vertikal, leher kondilus. Leher kondilus merupakan area sempit
terbatas dibawah kepala.2
Perawatan
Penatalaksanaan fraktur kondilus mandibula masih kontroversial, terutama
disebabkan oleh banyak modalitas yang ditawarkan berdasarkan beberapa
literatur. Tujuan utama penanganan fraktur kondilus adalah mengembalikan
fungsi sistem pengunyahan, rekonstruksi ini melibatkan relasi segmen fraktur,
oklusi dan keseimbangan maksilofasial. Hal Ini dapat dilakukan secara
konservatif atau metode tertutup dan pembedahan atau metode terbuka.1,3
6
Fonseca menunjukkan bahwa komplikasi selama perawatan konservatif sangat
jarang. Penatalaksanaan konservatif diindikasikan jika perpindahan minimal atau
tidak ada perpindahan atau garis fraktur terlalu tinggi, sehingga sulit untuk
distabilkan dengan pembedahan. Penatalaksanaan konservatif untuk fraktur
kondilus sangat sederhana. Perlu pemantauan ketat untuk mengamati
ketidakstabilan oklusi, penyimpangan saat membuka mulut, peningkatan rasa
sakit, evaluasi klinis dan radiografi. Imobilisasi melibatkan fiksasi intermaksila
(IMF) menggunakan arch bar, kawat eyelet atau splint. Durasi rata-ratanya adalah
antara 7 hingga 21 hari dan dapat diperpanjang atau diperpendek tergantung pada
usia pasien, tingkat perpindahan dan fraktur tambahan. Setelah fiksasi
intermaksila dilepas, gunakan elastic guidance untuk mengarahkan mandibula ke
posisi interkuspasi maksimal. Kemudian, setelah kemampuan fungsional
dipulihkan dan oklusi stabil serta rasa sakit minimal, elastic guidance dan arch
bar dilepas.1,3
Komplikasi
Komplikasi fraktur kondilus mandibula selama perawatan sangat jarang
terjadi. Ankilosa sendi temporomandibular, gangguan pertumbuhan, trauma pasca
osteoarthritis, gangguan sendi temporomandibular lainnya (contoh : gangguan
internal). 1,3,5,7
Diskusi
Jenis dan arah trauma sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Benda
penyebab fraktur juga mempengaruhi jenis dan jumlah fraktur, jika benda besar
dapat menyebabkan fraktur pada 1 lokasi atau lebih, demikian sebaliknya, dapat
menyebabkan satu jenis fraktur karena gaya tumbukan terpusat pada satu lokasi.1
Pengetahuan tentang arah gaya tumbukan dapat membantu menentukan jenis
fraktur yang tepat. Pukulan anterior langsung ke dagu dapat menyebabkan fraktur
kondilus bilateral, sedangkan pukulan ke parasimfisis dapat menyebabkan
kondilus kontralateral atau fraktur angulus. Pasien dengan kondisi gigi oklusi saat
terjadi benturan dapat mengakibatkan fraktur alveolar atau fraktur gigi.1
Semua perubahan oklusi merupakan tanda-tanda fraktur kondilus mandibula.
Pemeriksaan klinis harus memastikan pasien apakah memiliki oklusi berbeda.
8
Perubahan oklusi disebabkan oleh fraktur gigi, alveolar dan mandibula di lokasi
manapun, dan dari trauma pada sendi temporomandibular, serta otot
pengunyahan. Kontak prematur pada gigi posterior atau open bite pada gigi
anterior dapat disebabkan oleh kondilus bilateral atau fraktur angulus. Oklusi
retrognatik biasanya berhubungan dengan kondilus atau fraktur angulus, dan
oklusi prognatik dapat terlihat jelas pada fraktur sendi temporomandibular.
Contoh-contoh ini hanya sebagian kecil dari maloklusi yang terlihat, namun setiap
perubahan oklusi perlu dipertimbangkan sebagai tanda awal fraktur kondilus
mandibula.1
Pasien dengan fraktur kondilus mandibula biasanya memiliki pembukaan
mulut yang terbatas. Namun, fraktur kondilus mandibula yang sebenarnya atau
terkait dengan fraktur wajah menghasilkan gerakan mandibula yang abnormal.
Deviasi pada pembukaan mulut ke sisi kondilus yang retak adalah salah satu tanda
klasik. Otot pterigoid lateral yang berfungsi pada sisi yang sakit tidak dinetralisir
oleh otot pterigoid lateral yang tidak berfungsi pada sisi yang sakit, sehingga
terjadi deviasi. Fraktur kondilus dan body, dengan perpindahan dapat
menghambat gerakan mandibula lateral.1
Pemeriksaan klinis yang harus dilakukan adalah pemeriksaan wajah dan
mandibula, biasanya yang sering terjadi adalah terdapat kontur abnormal, namun
kontur wajah seringkali ditutupi dengan pembengkakan. Kondisi wajah yang
panjang disebabkan oleh fraktur subkondilar, angulus, atau body, yang diikuti
dengan perpindahan mandibula ke bawah. Wajah asimetris harus diperhatikan
untuk kemungkinan terjadinya fraktur kondilus.1
Melalui pemeriksaan pada gigi yang hilang dan tulang pendukung dapat
membantu mendiagnosis alveolus, body, dan simfisis. Dokter atau perawat harus
menggunakan kedua tangan dengan ibu jari diletakkan pada gigi dan jari telunjuk
di batas bawah mandibula dengan hati-hati, kemudian berikan tekanan di antara
kedua tangan untuk mendeteksi krepitasi fraktur.1
Nyeri lokal, kemerahan, bengkak, dan panas adalah tanda awal trauma dan
peningkatan kecurigaan fraktur mandibula.1
9
Kesimpulan
Fraktur kondilus mandibula membutuhkan penanganan yang cepat dan
sesegera mungkin, juga berdasarkan diagnosis yang tepat, sehingga mengurangi
atau menghilangkan risiko komplikasi.2
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Fonseca RJ. Oral and maxillofacial trauma. 2nd ed. London: W.B. Saunders
Company; 1997. p. 473-567.
2. Goldman KE. Fractures mandible, condylar and subcondylar. eMed J
2015;2: 1-13.
3. Barrera JE. Mandibular body fracture. eMed J 2002;3: 1-11.
4. Bustomi AF, Sylvyana M, Syamsudin E, et al. Parotid gland tuberculous
abscess. J Dentomaxillofac Sci 2016;1: 185-189.
5. Chaudhary A. Temporomandibular joint syndrome. eMed J 2002;3: 1-9.
6. Tucker SR. Ankylosis of TMJ. Oral & Maxillofac Surg J 2002;3 : 1-3. 7.
7. Widell T. Fractures mandible. eMed J 2001;2: 1-16
11