Pembahasan
Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan berencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak atau generasi muda, agar diri pribadinya
bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan orang lain, masyarakat, bangsa dan
negaranya, melainkan juga untuk dirinya sendiri. Pendidikan memiliki peranan yang
teramat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan individu pada khususnya dan
kemajuan sebuah bangsa dan masyarakat pada umumnya.
a. Beberapa Pertimbangan dalam Memanfaatkan novasi dan leknologi
Pendidikan
Tilaar (2001) melihat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk
melakukan inovasi pendidikan. Tilaar lebih memilih term inovasi pendidikan
dibanding dengan pendidikan eksperimental, karena menurutnya pendidikan
eksperimental melihat bahwa pelajar adalah objek percobaan, sehingga berbagai
macam perlakuan dapat diterapkan seenaknya. Menurut Tilaar (2001) apabila ada
perlakuan yang salah maka dampak yang lebih besar akan terasa 20-30 tahun
kemudian.
Inovasi dan Teknologi tidak serta merta langsung diterapkan dalam dunia
pendidikan. Terlebih dahulu para pendidik harus mempertimbangkan matang-matang
etektifitas fungsinya, terutama identifikasi pada fungsi latennya. Fungsi laten adalah
fungsi yang tidak kelihatan dalam memberikan pengaruh pada sebuah efek diluar efek
yang diharapkan, yang kemungkinan memiliki unsur negatif. Pemanfaatan inovasi
dan teknolog pendidikan pada hakikatnya tidak ditentukan oleh mahal-murahnya
harga, akan tetapi kepraktisan dan kesesuaian fungsi yang diemban media tersebut
dengan fungsi luhur pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan terus menerus berbenah dengan
memenuhi harapan masyarakat. Terdapat dua harapan dasar masyarakat mengenai
pemanfaatan teknologi pendidikan di Indonesia, antara lain:
a. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan akan mampu
mengabdi kepada manusia Indonesia. Hal ini berarti bahwa para pendidik
harus mencegah timbulnya dehumanized science and technology, mencegah
timbulnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak manusiawi, yang
mereduksi harkat dan martabat manusia Indonesia.
b. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan di Indonesia tidak
akan memperbesar masalah pengangguaran yang sudah cukup parah,
sebaliknya dapat turut serta memecankan masalah pengangguran. Berdasarkan
pengalaman yang ada, setiap inovasi teknologi lazimnya mempunyai labour
displacing effect yang bersifat langsung, sedangkan kemampuan untuk
menciplakan kesempatan kerja baru selalu bersifat tak langsung
Kedua harapan di muka tadi secara eksplISit juga menjelaskan apa yang harus
dicapai yaitu pemanfaatan teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, serta apa
yang seharusnya tidak tidak terjadi, yaitu dehumanized science and technology dan
labour displacing effect. Kedua hal ini bagi sebagian orang adalah sisi-sisi sebuah
koin, dimana efek-efek negatif akan selalu ada ketika sebuah bangsa memantaatkan
hasil teknologi. Tinggal bagaimana cara yang harus dilakukan untuk memperkecil
efek negatif tersebut. Pada dasarnya bangsa Indonesia harus bersedia menelaah lebih
dahulu pahitnya setiap pembaharuan teknologi, sebelum mengecapnya manisnya
pembaharuan teknologi (Buchori, 1994).
Disamping dua harapan di muka tadi, harapan lain yang juga terdengar secara
sayup-sayup mengenai pengembangangan dan pemanfaatan IPTEK ialah bahwa
upaya nasional dalam membuahkan hasil-hasil yang mampu mengangkat harkat dan
martabat bangsa dalam pergaulan antar bangsa, dapat mengejarketinggalan Indonesia
dari bangsa-bangsa lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan dan
pemanfaatan iptek di Indonesia selalu menonjolkan tiga ciri yaitu
a. Nasionalistik
Pemanfaatan teknologi harus bersifat nasional dan merata agar tidak terjadi
friksi-friksi mengenai kesenjangan yang mengakibatkan adanya perasaan tidak adil
b.Humanistik
Pemanfaatan teknologi harus memanusiakan manusia dimanfaatkan justru
mematikan gerak pendidik dan pelajar dalam keterasingan, karena segala sesuatu
sudah dilakukan oleh teknologi. Pada pendidik misalnya, peran guru sebagai mediator
dan fasilitator yang menjadi media yang mempermudah pelajar dalam menerima apa
yang diajarkan memiliki cipta, rasa dan karsa. Tiga kualitas kemanusiaan ini tidak
boleh dimatikan oleh adanya teknologi. Pada pelajar, pelajar bukanlah objek
pendidikan akan tetapi sebagai subjek aktif, oleh karena itu pemanfaatan teknologi
tidak boleh mengobjekkan pelajar.
c.Populis
Tekonologi yang diterapkan harus bersifat populis, artinya dapat dinikmati
secara langsung oleh sebuah komunitas pendidikan. Terkadang teknologi justru
membuat pelajar menjadí individualis karena sifat-sifat begatif teknologi.
Untuk memenuhi harapan di muka, sekaligus memperkecil dampak negatif
yang ditimbulkan tidaklah mudah. Pemenuhan aspirasi holistik dalam pengembangan
dan penerapan inovasi dan teknologi pendidikan bergantung kepada berbagai hal,
antara lain :
a. Kesiapan Komunitas Pakar IPTEK dan Pendidik
Pakar IPTEK dan pendidik diharapkan turut berpacu dalam pergaulan ilmiah
internasional. Akses informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
harus terus-menerus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia
b. Kesiapan Sistem Pendidikan
Kesiapan sistem pendidikan dalam hal ini adalah kesiapan sistem dan sumber
daya pendidikan dalam membimbing bibit-bibit unggul dalam generasi muda secara
efisien dan sistematis menurut ukuran-ukuran mutakhir
c. Kesiapan Kultural Masyarakat
Kesiapan kultural masyarakat Indonesia pada umumnya untuk menghadapi
dan menanggapi perubahan serta kemajuan yang terjadi secara global dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan Sikap dewasa.
Berbagai macam kesiapan di muka dapat menjadi sebuah parameter mengenai
keberhasilan pendidikan yang dijalankan saat ini. Beberapa kualitas diharapkan telah
dimiliki baik oleh praktisi pendidikan maupun masyarakat. Menurut Hamalik (1994),
para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
inovasi teknologi pendidikan yang meliputi:
a. Pendidik memahami bahwa teknologi adalah alat bantu komunikasi guna
lebih mengefektitkan proses belajar mengajar
b. Pendidik memahami fungsi teknologi dalam membantu mencapai tujuan
pendidikan, baik fungsi yang tampak serta fungsi latennya.
c. Pendidik mengetahui seluk beluk proses belajar, sehingga dapat memilih
teknologi apa yang diperlukan untuk diterapkan
d. Pendidik mengerti hubungan antara metode mengajar dan teknologi
pendidikan
e. Pendidik tahu akan nilai dan manfaat media pendidikan dan pengajaran
f. Pendidik memahami pemilihan dan penggunaan teknologi pendidi kan secara
aplikatif
g. Pendidik tahu akan berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
h. Pendidik memiliki usaha inovasi mandiri dalam dunia pendidikan
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan bagi institusi pendidikan dalam
kaitannya dengan perkembangan teknologi antara lain:
a. Memilih jenis teknologi yang hendak diterapkan di pendidikan, apakah high
technology, low technology ataukah mixed technology
b. Mempertahankan strukutur yang ada ataukah mengabaikan teknologi yang
sedang berkembang
c. Menyesuaikan struktur pendidikan dengan tuntutan teknolog, mengubah
struktur pendidikan yang ada ataukah mengembangkan struktur baru yang
bersifat fleksibel.
Melalui paparan di muka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan inovasi dan
teknologi akan membawa ketidakseimbangan pada harmoni yang telah terbentuk
pada sebuah institusi pendidikan. Perangkat-perangkat baru, selain membawa
konsekuensi yang baru juga dikhawatirkan membawa nilai-nilai baru, yang mungkin
tidak disadari oleh pendidik mempengaruhi pelajar. Misalnya, Industrialisasi sebagai
wujud dari perubahan teknologi telah mengubah struktur masyarakat dari yang
bersifat agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serta massal. Karena itu
orientasi industri cenderung kepada tuntutan kebutuhan massal atau pasar.
Kecenderungan ini perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian yang
berorientasi kepada kebutuhan masyarakat industri harus menjadi acuan dalam
system pendidikan. Oleh karena itu diperlukan beberapa pertimbangan yang dapat
digunakan oleh pengambil kebijakan pendidikan. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut adalah salah satu upaya untuk meminimalisir efek-efek negatif pemanfaatan
inovasi dan teknologi.
b. Program Akselerasi
Akselerasi berarti percepatan. Penerapan program akselerasi di sekolah
merupakan sebuah inovasi tersendiri dalam bidang pendidikan. Progranm akselerasi
memiliki beberapa kekhasan yang ditandai dengan adanya saling pemahaman antara
dua belah pihak, yaitu pihak guru dan pelajar. Kesepakatan bersama harus sejalan dan
saling disadari oleh guru dan pelajar karena keduanya adalah bagian penting dalam
sebuah sistem pendidikan. Sebagai produk baru pada jenjang pendidikan menengah
dasar dan menengah program akselerasi pada SD, SLTP dan SMU dirintis oleh
sekolah di Jakarta dan Yogyakarta (Nursito, 2001). Di Yogyakarta tahun 2005
merupakan tahun kedua pelaksanaan program percepatan yang dilaksanakan di SMU
1, SMU 3 dan SMU 8, sedang di Jakarta sudah dilaksanakan beberapa tahun
sebelumnya. Pelaksanaan program akselerasi masi tetap mengacu pada kurikulum
1994,. Bila kurikulum mutakhir ini dikurangi bebannya (dari 42 jam tatap muka
menjadi 36 Jam), jelas beban dan pelaksanaan program akselerasi menjadi ringan.
Program akselerasi merupakan upaya untuk peningkatan mutu pendidikan
dengan mewadahi kemampuan pelajar yang memiliki kemampuan yang lebih.
Penerapan program akselerasi adalah salah satu contoh bahwa dunia pendidikan
mulai berbenah dalam menghadapi tuntutan zaman dengan terus menerus berinovasi.
1. Pemanfaatan Internet dalam Pendidikan
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan.
Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian
pula Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis. Adanya Internet
membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber
informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber
intormasi yang mahal harganya. Adanya internet memungkinkan seseorang di
indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses
perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya
menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi
hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak
cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar
informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa
adanya internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan
secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana
atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusıkan sebuah
masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email.
Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui
Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran
dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun
di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan
di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga
sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent
the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat
digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan
teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi
Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa
Tiggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest
growth industry Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat
menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya
dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu
kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat disi 50 orang Virtual university dapat
diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi
alasan yang kuat untuk menjadikan intenet sebagai infrastruktur bidang pendidikan.
Untuk merangkumkan manfaat intermet bagi bidang pendidikan di Indonesia: Akses
ke perpustakaan, Akses ke pakar, Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia
sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatit yang sekarang sedang giat kami
lakukan adalah program "Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah
(khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. Inisiatif
pemanfaatan internet sebagai upaya pemantaatan inovasi dan teknologi di bidang
pendidikan perlu mendapat dukungan dari bangas Indonesia.
2. Penerapan Teori Belajar Kuantum
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa Indonesia berada dalam suatu
era dimana hampir seluruh informasi dapat disajikan seketika dalam berbagai bentuk
melalui sebuah jaringan belajar global, suatu abad dimana teknologi informasi telah
melahirkan ekonomi baru. Gelombang perubahan yang mengguncangkan ini
memaksa kita untuk memikirkan kembali segala sesuatu yang selama ini kita pahami
tentang pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bisnis, ekonomi, dan pemerintahan
dimana negara-negara berkembang memungkinkan melompati revolusi industri dan
segera memasuki era informasi dan inovasi.
Kekuatan atau kompetensi dari suatu organisasi akan lebih ditentukan oleh
intangible asset berupa sumber daya manusia yang berkemampuan serta organisasi
pembelajar untuk dapat bersaing pada masa yang akan datang. Dengan
berkembangnya teknologi informasi dunia ini penuh dengan limpahan pengetahuan
yang luar biasa tinggal mampukah mengambil kesempatan tersebut untuk
mengembangkan kompetensi diri kita sebagai individu maupun organisasi.
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang
baru yang menggunakan metodologi berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Inteligences (Gardner), Neuro Linguistic
Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic
Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective
Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan
kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan
kecepatan belajar. Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman delapan belas
tahun.
Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk menyingkirkan
hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran
yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari
peserta. Konsep kunci dalam Quantum Learning adalah sintesis dari berbagai teori
dan strategi belajar yang digunakan antara lan:
Teori otak kanan / kiri
Teori otak triune (3 in 1)
Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
Teori kecerdasan ganda
Pendidikan holistic (menyeluruh)
Belajar berdasarkan pengalaman
Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
Simulasi permainan
Peta Pikiran (mind mapping)
Perubahan paradigma dalam model Quantum Learning dilandaskan pada asumsi
dasar bahwa setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga seorang trainer
lebih bersifat sebagai fasilitator yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang
tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar
atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak. Bagi kebanyakan
orang belajar akan sangat etektif jika dilakukan dalam suasana setiap orang
mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang
merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positit akan terbentuk dalam menerima informasi atau
materi yang diberikan oleh fasilitator. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus
dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau
aplikasi langsung. Dalam menyerap dan mengolah infornmasi otak menguraikannya
dalam bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila
lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang
(background) musik yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalam proses
pembelajaran. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas
materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuot
belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa). Tahapan awal aplikasi metoda
belajar Quantum Learning:
Melakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai metoda belajar dengan
Quantum Learning
Bekerja sama dalam mengembangkan motode tersebut dengan pihak luar yang
mempunyai basis psikologi dalam metoda pendidikan
Mengundang pihak luar yang kompeten dalam pengembangan metoda tersebut
Bilamana diperlukan mengundang Bobbi DePorter yang telah mengemas dan
mengembangkan gagasan Quantum Learning
Mengadakan uji coba aplikasi metoda tersebut untuk matern manajemen (non
vocational) dan melakukan questioner untuk pengembangan lebih lanjut apabila
hasilnya positip.
Menyiapkan sarana belajar Quantum Learning sesual perkembangan yang ada
Sosialisasi pada diklat-diklat di lingkungan Jasdik untuk mengembangkan
metoda tersebut
Melakukan review pada modul-modul yang telah ada berdasarkan sistimatika dan
metodologi Quantum Learning
Membentuk team yang sepenuhnya di sponsori dan di back-up oleh manajemen
karena sifatnya yang eksperimental dalam mengembangkan inovasi yang baru
tersebut (re-energize).
Penyiapan media pendidikan seperti Note Book, Proyektor, OHP, Flip Chart,
Sound System Portable baik untuk kegiatan internal maupun presentasi.
Penutup
Setelah memahami kondisi sosial yang ada maka langkah selanjutnya adalah
mendesain formula ilmu pendidikan yang aspiratif dengan perkembangan dunia.
Persoalannya adalah apakah ilmu pendidikan saat Ini sudah memadai guna menyaingi
gelombang peribahan sosial (Darwin, 2002). Dan pemahaman ini, nampaknya ilmu
pendidikan perlu direposisi. Pertama perlu dilihat bahwa proses pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Bahkan bukan hanya masyarakat
Indonesia tetapi bagian dari seluruh umat manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan
merupakan bagian yang tak terpishkan dari kebudayaan Indonesia maupun
kebudayaan global. Dengan demikian ilmu pendidikan bukan hanya sekedar sebagai
proses pendewasaan atau proses sosialisasi atau proses penyesuaian budaya, tetapi
juga sebagai proses yang aspiratif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolog.
Meskipun upaya peningkatan terus menerus dilakukan, para pendidik harus
menjawab pertanyaan muncul, yaitu: apakah inovasi dan teknologi sudah saatnya
mutlak diperlukan kehadirannya dalam setiap aktifitas pendidikan ataukah hanya
sekedar ikut-ikutan pada trend yang berkembang? Oleh karena itu diperlukan langkah
prevensi yang antisipatif terhadap segala kemungkinan yang ada. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah pengarahan ulang (redirection) terhadap kegiatan penelitian
dan pengembangan pendidikan serta menghilangkan sifat konservatisme di dalam
pendidikan di Indonesia. Perancangan ulang tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dengan pendidikan serta
komponen di dalam sekolah sebagai institusi pendidikan formal.
Perancangan ulang tersebut setidaknya harus mencakup :
a. Perluasan Area Cakupan Penelitian
Penelitian mengenai pendidikan yang dilakukan hendaknya diperluas pada proses
transter of learning pada belajar, akan tetapi juga menyangkut masalah yang berkaitan
dengan ekonomi, sosial dan budaya
b. Penyusunan Kerangka Acuan (frame of reference)
Kerangka acuan mengenai aspek pendidikan perlu diperluas sehingga mencapai
simpul-simpul pertemuan antara pendidikan dengan perubahan sosial-ekonomi,
transformasi kultural dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sisi
yang lain.
c. Perluasan Time Frame
Penelitian yang dilakukan tidak hanya terpaku pada masalah-masalah pendidikan
pada masa lampau tetapi juga menelusuri akar historis persoalan pada masa sekarang
dan melakukan penjajagan mengenai situasi dan problematika di masa depan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasilnya dalam dunia pendidikan (Arsyad,
2000).
Para praktisi pendidikan dituntut untuk mampu memanfaatkan hasil teknologi
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidik, misalnya, dituntut untuk
sekurang kurangnya mampu mengaplikasikan peralatan modem yang tersedia. Selain
itu pendidik juga diharapkan untuk menggalakkan penelitian tentang lImu
Pendidikan, karena pedagoik memiliki wacana, visi, misi dan program yang jelas
serta metode obeservasi, eksperimentasi, dan metode ilmiah baik kuantitatif dan
kualitatif yang baik. Namun meskipun sudah memiliki kejelasan orientasi, namun
masih sedikit upaya yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mengaplikasikan
orientasi tersebut dalam medan penelitian ilmiah.
Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke
semua sektor kehidupan. Dunia Pendidikan yang berperan mencetalk manusia yang
menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang sama yaitu tersentuh dengan
teknologi. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal
memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan
prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif. Namun,
kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran yang memuaskan. Saat ini
masih banyak sekolah-sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan) belum
tersentuh teknologi, terutama komputer. Di beberapa sekolah terungkap sistem
manajemen dan Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin ketik sebaga
sarana pembukuan administrasi masih menjadi alat utama sementara dilain sisi
teknologi komputer telah berkembang pesat dalam sistem pengleloaan manajemen
dan Tata Usaha. Bahkan kini teknologi komputer didukung dengan internet yang
telah menjadi jendela penghubung dunia.
Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari pemerintah Jepang yang
ternyata disinyalir sebagai ajang bisnis miharan rupiah kurang didukung dengan
respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap bahwa beberapa sekolah
membutuhkan sarana komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi juga
sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal jauh dengan SISwa di eropa yang
telah menggunakan teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu sebagai
sarana belajarnya. Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional dengan menteknologikan pendidikan. Tahapan-
tahapan yang dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian dana untuk
penyediaan sarana dan prasarana seperti Komputer akan mendukung program ini.
Dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan
dimana siswanya belum pernah menyentuh bahkan melihat komputer. Program-
program komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum nasional pada
tingkatan sekolah dasar, sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan yang telah mengenal
komputer. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer
dapat digali hiknah dan wacana yang terkandung didalamnya.
Tulisan ini adalah makalah saya ketika mengikuti kuliah Ilmu Pendidikan
Tahun 2002.
Tinjauan Pustaka
Nursito, A. 2001. Plus Minus Program Akselerasi. Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1.
September-Oktober 2001.
Setyono, B. 2001. Komputer Sebagai Media Bantu Belajar Mengajar Matematika dan
IPA
(MIPA). Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1. September-Oktober 2001
Darwin, S. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo
Tim Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Penelitian Tindakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional