Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN HASIL INOVASI

MTS KH. A. WAHAB MUHSIN

MTS KH. A. WAHAB MUHSIN


KABUDATEN TASIKMALAYA
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi untuk Pendidikan

Dewasa ini pendidikan dipandang sebagai suatu aktifitas yang bersifat


antisipatoris, yaitu pengadaan aktifitas yang untuk menyongsong perkembangan-
perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan (Buchori, 1994).
Postur antisipasi ini ditentukan oleh persepsi suatu masyarakat pendidikan terhadap
kecenderungan yang ada, yang ditarik secara inferensial dari fakta-fakta yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kecenderungan yang terlihat dengan jelas adalah dinamika
kehidupan manusia dewasa ini ialah perubahan-perubahan yang dihasilkan kehidupan
manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung lebih cepat.
Jumlah penemuan (inventions) yang dihasilkan per tahun di berbagai bidang ilmu
pengetahuan makin lama makin bertambah sejajar harapan manusia untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Implikasi dari segenap perubahan yang
terjadi mempengaruhi aspek pendidikan di Indonesia. Bangsa Indonesia dituntut
untuk merancang Sistem pendidikan yang lebih dinamis dan lebih responsif terhadap
perubahan-perubahan serta kecenderungan-kecenderungan yang sedang berlangsung
Hal ini berarti di zaman ini sistem pendidikan dituntut untuk memiliki beberapa
kapabilitas. Buchori (1994) menjelaskan bahwa Kemampuan tersebut adalah:
a. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecenderungan yang
sedang berlangsung
b. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbul
kan oleh kecenderungan di atas
c. Kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan
ditempuh dalam jangka waktu tertentu
Kegagalan untuk mengembangkan ketiga jenis kemampuan tersebut akan
berakibat pada anggapan bahwa sistem pendidikan terperangkap pada routinisme.
Jika keadaan semacam ini dibiarkan pada akhirnya yang dirugikan adalah bangsa
sendiri, terutama generas mudanya. Hal ini disebabkan generasi muda pada
masyarakat yang memiliki kemampuan (priviledge) akan berlari kepada sistem
pendidikan asing dan meninggalkan sistem pendidikannya sendiri yang dirasakannya
semakin hari semakin asing. Pendidikan tidak berproses pada ruang hampa, tetapi
mengalami pergesekan dengan dunia di sekitarnya yang terus berkembang, Hal ini
menjadi alasan untuk mengadakan redefinisi mengenai konsep pendidikan yang
selama ini diterapkan di Indonesia atau dengan mengelaborasi hal-hal yang sesuai
dengan tuntutan zaman. Perkembangan kelompok peneliti, laboratorium, maupun
pusat-pusat penelitian yang baik tersebut belum merata pada setiap institusi
penaralkan di Indonesia. Kenyataan menunjukkan, masih cukup banyak pendidik di
institusi pendidikan yang relatif masih memerlukan peningkatan kemampuan
melaksanakan penentan yang berkualitas baik. Akses terhadap fasilitas penelitian
yang baik dan lengkap belum merata di Indonesia. Kerjasama penelitian antar
institusi pendidikan di Indonesia masih perlu didorong dan ditingkatkan, sehingga
sinergi pelaksanaan penelitian dapat lebih ditingkatkan dan dioptimalkan.
Upaya alih ilmu dan teknolog saat ini telah menjadi suatu masalah yang maha
penting bagi semua bangsa, yang maju maupun yang sedang berkembang. Upaya alih
ilmu dan teknologi diartikan sebagai penggunaan pengetahuan teknologi bersama-
sama dengan sumber daya lainnya untuk memadukan (assimilate) dan menyesuaikan
(adapt) teknologi yang ada atau menciptakan teknologi yang baru. Ada tiga alasan
pentingnya upaya alih ilmu dan teknologi dan sekaligus pemanfaatannya dalam dunia
pendidikan yaitu, pertama persaingan internasional semakin bersifat "technology
driven artinya dipacu oleh teknologi. Kedua, siklus perkembangan produk baru dan
proses baru menjadi semakin pendek. Ketiga, keunggulan komparatif suatu negara
(ekonom) atau suatu perusahaan terus menerus dipengaruhi oleh berbagai perubahan.
Saat ini perlombaan untuk menciptakan, menguasai dan menerapkan
teknologi baru memang telah menempatkan negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dalam kedudukan yang tidak menguntungkan karena mereka tidak dapat
berada di baris terdepan. Bagi kebanyakan negara berkembang teknologi yang baru
tidak dapat dikembangkan sendiri di dalam negeri tetapi harus diperoleh dari luar.
Tetapi upaya memperolehnya dari luar banyak mengalami hambatan yang berkaitan
dengan masalah hak milik intelektual (property rights) dan atau biaya transfer
teknologi yang cukup tinggi. Selain itu, kesulitan yang dihadapi juga bersumber pada
keterbatasan sumber finansial dan sumber daya manusia.
Oleh karena itu bagi negara berkembang kebijaksanaan penguasaan teknologi
dan pemanfaatannya, yang paling tepat adalah membangun kemampuan penyerapan
(absorptive capacity) melalui upaya transtormasi teknologi dalam arti mempelajari,
menyesuaikan, dan bila mungkin memperbaiki teknologi asing yang tersedia dengan
tujuan memperoleh keunggulan kompetitif. Dengan cara demikian memungkinkan
terjadinya alih IPTEK atau pergeseran penguasaan dari teknologi yang bersifat madya
(intermediate) pada teknologi tinggi (high-tech) dan akhirnya pada teknologi yang
baru (new technologies).
Landasan Teoritik Pemantaatan Inovasi Dan Teknologi Dalam Bidang
Pendidikan

1. Pengertian Inovasi dan Hal-Hal yang Mempengaruhi Inovasi


Inovasi (innovation) dapat alartikan setbagai suatu proses sosial dan
kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama (Soekanto,
1994). Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, Jalannya unsur budaya baru
yang tersetbar di sebuah komunitas dan diterima, dipelajaran dan akhirnya dipakai
dalam komunitas yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan inovasi, ada dua
istilah yang merupakan bagian dari inovasi, yaitu invensi penemuan (discovery) dan
(invention).
Discovery lebih merujuk pada tahap awal invention, berupa gagasan yang
dikemukakan seseorang atau serangkaian ciptaan. Discovery akan menjadi invention
jika masyarakat sudah mengakui dan menerimanya. Seringkali perubahan dari
discovery menuju invention membutuhkan waktu yang lama. Inovasi adalah proses
yang mengiringi adanya discovery dan invention. Meskipun sebuah temuan sudah
menjadi invention akan tetapi inovasi tetap berjalan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa inovasi adalah proses yang tiada berakhir sepanjang manusia
memiliki keinginan untuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik.
Koentjoroningrat mengatakan bahwa inovasi dapat berlangsung dengan
optimal ketika individu dalam sebuah komunitas memiliki:
a. Adanya kesadaran akan kekurangan yang dimiliki, serta menerima
kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang alami dan harus segera dicari
jalan cara mengatasi kekurangan tersebut
b. Kurang optimalnya potensi yang dimiliki
c. Adanya perangsang bagi aktifitas penciptaan dalam masyarakat, misalnya
penghargaan kondisi atau karya yang sudah dihasilkan
d. Keinginan terhadap kualitas, yaitu keinginan untuk mempertinggi kualitas
suatu
e. Memiliki keterbukaan terhadap ide dan gagasan baru yang konstuktif
Berdasarkan pengertian di muka dapat disimpulkan bahwa inovasi dalam
bidang pendidikan adalah temuan yang dihasilkan seseorang dalam bidang
pendidikan sebagai upaya yang terus menerus untuk mengatasi kelemahan yang
dimiliki. Inovasi dalam bidang pendidikan adalah upaya yang tiada berakhir dalam
kerangka wacana 1lmu pendidikan. Inovasi pendidikan dapat berupa tawaran ide dan
gagasan mengenai penyelenggaraan proses pendidikan baik secara formal di sekolah
ataupun non formal di luar sekolah.
2. Pengertian Teknologi dan Hal-hal yang Mempengaruhi Teknologi
Teknologi berasal darn kata tekne (aalam 5ahasa lnggris: art) dan logos dalam
Bahasa Indonesia : ilmu), Menurut Kamus Webster (1983) art adalah keterampilan
(skill) yang diperoleh melalui pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian
teknologi diartikan sebagai ilmu yang membahas keterampilan yang diperoleh
melalui pengalaman, studi dan observasi. Bila dikatkan dengan pendidikan, teknologi
berarti perluasan konsep yang ada tentang media, dimana teknologi bukan sekedar
benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul sebuah sikap, perbuatan, organisasi
dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986).
Berkaitan dengan teknologi, istilah yang juga dikenal adalah kata teknik.
Teknik dalam bidang pendidikan bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara guru
dan pelajar. Teknik dapat juga diartikan sebagai strategi khusus (Anthony dalam
Arsyad, 2000). Richard dan Rodgers (dalam Arsyad, 2000) menjelaskan bahwa
teknik adalah prosedur dan praktek sesungguhnya dalam kelas. Dari paparan di muka
dapat disimpulkan bahwa teknologi tidak hanya berupa peralatan sarana dan pra
sarana, tetapi juga keterampilan dan skill.
Melalui penjelasan secara definitif di muka akan nampak pengertian mengenai
teknologi pendidikan (educational technology), yaitu seperangkat sikap dan
keterampilan individu dalam memanfaat berbagai macam potensi yang ada untuk
menyelenggarakan proses pendidikan yang optimal. Teknologi pendidikan dapat
berkembang pesat apabila Sejumlah aspek pendidikan dapat terwadahi. Aspek-aspek
tersebut antara lain :
a. Tersedianya wacana dan diskursus mengenai pendidikan
Wacana adalah dokumentasi mengenai hasil pemikiran atau kajian mengenai
sebuah topik permasalahan, sedangkan diskursus adalah pembicaraan dan dialog
keilmuan. Kedua hal ini merupakan sarana fisik yang dapat mendukung
perkembangan teknologi. Berkaitan dengan teknologi pendidikan, apabila sebuah
komunitas memiliki wacana yang kaya serta memiliki diskursus yang sangat aktif
maka perkembangan teknologi pendidikan di dalam komunitas tersebut akan
berkembang dengan pesat.
b. Minat untuk melakukan riset atau penelitian
Minat untuk melakukan penelitian adalah minat untuk menjajagi menelaah
sebuah permasalahan secara ilmiah. Disadari pula bahwa persoalan yang dihadapi
para guru dan pendidik itu seringkali bersiífat kasuistik dan khas. Bisa berdasarkan
komunitas, ruang lingkung lembaga atau oraganisasi dan setting sosisl budaya yang
dimiliki masing-masing karena itu pula, masalah atau persoalan yang diangakat dan
kemudian dicarikan solusianya atau penyesuaiannya tidak bisa digeneralisir atau
diungkapkan secara deduktif (Diknas, 1990) Minat untuk melakukan riset atau
penelitian akan menyelesaikan berbagai macam problema tersebut dan meningkatkan
teknologi pendidikan.

Pembahasan
Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan berencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak atau generasi muda, agar diri pribadinya
bermanfaat bukan hanya untuk kepentingan orang lain, masyarakat, bangsa dan
negaranya, melainkan juga untuk dirinya sendiri. Pendidikan memiliki peranan yang
teramat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan individu pada khususnya dan
kemajuan sebuah bangsa dan masyarakat pada umumnya.
a. Beberapa Pertimbangan dalam Memanfaatkan novasi dan leknologi
Pendidikan
Tilaar (2001) melihat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk
melakukan inovasi pendidikan. Tilaar lebih memilih term inovasi pendidikan
dibanding dengan pendidikan eksperimental, karena menurutnya pendidikan
eksperimental melihat bahwa pelajar adalah objek percobaan, sehingga berbagai
macam perlakuan dapat diterapkan seenaknya. Menurut Tilaar (2001) apabila ada
perlakuan yang salah maka dampak yang lebih besar akan terasa 20-30 tahun
kemudian.
Inovasi dan Teknologi tidak serta merta langsung diterapkan dalam dunia
pendidikan. Terlebih dahulu para pendidik harus mempertimbangkan matang-matang
etektifitas fungsinya, terutama identifikasi pada fungsi latennya. Fungsi laten adalah
fungsi yang tidak kelihatan dalam memberikan pengaruh pada sebuah efek diluar efek
yang diharapkan, yang kemungkinan memiliki unsur negatif. Pemanfaatan inovasi
dan teknolog pendidikan pada hakikatnya tidak ditentukan oleh mahal-murahnya
harga, akan tetapi kepraktisan dan kesesuaian fungsi yang diemban media tersebut
dengan fungsi luhur pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia diharapkan terus menerus berbenah dengan
memenuhi harapan masyarakat. Terdapat dua harapan dasar masyarakat mengenai
pemanfaatan teknologi pendidikan di Indonesia, antara lain:
a. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan akan mampu
mengabdi kepada manusia Indonesia. Hal ini berarti bahwa para pendidik
harus mencegah timbulnya dehumanized science and technology, mencegah
timbulnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak manusiawi, yang
mereduksi harkat dan martabat manusia Indonesia.
b. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan di Indonesia tidak
akan memperbesar masalah pengangguaran yang sudah cukup parah,
sebaliknya dapat turut serta memecankan masalah pengangguran. Berdasarkan
pengalaman yang ada, setiap inovasi teknologi lazimnya mempunyai labour
displacing effect yang bersifat langsung, sedangkan kemampuan untuk
menciplakan kesempatan kerja baru selalu bersifat tak langsung
Kedua harapan di muka tadi secara eksplISit juga menjelaskan apa yang harus
dicapai yaitu pemanfaatan teknologi dapat membantu pekerjaan manusia, serta apa
yang seharusnya tidak tidak terjadi, yaitu dehumanized science and technology dan
labour displacing effect. Kedua hal ini bagi sebagian orang adalah sisi-sisi sebuah
koin, dimana efek-efek negatif akan selalu ada ketika sebuah bangsa memantaatkan
hasil teknologi. Tinggal bagaimana cara yang harus dilakukan untuk memperkecil
efek negatif tersebut. Pada dasarnya bangsa Indonesia harus bersedia menelaah lebih
dahulu pahitnya setiap pembaharuan teknologi, sebelum mengecapnya manisnya
pembaharuan teknologi (Buchori, 1994).
Disamping dua harapan di muka tadi, harapan lain yang juga terdengar secara
sayup-sayup mengenai pengembangangan dan pemanfaatan IPTEK ialah bahwa
upaya nasional dalam membuahkan hasil-hasil yang mampu mengangkat harkat dan
martabat bangsa dalam pergaulan antar bangsa, dapat mengejarketinggalan Indonesia
dari bangsa-bangsa lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan dan
pemanfaatan iptek di Indonesia selalu menonjolkan tiga ciri yaitu
a. Nasionalistik
Pemanfaatan teknologi harus bersifat nasional dan merata agar tidak terjadi
friksi-friksi mengenai kesenjangan yang mengakibatkan adanya perasaan tidak adil
b.Humanistik
Pemanfaatan teknologi harus memanusiakan manusia dimanfaatkan justru
mematikan gerak pendidik dan pelajar dalam keterasingan, karena segala sesuatu
sudah dilakukan oleh teknologi. Pada pendidik misalnya, peran guru sebagai mediator
dan fasilitator yang menjadi media yang mempermudah pelajar dalam menerima apa
yang diajarkan memiliki cipta, rasa dan karsa. Tiga kualitas kemanusiaan ini tidak
boleh dimatikan oleh adanya teknologi. Pada pelajar, pelajar bukanlah objek
pendidikan akan tetapi sebagai subjek aktif, oleh karena itu pemanfaatan teknologi
tidak boleh mengobjekkan pelajar.
c.Populis
Tekonologi yang diterapkan harus bersifat populis, artinya dapat dinikmati
secara langsung oleh sebuah komunitas pendidikan. Terkadang teknologi justru
membuat pelajar menjadí individualis karena sifat-sifat begatif teknologi.
Untuk memenuhi harapan di muka, sekaligus memperkecil dampak negatif
yang ditimbulkan tidaklah mudah. Pemenuhan aspirasi holistik dalam pengembangan
dan penerapan inovasi dan teknologi pendidikan bergantung kepada berbagai hal,
antara lain :
a. Kesiapan Komunitas Pakar IPTEK dan Pendidik
Pakar IPTEK dan pendidik diharapkan turut berpacu dalam pergaulan ilmiah
internasional. Akses informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
harus terus-menerus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia
b. Kesiapan Sistem Pendidikan
Kesiapan sistem pendidikan dalam hal ini adalah kesiapan sistem dan sumber
daya pendidikan dalam membimbing bibit-bibit unggul dalam generasi muda secara
efisien dan sistematis menurut ukuran-ukuran mutakhir
c. Kesiapan Kultural Masyarakat
Kesiapan kultural masyarakat Indonesia pada umumnya untuk menghadapi
dan menanggapi perubahan serta kemajuan yang terjadi secara global dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan Sikap dewasa.
Berbagai macam kesiapan di muka dapat menjadi sebuah parameter mengenai
keberhasilan pendidikan yang dijalankan saat ini. Beberapa kualitas diharapkan telah
dimiliki baik oleh praktisi pendidikan maupun masyarakat. Menurut Hamalik (1994),
para pendidik harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
inovasi teknologi pendidikan yang meliputi:
a. Pendidik memahami bahwa teknologi adalah alat bantu komunikasi guna
lebih mengefektitkan proses belajar mengajar
b. Pendidik memahami fungsi teknologi dalam membantu mencapai tujuan
pendidikan, baik fungsi yang tampak serta fungsi latennya.
c. Pendidik mengetahui seluk beluk proses belajar, sehingga dapat memilih
teknologi apa yang diperlukan untuk diterapkan
d. Pendidik mengerti hubungan antara metode mengajar dan teknologi
pendidikan
e. Pendidik tahu akan nilai dan manfaat media pendidikan dan pengajaran
f. Pendidik memahami pemilihan dan penggunaan teknologi pendidi kan secara
aplikatif
g. Pendidik tahu akan berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
h. Pendidik memiliki usaha inovasi mandiri dalam dunia pendidikan
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan bagi institusi pendidikan dalam
kaitannya dengan perkembangan teknologi antara lain:
a. Memilih jenis teknologi yang hendak diterapkan di pendidikan, apakah high
technology, low technology ataukah mixed technology
b. Mempertahankan strukutur yang ada ataukah mengabaikan teknologi yang
sedang berkembang
c. Menyesuaikan struktur pendidikan dengan tuntutan teknolog, mengubah
struktur pendidikan yang ada ataukah mengembangkan struktur baru yang
bersifat fleksibel.
Melalui paparan di muka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan inovasi dan
teknologi akan membawa ketidakseimbangan pada harmoni yang telah terbentuk
pada sebuah institusi pendidikan. Perangkat-perangkat baru, selain membawa
konsekuensi yang baru juga dikhawatirkan membawa nilai-nilai baru, yang mungkin
tidak disadari oleh pendidik mempengaruhi pelajar. Misalnya, Industrialisasi sebagai
wujud dari perubahan teknologi telah mengubah struktur masyarakat dari yang
bersifat agraris ke masyarakat industri yang berbudaya serta massal. Karena itu
orientasi industri cenderung kepada tuntutan kebutuhan massal atau pasar.
Kecenderungan ini perlu diperhitungkan oleh dunia pendidikan. Kajian yang
berorientasi kepada kebutuhan masyarakat industri harus menjadi acuan dalam
system pendidikan. Oleh karena itu diperlukan beberapa pertimbangan yang dapat
digunakan oleh pengambil kebijakan pendidikan. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut adalah salah satu upaya untuk meminimalisir efek-efek negatif pemanfaatan
inovasi dan teknologi.

2. Kelebihan Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi Pendidikan


Dalam proses belajar dan mengajar, inovasi dan teknologi pendidikan
merupakan bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan
pendidik. Peranan teknologi tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan
mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek
lainnya yaitu kognitit, psikomotorik dan afektif.
Secara umum teknologi memiliki fungsi utama yaitu membantu manusia
menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien, sebagaimana pengertian dari
inovasi dan teknologi itu sendiri. Namun kelebihan-kelebihan tersebut dapat
dispesifikkan menjadi beberapa macam kelebihan antara lain :
a. Mampu meningkatkan minat pelajar terhadap mata pelajaran
Pemanfaatan hasil inovasi dan teknologi mampu memberikan situasi yang nyata
pada proses pembelajaran. Selama ini pelajar dituntut untuk memiliki kemampuan
verbalisme yang tingg pada hal-hal yang abstrak. Verbalisme adalah hal sangat sulit
sekali dan membosankan bag pelajar jika terus menerus dipacu di sekolah.
Penggunaan inovasi dan teknologi berupa instrumen yang mampu mengajak pelajar
belajar ke dunia nyata melalui visualisasi akan mampu menurunkan rasa bosan
pelajar dan meningkatkan minatnya pada mata pelajaran
b. Transfer informasi lebih utuh
Hasil inovasi berupa instrumen bantu pendidikan akan memberikan data atau
informasi yang utuh, hal ini terihat pada aktifnya indera pelajar, baik indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman, sehingga pelajar seakan-akan menemui
situasi yang seperti aslinya. Hasil inovasi dan teknologi akan melengkapi gambaran
abstrak yang sebelumnya dipahami pelajar dan membetulkan pemahaman yang salah
mengenai informasi yang didapatkan dari teks. Pada kasus pengadaan hasil inovasi
dan teknologi pada laboratorium, dengan memanipulasi objek dan situasi penelitian
sedemikian rupa, maka objek dan situsi tersebut seakan-akan sesuai dengan
fenomena-fenomena yang dipelajari oleh pelajar.
c. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang pelajar untuk lebih berpikir secara
ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang menjadi
objek kajian dalam belajar.
Hasil inovasi dan teknologi dikembangkan dengan kerangka berpikir ilmiah
berupa langkah rasional, Sistematik, dan konsisten. Secara tidak langsung hasil-hasil
inovasi dan teknologi akan merangsang pelajar untuk membantu pelajar dalam
mengidentifikasi masalah, observasi data, pengolahan data serta perumusan hipotesis.
Kegiatan tersebut tidak hanya hanya memperkuat ingatan terhadap informasi yang
diserap, tetapi juga berfungsi sebagai pembentukan unsur kognitif yang menyangkut
jenjang pemahaman.
d. Hasil inovasi dan teknologi akan merangsang kreatifitas pelajar.
Ada beberapa hasil inovasi dan teknologi pendidikan yang dapat digunakan
secara mandiri oleh pelajar, dimana siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya serta
imajinasi dan daya nalarnya dalam memahami materi yang diajarkan. Di sini,
kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan keunikan pelajar dalam berpikir akan terpacu.

Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Inovasi dan Teknologi Dalam Bidang Pendidikan


Kegiatan yang harus dilakukan guru dalam belajar-mengajar, antara lain
menyangkut perumusan tujuan, pemilihan bahan ajar, metoda dan alat bantu
mengajar, kegiatan pelajar, evaluasi hasil belajar, dan manajemen pembelajaran.
Beberapa aktifitas tersebut dapat dibantu dengan menggunakan hasil-hasil inovasi
dan teknologi. Banyak sekali wilayah dalam pendidikan yang berpeluang untuk
memanfaatkan hasil-hasil teknologi, karena berbagai dalam berbagai aspek
kehidupan, inovasi dan teknologi sudah mampu menjawab kebutuhan manusia untuk
berkembang. Pemanfaatan inovasi dan teknologi dalam bidang pendidikan dapat
dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu :
a. Penerapan inovasi dan teknologi pendidikan dalam bentuk sistem pendidi kan
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area kebijakan
penyelenggaraan proses pendidikan. Contoh dari pemanfaatan inovasi dan teknologi
pelaksanaan sistem Cara Belajar Pelajar Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), atau penambahan jam belajar di sekolah. Pada tataran ini inovasi
dan teknologi diterapkan secara massal karena mengarah pada sistem.
b. Penerapan inovasi dan teknologi pada media belajar dan mengajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area yang lebih sempit, yaitu
merujuk pada penyelenggaraan proses pendidikan berupa proses belajar mengajar di
sekolah, Penerapan yang dilakukan adalah elaborasi hasil teknologi sebagai media
belajar di sekolah, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI), alat-alat canggih
berupa audio visual, alat-alat permainan edukatif atau media cetak berupa buku-buku,
serta pengadaan alat-alat laboratorium yang berkualitas.
c. Penerapan Inovasi dan teknologi pada konsep pendidikan dan konsep belajar
Inovasi dan teknologi pada tataran ini menjangkau area konseptual pendidikan,
misalnya konsep pendidikan yang membebaskan yang diungkapkan oleh Paul Freire,
konsep Quantum Learning (Potter dan Hernacki, 2001), Accelerated Learning,
Beberapa area bentuk pemanfaatan teknologi dan inovasi pendidikan yang akan
dilakukan juga terletak pada
a. Produksi dan aplikasSi media pendidikan
b. Pelatihan dan pengembangan profesional pendidikan
c. Pengelolaan sistem belajar jarak jauh
d. Teknologi informasi dalam pendidikan
Contoh beberapa pemantaatan antara lain :
a. Pemantaatan pada laboratorium pendidikan yang berfungsi melakukan
penelitian
b. Pusat Produksi Multimedia Pendidikan yang menghasilkan audio kaset, audio
grafis, program video sampai program siaran radio dan TV
c. Pusat Pengujian sebagai pengelola evaluasi hasil belajar siswa
d. Perpustakaan
e. Pusat Penerbitan menerbitkan bahan ajar cetak
f. Unit-unit kerja lain seperti Pusat Komputer, Biro Administrasi Akademik,
Perencanaan, Sistem intormasi secara spesifik contoh-contoh pemantaatan
teknologi dapat dilihat pada bab berikut ini.
Beberapa Contoh Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi Pendidikan Pada Masa
Kini
a. Pemanfaatan Komputer Sebagai Media Bantu Belajar Mengajar Matematika
dan IPA
Komputer dewasa ini telah dilengkapi dengan kemampuan yang tak
tertandingi oleh peralatan lain, baik dari segi kecepatan maupun keluwesan
penggunaannya. Dalam kaitannyan dengan peningkatan mutu pendidikan, tidak salah
jika komputer menjadi pilihan tepat sebagai media pembelajaran. Salah satu mata
pelajaran yang dapat dibantu dengan berbagai fasilitas di dalam komputer adalah
matematika dan IPA (Fisika, Kimia dan Biologi) atau yang lebih akrab disebut
dengan MIPA.
Mata pelajaran matematikan dan IPA adalah mata pelajaran yang memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi sehingga selama ini ditakuti pelajar sekolah, padahal
mata pelajaran matematika dan IPA adalah ilmu dasar yang mutlak harus dikuasai
sebagai langkah awal dalam meletakkan landasan penguasaan teknologi. Konsep
MIPA tidak mungkin dapat dikuasai hanya dengan membaca buku ataupun
menghafal rumus-rumus saja. Disamping cara ini sangat memerlukan waktu dan
tenaga yang banyak, cara-cara seperti ini dapat menyebabkan berbagai macam
miskonsepsi. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, pelajar harus
dibawa seekat mungkin dengan peristiwa alam, misalnya dengan metode
eksperimental atau metode demonstrasi. Dalam hal ini, komputer menjadi media yang
cocok untuk menunjang cara pengajaran seperti itu. Hal ini dikarenakan komputer
memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1)Komputer dapat digunakan dimana saja dan kapan saja
2)Dapat dipakai dalam proses belajar mengajar baik secara klasikal maupun
individual
3)Mudah dan murah pembuatannya
4)Komputer dapat memvisualisasi kan fenomena alam seperti proses aslinya
5)Komputer mampu melakukan simulasi, perhitungan dan bahkan data untuk
digunakan kapan saja
Secara spesilik, penggunaan komputer sebagai media bantu belajar mengajar
MIPA memiliki beberapa tujuan, antara lain
a. Pelajar lebih mudah memahami kondep-konsep yang diajarkan. Kemampuan
pelajar dalam hal aplikasi, analisis dan sintesis dapat terus dibina.
b. Pelajar lebih berminat dan giat mempelajari MIPA
c. Mengurangi terjadinya salah konsep dan verbalisasi, misalnya menghafal
d. Memotivasi guru untuk mengembangkan pengetahuan dan profesinya
Namun, meskipun banyak keuntungan yang bisa diperoleh, upaya
komputerisasi media pendidikan benyak menemui hambatan. Hal ini disebabkan oleh
sedikitnya guru yang mau dan mampu menyusun sebuah aplikası presentasi atau
program pembelajaran. Selain itu sedikitnya pengetahuan guru tentang pemrograman
dan kurang tersedianya perangkat lunak pembelajaran juga menjadi kendala yang
perlu segera diatasi. Pada dasarnya, banyak guru yang telah mampu
mengoperasionalkan komputer. Namun patut disayangkan penggunaan komputer
masih sebatas sebagai sarana bantu administratif dan bukan untuk keperluan belajar
yang menjadi tugas utamanya. Permasalahan ini sudah dijawab oleh sebagian besar
perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga pengajar yang handal dalam
mengoperasikan komputer. Pada Fakultas MIPA UNY di Yogyakarta misalnya para
mahasiswa sudah dibekali dengan kemampuan untuk merancang sebuah program
aplikasi komputer. Mislnya pada Jurusan Pendidikan Fisika mahasiswa disiapkan
untuk mampu membuat visualisasi beberapa fenomena fisika, misalnya gerak atau
kesetimbangan.

b. Program Akselerasi
Akselerasi berarti percepatan. Penerapan program akselerasi di sekolah
merupakan sebuah inovasi tersendiri dalam bidang pendidikan. Progranm akselerasi
memiliki beberapa kekhasan yang ditandai dengan adanya saling pemahaman antara
dua belah pihak, yaitu pihak guru dan pelajar. Kesepakatan bersama harus sejalan dan
saling disadari oleh guru dan pelajar karena keduanya adalah bagian penting dalam
sebuah sistem pendidikan. Sebagai produk baru pada jenjang pendidikan menengah
dasar dan menengah program akselerasi pada SD, SLTP dan SMU dirintis oleh
sekolah di Jakarta dan Yogyakarta (Nursito, 2001). Di Yogyakarta tahun 2005
merupakan tahun kedua pelaksanaan program percepatan yang dilaksanakan di SMU
1, SMU 3 dan SMU 8, sedang di Jakarta sudah dilaksanakan beberapa tahun
sebelumnya. Pelaksanaan program akselerasi masi tetap mengacu pada kurikulum
1994,. Bila kurikulum mutakhir ini dikurangi bebannya (dari 42 jam tatap muka
menjadi 36 Jam), jelas beban dan pelaksanaan program akselerasi menjadi ringan.
Program akselerasi merupakan upaya untuk peningkatan mutu pendidikan
dengan mewadahi kemampuan pelajar yang memiliki kemampuan yang lebih.
Penerapan program akselerasi adalah salah satu contoh bahwa dunia pendidikan
mulai berbenah dalam menghadapi tuntutan zaman dengan terus menerus berinovasi.
1. Pemanfaatan Internet dalam Pendidikan
Sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan.
Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian
pula Internet di Indonesia mulai tumbuh di lingkungan akademis. Adanya Internet
membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber
informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber
intormasi yang mahal harganya. Adanya internet memungkinkan seseorang di
indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses
perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya
menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi
hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak
cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar
informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa
adanya internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan
secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana
atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusıkan sebuah
masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email.
Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui
Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran
dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun
di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan
di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi. Sharring information juga
sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent
the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat
digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan
teknologi.
Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi
Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa
Tiggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest
growth industry Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat
menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya
dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu
kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat disi 50 orang Virtual university dapat
diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi
alasan yang kuat untuk menjadikan intenet sebagai infrastruktur bidang pendidikan.
Untuk merangkumkan manfaat intermet bagi bidang pendidikan di Indonesia: Akses
ke perpustakaan, Akses ke pakar, Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia
sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatit yang sekarang sedang giat kami
lakukan adalah program "Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah
(khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. Inisiatif
pemanfaatan internet sebagai upaya pemantaatan inovasi dan teknologi di bidang
pendidikan perlu mendapat dukungan dari bangas Indonesia.
2. Penerapan Teori Belajar Kuantum
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa Indonesia berada dalam suatu
era dimana hampir seluruh informasi dapat disajikan seketika dalam berbagai bentuk
melalui sebuah jaringan belajar global, suatu abad dimana teknologi informasi telah
melahirkan ekonomi baru. Gelombang perubahan yang mengguncangkan ini
memaksa kita untuk memikirkan kembali segala sesuatu yang selama ini kita pahami
tentang pembelajaran, pendidikan, persekolahan, bisnis, ekonomi, dan pemerintahan
dimana negara-negara berkembang memungkinkan melompati revolusi industri dan
segera memasuki era informasi dan inovasi.
Kekuatan atau kompetensi dari suatu organisasi akan lebih ditentukan oleh
intangible asset berupa sumber daya manusia yang berkemampuan serta organisasi
pembelajar untuk dapat bersaing pada masa yang akan datang. Dengan
berkembangnya teknologi informasi dunia ini penuh dengan limpahan pengetahuan
yang luar biasa tinggal mampukah mengambil kesempatan tersebut untuk
mengembangkan kompetensi diri kita sebagai individu maupun organisasi.
Quantum Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang
baru yang menggunakan metodologi berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Inteligences (Gardner), Neuro Linguistic
Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning (Hahn), Socratic
Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson) dan Elements of Effective
Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan
kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan
kecepatan belajar. Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman delapan belas
tahun.
Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk menyingkirkan
hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran
yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari
peserta. Konsep kunci dalam Quantum Learning adalah sintesis dari berbagai teori
dan strategi belajar yang digunakan antara lan:
 Teori otak kanan / kiri
 Teori otak triune (3 in 1)
 Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
 Teori kecerdasan ganda
 Pendidikan holistic (menyeluruh)
 Belajar berdasarkan pengalaman
 Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
 Simulasi permainan
 Peta Pikiran (mind mapping)
Perubahan paradigma dalam model Quantum Learning dilandaskan pada asumsi
dasar bahwa setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga seorang trainer
lebih bersifat sebagai fasilitator yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang
tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar
atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak. Bagi kebanyakan
orang belajar akan sangat etektif jika dilakukan dalam suasana setiap orang
mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang
merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan
demikian perasaan nyaman dan positit akan terbentuk dalam menerima informasi atau
materi yang diberikan oleh fasilitator. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus
dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau
aplikasi langsung. Dalam menyerap dan mengolah infornmasi otak menguraikannya
dalam bentuk simbol atau asosiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila
lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adalah latar belakang
(background) musik yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalam proses
pembelajaran. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas
materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuot
belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa). Tahapan awal aplikasi metoda
belajar Quantum Learning:
 Melakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai metoda belajar dengan
Quantum Learning
 Bekerja sama dalam mengembangkan motode tersebut dengan pihak luar yang
mempunyai basis psikologi dalam metoda pendidikan
 Mengundang pihak luar yang kompeten dalam pengembangan metoda tersebut
 Bilamana diperlukan mengundang Bobbi DePorter yang telah mengemas dan
mengembangkan gagasan Quantum Learning
 Mengadakan uji coba aplikasi metoda tersebut untuk matern manajemen (non
vocational) dan melakukan questioner untuk pengembangan lebih lanjut apabila
hasilnya positip.
 Menyiapkan sarana belajar Quantum Learning sesual perkembangan yang ada
 Sosialisasi pada diklat-diklat di lingkungan Jasdik untuk mengembangkan
metoda tersebut
 Melakukan review pada modul-modul yang telah ada berdasarkan sistimatika dan
metodologi Quantum Learning
 Membentuk team yang sepenuhnya di sponsori dan di back-up oleh manajemen
karena sifatnya yang eksperimental dalam mengembangkan inovasi yang baru
tersebut (re-energize).
 Penyiapan media pendidikan seperti Note Book, Proyektor, OHP, Flip Chart,
Sound System Portable baik untuk kegiatan internal maupun presentasi.

Penutup
Setelah memahami kondisi sosial yang ada maka langkah selanjutnya adalah
mendesain formula ilmu pendidikan yang aspiratif dengan perkembangan dunia.
Persoalannya adalah apakah ilmu pendidikan saat Ini sudah memadai guna menyaingi
gelombang peribahan sosial (Darwin, 2002). Dan pemahaman ini, nampaknya ilmu
pendidikan perlu direposisi. Pertama perlu dilihat bahwa proses pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Bahkan bukan hanya masyarakat
Indonesia tetapi bagian dari seluruh umat manusia. Dengan kata lain, ilmu pendidikan
merupakan bagian yang tak terpishkan dari kebudayaan Indonesia maupun
kebudayaan global. Dengan demikian ilmu pendidikan bukan hanya sekedar sebagai
proses pendewasaan atau proses sosialisasi atau proses penyesuaian budaya, tetapi
juga sebagai proses yang aspiratif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolog.
Meskipun upaya peningkatan terus menerus dilakukan, para pendidik harus
menjawab pertanyaan muncul, yaitu: apakah inovasi dan teknologi sudah saatnya
mutlak diperlukan kehadirannya dalam setiap aktifitas pendidikan ataukah hanya
sekedar ikut-ikutan pada trend yang berkembang? Oleh karena itu diperlukan langkah
prevensi yang antisipatif terhadap segala kemungkinan yang ada. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah pengarahan ulang (redirection) terhadap kegiatan penelitian
dan pengembangan pendidikan serta menghilangkan sifat konservatisme di dalam
pendidikan di Indonesia. Perancangan ulang tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dengan pendidikan serta
komponen di dalam sekolah sebagai institusi pendidikan formal.
Perancangan ulang tersebut setidaknya harus mencakup :
a. Perluasan Area Cakupan Penelitian
Penelitian mengenai pendidikan yang dilakukan hendaknya diperluas pada proses
transter of learning pada belajar, akan tetapi juga menyangkut masalah yang berkaitan
dengan ekonomi, sosial dan budaya
b. Penyusunan Kerangka Acuan (frame of reference)
Kerangka acuan mengenai aspek pendidikan perlu diperluas sehingga mencapai
simpul-simpul pertemuan antara pendidikan dengan perubahan sosial-ekonomi,
transformasi kultural dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sisi
yang lain.
c. Perluasan Time Frame
Penelitian yang dilakukan tidak hanya terpaku pada masalah-masalah pendidikan
pada masa lampau tetapi juga menelusuri akar historis persoalan pada masa sekarang
dan melakukan penjajagan mengenai situasi dan problematika di masa depan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasilnya dalam dunia pendidikan (Arsyad,
2000).
Para praktisi pendidikan dituntut untuk mampu memanfaatkan hasil teknologi
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidik, misalnya, dituntut untuk
sekurang kurangnya mampu mengaplikasikan peralatan modem yang tersedia. Selain
itu pendidik juga diharapkan untuk menggalakkan penelitian tentang lImu
Pendidikan, karena pedagoik memiliki wacana, visi, misi dan program yang jelas
serta metode obeservasi, eksperimentasi, dan metode ilmiah baik kuantitatif dan
kualitatif yang baik. Namun meskipun sudah memiliki kejelasan orientasi, namun
masih sedikit upaya yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mengaplikasikan
orientasi tersebut dalam medan penelitian ilmiah.
Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke
semua sektor kehidupan. Dunia Pendidikan yang berperan mencetalk manusia yang
menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang sama yaitu tersentuh dengan
teknologi. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal
memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan
prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif. Namun,
kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran yang memuaskan. Saat ini
masih banyak sekolah-sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan) belum
tersentuh teknologi, terutama komputer. Di beberapa sekolah terungkap sistem
manajemen dan Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin ketik sebaga
sarana pembukuan administrasi masih menjadi alat utama sementara dilain sisi
teknologi komputer telah berkembang pesat dalam sistem pengleloaan manajemen
dan Tata Usaha. Bahkan kini teknologi komputer didukung dengan internet yang
telah menjadi jendela penghubung dunia.
Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari pemerintah Jepang yang
ternyata disinyalir sebagai ajang bisnis miharan rupiah kurang didukung dengan
respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap bahwa beberapa sekolah
membutuhkan sarana komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi juga
sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal jauh dengan SISwa di eropa yang
telah menggunakan teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu sebagai
sarana belajarnya. Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional dengan menteknologikan pendidikan. Tahapan-
tahapan yang dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian dana untuk
penyediaan sarana dan prasarana seperti Komputer akan mendukung program ini.
Dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan
dimana siswanya belum pernah menyentuh bahkan melihat komputer. Program-
program komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum nasional pada
tingkatan sekolah dasar, sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan yang telah mengenal
komputer. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer
dapat digali hiknah dan wacana yang terkandung didalamnya.
Tulisan ini adalah makalah saya ketika mengikuti kuliah Ilmu Pendidikan
Tahun 2002.
Tinjauan Pustaka
Nursito, A. 2001. Plus Minus Program Akselerasi. Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1.
September-Oktober 2001.
Setyono, B. 2001. Komputer Sebagai Media Bantu Belajar Mengajar Matematika dan
IPA
(MIPA). Majalah Gerbang Edisi 2. Th 1. September-Oktober 2001
Darwin, S. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo
Tim Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Penelitian Tindakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai