Anda di halaman 1dari 29

TEORI KEPERAWATAN MENURUT VIRGINIA HENDERSON

Disusun Oleh :

Kelompok II

Annisa Rahayu (183112420140203)

Marlina (183112420140204)

Sulehah (183112420140190)

Natalia Melati (194201416177)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-

Nya lah sehingga kami dapat meyelesaikan Makalah “Teori Keperawatan”

dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penulisan makalah ini kami

berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah

dipahami isinya oleh para pembaca, khususnya untuk mahasiswa S1 keahlian di

bidang Keperawatan.

Shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan untuk Rasulullah

Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari

akhir. Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karunia-Nya,

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna serta masih terdapat

kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semua dan dapat di terima dengan baik.

Jakarta, 12 Desember 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ...……………………………………………………………… iii

BAB I …………………………………………………………………………. 4

PENDAHULUAN ……………………………………..…...………………… 4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 4

BAB II………………………………………………………………………… 6

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 6

2.1 Definisi dan Teori Keperawatan menurut Virginia Henderson ………. 7

2.2 Konsep Utama Teori Henderson ………………………………………. 12

2.3 Aplikasi Teori Henderson Dalam Proses Keperawatan …………………13

2.4 Teori Imogene King dan Metaparadigma ……………………………… 15

2.5 Model Konsep Imogene King ………………………………………… 16

BAB III……………………………………………………………………… 21

Penutup……………………………………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi

keperawatan). Ia mengatakan bahwa definisi keperawatan harus

menyertakan prinsip keseimbangan fisiologis. Di samping itu Henderson

juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal sebagai

“The Activities of Living”. Pada model tersebut terdapat empat belas

kebutuhan dasar Virginia Henderson yang dapat diklasifikasikan menjadi

empat komponen yang mana salah satunya adalah komponen spiritual.

Spiritualitas, agama, dan existential concerns juga menjadi komponen

utama health related quality of life (HRQOL) (Krageloh et al., 2015).

Koenig et al (dalam Moeini et al, 2016) percaya bahwa spiritualitas dapat

mempengaruhi fungsi sosial seseorang dan emosi seseorang serta pada

gilirannya juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan kelenjar

endokrin. Oleh karena itu, keyakinan dan praktik spiritual dikaitkan

dengan perilaku sehat, fungsi kekebalan tubuh yang lebih kuat, kondisi

kardiovaskular yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih panjang. Model

keperawatan diatas juga menjelaskan bahwa tugas perawat adalah

membantu individu dengan meningkatkan kemandiriannya secepat

mungkin serta membantu individu yang sehat maupun sakit melaksanakan

berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu

(Harmer dan Henderson (1995, dalam Potter, 2005 : 274). Kesehatan di

definisikan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap,
bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan pada tubuh (Sambo et

al. 2014).

Kesehatan juga disebut sebagai keseimbangan antara kebutuhan

manusia yang mana meliputi spiritual, sosial, fisik, lingkungan, perasaan

emosi, dan intelektual diri. Kesehatan atau kesejahteraan spiritual

merupakan suatu keharmonisan dan saling kedekatan antar sesama

makhluk hidup, saling menjalin kedekatan antara individu satu dan

individu lainnya, serta dengan Tuhan Yang Maha Esa (Yusuf et al., 2016).

Kesehatan spiritual adalah faktor yang menunjukkan bagaimana orang bisa

menghadapi masalah dan tekanan yang disebabkan oleh penyakit, dan

sebagai tolak ukur kesehatan seseorang.

Kesehatan spiritual akan memberikan kekuatan pada lansia yang

diperlukan untuk berjuang dan beradaptasi dengan masalah kehidupan

sehari-hari seperti penyakit, kehilangan, dan kematian. Penguatan

kesehatan spiritual nampaknya begitu mendukung sumber daya spiritual

dan keagamaan. (Moeini et al., 2016).

King dan Koenig (2009, dalam Yusuf et al, 2016) mengatakan

bahwa spiritualitas adalah pencarian diri untuk memahami jawaban

sebagai tujuan akhir dalam hidup, tentang makna, dan tentang hubungan

suci atau transenden, yang mana (atau mungkin juga tidak) memimpin

pada perkembangan ritual keagamaan dan bentukan komunitas.

Spiritualitas berhubungan dengan perasaan atau pengalaman hidup tentang

rasa hormat, kedamaian, atau keterikatan dengan Yang Maha Tinggi.

Semua konsep dan makna spiritual dari berbagai macam sumber memiliki
kesamaan, yang terdiri dari hubungan internal, kepribadian, dan ekspresi

emosional yang dinilai dari penanganan spiritual yang mencakup

kesejahteraan spiritual, kedamaian individu, dan kenyamanan individu

(Kretchy et al., 2013).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Teori Keperawatan menurut Virginia Henderson

Virginia Henderson memandang pasien sebagai individu yang

membutuhkan bantuan dalam mencapai kebebasan dan keutuhan pikiran

dan tubuh. Dia menegaskan bahwa praktik yang dilakukan oleh perawat

independen dari praktik dokter. Dia juga mengenalkan pemikirannya

tentang peran perawat yang dipengaruhi oleh berbagai faktor Karyanya

berdasarkan karya (1) Thorndike, seorang psikolog Amerika, (2)

pengalamannya di Henry House Visiting Nurse Agency, (3)

pengalamannya di keperawatan rehabilitasi, dan (4) konsep Orlando

tentang tindakan keperawatan yang terencana (Henderson, 1964; Orlando,

1961). Henderson menegaskan pentingnya seni dalam keperawatan dan

mengenalkan 14 kebutuhan dasar manusia yang menjadi dasar asuhan

keperawatan. Kontribusi Peplau meliputi mendefinisikan keperawatan,

memperjelas otonomi fungsi keperawatan, menekankan tujuan

hubunganyang saling ketergantungan dengan pasien, dan menciptakan

konsep menolong diri sendiri. Konsep menolong diri sendiri yang

diciptakan Henderson dipengaruhi oleh karya Abdellah dan Adam

(Abdellah, Beland, Martin. & Matheney, 1960; Adam, 1980, 1991).

Henderson telah memberikan kontribusi luar biasa kepada profesi

keperawatan selama 60 tahun pelayanannya sebagai seorang perawat,

pendidik, penulis dan peneliti. Dia yang telah mempublikasikan karya-

karyanya secara luas selama kurun waktu tersebut. Henderson menulis tiga
buku yang menjadi karya-karya besarnya dalam keperawatan: Textbook of

the 2 Principles and Practice of Nursing (1955), Basic Principles of

Nursing care (1960), and The Nature of Nursing (1966).

Kontribusi terbesarnya dalam penelitian adalah proyek

pengembangan Nursing Studies Index yang dilakukan selama 11 tahun

atas dukungan Yale, dan hasilnya dipublikasikan dalam empat volume

literatur mencakup uraian biografi, analisa serta sejarah keperawatan dari

tahun 1990-1959. Pada tahun 1959, divisi pelayanan keperawatan di

Asosiasi Perawat Internasional (ICN - the International Council Nurses)

meminta Henderson menjelaskan konsepnya tentang keperawatan. Inilah

sejarah munculnys definisi keperawatan yang dipublikasikan oleh 10 pada

tahun 1961, yaitu saat Henderson menamplliam kesimpulan akhir dari

proyek yang dilakukannya selama bertahun-tahun (Yani Achir & Ibrahim

Kusman, 2018).

Seorang perawat berperan untuk membantu individu sakit maupun

sehat. Dalam melakukan aktivitas yang memengaruhi kebutuhan dan

penyembuhan (atau menghadapi kematian yang damai). Individu tersebut

mungkin saja tidak membutuhkan bantuan jika dia telah memiliki hal-hal

yang dibutuhkan seperti kekuatan diri, Dalam bukunya "The Nature of

Nursing Reflections he 25 Years, Henderson (1991)" memberikan

tambahan pada setiap bab buku edisi tahun 1966, dan dengan memberikan

perubahan pandangan pendapatnya terkait keperawatan. Henderson

mengungkapkan teorinya bahwa kompleksitas dan kualitas pelayanan

hanya dibatasi oleh imajinasi dan kompetensi perawat yang


menafsirkannya (Henderson 2006), Teorinya telah diterapkan untuk

penelitian di bidang khusus donasi organ (Nicely De-Lario 2011) dan

menjadi bingkai dalam diskusi tentang kiat keperawatan di era teknologi

(Henderson, Timmins, 2013). Karya Henderson dipandang sebagai filosofi

keperawatan dalam hal tujuan dan fungsi keperawatan (Yani Achir &

Ibrahim Kusman, 2018).

Selanjutnya, definisi keperawatan oleh Henderson digunakan oleh

ICN (the International Council Nurses) dan disebarluaskan, definisi Inipun

terus digunakan di seluruh dunia. Di dalam Bukunya yang berjudul The

Nature of Nursing: A Defnition and Its Implications for Practice,

Research, and Education, Henderson (1966) memperkenalkan 14

kebutuhan dasar manusia yang merupakan dasar dalam pemberian asuhan

keperawatan:

1. Bernapas normal.

2. Mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup.

3. Mengeluarkan buangan tubuh.

4. Menggerakkan dan mempertahankan postur tubuh

5. Tidur dan beristirahat.

6. Memilih pakaian yang tepat; memilih antara memakai atau melepas

pakaian.

7. Mempertahankan suhu tubuh pada batas normal dengan cara

menyesuaikan pakaian dan modifikasi lingkungan.

8. Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan

melindungi kulit.
9. Mencegah aktivitas yang dapat membahayakan orang lain dan

lingkungan

10. Mampu mengkomunikasikan dan mengungkapkan perasaan,

kebutuhan, kekhawatiran, dan pendapat kepada orang lain

11. Beribadah sesuai keyakinan dirinya.

12. Bekerja sehingga merasa berprestasi.

13. Ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan rekreasi.

14. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang

mendukung pengembangan diri dan kesehatan yang normal, serta

menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (Yani Achir & Ibrahim

Kusman, 2018).

Keempat belas kebutuhan dasar manusia tersebut dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis,

sosiologis, dan spiritual kebutuhan dasar poin 1-9 termasuk komponen

kebutuhan biologis, poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan

psikologis, poin 11 termasuk kebutuhan spiritual, dan komponen 12 dan

13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Selain itu, Henderson juga

menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu

sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka

merupakan satu kesatuan (unit) (Asmadi, 2008).

Henderson mengidentifikasi tiga tahap hubungan perawat-pasien,

yaitu saat perawat berperan sebagai pengganti, penolong, dan mitra bagi

pasien. Melalui proses interpersonal, perawat harus sampai ke 'dalam kulit

tiap pasiennya untuk mengetahai bantuan apa yang dibutuhkan. Meskipun


Henderson percaya bahwa fungsi perawat dan dokter saling tumpang

tindih, dia menegaskan bahwa perawat bekerja saling ketergantungan

dengan tenaga kesehatan profesional lainnya dan juga dengan pasien (Yani

Achir & Ibrahim Kusman, 2018).

Perawat melaksanakan peran pengganti pada upaya memenuhi

kebutuhan pasien diakibatkan oleh berkurangnya kekuatan fisik dan

kemampuan pasien di dalam situasi pasien yang gawat. Dalam hal ini

perawat berfungsi untuk “melengkapinya”. Pasien berada pada fase

pemulihan setelah kondisi gawat terlewati. Perawat memiliki peran

sebagai penolong yang membantu pasien mendapatkan kemandiriannya.

Kemandirian yang bersifat relatif, sebab tak ada manusia yang tidak

bergantung pada orang lain. Walaupun demi untuk mewujudkan kesehatan

pasien perawat berusaha keras saling bergantung. Perawat dan pasien

secara bersama merumuskan rencana perawatan bagi pasien sebagai mitra.

Meski mempunyai diagnosis berbeda, setiap pasien pasti memiliki

kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar itu

dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis serta faktor lainnya, seperti

usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan

fisik dan intelektual.

Henderson berasumsi bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk

mengikuti perintah dokter pada kaitan hubungan perawat dan dokter.

Filosofi yang memperbolehkan seorang dokter memberi instruksi kepada

pasien atau tenaga kesehatan yang lainnya menjadi pertanyaan tersendiri

oleh Henderson. Merupakan tugas perawat membantu pasien dalam


melakukan manajemen kesehatan ketika dokter tidak ada. Agar dapat

memenuhi rencana pengobatan yang juga dilaksanakan oleh dokter maka

rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dapat

berjalan sedemikian rupa (Asmadi, 2008).

2.2 Konsep Utama Teori Henderson

Konsep utama dari teori Henderson yaitu; manusia, keperawatan,

kesehatan, dan lingkungan.

1) Manusia

Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen

yang merupakan komponen penanganan perawatan dan Henderson

memandang manusia sebagai individu yang butuh bantuan untuk

memperoleh kesehatan, kebebasan, kematian yang damai dan meraih

kemandirian.

2) Keperawatan

Perawat memiliki fungsi unik dalam membantu individu, baik dalam

keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota dari tim kesehatan,

perawat memiliki fungsi independen di dalam penanganan perawatan

berdasarkan pada 14 kebutuhan manusia. Perawat harus memiliki

pengetahuan biologis maupun sosial, untuk menjalankan fungsinya.

3) Kesehatan

Sehat ialah kualitas hidup yang mendasari seseorang dapat berfungsi

pada kemanusiaan. Mengobati penyakit tidak lebih penting daripada

memperoleh status kesehatan. Diperlukan kemandirian dan saling

ketergantungan, untuk mencapai kondisi sehat. Bila memiliki kekuatan,


kehendak, serta pengetahuan yang cukup maka Individu akan meraih

atau mempertahankan kesehatan.

4) Lingkungan

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian terkait pada aspek

lingkungan.

a) Kondisi sakit akan menghambat kemampuan individu untuk

mengontrol lingkungan mereka.

b) Perawat seharusnya mampu memberikan perlindungan cedera ekanis

pada pasien

c) Perawat harus mempunyai pengetahuan keamanan lingkungan yang

baik.

d) Dokter mempergunakan hasil observasi dan penilaian perawat, yang

menjadi dasar dalam menuliskan resep.

e) Saran-saran perawat tentang kontruksi bangunan dan

pemeliharaannya dapat meminimalkan peluang terjadinya luka pada

pasien.

f) Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan

dalam memperkirakan adanya bahaya (Asmadi, 2008).

2.3 Aplikasi Teori Henderson Dalam Proses Keperawatan

Pada kaitannya dengan praktik keperawatan, jika melihat defenisi

ilmu keperawatan Henderson bahwa pemberi asuhan keperawatan

langsung pada pasien merupakan tugas utama perawat. Manfaat dari

asuhan keperawatan ini nampak dari kemajuan dari kondisi pasien, yang

pada awalnya bergantung pada orang lain hingga akhirnya menjadi


mandiri. Perawat dapat membantu pasien dalam hal ini dengan mengkaji,

merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen

penanganan perawatan dasar (Asmadi, 2008).

Di tahap pengkajian, menggunakan dasar 14 komponen perawat

menilai kebutuhan dasar pasien. Saat mengumpulkan data perawat

mempergunakan metode observasi, indera penciuman, peraba, dan

pendengaran. Bila telah terkumpul, maka perawat menganalisis data dan

melakukan perbandingan dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit.

Hasil analisisnya sangat menentukan munculnya diagnosis keperawatan.

Pengenalan akan kemampuan individu untuk memenuhi

kebutuhannya dengan atau tanpa mempergunakan bantuan, serta juga

mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang individu telah miliki

maka dibuat diagnosis keperawatan.

Pada perencanaan, mencakup aktivitas penyusunan rencana

kebutuhan yang disesuaikan pada kebutuhan individu, termasuk rencana

perbaikan apabila didapatkan ada perubahan, serta dokumentasi

bagaimana upaya perawat dalam membantu individu di saat kondisi sehat

atau sakit.

Tahap implementasi, berdasarkan pada rencana perawatan untuk

membantu individu memenuhi kebutuhan dasar, berguna memelihara

kesehatan individu, pemulihan dari kondisi sakit, atau bantuan untuk

meninggal dalam damai. Intervensi perawat bersifat individual,

mempertimbangkan prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,

keseimbangan emosional, kemampuan intelektual dan fisik individu.


Akhirnya perawat melakukan evaluasi pencapaian kriteria yang

diharapkan dengan melakukan penilaian terhadap kemandirian pasien

dalam melakukan berbagai aktivitas pada kehidupan sehari-hari sehari-hari

(Asmadi, 2008).

2.4 Teori Imogene King dan Metaparadigma

King memperkenalkan beberapa asumsi sebagai dasar konseptualnya.

1. Keperawatan

Keperawatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi yang

ditemukan dalam system perawatan kesehatan masyarakat. Tujuan

keperawatan adalah menolong individu mempertahankam

kesehatannya sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran-peran

mereka. Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal aksi,

reaksi, interaksi dan transaksi sehingga model keperawatan King

dikenal sebagai An Interaction Model.

2. Individu

Asumsi spesifik King mengenai individu adalah individu sebagai

makhluk sosial, individu sebagai makhluk berakal, individu sebagai

makhluk rasional, individu sebagai makhluk perasa, individu sebagai

makhluk pengontrol, individu sebagai makhluk yang bertujuan,

individu sebagai makhluk berorientasi tindakan, dan individu sebagai

makhluk berorientasi waktu. Menurut King, individu mempunyai hak

untuk mengetahui berbagai hal menyangkut dirinya, hak untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi


kehidupan dan kesehatan mereka, serta hak untuk menerima atau

menolak perawatan kesehatan.

3. Kesehatan

Kesehatan dipandang sebagai bagian dinamis dalam lingkaran

kehidupan, sedangkan penyakit merupakan bagian dalam lingkaran

kehidupan tersebut.Kesehatan memengaruhi upaya adaptasi yang

terus-menerus terhadap kondisi stress, baik internal maupun eksternal,

melalui pemanfaatan optimum sumber daya manusia guna meraih

potensi maksimal bagi kehidupan keseharian.

4. Lingkungan

King menyatakan bahwa pemahaman mengenai tata cara manusia

berinteraksi dengan lingkungannya guna mempertahankan kesehatan

merupakan inti bagi perawat. Sistem terbuka berimplikasi pada

terciptanya interaksi antara system dan lingkungan yang memengaruhi

perubahan lingkungan secara konstan.

2.5 Model Konsep Imogene King

King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan

menggunakan pendekatan system terbuka dalam hubungan interaksi yang

konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model

konsep interaksi. Dalam mencapai hubungan interaksi, King

mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi :

1. Sistem Personal

Menurut King setiap individu adalah sistem personal (sistem

terbuka). Untuk sistem personal konsep yang relevan adalah persepsi


(perception), diri (self), pertumbuhan dan perkembangan (growth

and development), citra diri (body image), ruang (space), dan waktu

(time).

a) Persepsi (perception)

Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan

kejadian-kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke orang lain

dan hal ini tergantung dengan pengalaman masa lalu, latar belakang,

pengetauhan dan status emosi. Karakteristik persepsi adalah

universal atau dialami oleh semua, selektif untuk semua orang, dan

subjektif atau personal.

b) Diri (self)

Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan

orang lain. Diri adalah individu atau bila seseorang berkata

“AKU”.Karakteristik diri adalah individu yang dinamis, sistem

terbuka dan orientasi pada tujuan.

c) Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development)

Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku

manusia. Perubahanini biasanya terjadi dengan cara yang tertib, dan

dapat diprediksiakan walaupun individu itu bervariasi, dan

sumbangan fungsi genetik, pengalaman yang berarti dan

memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai proses

diseluruh kehidupan seseorang dimana dia bergerak dari potensial

untuk mencapai aktualisasi diri.

d) Citra diri (body image)


King mendefinisikan citra diri sebagai cara bagaimana orang

merasakan tubuhnya dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.

e) Ruang (space)

Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang,

personal atau subjektif, individual, situasional, dan tergantung

dengan hubunganya dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional,

atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi.Definisi

secara operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada untuk semua

arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory dan

perilaku orang yang menempatinya.

f) Waktu (time) King mendefisikan waktu sebagai lama antara satu

kejadian dengan kejadian yang lain, merupakan pengalaman unik

setiap orang.

2. Sistem Interpersonal

King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi

antar manusia. Interaksi antar dua orang disebut Dyad, tiga orang

disebut Triad, dan empat orang disebut Group. Konsep yang relevan

dengan sistem interpersonal adalah interaksi, komunikasi, transaksi,

peran dan stres.

a) Interaksi

Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang dapat

diobservasi oleh dua orang atau lebih didalam hubungan timbal

balik.

b) Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana

informasi yang diberikan dari satu orang ke orang lain baik

langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui telepon,

televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi adalah verbal, non

verbal, situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah,

bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi

dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam

menyampaikan ide-ide satu orang ke orang lain. Aspek perilaku

nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari

perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik

dan gerakan tubuh.

c) Transaksi

Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai

realitas personal berdasarkan persepsi mereka.Dimensi temporal-

spatial, mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian-

rangkaian kejadian dalam waktu.

d) Peran

Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang

pada suatu saat sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai

penerima. Ada 3 elemen utama peran yaitu, peran berisi perilaku

yang di harapkan pada orang yang menduduki posisi di sistem

sosial, prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan

kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi,


dan hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan

pada situasi khusus.

e) Stress

Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis

dimanapun manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk

memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan

perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informsi antara

seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stress

adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka

yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan lingkunagn,

intensitasnya bervariasi, ada dimensi yang temporal-spatial yang

dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, individual, personal, dan

subjektif.

3. Sistem Sosial

King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran

organisasi sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk

memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktik-

praktik dan aturan. Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah

organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.

A. Organisasi

Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktifitas

yang berhubungan dengan pengaturan formal dan informal

seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan personal atau

organisasi.
B. Otoritas

King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang

itu aktif, proses transaksi yang timbal balik dimana latar

belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang mempengaruhi

definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam organisasi serta

berhubungan dengan wewenang.

C. Kekuasaan

Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan

personal, esensial dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber

dalam suatu situasi, dinamis dan orientasi pada tujuan.

D. Pembuatan Keputusan

Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk

mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang, universal,

individual, personal, subjektif, situasional, proses yang terus

menerus, dan berorientasi pada tujuan

E. Status Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dan

dapat diubah.

King mendefinisikan status sebagai posisi seseorang didalam

kelompok atau kelompok dalam hubungannya dengan kelompok

lain di dalam organisasi dan mengenali bahwa status

berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas, dan

kewajiban.

Ketiga sistem tersebut membentuk hubungan personal antara

perawat dan pasien/klien. Hubungan perawat dan pasien/klien


merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, di

mana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh

perawat dan pasien/klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan

yang lain, demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang

berlaku. Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk

membantu pasien/klien dalam menciptakan dan mempertahankan

adaptasi positif terhadap lingkungan.

Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terrhadap waktu

tidak lepas dari masa lalu dansekarang yang dapat

mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk

sosial manusia akan hidup berssama dengan orang lain yang

akan berinteraksi satu dengan yang lain.

Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki 3 kebutuhan

dasar yaitu :

a) kebutuhan informasi kesehatan yang tidak mampu pada saat

diperlukan dan dapat digunakan.

b) Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk mencegah

penyakit.

c) Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak dapat

membantu/merawat diri mereka sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan

pendekatan teori yang terdiri dari komponen berikut ini :

a) Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari

adanya aksi dan merupakan respon dari individu.


b) Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling

mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam

komunikasi.

c) Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dengan

klien terjadi suatu persetujuan -dalam rencana tindakan

keperawatan yang akan dilakukan.

2.6 Biografi Virginia Henderson dan Imogene F. King

1. Biografi Virginia Henderson

Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan paling

berpengaruh dari abad ke-20. Kontribusi dan karyanya di dunia

keperawatan bahkan membuatnya disebut sama hebatnya dengan Florence

Nightingale, sang pelopor ilmu keperawatan modern. Henderson

memperkenalkan definisi keperawatan. Menurutnya, fungsi utama perawat

adalah menolong orang sakit atau sehat dalam usaha menjaga kesehatan

sehingga dapat mandiri dalam menjalani proses penyakitnya atau

menghadapi kematian dengan tenang.

Pendidikan Virginia Henderson Virginia Avenel Henderson lahir di

Kansas City, Missouri, pada 30 November 1897. Henderson tumbuh besar

di Bedford County, Virginia, di mana ia menempuh pendidikan di sekolah

khusus anak laki-laki. Ia tertarik dengan dunia keperawatan selama Perang

Dunia I, karena keinginannya untuk membantu anggota militer yang sakit

atau terluka. Pada 1918, Henderson masuk di Sekolah Perawat Militer di

Washington DC dan lulus pada 1921. Setelah itu, ia bekerja di Henry


Street Visiting Nurse Service selama dua tahun, dan diterima menjadi

pengajar keperawatan di Norfolk Protestant Hospital di Virginia pada

1923. Pada 1926, Henderson telah meraih gelar BS dan MA di bidang

pendidikan keperawatan dan memutuskan untuk melanjutkan studi di

Teacher College di Universitas Columbia pada 1929. Pada 1932,

Henderson telah menjadi sarjana keperawatan dan akhirnya lulus

pendidikan master keperawatan pada 1934.

Setelah lulus dari pendidikan keperawatan, Virginia Henderson

bergabung dengan Universitas Columbia hingga 1948. Ia kemudian pindah

ke sekolah keperawatan Yale University sebagai asosiasi peneliti. Sejak itu

hingga 50 tahun kemudian Henderson memberikan banyak kontribusi

yang sangat penting bagi dunia keperawatan. Meski dikenal sebagai ahli

teori keperawatan, tujuan Henderson sebenarnya lebih fokus pada hal unik

dari konsep keperawatan itu sendiri. Henderson bahkan tidak menganggap

bahwa hasil karyanya adalah sebuah teori. Selama berkarier, kontribusi

Henderson bagi dunia keperawatan tidak hanya diakui dan dirasakan,

tetapi juga dihargai. Ia menerima gelar Honorary Doctoral dari Catholic

University of America, Pace University, University of Rochester,

University of Western Ontario, dan Yale University.

2. Biografi Imogene F. King

King Lahir 18 November 1908, di Philadelphia, putri dari Yusuf

Fernandez (anorchestra pemimpin dengan nama Joe Coca) dan Sadie

(seorang aktris dan penari,nama gadis, Brady) King menikah 2 kali yaitu

dengan Robert Burton (aktor), tanggal 7 Januari 1935 (meninggal, 1955)


dan dengan Raja Donovan (aktor), 1960 (meninggal, 1987); mempunyai

dua anak tiri dan satu anak kandung perempuan.

Imogene King meraih diploma dalam ilmu keperawatan dari St.

John’s Hospital of Nursing di St. Louis pada tahun 1945. King mengawali

karier  menjadi perawat kantor, perawat sekolah, perawat karyawan, dan

perawat pribadi. Tahun 1948 menerima Bachelor’s of Science in Nursing

Education dari St. Louis University, meraih gelar Doctor of

Education bidang pendidikan dari Teacher’s College, Universitas

Columbia di New York tahun 1961. meraih gelar Ph.D, dari Southern

Illinois University di tahun 1980. Sejak tahun 1961-1966, menjabat

sebagai associate professor ilmu keperawatan di  Universitas Loyola,

Chicago. Dalam rentang waktu tersebut King menghasilkan karya yang

dikonseptualisasikan sebuah buku toward a theory :  general concepts of

human behavior. Antara 1966 dan 1968 menjabat sebagai asisten kepala

penelitian Grants Branch, divisi keperawatan dalam departemen

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Dari tahun 1968-1972 menjabat

ssebagai kepala sekolah keperawatan di The Ohio State University,

Columbus. Manuskrip buku pertamanya“Toward a Theory For Nursing:

General Concepts of Human Behaivor” telah dikirimkan ke penerbit dan

di publikasikan 1972.

Pada tahun 1971 King kembali ke Chicago sebagai professor di

program Loyola University. Tahun 1978-1980 menjabat sebagai

koordinator penelitian klinik keperawatan di Loyola Medical Center,

Departemen Keperawatan. Tahun 1972-1975 menjadi anggota The


Defense Advisory Committee on Women in the Services di departemen

pertahanan. Tahun 1980 ia pindah ke Tampa, Florida. Manuskrip buku

keduanya dikirimkan ke penerbit bulan Juni 1980  “A Theory For

Nursing: System, Cocepts, Process” dan di terbitkan tahun 1981.

King adalah salah satu anggota American Nurse’s Association, the

Florida Nurse’s Assosiation dan beberapa perkumpulan kehormatan dan

profesi. King menulis buku ketiganya yang berjudul “Curriculum and

Instruction in Nursing”, yang di terbitkan tahun 1986.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada kaitannya dengan praktik keperawatan, jika melihat definisi

ilmu keperawatan Henderson bahwa pemberi asuhan keperawatan

langsung pada pasien merupakan tugas utama perawat. Manfaat dari

asuhan keperawatan ini nampak dari kemajuan dari kondisi pasien, yang

pada awalnya bergantung pada orang lain hingga akhirnya menjadi

mandiri. Perawat dapat membantu pasien dalam hal ini dengan mengkaji,

merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen

penanganan perawatan dasar.

Model Konsep Imogene King, King memahami model konsep dan

teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan system terbuka dalam

hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King

mengemukakan dalam model konsep interaksi. Dalam mencapai hubungan

interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi : sistem

personal, sistem interpersonal dan sistem sosial.

3.2 Saran

1. Pembaca bisa memahami makalah ini dan mengerti tentang teori konsep

keperawatan menurut king ini.

2. Pembaca bisa mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan menurut

king ini.

3. Pembaca bisa mencari lebih banyak lagi literatur dan pemahaman lainnya

tentang konsep keperawatan menurut king.


4. Dan semoga teori ini bisa bermanfaat dalam praktek keperawatan, dan

seharusnya dalam setiap teori keperawatan harus fokus minimalnya

terhadap satu aspek proses perawatan. Seperti teori king ini yang

memfokuskan kepada fase-fase perencanaan dan implementasi dalam

proses perawatan. Serta Perawat dan pasien saling memikirkan

pencapaian tujuan, meneliti sarana-sarana untuk mencapai tujuan

bertransaksi dan meraih tujuan.


DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2015. Definisi Teori Keperawatan. Malang oleh Universitas

Muhammadiyah Malang.

Asmadi. 2005 .Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Asmadi. 2009. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Aldossary, A., While, A. & Barriball, L. 2008. Health care and nursing in Saudi

Arabia. International Nursing Review, 55, 125–128.

Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika. Mosby. Alligood, M.,R. 2014.

Nursing Theorist and Theirst and Their Work. USA : Elsever Mosby Alligood,

M.R., & Tomey, A. M. 2002.

Introduction to nursing theory: History, terminology and analysis. In A. M.

Tomey & M. R. Alligood (Eds.), nursing theorists and their works (5th ed., pp.

3-13). St. Louis: Mosby.

Alligood, Martha Raile. 2014. Nursing Theorist and Their Work. Edisi 8. United

State of America

Anda mungkin juga menyukai