Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1.

April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Fungsi Dan Manfaat Cabang-Cabang Hadis Dalam Perspektif Studi Hadis

Kaharuddin & Anwar Sadat


Insitut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima

Abstrak. Islam merupakan sistem nilai dan ajaran illahiyah yang bersifat transendental.
sehubungan dengan hal itu, ajaran Islam sebagai sesuatu sistim universal akan selalu hadir dinamis
dan selalu mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Kondisi tersebut didasarkan pada
keberadaan sumber ajaran Islam yang kokoh, yaitu Al-Qur’an, dan Hadist. Al-Qur’an adalah firman
Allah SWT yang di dalamnya terkandung ajaran pokok untuk keperluan seluruh aspek kehidupan.
Sedangkan Hadist/Sunnah merupakan segalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat manusia. Namun berbeda
dengaan Al-Qur’an, perkembangan Hadist/Sunnah tidak semulus Al-Qur’an. Berbagai keraguan
bahkan penolakan muncul seiring pertumbuhan studi terhadap Hadist/Sunnah itu sendiri. Keraguan
terhadap hadits, lebih memuncak ketika munculnya masyarakat yang menganggap bahwa hadis
memiliki tingkatan yang sama diantaranya; masyarakat awam yang cenderung memberikan
anggpan terhdapa hadis itu sama tidak membedakan membedakan hadis shohih dan hadis yang
dho’if, hasan, dll sehingga menyimpang tentang kemurnian hadis Nabi. Bahkan pada sisi yang lain,
muncul pula pandangan para tokoh orientalis yang menganggap hadis sebagai sumber terpercaya
awal masa Islam, melainkan hanya sebagai sumber dogma, konflik serta perhatian muslim
belakangan yang telah menyebarkan hadis.

Kata Kunci. Fungsi dan manfaat cabang-cabang Hadis

PENDAHULUAN Dalam pendekatan historiografi,


Islam sebagai agama samawi memiliki pertumbuhan hadis telah terjadi pada masa
sumber ajaran, yaitu al-Qur’an dan Nabi Rasulullah saw, selanjutnya dikembangkan
Muhammad saw sebagai pembawa risalah oleh para sahabat, tabi’in samapai dapat
diberikan kewenangan oleh Allah swt untuk dikumpulkan menjadi sebuah kitab. Hadis
menjelaskan kepada umatnya tentang wahyu tidak seperti al-Qur’an yang dikumpulkan
yang diterimanya, dan penjelasan Nabi dalam sebuah mushaf, hadis dikumpulkan
tersebut dikenal dengan istilah hadis Nabi oleh banyak penulis berdasarkan hafalan dan
atau sunah. pengetahuanya. Oleh sebab itu, hadis-hadis
Sebagian besar kaum muslimin Nabi Muhammad saw terkumpul beberapa
meyakini bahwa hadis adalah kendaraan kitab yang disusun oleh masing masing
sunah Nabi dan bahwa hadis merupakan mukharrij atau penulis.
tuntunan yang tidak dapat diabaikan dalam Proses perkembangan hadis
memahami wahyu Allah swt. Sebagai salah barlangsung dari satu generasi kegenerasi
satu sumber otoritas Islam kedua setelah al- berikutnya. Hadis berkembang dalam kurun
Qur’an, sejumlah literatur hadis memiliki waktu bertahun-tahun dan berabad yang lalu,
pengaruh yang sangat menetukan serta sehingga muncul keraguan dan kecurigaan
menjadi sumber hukum dan inspirasi agama. pada riwayat tertentu atau orang tertentu.
Para ulama telah berupaya keras Mulai abad ke-19, pertanyaan tentang
mengumpulkan dan mengklasifikasi serta autensitas, originalitas, asal muasal,
memilah hadis yang autentik dan yang palsu. keakuratan serta kebenaran hadis, muncul dan
Di satu sisi, para sarjana muslim belajar hadis menjadi isu pokok dalam srtudi Islam.
lebih didorong oleh peran sentral yang Pertanyaan ini muncul dari para sarjana Barat
dimainkan oleh hadis sebagai sumber hukum dan juga sarjana Muslim. Abu rayyah
dan doktrin teologis, sedangkan serjana barat misalanya, berpendapat bahwa hadis Nabi
mempelajari hadis pada dasarnya didorong telah rusak dan kata-kata persisya telah hilang
oleh kepentingan sejarah (historis interest). karena riwayah bi al-ma’na (periwayatan

Jurnal Ilmiah Mandala Education |348


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

secara makna, bukan hafal). Gustav Weil hukum Islam sangatlah penting bagi
menyarankan sarjana barat untuk menolak kehidupan sehari-hari.
paling tidak separuh hadis yang terdapat Atas dasar itulah, dalam kesempatan
dalam Shahih Al-Bukhari. Selain itu, ada juga ini penulis akan menguraikan secara
sarjana barat seperti, Alois Sprenger yang sederhana sebuah makalah seputar ilmu hadis
menyatakan keragu-raguanya terhadap (Ulum al-hadith), dengan muatan
kepercayaan (Tsiqah) hadis sebagai sumber pembahasan, antara lain: pengertian ilmu
sejarah. hadis, cabang-cabang ilmu hadis, serta
Kesarjanaan hadis eropa mencapai manfaat ilmu hadis.
puncak dalam karya Ignaz Goldziher, dan Besar harapan penulis, pembahasan
menjadi karya krtik hadis terpenting pada makalah ini dapat memberikan sumbangsi
abad ke-19. Ia tidak menganggap hadis pengetahuan, terkhusus bagi penulis dan
sebagai sumber terpercaya awal masa Islam, insan-insan yang sangat peduli akan
melainkan hanya sebagai sumber yang sangat pentingnya kedudukan hadis tertuma yang
bernilai sebagai dogma, konflik serta berkaitan dengan ilmu hadis (ulum al-hadith).
perhatian muslim belakangan yang telah Ilmu Hadis
menyebarkan hadis. Hadis merupakan pedoman hidup
Terlepas dari konsepsi yang yang harus diikuti dan diimplementasikan
dikemukakan oleh para sarjana barat, yang dalam kehidupan sehar-hari. Melihat
umumnya menolak hadis sebagai sumber kedudukan hadis yang sangat penting itu,
ajaran umat Islam, dan menjustifikasi bahwa maka setiap umat Islam harus mempelajari
hadis diragukan originalitasnya dari segi hadis dan limu-ilmunya, agar dapat
perkembangan hadis sebagai sumber hukum. mengetahui dan memahami hal ihwal hadis
Tetapi sebagai generasi muslim yang baik, secara maksimal untuk pengamalan syari’at
kita tidak harus terjebak dalam peryataan Islam, serta untuk melakukan istimbath
tersebut, melainkan berupaya untuk hukum agar dapat mengetahui
mempelajari perkembangan hadis dengan problematikanya, sehingga dapat meletakan
sungguh-sungguh dalam bentuk pendekatan hadis pada proporsi yang sebenarnya.
keilmuan Islam. Berangkat dari maksud di atas, ada
Lebih tegas lagi, penulis menganggap beberapa hal yang perlu dicermati dan
bahwa asumsi yang dibangun oleh para dipelajari secara seksama terkait tentang
orientalis itu, merupakan cara pandang yang pentingnya ilmu hadis, antara lian:
subyektif karena parameter mereka dalam Definisi ilmu hadis
mengukur hadis hanya dari pendekatan Dari segi bahasa kata Ilmu Hadis
sejarah, tidak memahami hadis secara berasal dari bahasa arab, yaitu ’ilm dan hadits.
komprehensif sebagi sumber ajaran agama Kata ’ilm berarti “pengetahuan”, sedangkan
Islam. kata hadits berati “yang baru, pembicaraan,
Berangkat dari fakta tersebut, maka berita dan ceritra.” Pada penjelsan sebelumya,
diperlukan sebuah kaidah atau kriteria hadis didefinisikan sebagai segala sesuatu
penerimaan riwayat, atau syarat-syarat yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw,
seseorang yang dapat diterima riwayatnya. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
Kaidah atau kriteria yang dimaksud adalah maupun hal ihwalnya (sifat-sifatnya).
metode untuk mengetahui apakah hadis Dengan demikian ilmu hadis dapat
tersebut sahih atau da’if, dan salah satu diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan
pendekatan yang mesti dipelajari yakni yang membicarakan tentang cara-cara
memahami perkembangan ilmu hadis (Ulum persambungan hadis sampai kepada
al-Hadith), karena pemahaman yang cukup Rasulullah saw, dari segi ihwal para
tentang ilmu hadis maupun cabang-cabangnya perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari
dapat menguatkan paradigma secara obyektif bersambung tidaknya sanad dan sebagainya.
bahwa hadis sebagai sumber ajaran dan Lebih terperinci lagi, bila merujuk
definisi ilmu hadis menurut para ulama,

Jurnal Ilmiah Mandala Education |349


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar al- Ilmu hadis riwayah
Asqalaniy dalam kitabnya Tadrib al- Rawiy, Yang dimaksud dengan ilmu hadis
yang menuturkan bahwa, ilmu hadis ialah riwayah ialah ilmu pengetahuan yang
pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang mempelajari hadsi-hadis yang disandarkan
dijadikan jalan untuk menegtahui keadaan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan,
perawi dan yang diriwayatkanaya. perbuatan, taqrir maupun tingkah lakunya.
Selanjutnya, menurut Ibn al-Akfani dalam Menegaskan uraian di atas, menurut
kitab tulisanya Irsyadul Qashid, Ibn al-Akfani sebagai mana yang dikutib oleh
mendefinisikan ilmu hadis adalah sesuatu Al-Suyuthi, mengatakan bahwa “ilmu Hadis
ilmu yang dengan dia dapat diketahui macam- Riwayah ialah ilmu pengetahuan yang
macam riwayat, hukum-hukumya, syarat- mencakup perkataan dan perbuatan Nabi
syarat para perawi, sifat-sifat yang saw., baik periwayatanya, pemeliharaanya,
diriwayatkan dan cara-cara memahami maupun penulisan dan pembukuan lafaz-
maknanya. Senada dengan pendapat kedua lafaznya”. Dengan kata lain ilmu hadis
ulama sebelumnya, para ulama mutaakhirin riwayah adalah ilmu tentang matan hadis.
mengatakan ilmu hadis adalah sutau ilmu Pokok pembahasan ilmu hadis
yang denganya diketahui keadaan perawi dan riwayah berkisar tentang proses periwayatan
diriwayakan dari segi deterima dan kepada orang lain, pencatatan, dan pengkajian
ditolaknya. sanad-sanadnya, serta menguji status setiap
Dari uraian tentang definisi ilmu hadis hadis; apakah sahih atau da’if. Adapun faedah
dapat dipahami oleh penulis bahwa ilmu hadis dalam mempelajari ilmu hadis riwayah, yaitu
merupakan suatu pendekatan pengetahuan untuk menjaga As-sunah dan menghindari
yang untuk mempelajari muatan-muatan hadis kesalahan dalam periwayatan.
secara sunbstansi, agar dapat memilah, Ilmu hadis dirayah
menilai dan menetapkan hadis berdasarkan Yang dimaksud dengan limu hadis
nilai keakuratan dalam proses dirayah ialah ilmu yang mempunyai beberapa
periwayatannya. kaidah (patokan), yang dengan kaidah-kaidah
Perbedaan pandangan ulama itu dapat diketahui keadaan perawi (sanad)
Menyangkut persoalan ilmu hadis, dan yang diriwayatkan (merawiy) dari segi
para ulama berbeda pandangan dalam diterima atau ditolaknya.
memberikan nama ilmu hadis. Ada yang Ada beberapa ulama yang memberi
memberi nama ‘Ulum al-Hadis; ada yang definisi ilmu hadis dirayah, di antaranya;
memberi nama ‘Ilm Ushul al-Hadist; ada Menurut Ibn al-Akfani mendefinisikan,
yang memberi nama’Ilm Mushthalah al- bahwa ilmu dirayah ialah ilmu pengetahuan
Hadits; ada juga yang memberi nama’Ilm untuk mengetahui hakikat periwayatan,
Mushthalah Ahl al-Atsar; selain itu, ada pula syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-
sebagian ulama memberi nama ilmu hadis hukumnya ,serta untuk mengetahui keadaan
dengan sebutan Metode Kritik Hadis; maupun para perawi, baik syarat-syaratnya, serta
Metode Kajian Hadis. macam macam hadis yang diriwayatkan dan
Meskipun nama-nama ilmu hadis yang segala yang berkaitan denganya. Sebagian
dikemukakan oleh para ulama itu berbeda, ulama yang lainnya, seperti; Izs al-Din Ibn
akan tetapi yang dimaksud adalah sama, yang Jama’ah menjelaskan bahawa ilmu dirayah,
berbeda hanya cakupan pembahasannya yang ialah ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah
bisa tidak sama. Keseluruhan, ilmu tersebut yang denganya diketahui keadaan sanad dan
membahas tentang ilmu hadis Nabi matan.
Muhammad saw. Dari beberapa pengertian di atas, dapat
Perkembangan ilmu hadis diketahui bahwa pokok pembahasan ilmu
Dalam perkembangan selanjutnya, hadis dirayah adalah keadaan perawi dan
para ulama hadis mengklasifikasi ilmu hadis merawinya. Keadaan para perawi, baik yan
menjadi dua bagian, antara lain: menyangkut pribadinya, seperti akhlak,
tabi’at, dan keadan hafalannya, maupun yang

Jurnal Ilmiah Mandala Education |350


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

menyangkut persambungan dan terputusnya padanya. 1 Dengan ilmu ini, dapat diketahui
sanad. keadaan perawi hadis seperti kelahiranya,
Adaupun faedah ketika dalam wafatnya, guru-gurunya, orang yang
mepelajari ilmu hadis dirayah, yaitu untuk meriwatkan darinya, negeri dan tanah air
mengetahui kualitas sebuah hadis, apakah mereka, atau yang berhubugan dengan sejarah
hadis tersebit diterima dan ditolak, baik dari para perawi.
sudut sanad maupun matanya. c. Ilmu jahri wa al-ta’dil
Cabang-Cabang Ilmu Hadis Ilmu yang membahas tentang para
Dari ilmu hadis riwayah dan hadis perawi hadis, dari segi yang dapat
dirayah, pada perkembangan berikutnya, menunjukan keadaan mereka, baik
muncullah cabang-cabang ilmu hadis lainya. mecacatkan atau membersihkan mereka,
Dan cabang-cabang ilmu hadis tersebut dengan ungkapan atau lafal tertentu. Sehingga
digolongkan dalam beberapa kategori, sebagai dapat ditentukan siapa diantara perawi yang
berikut: dapat diterima atau ditolak sebuah
Cabang ilmu hadis yang pokok bahasanya riwayatnya.
menekankan pada persoalan sanad dan Ada beberapa tokoh sahabat yang
rawi, terdiri atas: sering membicarakan persoalan perawai dan
a. Ilmu rijal al-hadis sekaligus memplopori ilmu jarh wa al ta-dil,
Ilmu yang membahas secara umum mereka adalah: Anas bin Malik, Ubadah bin
tentang hal ihwal kehidupan para perawi, baik Ash-Shamit dan Abdullah bin Abbas.
dari golongan sahabat, tabi’in, maupun 1. Cabang ilmu hadis yang pokok
angkatan sesudahanya. Ilmu rijal al-hadits pembahasanya menekankan pada
dinamakan juga ilmu tarik al-ruwah, ialah persoalan matan hadis, terdiri atas:
ilmu untuk mengetahui keadaan para perawi a. Ilmu gharib al-hadis
hadis. Ilmu yang menerangkan tentang
Ilmu ini sangat penting kedudukanya lafazh-lafazh yang sulit dipahami dalam
dalam lapangan ilmu hadis. Karena ilmu in matan hadis, karena lafazh tersebut jarang
lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis sekali digunakan, karena terkandung nilai
dalam islam dan mengambil porsi khusus sastra yang sangat tinggi.
yang mempelajari persoalan-persoalan Ilmu ini muncul atas inisiatif para
disekitar sanad. Di antara kitab yang paing tua ulama untuk memudahkan dalam memahami
tentang sejarah perawi terdapat pada kitab hadis-hadis yang mengndung lafazh-lafazh
Thabaqat Al-Kubra karya Muhammad Ibn gharib tersebut. Karena memahami kosa kata
Sa’ad (w. 230 H). Ilmu tabaqat al-ruwah (mufrad) matan hadis merupakan langkah
Ilmu yang membahas tentang keadaan pertama dalam memahmi suatu hadis serta
perawi berdasarkan pengelompokan dalam untuk melakuakn istinbath hukum.
keadaan tertentu. Umpamanya dari segi Sejak dimulainya pembukuan hadis
pengelompokan dari segi umurnya, dari segi pada ahir abad kedua dan awa abad hijriyah,
gurunya dan sebagainya. Atau dalam makna para ulama sudah menyusun buku tantang
sederhannya, ilmu ini menekankan pada gharib al-hadis. Dan tokoh ulama yang
pemetaan para perawi hadis dari segi umur, pertama kali menyusun gharib al-hadis adalah
dan kepada siapa dia berguru. Abu Ubaidah Mu’amar bin al-Mutsana At-
b. Ilmu tarikh rijal al-hadis Taini (wafat 210 H).
Ilmu yang membahas tentang keadaan b. Ilmu asbab wurud al-hadis
perawi hadis dari segi data kelahiranya, silsila Ilmu yang membahas tentang sebab-
keturunannya, gurunya dan muridnya, bahkan sebab atau latar belakang lahirnya sebuah
sampai pada jumlah hadis yang diriwayatkan hadis. Ilmu ini sangat penting mengantar
dan murid-murid yang pernah berguru untuk memahami hadis tentang kondisi yang

1
Ambo Ase, Ilmu Hadis Pengantar
Memahami Hadis Nabi Saw, h. 135.

Jurnal Ilmiah Mandala Education |351


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

dihadapi dan menjadi sebab hadis itu persoalan sanad dan matan, terdiri
diucapkan. atas:
Menguatkan maksud di atas, menurut a. Ilmu i’ilal al hadis
Prof Dr. Zuhri ilmu asbab wurud al-hadits Ilmu yang menerangkan tantang sebab
adalah ilmu yang menyingkapi sebab-sebab yang dapat mencacatkan hadis. Ulama yang
timbulnya hadits. Terkadang, ada hadits yang dipandang ahli dalam ilmu ini, di antaranya:
apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan Ibnu Al-Madny, Ahmad bin Hanbal, al-
menimbulkan dampak yang tidak baik ketika Bukhari.
hendak diamalkan. Ulama yang merintis ilmu b. Ilmu al-fanni al-mubhamat
ini adalah Abu Hamid bin Kaznah al-Jubary Ilmu yang menerangkan tentang
dan Abu Hafsh Umaru bin Muhammad bin nama-nama orang yang tidak disebutkan
Raja al-Ukbari. dalam sanad hadis. Ulam yang merintis ilmu
c. Ilmu tawarikh al-mutun ini adalah al-Khatib al-Bagdady.
Ilmu yang menerangkan tantang kapan Manfaat Mempejari Cabang-Cabang Ilmu
sebauah hadis itu diucapkan atau diperbuat Hadis
oleh Rasulullah saw, yang dilihat dari aspek ( Dalam mempelajari cabang-cabang
tempat, waktu, dan kondisi). Imu ini sangat ilmu hadis, ada beberapa manfaat utama yang
penting dan berguna untuk mengantar dalam dapat dipahami dan dicermati, antara lain:
memahami sebuah hadis dar statusya, atau 1. Memberikan gambaran tentang cara
apakah hadis tersebut terjadi nasikh mansukh. untuk menjaga As-sunah dan menghindari
Ulama yang merintis ilmu ini adalah, kesalahan dalam periwayatannya.
Sirajuddin Abu Hafsh Amr al-Bulkiny. 2. Memberikan pengetahuan baru tentang
d. Ilmu al-nasikh wa al-mansukh cara mengetahui kualitas sebuah hadis,
Ilmu yang membahas hadis-hadis apakah hadis tersebut diterima dan
yang yang berlawanan yang tidak mungkin ditolak, baik dari sudut sanad maupun
untuk dipertemukan karena materinya matanya.
(berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah Meski demikian ada pula, manfaat
saling menghapus, dengan ketetapan yang lainnya secar spesifik ktika mempejarai
datang terdahulu disebut mansukh dan yang cabang-cabang ilmu hadis, seperti:
datang kemudian dinamakan naskh. 1. untuk mengetahui pertumbuhan dan
e. Ilmu talfiq al- hadis perkembagan hadis maupn ilmu hadis,
Ilmu yang menerangkan tentang dari masa ke masa sejak masa Rasulullah
cara/metode mengumpulkan hadis-hadis yang saw, sampai sekarang;
saling bertentangan atau berlawanan. Cara 2. dapat mengetahu para tokoh-tokoh serta
untuk mengumpulkan atau usaha yang telah mereka lakukan dalam
mengkompromikan hadis yang beralawanan mengumpulkan memelihara dan
tersebut. Ulama yang pertamamenulis ilmu ini meriwayatkan hadis;
adalah Imam Safi’i dengan kitabnya 3. dapat mengetahui kaidah-kaidah yang
“mukhtalif al-hadis”. dipergunakan oleh para ulama dalam
f. Ilmu tashhif wa al-tahrif mengklasifikasi hadis;
Ilmu yang menerangkan tentang 4. dapat mengetahui istilah-istialah, nilai-
hadis-hadis yang sudah diubah titik dan nilai dan kriteria-kriteria hadis sebagai
syakalnya dan bentiknya. Atau dalam makna pedoam dalam beristinbat.
lainya, ialah ilmu yang menjelaskan terjadi Dengan uarain di atas, hemat penulis
perubahan lafazh dan tanda bacanya dalam bahwa untuk memahami hadis dengan segala
hadis. Dan ulam yang dianggap sebagai persoalannya, minimal kita sebagai generasi
perintis dari ilmu ini ialah: Imam al- muslim harus mampu dan berusaha untuk
Daruquthny (w. 358 H) dan Abu Ahmad as- megetahui tentang ilmu hadis, serta segala
Askary (w. 283 H). bentuk cabang-cabangnya, agar penerapan
2. Cabang ilmu hadis yang pokok kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang
pembahasanya menekankan pada akan datang, kita bisa menjadi tameng dalam

Jurnal Ilmiah Mandala Education |352


Jurnal Ilmiah Mandala Education Vol. 5. No. 1. April 2019
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

menyelasaikan setiap masalah-masalah yang Ase, Ambo. Ilmu Hadis Pengantar


muncul, tertama yang berkenaan dengan fiqih Memahami Hadis Nabi Saw. Cet. I;
dan sebagainya. Makassar: Alauddin Pers, 2010.
KESIMPULAN Itr, Nurudin. Ulum Al-Hadits 1 (Cet. II;
Berangkat dari beberapa masalah Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
pokok yang menjadi pembahasan dalam ilmu Jayadi, M. Metodologi Kajian Hadist. Cet. I;
hadis, penulis merumuskan beberapa Makassar: Alauddin Pers, 2012.
kesimpulan: Manna’ Al-Qaththan, Syaikh. Mabakhitsu
1. Ilmu hadis dapat diartikan sebagai sebuah Fii‘Uluumul Hadits, terj. Mifdhol
ilmu pengetahuan yang membicarakan Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu
tentang cara-cara persambungan hadis Hadis. Cet. I; Jakarta Al-Kautsar,
sampai kepada Rasulullah saw, dari segi 2005.
ihwal para perawinya, kedabitan, Sabir Maidin, Muhammad. Ingkar Sunah
keadilan, dan dari bersambung tidaknya Atau Hadis I Dalam Perspektif
sanad dan sebagainya. Historis. Cet. I; Makassar: Alauddin
2. Cabang-cabang ilmu hadis dapat Pers, 2012.
diaktegorikan ke dalam tiga bagian, antara Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan
lain: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
a. ilmu hadis yang menekankan pada dan R&D. Cet. XIV; Bandung, 2012.
persoalan sanad dan rawi, seperti: Soetari, Endang. Ilmu Hadis.Cet. II; Bandung;
Ilmu Rijal Al-Hadis, Ilmu Tabaqat Al- Amal Bakti Pers, 1997.
Ruwah, Ilmu Tarikh Rijal Al-Hadis, Suparta, Munzeir. Ilmu Hadis. Cet. VIII;
dan Ilmu Jahri Wa Al-Ta’dil. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
b. Ilmu hadi yang menkankan pada 2013.
persolan matan hadis, seperti: Ilmu Shiddieq, M. Habsi Ash. Pokok-Pokok Ilmu
Gharib Al-Hadis, Ilmu Asbab Wurud Dirayah. Cet. VI; Jakarta: Bulan
Al-Hadis, Ilmu Tawarikh Al-Mutun, Bintang, 1994.
Ilmu Al-Nasikh Wa Al-Mansukh, Ilmu Zuhri. Hadits Nabi Telaah Historis dan
Talfiq Al- Hadis dan Ilmu Tashhif Wa Metodologis. Yogyakarta: PT Tiara
Al-Tahrif. Wacana Yogya, 2005.
c. Ilmu hadis yang menekankan pada
persoalan sanad dan matan, seperti:
Ilmu I’ilal Al Hadis, dan Ilmu Al-
Fanni Al-Mubhamat
d. Manfaat dalam mempelajari cabang-
cabang ilmu hadis, antara lain:
pertama; dapat memberikan
pengetahuan tentanng cara menjaga
As-sunah dan menghindari kesalahan
dalam periwayatannya. Kedua;
memberikan pengetahuan baru tantang
cara mengetahui kualitas sebuah hadis,
apakah hadis tersebut diterima dan
ditolak, baik dari sudut sanad maupun
matanya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali
Keakuratan Metode Kritik Hadis.
Cet. I; Jakarta selatan: PT Hikmah,
2009.

Jurnal Ilmiah Mandala Education |353

Anda mungkin juga menyukai