MIKRO EKONOMI
DOSEN
MUSDAR MUHAMAD, S.E.,M.E
DISUSUN
KELAS : III-C
NPM : 02032111096
PRODI PEMBANGUNAN
2022
B A B 13
dari kita.
F Scott Fitgerald
Ernest Hemingway
Dalam bab-bab mengenai pasar produk, kita telah mengkaji bagaimana pasar memutuskan
apa (what) yang akan diproduksi Selain itu,masyarakat juga berkepentingan n dengan distribusi
aktivitas ekonomi-yaitu dengan pertanyaan stapa (who) akan menikmati barang yang
dihasilkan perekonomian. Pertanyaan ini menyangkut teori distribusi pendapatan, yang
mengaualisis bagaimana pendapatan dan kekayaan didistribusikan dalam suatu masyarakat.
Teori disuibusi pendapatan memfokuskan perhatian terhadap pertanyaan, mengapa sebagian
orang berpendapatan berjuta-juta rupiah, sedangkan yang lainnya sulit mencari pekerjaan
walau dengan gaji minimum sekalipun. Mengapa sewa tanah di kota besar bisa mencapai
ratusan ribu rupiah per meter persegi, sedangkan kita dapat membeli hanya beberapa ribu
rupiah per hektar di desa? Dari mana sumber laba milyaran dolar yang diperoleh perusahaan
raksasa seperu Toyota atau
Exxon?
A. Hasil industrialisasi
Periode sebelum revolusi industri ditandai oleh peningkatan tingkat dan distribusi pendapatan
yang begitu perlahan pada beberapa negara yang catatan statistiknya kita miliki. Berbagai
perubahan sosial dan teknologi sebagai akibat Revoiusi Industri yang dimulai sekitar 1770,
membawa berbagai perubahan nyata dalam upah serta memunculkan pembagian masyarakat
menurut kelas kapitalis dan pekerja.
Fenomena ini diidentifikasi oleh banyak pengecam kapitalisme, terutama oleh Marx. Dia dan
Fricdrich Engles menulis, pada 1848:
Pekerja modern malah tenggelam semakin dalam daripada bangkit akibat kemajuan
industri.la menjadi seorang fakir, dan kefakiran berkembang dengan lebih cepat dibanding
pertambahan penduduk dan kekayaan.
Meskipun sebagian ramalan Marx tentang masa depan kapitalisme industri ternyata benar,
ramalannya mengenai nasib kaum pekerja terbukti meleset. Penegasannya bahwa pekerja
menjadi semakin miskin tidak dapat dibuktikan oleh riset sejarah dan statistik yang seksama.
Eropa dan Amerika mengalami peningkatan upah riil dalam jangka panjang dengan tingkat
yang tetap, sebagaimana diukur dari kemampuan rata-rata tingkat kesehatan serta tingkat
harapan hidup yang makin panjang dari penduduknya. Kenyataan yang dialami perekonomian
pasar negara-negara industri ini jelas tergambar dari statistik yang disajikan di bawah. Pokok-
pokoknya ditunjukkan secara grafis dalam Gambar 13-1.
Para ahli sejarah ekonomi sering mengulang-ulang keburukan yang ditimbulkan oleh revolusi
industri dan kondisi kemelaratan masyarakat yang bermukim di daerah kumuh. Memang begitu
buruknya kondisi yang menyangkut penggunaan tenaga kerja anak-anak,panjangnya jam kerja
serta keamanan dan sanitasi pabrik-pabrik di awal abad kesembilan belas. Pada waktu itu jam
kerja seminggu adalah 84 jam yang hanya diselingi oleh istirahat untuk makan pagi dan siang,
tanpa meninggalkan kursi kerja. Bahkan pekerja usia enam tahun pun diperas tenaganya habis-
habisan, dan yang lebih buruk lagi bila ada pekerja wanita yang kehilangan dua jarinya
Tergilas mesin, hal itu tidak dipermasalahkan Karena dianggap masih ada delapan jari lagi.
Gambaran demikian mendorong orang untuk berpikir bahwa revolusi industri merupakan
langkah mundur bagi kelas pekerja. Apakah nasib orang yang berusaha di bidangpertanian lebih
baik dari mereka yang bekerja di pabrik-pabrik? Kemungkinan tidak. Hanya saja kemiskinan di
kota besar lebih jelas terlihat. Gambaran bahwa lahan pertanian yang petani-petani bahagia
bertubuh kekar pada waktu itu hanya merupakan khayalan di sebagian udara segar dan sehat
yang dihuni oleh petani-petani bahagia bertubuh kekar pada waktu itu hanya merupakan
khayalan di sebagian besar dunia.
Sejarahwan modern kini menekankan bahwa kondisi dunia industri sekarang ini,walaupun
belum sempurna,tetapi sudah jauh lebih baik dibanding standar kehidupan abad-abad lalu
dalam dunia perdagangan dan pertanian. Sebelum revolusi industri upah rill pekerja cenderung
sangat berfluktuasi selama empat abad; sejak saat itu, upah memperlihatkan peningkatan yang
mengagumkan.
Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang,ada dua konsep pokok yang paling sering
digunakan yaitu pendapatan dan kekayaan. Kita mulai dengan mendefinisikan kedua konsep ini
serta menelaah komponen-komponen utamanya.
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah,atau
penerimaan tenaga kerja; pendapatan kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen; serta
pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, atau asuransi
pengangguran.
Tabel 13-1 menunjukkan pendapatan rata-rata orang Amerika, lebih tepatnya, total
pendapatan perorangan penduduk Amerika Serikat dibagi oleh jumlah rumah tangga untuk
tahun 1990. Pendapatan tenaga kerja kurang lebih merupakan dua pertiga dari pendapatan
perorangan, sebaliknya pendapatan kekayaan terutama dimiliki oleh kelompok pendapatan
tinggi. Sepersepuluh penduduk yang lebih miskin mendapat bantuan dari pembayaran transfer
seperti tunjangan sosial dan tunjangan kesejahteraan.
Kekayaan terdiri dari nilai nominal neto aset yang dimiliki pada waktu tertentu. Perhatikan
bahwa kekayaan adalah persediaan dolar (seperti volume sebuah danau), sedangkan
pendapatan adalah suatu aliran dolar per unit
Waktu (seperti aliran sebuah sungai). Kekayaan rumah tangga meliputi harta yang nampak
atau nyata (seperti rumah, mobil, tanah, dan barang konsumsi tahan lama lainnya) dan aset
keuangan (seperti uang tunai, tabungan, obligasi, dan saham). Seluruh item yang mempunyai
nilai disebut aktiva sedang item yang dipinjam disebut kewajiban (liabilities). Perbedaan antara
total aktiva dan utang disebut kekayaan atau net worth.
Tabel 13-2 menyajikan rincian pemilikan kekayaan penduduk Amerika. Satu-satunya harta
yang paling penting bagi rumah tangga adalah rumah keluarga: 64 persen keluarga memiliki
rumah, dibandingkan dengan 55 persen pada generasi yang lalu. Hampir seluruh keluarga
mempunyai kekayaan keuangan yang jumlahnya memadai, seperti tabungan dan saham
perusahaan. Seperti yang akan kita lihat selanjutnya, kepemilikan kekayaan keuangan negara
terpusat pada sebagian kecil genggaman warga negara.
Produktivitas-Marjinal
Mengapa setiap orang menerima pendapatan yang begitu berbeda? Titik tolak analisis kita
adalah menelaah bahwa teori distribusi pendapatan dalam pasar kompetitif merupakan kasus
khusus dari teori harga. Upah merupakan harga tenaga kerja, sewa adalah harga tanah,dan
bunga adalah harga modal. Jadi petunjuk pertama tentang distribusi pendapatan berasal dari
pengamatan terhadap kekuatan-kekuatan yang melatar-belakangi penawaran dan permintaan
faktor-faktor produksi.
Kunci distribusi pendapatan suatu perekonomian pasar terdapat pada teori produktivitas-
marjinal perusahaan. Oleh karena itu, kita pertama-tama akan meninjau kembali teori produksi
yang dikemukakan pada Bab 7. Kita akan mengetahui bahwa kurva permintaan untuk pelbagai
faktor produksi—permintaan tenaga kerja, tanah, dan sebagainya dapat dinyatakan dalam
pengertian pendapatan yang diperoleh dari produk marjinalnya. Dengan menempatkan kurva
permintaan bersama-sama dengan kurva penawaran dari tiap faktor, kita dapat menghitung
pendapatan yang diperoleh setiap faktor produksi.
Produktivitas Marjinal
Sebelum melihat bagaimana permintaan faktor produksi diturunkan dari produktivitas
marjinal mereka, kita akan mengulas kembali teori produksi yang telah kita bahas pada Bab 7.
Teori produksi dimulai dari pengertian fungsi produksi. Kalau Anda memiliki tanah,tenaga
kierja, dan modal dengan jumlah tertentu, berapakah output maksimum yang dapat Anda
produksi? Dalam bahasa teknik, fungsi produksi menyatakan jumlah output maksimum yang
bisa diproduksi oleh setiap kombinasi faktor input pada keadaan pengetahuan teknik tertentu.
Sebuah fungsi produksi menunjukkan kepada Anda bahwa Anda bisa memproduksi 1 ton baja
dengan 1, 2 ton bijih besi,150.000 batu enerji, 1,2 jam tenaga kerja.
Konsep fungsi produksi, memberikan definisi tegas mengenai produk marinal?. Tabel 13-3
mengingatkan kita pada cara menghitung produk marjinal. Umpama kita mulai dengan 2 satuan
tenaga kerja, plus sebidang tanah dan sebuah mesin. Kombinasi ini menghasilkan 30.000 kg
jagung. Berapa banyak tambahan jagung yang akan diproduksi jika ditambah satu-satuan
tenaga kerja, sedangkan input lainnya tetap? Tabel 13-3 memberikan jawaban 5000 kg. Dengan
demikian, kita katakan bahwa produk marjinal tenaga kerja pada titik permulaan ini adalah
5000 kg jagung.
Selanjutnya mari kita ingat kembali hukum hasil lebih yang makin berkurang (law of
diminishing retumn). Kolom (3) Tabel 13-3 memperlihatkan bagaimana setiap buruh berikutnya
memberikan produk marjinal yang makin menurun. Produk marjinal yang makin menurun
adalah nama lain dari diminishing return (hasil lebih yang makin berkurang). Perhitungan
produk marjinal yang sama bisa dibuat untuk setiap input. Kita bisa menukar buruh dengan
tanah, mengubah-ubah jumlah tanah dengan menganggap tenaga kerja dan input lain tetap.
Kita pun bisa mengamati berlakunya law of diminishing return pada tanah, seperti halnya pada
tenaga kerja.
Penerimaan Produk Marjinal
Marginal revenue product input A adalah penerimaan rupiah tambahan yang dihasilkan oleh
input A.
Kasus Pasar Kompetitif. Adalah mudah untuk menghitung penerimaan produk marjinal apabila
pasar produk bersifat persaingan sempurna. Dalam kasus ini, produk marjinal yang dihasilkan
oleh pekerja (MP,) bisa dijual ada harga output yang bersaing. Selain karena kita sedang
menelaah persaingan sempurna, harga output cidak dipengaruhi oleh output perusahaan,
sehingga harga sama dengan pendapatan marjinal (MR). Kalau kita mempunyai MP, dari 10.000
kg dan harga serta MR sebesar $3, nilai nominal output yang diproduksi oleh pekerja terakhir,
yaitu penerimaan produk marginal tenaga kerja (MRP,) adalah $30.000 (sama dengan 10.000 x
$3). Ini ditunjukkan dalam kolom (5) Tabel 13-4. Dengan demikian, pada persaingan sempurna,
nilai setiap pekerja bagi perusahaan sepadan dengan nilai nominal produk marjinal dari pekerja
terakhir; nilai setiap hektar tanah adalah produk marjinal tanah terscbut dikali harga outputnya;
begitu untuk setiap faktor.
Persaingan Tak Sempurna. Apa yang terjadi pada persaingan tak sempurna, di mana kurva
permintaan setiap perusahaannya miring ke bawah? Di sini, penerimaan marjinal yang diterima
dari setiap penjualan output tambahan lebih kecil dari harga. Hal ini terjadi karena untuk
menjual satu unit tambahan, perusahaan
harus menurunkan harga unit sebelum. Setiap produk marjinal buruh akan seharga MR< P bagi
perusahaan.
Untuk melanjutkan contoh kita terdahulu,umpamakan bahwa MR = $2 dan harga $3. Maka
MRP dari pekerja kedua pada Tabel 13-4 akan menjadi $20.000 (sama dengan MP dari 10.000
kali MR $2), bukan $30.000 seperti pada kasus persaingan.
Sebagai ikhtisar, penerimaan tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit input
tambahan (seperti tenaga kerja) disebut penerimaan produk marjinal. Ini diukur dalam satuan
nominal oleh penerimaan marjinal (MR) dikalikan dengan produk marjinal input.
(MRP,) = MR x MPL
= MR x MPA
dan seterusnya
Karena pada persaingan sempurna harga sama dengan penerimaan marjinal, kondisi ini
menyederhanakan penerimaan produk marjinal yaitu sama dengan harga dikali produk
marjinal, atau
Permintaan Input
Setelah kita menganalisis berbagai konsep tadi,selanjutnya mari kita bahas determinan
permintaan input. Pertama kita harus perhatikan dua sifat khusus permintaan input: Saling
ketergantungannya dan sifat permintaannya yaitu mnerupakan turunan (derived). Kemudian
kita menelaah bagaimana perusahaan yang memaksimalkan laba menentukan kombinasi input
yang optimal, yang memungkinkan kita untuk menjelaskan kurva permintaan input.
Sir William Petty mengemukakan persoalan ini secara mencolok: Tenaga kerja adalah bapak
dari produk, dan tanah adalah ibunya. Kita tidak bisa mengatakan mana yang lebih esensial
dalam menghasilkan seorang bayi--seorang ibu atau seorang bapak. Karena itu pula, umumnya
mustahil mengatakan berbanyak output yang telah dihasilkan oleh satu di antara berbagai
input yang digunakan dalam produksi. Berbagai input yang berbeda saling pengaruh-
mempengaruhi satu sama lain.
Saling-ketergantungan produktivitas dari tanah, tenaga kerja, dan barang modal ini yang
menjadikan topik distribusi pendapatan menjadi rumit. Anggaplah kita harus mendistribusikan
seluruh output dari suatu negara pada satu waktu tertentu. Kalau masing-masing input bisa
menghasilkan output sendirian,artinya, kalau tanpa input lain, tanah bisa menghasilkan sekian
banyak output, tenaga kerja bisa menghasilkan sekian banyak output,dan begitu pula mesin-
mesin, distribusi mungkin bukan merupakan masalah rumit. Berdasarkan penawaran dan
permintaan, kalau setiap faktor produksi menghasilkan sendiri sejumlah output tertentu, maka
ia sepenuhnya akan menikmati hasil kerjanya sendiri.
Namun baca kembali paragraf di atas dan garis-bawahi kalimat "menghasilkan sendiri".
Produktivitas seperti itu hanya ada dalam dunia khayal yang sama sekali tidak ada dalam
kenyataan. Kalau sepiring telur dadar dibuat oleh gabungan koki, telur ayam, mentega serta gas
alam tanah, bagaimana Anda dapat menguraikan kontribusi secara terpisah dari setiap input
tersebut?
Untuk menemukan jawabannya, kita harus lihat interaksi dari penawaran dan permintaan,
yang bekerja di seluruh pasar faktor produksi yang saling tergantung.
Jadi dalam gambaran ini terkandung unsur kepuasan (satisfaction). Kepuasan yang dinikmati
konsumen ketika mengkonsumsi roti akan membantu pabrik roti dalam menetapkan kuantitas
yang diproduksinya,di samping juga berapa tepung terigu yang harus dibelinya.Analisis yang
cermat terhadap permintaan input harus memperhitungkan bahwa pada akhirnya permintaan
konsumenlah yang akan menentukan besarnya permintaan input (seperti tepung bagi pabrik
roti).
Permintaan perusahaan akan tenaga kerja, tepung terigu dan input lainnya secara tak
langsung merupakan derivasi (turunan) dari permintaan konsumen terhadap hasil akhir
perusahaan itu.
Oleh karena itu, teoritikus ekonomi menyebut permintaan terhadap faktor produksi sebagai
permintaan derivatif (permintaan turunan). Hal ini berarti permintaan perusahaan terhadap
input ditentukan oleh pertimbangan bahwa input itu memungkinkan mereka memproduksi
barang yang akan dibeli konsumen sekarang atau di masa yang akan datang.
Gambar 13-2 memperlihatkan bagaimana Permintaan terhadap suatu input, seperti ladang
jagung, merupakan derivasi dari kurva permintaan konsumen terhadap jagung.
Bayangkan Anda adalah petani yang bertujuan memaksimumkan laba. Di daerah Anda,Anda
dapat mempekerjakan tenaga kerja dengan upah $20,000 per tahun. Akuntan Anda
menyerahkan spreadsheet (lembar kerja) dengan data pada Tabel 13-4. Bagaimana Anda
meneruskannya?
Anda bisa mencoba beberapa kemungkinan yang berbeda. Kalau Anda mempekerjakan satu
orang tenaga kerja, penerimaan tambahannya (MRP) adalah $60.000, sedangkan biaya marjinal
pekerja $20.000, maka tambahan laba Anda $40.000. Tambahan seorang pekerja kedua
memberikan MRP sebesar $30.000, dan tambahan laba $10.000. Tetapi, pekerja ketiga
menghasilkan output tambahan yang hanya memberikan penerimaan $15.000 dibandingkan
dengan biayanya $20,000; oleh karena itu,tidak menguntungkan untuk mempekerjakan orang
ketiga. Laba maksimum pada Tabel 13-4 diperoleh dengan mempekerjakan dua orang tenaga.
Dengan coba-coba (trial and error), kita menemukan sebuah kaidah yang menarik:
Perusahaan akan memaksimumkan laba dengan menggaji pekerja (atau faktor produksi
lainnya) selara MRP dari input tersebut melebihi tambahan biayanya.
Dengan menggunakan alasan ini, kita menurunkan aturan untuk memilih kombinasi input
yang optimal: Untuk memaksimumkan laba, input harus ditambah selama penerimaan produk
marjinal dari-input melebihi biaya marjinal atau harga input.
Pada kasus pasar faktor produksi yang bersifat persaingan sempurna, kaidah/aturannya
bahkan lebih mudah. Ingat bahwa pada pasar persaingan, penerimaan produk marjinal sama
dengan harga dikali dengan produk marjinal (MRP = PX MP).
Kombinasi input yang memaksimumkan laba pada perusahaan persaingan sempurna terjadi
apabila produk marjinal dikali dengan harga sama dengan harga input:
Dan seterusnya.
Kita bisa memahami aturan ini dengan mengikuti pemikiran berikut: Katakanlah bahwa input
untuk produksi jagung (atau industri kompetitif lainnya) dikelompokkan menjadi unit-unit
seharga $1--$1 unit tenaga kerja, $1 unit tanah, dan seterusnya. Perusahaan bersedia
mempergunakan sejumlah input yang masing-masing berharga SI, yang akan memberikan
penerimaan pada unit terakhir juga sebanyak $1. Penerimaan tambahannya adalah MP jagung
dari input dikali dengan harga jagung, P. Bila input ditambah sehingga MP x P hanya mencapai
$1, maka $1 biaya input tambahan
Pandanglah sekilas Tabel 13-4. Kolom terakhir dari tabel ini menunjukkan MRP tenaga
kerja untuk pertanian jagung yang menjadi contoh kita. Dengan persyaratan maksimisasi
laba,kita tahu bahwa pada upah $60.000 perusahaan akan memilih satu unit tenaga kerja; pada
upah $30.000 dua unit tenaga kerja; dan selanjutnya.
Dengan demikian, skedul MRP untuk setiap input memberikan skedul permintaan
perusahaan terhadap input tersebut.
Gambar 13-3 menggunakan hasil ini untuk menggambarkan kurva permintaan pertanian
jagung kita, dengan menggunakan data pada Tabel 13-4. Sebagai tambahan, kita telah
menggambar kurva melalui titik-titik individu untuk menunjukkan bagaimana kurva permintaan
akan muncul kalau unit-unit tenaga kerja yang terpisah bisa dibeli.
Kaidab Substitusi. Akibat wajar dari kaidah biaya terendah adalah sebagai berikut: Kalau harga
sebuah faktor naik sementara harga faktor lainnya tetap, perusahaan pada umumnya akan
mendapat keuntungan dari mensubstitusi faktor produksi yang lebih mahal dengan lebih
banyak input lain. Kenaikan harga tenaga kerja, P, akan mengurangi MP/P,.Perusahaan
perusahaan akan memberikan respon dengan mengurangi kesempatan kerjadan meningkatkan
pemanfaatan tanah, sampai persamaan dari produk marjinal per dolar input kembali ke semula,
sehingga mengurangi jumlah L yang dibutuhkan dan menambah permintaan tanah. Kenaikan
harga tanah (PA) saja, dengan logika yang sama, akan menyebabkan substitusi tanah yang lebih
mahal kepada tenaga kerja.
Penawaran Faktor Produksi
Analisis lengkap mengenai penentuan harga dan pendapatan faktor produksi harus
menggabungkan permintaan input seperti yang baru saja dijelaskan maupun penawarannya.
Prinsip umum penawaran berbeda dari input ke input, dan topik ini akan diselidiki secara men
dalam dalam tiga bab berikutnya. Di sini kita hanya akan membahas sekilas saja. Dalam sebuah
perekonomian pasar, sebagian besar faktor produksi dimiliki secara pribadi. Orang "memiliki"
tenaga kerjanya dalam arti bahwa mereka mengontrol penggunaannya; tetapi pada zaman
sekarang "modal manusia" yang sangat penting ini hanya dapat disewakan, dan tidak dapat
dijual. Modal dan tanah umumnya dimiliki secara pribadi oleh rumah tangga dan perusahaan.
Keputusan-keputusan mengenai penawaran yga kerja ditentukan oleh banyak faktor ekonomi
dan nonekonomi. Beberapa penentu penting dari penawaran tenaga kerja adalah harga tenaga
kerja (yakni, tingkat upah) dan berbagai faktor demografis, seperti usia jenis kelamin,
pendidikan, dan struktur keluarga. Kuantitas tanah dan berbagai sumber daya lainnya
ditentukan oleh geologi dan tidak bisa diubah secara berarti, meskipun kualitas tanah
dipengaruhi oleh konservasi, pola penempatan, dan perbaikan-perbaikan lainnya. Penawaran
modal tergantung pada investasi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan, rumah tangga, dan
pemerintah. Dalam jangka pendek, persediaan modal bersifat tetap seperti tanah, tetapi dalam
jangka panjang penawaran modal sangat peka terhadap berbagai faktor ekonomi seperti
pendapatan dan suku bunga.
hal ini penawaran tanah akan bersifat tidak lastis sempurna, atau kurva penawara
vertikal. Dalam beberapa kasus khusus, bila penerimaan yang diperoleh faktor produksi
bertambah, para pemilik faktor produksi tersebut mungkin menawarkan lebih sedikit faktor
produksinya ke pasar. Umpamanya, kalau orang-orang merasa sanggup bekerja dalam waktu
yang lebih sedikit bila upah baik, kurva penawaran untuk tenaga kerja mungkin akhirnya
melengkung ke belakang, ketimbang miring ke atas.
Berbagai kemungkinan elastisitas penawaran faktor produksi digambarkan oleh
kurva penawaran SS yang ditunjukkan dalam Gambar 13-4.
Kita dapat melakukan operasi yang sama faktor produksinya ke pasar. Garanya
adalah, pada setiap tingkat harga faktor produksi, kita menambahkan semua kuantitas
penawaran perorangan secara horisontal untuk memperoleh penawaran pasar. Kurva
penawaran faktor produksi hipotetis dalam Gambar 13-5.ditunjukkan oleh SS
Harga input ekuilibrium dalam pasar kompetitif terjadi pada suatu tingkat di
mana kuantitas yang ditawarkan dan diminta adalah sama. Atau pada saat kurva
permintaan derivatif untuk sebuah faktor produksi memotong kurva penawarannya,
seperti ditunjukkan oleh titik E dalam Gambar 13-5. Pada harga itu, dan hanya pada
harga itu, jumlah yang bersedia ditawarkan oleh pemilik faktor akan tepat sama dengan
jumlah yang bersedia dibeli oleh pembeli. Pada harga yang lebih rendah, para peminta
yang antusias akan mendorong harga faktor produksi ke atas. Apa yang terjadi kalau
harga di atas ekuilibrium?
Dari grafik ini, kita melihat dampak pergeseran penawaran dan permintaan
faktor. Tandai pertambahan permintaan dalam Gambar 13-5 dengan pinsil. Tunjukkan
bagaimana hal ini cenderung akan menaikkan harga ekuilibrium faktor. Selanjutnya,
tunjukkanlah bahwa kalau penawaran sualu faktor bertambah, hal ini akan menggeser
kurva penawarannya ke kanan bawah, sehingga harga faktor akan cenderung turun.
Teoritisi ekonomi terkenal dari Columbia University, yaitu John Bates Clark,
sekitar tahun 1900 mengemukakan teori distribusi sederhana. Teori tersebut bisa
diterapkan pada penetapan harga dan upah yang kompetitif untuk setiap barang akhir
(final goods) dan input faktor produksi. Untuk memudahkan pemahaman atas teori
tersebut, misalkan hanya ada satu produk yang dihitung dalam satuan ril. Misalnya
jagung atau suatu kombinasi komoditi yang kita sebut Q. Selanjutnya, dengan
menganggap harga sama dengan satu, kita dapat membentuk seluruh pembahasan ini
daiam satuan riil yaitu kita menamakan nilai output sebagai Q dan tarif upah sebagai
tarif upah riil dalam satuan barang atau Q: Dalam situasi ini, fungsi produksi
menjelaskan berapa Q yang akan dihasilkan dari setiap jumlah jam kerja tenaga kerja, L,
bersama sekian luas tanah yang homogen, A. Perhatikan bahwa karena P MPx P= MPx 1
= MP dan upah = MP, 1, maka pada persaingan sempurna MRP =
Bagaimana dengan kelebihan total ourput yang dihasilkan oleh pekerja pertama
dan pekerja lain sebelum pekerja yang terakhir? MP itu dinikmati oleh tuan tanah dan
merupakan laba residu (residual earning) baginya, yang dalam pembahasan nanti kita
sebut sebagai sewa. Dalam persaingan bebas, laba itu tetap milik pemilik tanah dan
tidak ada yang bisa mengambilnya. Apakah dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
mereka sengaja mengeksploitir pekerja atau menerapkan monopoli? Tidak juga, karena
pemilik tanah itu hanya seorang partisipan dalam pasar kompetitif untuk tanah dan
menyewakan tanahnya pada harga paling menguntungkan. Sebagaimana halnya
seorang pekerja yang bersaing dengan pekerja lain untuk mendapatkan pekerjaan,
pemilik tanah pun bersaing dengan pemilik tanah lain untuk mendapatkan tenaga kerja.
Dalam dunia persaingan sempurna menurut Clark, tidak ada persepakatan, tidak ada
asosiasi majikan dan tidak ada serikat buruh.
Gambar 13-6 memperlihatkan bahwa dari kurva produk marjinal tenaga kerja
bisa ditentukan kurva permintaan DD semua majikan yang dinyatakan dalam upah ril
(atau dalam satuan jagung, kombinasi beberapa komoditi, ataupun unit O. Data
mengenai penawaran tenaga kerja (kurva SS) diperoleh dari populasi tenaga kerja atau
angkaran kerja yang ada, sedangkan upah ekuilibrium terbentuk di E. Total upah tenaga
kerja adalah W X L yang ditunjukkan oleh bidang segiempat OSEN. Jadi,bila W= 5 dan L=
1 juta, maka total upah = 5 juta.
Selain distribusi dari kontribusi tenaga kerja, dapat juga menentukan kontribusi
dari sewa tanah. Bidang segitiga dalam Gambar 13-6nmengukur "kelebihan output"
(surplus output) yang dihasilkan oleh pekerja tetapi tidak diterimanya sebagai upah.
Besarnya segitiga pada gambar di atas (yaitu besarnya sewa) ditentukan oleh seberapa
besar penurunan MP tenaga kerja pada saat tenaga kerja ditambahkan artinya
ditentukan oleh hukum hasil lebih yang makin menurun. Apabila hanya terdapat sedikit
bidang tanah yang berkualitas tinggi, maka ambahan tenaga kerja akan memperlihatkan
diminishing return yang
cukup tajam dan kontribusi
sewa akan besar. Jika
sebaliknya
terdapat banyak sekali tanah perbatasan homogen yang menunggu untuk dibersihkan,
maka hanya terdapat sedikit kecenderungan timbulnya diminishing retum, dan sewa tanah di
perbatasan akan sangat kecil.
Apakah wajar bila tanah menerima sewa? Wajar ataupun tidak, semua pekerja adalah
sama; semua pemilik tanah adalah pesaing sempurna yang bebas mengaji sebanyak tenaga
kerja yang mereka mau; oleh sebab itu dapat diperkirakan bahwa dalam persaingan sempurna
semua pekerja mendapat upah setingkat MP dari pekerja terakhir dan, disebabkan oleh hukum
hasil yang semakin berkurang, jumlah sisa dari sewa akan diserahkan kepada pemilik tanah.
Dalam Gambar 13-6, upah tenaga kerja kira-kira 3 kali lebih besar dari sewa tanah.
Hubungan 3-banding-I antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja ini
mencerminkan kenyataan bahwa upah dan gaji memberi andil sekitar tiga perempat
pendapatan nasional. Kontribusi tenaga kerja terhadap pendapatan nasional memperlihatkan
angka yang stabil selama abad keduapuluh.
Tetapi apakah persentase pertumbuhannya sama besar ataukah lebih besar dibanding
persentase pertumbuhan sewa tanah? Meskipun belum jelas sebelum Anda melakukan
eksperimen dengan menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja, jawabannya pasti ya.
Benar bahwa porsi relatif dari segi empat upah bisa bertambah dan porsi relatif dari segitiga
sewa berkurang jika kurva produk marjinalnya cukup elastis.
Untuk mempertukarkan peranan tenaga kerja dan tanah, anggaplah bahwa tenaga kerja
konstan, kemudian tambahkan berbagai luas tanah (variabel) pada tenaga kerja (yang tetap).
Hitunglah produk marjinal setiap satuan luas tanah tersebut. Gambarkan kurva permintaan
yang memperlihatkan berapa tenaga kerja yang diminta pemilik tanah untuk setiap hektar
tanah pada setiap tingkat sewa. Dalam versi baru Gambar 13-6 yang Anda lukiskan itu, cari titik
ekuilibrium baru E. Tentukan segiempat sewa tanah menurut MP-nya. Tentukan segitiga upah
tenaga kerja. Akan terlihat suatu kenyataan yang mengejutkan, yaitu adanya simetri sempurna
dari kedua faktor produksi tersebut. Grafik baru itu menunjukkan, bahwa distribusi porsi semua
faktor produksi ternyata bisa ditentukan secara simultan menurut produk marjinal mereka yang
interdependen.
Tidak hanya itu saja. Analisis di atas tidak hanya terbatas pada tenaga kerja dan tanah
saja. Misalkan, faktor produksi yang ada hanya tenaga kerja (L) dan sejumlah barang modal K
Dimisalkan terdapat fungsi produksi yang menghubungkan Q dengan L dan K, sebagaimana
halnya karakteristik pada Gambar 13-6. Berdasarkan asumsi itu, Anda dapat menguiang
Gambar 13-6 dan memperoleh gambaran distribusi pendapatan yang identik antara tenaga
kerja dan modal. Dari penjelasan ini, jelas kita pun bisa melakukan cara yang sama untuk kasus
tiga, empat atau sejumlah faktor produksi lainnya.
Dalam pasar faktor produksi yang kompetitif, seorang pengusaha yang berusaha
memaksimumkan labanya akan mempunyai kurva permintaan input yang ditentukan oleh
produk marjinal faktor produksi. Dalam contoh sederhana tentang output tunggal (dengan Pl)
kita peroleh: Upah = produk marjinal tenaga kerja Sewa = produk marjinal tanab dan
seterusnya untuk setiap faktor produksi. Keseluruhan output akan didistribusikan 100 persen,
tidak lebih dan tidak kurang, ke seluruh faktor produksi.
Akhirnya kita mengetahui bahwa teori Clark mengenai distribusi pendapatan secara
agregat sesuai dengan penetapan harga kompetitif dari setiap jumlah barang yang dihasilkan
oleh setiap jumlah faktor produksi. Teori sederhana namun ampuh ini menunjukkan bagaimana
distribusi pendapatan berhubungan deng produktivitas perekonomian dalam perekonomian
pasar yang kompetitif.
Kesimpulan
Selesailah sudah analisis kita tentang pri prinsip umum yang mendasari penentuan distribusi
pendapatan dalam sebuah perekonomian pasar yang kompetitif. Sebagaimana dalam sebagian
besar masalah, harga dan kuantitas ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Di sisi
permintaan terdapat permintaan faktor-faktor produksi. Permintaan ditentukan oleh fungsi
produksi maupun oleh permintaan atas barang jadi yang terletak di belakang permintaan
derivatif terhadap faktor produksi. Di sisi penawaran berupa penawaran tanah, yang ditentukan
oleh sifat endowment; penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh ukuran dan kualitas
tenaga kerja; dan penawaran modal, yang diberikan oleh persediaan peralatan dan gedung-
gedung dari investasi masa lalu. Dengan memadukan saling ketergantungan penawaran serta
permintaan atas berbagai faktor, pasar memberikan pendapatan kepada pemilik tanah, tenaga
kerja, dan modal.
Meskipun prinsip-prinsip umum yang mendasari penentuan harga faktor produksi dan
pendapatan secara kompetitif adalah sama untuk semua faktor, namun masing-masing
mempunyai ciri-ciri khusus. Dalam diua bab berikutnya, kita akan mengkaji upah tenaga kerja
yang dimulai dengan menelaah alasan timbulnya perbedaan tingkat upah dari berbagai
kelompok yang berbeda, kemudian menelaah ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja. Dalam
bab terakhir dari bagian ini, kita akan menganalisis berbagai isu tentang sewa yang dihasilkan
oleh tanah dan bunga serta keuntungan yang dihasilkan oleh modal.
RANGKUMAN
A. Hasil Industrialisasi
1. Teori distribusi berhubungan dengan pertanyaan dasar mengenai untuk siapa
atau (for whom) barang ekonomi diproduksi. Teori ini mempelajari pe
pendapatan (aliran upah, property returns, serta transfer yang diterima dalam
satu periode tertentu) dan kekayaan (stok harta neto yang dimiliki pada satu
waktu tertentu). Dalam menelaah bagaimana berbagai faktor produksi yang
berbeda ㅡ tanah, tenaga kerja, modal, dan pengambilan risiko—memperoleh
harganya di pasar, teori distribusi menelusurinya dari pertanyaan: bagaimana
penawaran dan permintaan terhadap faktor-faktor tersebut dihubungkan, dan
bagaimana mereka menentukan semua jenis upah, sewa, suku bunga dan laba.
6. Teori distribusi pendapatan dari J.B Clark's yang didasarkan pada prodjinal
menganalisis proses distribusi total output nasional di antara berbagai
faktor produksi yang berbeda. Persaingan di antara beribu pemilik tanak
tenaga kerja akan mendorong harga faktor produksi sama dermarjinalnya.
Dengan cara itu, keseluruhan produk akan teralokaktor produksi bisa
bersifat variabel, tidak hanya tenaga kerja saja karena setiap unit faktor
produksi dibayar sebesar MP dari unit terakir yang di gunakan, maka
terdapat surpus output berasal dari MP input-input sebelumnya. residu
(sisa) surplus ini sama dengan pendapatan faktor produksi lainya sebesar
produk marjinalnya. Dengan demikian, teori distribusi neoklasik dari clack
(walaupun disederhanakan) merupakan gambaran logis yang lengkap
mengenai distribusi pendapatan pada persaingan sempurna.
BAB 14
UPAH DAN PASAR TENAGA KERJA
Pendapatan tenaga kerja adalah sumber penghasilan utama sebagian besar masyarakat.
Pada saat ini, upah, gaji, dan penghasilan lainnya merupakan 80 persen dari pendapatan
nasional Amerika Serikat. Memang, kita mungkin bisa mengatakan bahwa sistem ekonomi
Amerika adalah sistem "buruh" ketimbang sistem kapitalis.
Oleh karena begitu pentingnya tenaga kerja, pasar tenaga kerja seringkali
menjadi sumber kontroversi, perselisihan sosial, dan gejolak politik. Pertempuran antara
tenaga kerja dan modal selama abad terakhir, perjuangan kaumwanita dan minoritas
untuk memperoleh persamaan upah, hanyalah dua contoh perselisihan mengenai
permasalahan tenaga kerja.
Bab ini dan bab berikutnya akan membahas penetapan upah dalam
perekonomian pasar. Bagian A bab ini meninjau penetapan upah di bawah kondisi
persaingan, sementara bagian kedua membahas persoalan sulit mengenai diskriminasi
dalam pasar tenaga kerja.
Apa sebab tingkat upah di Amerika Serikat 5,5 kall tingkat upah di Korea dan 25
kali tingkat upah di India? Kita bisa memahami kenyataan ini dengan menelaah kasus
sederhana tentang upah yang dibayarkan kepada karyawan dan pekerjaan yang identik
pada pasar persaingan.
Sebuah pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna adalah pasar tenaga kerja
yang di dalamnya terdapat cukup banyak pekerja dan majikan, sehingga tidak satu pun
yang mempunyai kemampuan mempengaruhi pasar secara ber- arti. Definisi ini tidak
memasukkan serikat buruh (labor unions) atau pasar tenaga kerja yang dikuasai sebuah
perusahaan besar. Dalam kenyataannya, hanya sedikit pasar tenaga kerja yang bersifat
persaingan sempurna. Meskipun demikian, sebagian besar pasar
tenaga kerja-seperti pasar tenaga kerja mudi kota besar alau pekerja tata usaha
atau naga penjual-hampir mendekati kons persaingan secara sempurna. Pada sebuah
pasar yang pekerjaannya maupun orangnya bersifat identik, persaingan akan
menyamakan upah per jam secara tepat. Tidak ada majikan yang akan membayar upah
lebih tinggi pada pekerjaan seseorang, ketimbang pada orang lain yang identik atau
yang keahliannya identik.
Dalam menganalisis pendapatan tenaga kerja, kita perlu mengetahui upah ril
yang menggambarkan daya beli dari jam kerja, atau upah nominal dibagi oleh biaya
hidup. Kasus yang diperlihatkan dalam Gambar 14-1 mengukur upah ril dalam
pengertian berapa banyak barang konsumsi yang bisa dibeli upah tersebut.
Gambar 14-2 mengulangi teori produktivitas marjinal. Pada suatu waktu dan
tingkat teknologi tertentu, ada hubungan antara jumlah input tenaga kerja dan jumlah
outputnya. Dengan hukum hasil lebih yang makin berkurang (law of diminishing return),
setiap tambahan satu unit input tenaga kerja akan menambah output dengan tingkat
yang semakin mengecil. Pada contoh yang diilustrasikan Gambar 142, parla 10 unit
tenaga kerja, tingkat upah umum yang ditentukan secara kompetitif akan menjadi $20
per unit. Namun mari kita kaji lebih jauh dan bertanya apa yang terletak di belakang
produktivitas Marjinal tenaga kerja. Produk marjinalbtenaga kerja tergantung pada
kualitas input tenaga kerja, jumlah, kualitas faktor produksi yang digunakan,
seperti tingkat dan penggunaan teknologi. Kualitas input tenaga kerja mengacu pada
melek huruf, pendidikan, pelatihan dan keahlian angkatan kerja. Suatu negara yang
tingkat buta hurufnya tinggi, sedikit sekali harapannya untuk bisa menikmati teknologi
modern yang memerlukan penggunaan komputer dan mesin-mesin canggih. Untuk
menghasilkan seorang insinyur yang bisa mendesain peralatan secara tepat diperlukan
pendidikan dalam wakru bertahun-tahun. Pelatihan sclama beberapa tahun harus
dilakukan sebelum seseorang bisa melakukan bedah syaraf dengan berhasil. Akumulasi
modal manusia seperti di atas memberikan dorongan besar bagi produktivitas tenaga
kerja.
Akan tetapi, kualitas dan kuantias input belum merupakan akhir cerita. Dua
daerah mungkin mempunyai sumber daya dan input tenaga kerja yang sama, namun
jika yang satu menggunakan teknologi dan manajemen lebih baik, maka
produktivitasnya mungkin akan lebih tinggi dibanding daerah satunya. Inggrisnya
manajemen dan perselisihan perburuban mempunyai banyak sumber daya dan
angkatan kerja yang sangat terdidik. Namun buruk telah membuat industri Inggris
tertatih-tatih dalam persaingan, dan produktivitas buruh Inggris kurang dari satu
setengah produktivitas buruh Amerika Utara. Keunggulan metodologi teknik berasal dari
ilmu pengetahuan clasar dan aplikasinya yang lebih baik, rekayasa yang maju, dan
manajemen vang lebih baik.
Akhirnya, gabungan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, akumulas modal, dan
teknologi maju akan membuahkan lonjakan pada produktivitas dan permintaan tenaga
kerja. Di atas segalanya, faktor-faktor inilah yang menentukan tingginya gaji pada
daerah maju, seperti ditunjukkan oleh Tabel 14-1.
Penawaran Tenaga Kerja
Determinan Penawaran
Sekarang mari kita beralih ke sisi penawaran pasar tenaga kerja. Penawaran
tenaga kerja menunjukkan jumlah jam yang digunakan pada kegiatan untuk
menghasilkan sesuatu di pabrik-pabrik, pertanian, bisnis lain, pemerintah, atau
usaha nirlaba. Determinan utama penawaran tenaga kerja adalah jumlah
penduduk dan cara penduduk menggunakan waktunya. Penduduk. Penduduk
ditentukan oleh kelahiran dan kematian alamiah serta oleh imigrasi. Kita mulai
dengan migrasi tenaga kerja. Sebelum abad ini, perbatasan wilayah sebagian
besar negara terbuka untuk perpindahan penduduk. Hal ini memberi
kemungkinan kepada setiap orang untuk meninggalkan daerah yang berupah
rendah untuk mencari kesempatan ckonomi yang lebih baik. Dampak dari
adanya kemudahan perpindahan ini adalah timbulnya kecenderungan untuk
menyamakan upah di berbagai negara yang berbeda.
Di sisi lain, terdapat efek yang bertentangan dengan cfek substitusi, yaitu
efek pendaparan (income effect). Lebih tingginya upah yang diterima menjadikan
Anda lebih kaya. Karena lebih kaya itu, Anda ingin membeli lebin banyak barang
dan jasa. Selain itu, Anda pun ingin lebih banyak bersantai. Tingginya upah yang
diterima di hari-hari kerja biasa mendorong
Anda mulai libur sejak hari Sabtu. Andapun ingin cuti tahunan yang lebih
panjang atau ingin pensiun dua tahun lebih cepat.
Mana yang lebih kuat antara efek substitusi dan efek pendapatan? Sulit
untuk menemukan jawaban yang tepat. Masalahnya tergantung pada masing-
masing individu. Pada Gambar 143, untuk seluruh tingkat upah sampai ke titik C
diperlihatkan kenaikan penawaran tenaga kerja sejalan dengan
meningkatnyaupah. Dengan kata lain, pengaruh efek substtusi lebih kuat dari
efek pendapatan. Tetapi setelah titik C, pengaruh efek pendapatan lebih besar
dari efek substitusi. Tenaga kerja yang ditawarkan malah menurun dengan
meningkatnya upah yang dibayarkan.
Suatu kunci terhadap perbedaan upah terletak pada kualitas yang sangat
berbeda di antara orang-orang. Perbedaan ini bisa ditelusuri dari pembawaan mental
dan kemampuan fisik, tingkat pendidikan dan pelatihan, serta pengalaman. Seorang ahli
biologi mungkin saja menyebut kita semua sebagai anggota spesies Homo sapiens,
terapi setiap petugas kepegawaian tahu bahwa setiap orang berbeda dalam
kemampuan dan kontribusinya bagi pendapatan yang diterima perusahaan.
Unsur Sewa dalam Upah dari Orang-orang yang Memiliki Bakat Khusus
Orang-orang yang sangat berbakat itu dihargai dalam perekonomian masa kini.
Tanpa spesialisasi tersebut, pendapatan mere- ka mungkin hanya sepersepuluhnya saja.
Karena keterbatasan demikian, kurva penawaran mereka hampir tidak elastis sempurna
atau vertikal untuk 20 atau 80 atau 120 persen upah dari tingkat kompensasi mereka
yang tinggi. Hal ini berarti penawaran tenaga kerja mereka tidak terpengaruh oleh
tingkat upah mereka. Teoritikus ekonomi menyebut kelebihan upah di atas pendapatan
paling tinggi yang bisa diperolehnya dari pekerjaan lain, sebagai sewa ekonomi murni
(pure economic rents). Logikanya sama dengan sewa atas tanah yang penwarannya
terbatas. Oleh karena sifat inelastis tersebut, penawaran tenaga kerja dari para pemain
sepakbola, bola basket, tenis, musisi atau pun konsultan terkenal kemungkinan cidak
akan terpengaruh oleh pemajakan pendapatan sampai 50, 60 atau bahkan 70 persen.
Walaupun misalnya pendaparan bersih yang mereka terima berkurang oleh pajak atau
oleh kekuatan pasar, mereka tetap akan bertanding, bernyanyi, ataupun memberi
konsultasi.
"Hal yang kita temukan adalah bukannya seluruh penduduk bersaing secara
bebas pada seluruh jenis pekerjaan, melainkan serangkaian jajaran industri yang saling
menekan satu dengan lainnya, . sedang yang menduduki beberapa strata adalah, untuk
segala maksud persaingan yang efektif, praktis terpisah satu dengan lain-
Dengan kata lain, tenaga kerja bukanlah faktor produksi tunggal, melainkan
faktor produksi yang sangat beragam namun sangat terkait. Contohnya, dokter dan ahli
matematik merupakan kelompok yang tidak saling bersaing, karena mahal dan sulitnya
seorang anggota profesi tertentu untuk memasuki profesi yang lain. Sama seperti
beberapa jenis mesin yang berbeda, yang masing-masing mempunyai harga berbeda,
begitu pula ada beberapa jabatan dan keahlian yang bersaing secara umum. Jika kita
telah mengenal bahwa ada beberapa jenis tenaga kerja yang beroperasi pada bagian
pasar tenaga kerja yang berbeda, bisa kita pahami mengapa terdapat perbedaan yang
sangat besar dalam upal
Mengapa pasar tenaga kerja dibagi menjali beberapa kelompok yang saling tidak
bersaing? Alasan utama adalah kenyataan bahwa jika profesi dan keahlian saling
dipertukarkan, manaka hal ini akan membutuhkan investasi uang dan waktu yang
sangat besar. Kecil sekalipun harapan seorang ekonom untuk menjadi bedah
cardioavascular hanya dalam satu Begitu pula sulit bagi seorang ahli bedah dilatih untuk
membuat kerangka rumah dan memasang batu bata dengan rapi sekali seseorang
mengkhususkan diri dalam suatu jabatan tertentu maka dia menjadi bagian dari sub
pasar tenaga kerja tertentu. Mereka tergantung pada penawaran dan permintaan untuk
keahlian tersebut, dan akan mendapatkan bahwa turun naiknya pendapatan mereka
tergantung pada kejadian yang terjadi pada pekerjaan dan industri tempat mereka
bekera satu jenis pekerjaan dapat berbeda sekali dengan upah pada bidang pekerjaan
lain. Dengan segmentasi seperti itu, upah untuk Teori tentang kelompok tenaga kerja
yang tidak saling bersaing sangat penting untuk memahami diskriminasi pasar tenaga
kerja. Dalam bagian kedua bab ini kita akan melihat banyak sekali diskriminasi yang
disebabkan oleh adat, hukum, kecurigaan, perbedaan jenis kelamin, ras, atau latar
belakang etnis sehingga menjadi kelompok tak bersaing. Meskipun teori kelompok yang
tak bersaing memberi pemahaman terhadap salah satu aspek penting pada pasar
tenaga kerja umum,kita tetap harus mengakui bahwa persaingan selalu ada.Seperti
ketika Anda harus memutuskan antara menyewa traktor canggih atau kuda untuk
membajak-ladang, demikian pula kita pun harus memilih antara menyewa pekerja
profesional bergaji tinggi atau pekerja dengan keahlian dan gaji rendah. Sama halnya,
kalau gaji tukang las $200.000 satu tahun, maka saya akan belajar menjadi ahli las dan
berhenti menjadi guru. Dalam jangka panjang, bergaji tinggi dan meninggalkan sektor
pekerjaan bergaji rendah, maka persaingan akan keika masyarakat memasuki sektor
pekerjaan mengurangi sebagian besar penghalang ke arah kelompok tak bersaing.
Akan tetapi, perbedaan upah itu tidak terpaku mati. Sejalan dengan pergerakan
pekerja ke jabatan yang memberikan upah tinggi dengan meninggalkan pekerjaan
berupah rendah, dan sejalan dengan runtuhnya hambatan aras kesempatan yang sama
bagi semua kelompok, maka bersamaan dengan itu terlihat pula adanya kecenderungan
upah untuk bertemu di satu titik (konvergen).
Tetapi apakah kesimpulan Marx akan berlaku di sini? Apakah benar ada
kecenderungan menurunnya upah riil ke batas minimu seperti mm pada Gambar 14-4?
Tidak mungkin. Tidak ada alasan sama sekali bahwa tinkat upah akan turun di bawah
titik kes mbangan E. Dalam suatu negara yang men liki tingkat teknologi tinggi, modal
yang besarnya sumber daya alam yang melimpah, upah keseimbangan yang ditetapkan
secara komptitif seperti itu malah akan sangat menyenangan pekerja. Dengan demikian,
kita bisa menyimpulkan suatu prinsip yang pentin kalau persaingan dalam pasar tenaga
kerjamemang sempurna, maka di negara-negara maju tidak akan ada kecenderungan
menuruya upah sampai tingkat minimum untuk hidup (subsisten).
Majikan tentunya ingin membayar upahyang rendah. Cuma saja, dalam suatu
pasar yang kompetitif, hal ini tidak mungkin terjadi karena mereka tidak dapat mengatur
tingkat upah semau mereka. Sepanjang jumlah majikan cukup banyak dan mereka tidak
melakukan kolusi, maka permintaan mereka terhadap tenaga kerja akan mendorong ke
titik keseimbangan, di mana total persediaan tenaga kerja akan terserap oleh
perusahaan. Pekerja memang selalu berusaha mencapai tingkat upah yang lebih tinggi,
tetapi dalam persaingan sempurna mereka tidak akan memperoleh keinginannya
dengan mudah; sepanjang mereka tidak berkolusi untuk membatasi penawaran tenaga
kerja, sulit menaikkan upah di atas tingkat yang kompetitif.
Mari kita ulas pandangan ini. Bagi sekelom- pok khusus pekerja yang hanya memiliki
keahlian tertentu dan terpaku di suatu daerah, penurunan permintaan akan tenaga
kerjadapat merupakan ancaman. Kalau upah dan harga melakukan penyesuaian secara
perlahan, para pekerja tersebut kemungkinan akan menghadapi masa pengangguran
yang berlrut-larut. Dari sudut pandangan mereka, falasitentang total kerja mungkin ada
benarnya. Dapat dimengerti mengapa pada masa-masadepresi, ketika terjadi
pengangguran yang sangat kronis, mereka berpandaangan demikian
Akan tetapi, argumentasi lump-oflabor mengandung implikasi bahwa terdapat
begitu banyak pekerjaan yang memberikan imbalan menguntungkan dalam setiap
sistem percko nomian, dan ini adalah suatu falasi. Penelitian terhadap sejarah di
berbagai negara memperlihatkan bahwa tidak ada suatu total kerja (lump of labor)
tertentu yang bisa didistribusikan, tidak ada keharusan untuk menjatah pekerjaan yang
terbatas di antara sepasukan penganggur. Lebih tepat sebenarnya dikatakan bahwa
suatu perekonomian akan menciptakankerja bagi pekerjanya yang mau. Dalam jangka
panjang, dengan adanya penyesuaian upah dan harga pada teknologi dan selera
masyarakat,pekerjaan akan datang kepada pekerja atau pekerja yang mendatangi
pekerjaan. Dalam jangka pendek, proses ini dapat dipercepat kalau dilumas dengan
kebijaksanaan makro ekonomi yang tepat.
Separuh dari penduduk adalah wanita. Namun mengapa para wanita yang memperoleh
pendidikan sama seperti pria, memiliki skor nilai yang sama, punya tingkat kecerdasan dan latar
belakang keluarga yang sama, hanya mendapat penghasilan dua pertiganya dari laki-laki?
Akar-akar Sejarah
Di Amerika Serikat, akar diskriminasi telah ada sejak munculnya kepercayaan dan
lembaga-lembaga masyarakat zaman dahulu. Pemukim Inggris menjadi elit yang dominan di
New England 300 tahun yang lalu. Ketika bangsa-bangsa lain mulai berdatangan, mereka
dibenci dan sering tidak mendapat pekerjaan yang baik. Seringkali terlihat di rumah penginapan
atau iklan berbunyi "Anjing dan orang Jerman tidak boleh melamar". Namun bersamaan
dengan berlalunya waktu, setiap gelombang imigran baru mulai berasimilasi dan diterima
bekerja mulai dari Elis Island sampai dewan direksi perusahaan dan ruang Kongres.
Akan tetapi, sejarah Amerika yang cerah ini tidak berlaku untuk seluruh kelompok etnis.
Indian Amerika telah bertempat tinggal di Amerika jauh sebelum bangsa Inggris tiba; Para
penakluk dari Spanyol adalah pemukim Eropa pertama; lebih dari 100 tahun telah berlaku sejak
Emancipation Proclamation membebaskan budak. Namun, untuk kelompok etnis ini,
diskriminasi pada pasar tenaga kerja, perumahan, dan kegiatan masyarakat yang lain masih
tetap merupakan halangan untuk menciptakan kemajuan-kemajuan di bidang sosial.
Sejarah masyarakat kulit hitam Amerika bisa mengilustrasikan bagaimana proses sosial
telah menekan pendapatan dan status ekonomi mereka. Setelah perbudakan dihapuskan,
masyarakat kulit hitam di selatan dengan cepat masuk ke dalam sistem kasta kerja rodi di
bawah undang-undang "Jim Crow". Meskipun secara hukum mereka telah bebas dan mengikuti
hukum penawaran dan permintaan, namun para pekerja kulit hitam rata-rata tetap
memperoleh pendapatan yang jauh di bawah pendapatan pekerja kulit putih. Mengapa hal ini
terjadi? Seperti akan kita lihat nanti, alasannya adalah mereka selalu disingkirkan ke pekerjaan
mirip pembantu rumah tangga yang keahliannya rendah, disingkirkan ke kelompok yang
takbersaing yang berupah rendah. Sebagian besar pekerjaan berupah tinggi tidakterbuka bagi
para pekerja kulit hitam tersebut, arena rendahnya pendidikan mereka karena pengecualian
oleh serikat dagang.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, para ekonom telah melakukan berbagai penelitian
empiris yang berusaha untuk memilah-milah perbedaan penghasilan yang bersumber pada
beberapa karakteristik
yang bisa diukur (pendidikan,
pengalaman dan lain-lain), dari
berbagai faktor diskriminasi
serta faktor lainnya.
Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa setengah
sampai tiga perempat
kesenjangan penghasilan pria
dan wanita diakibatkan oleh
per- bedaan pendidikan dan
pengalaman kerja. Sedangkan
seperempat sampai
setengahnya bersumber dari
diskriminasi dan berbagai faktor
lain yang tidak bisa diukur.
Pengurangan Diskriminasi Pasar Kerja
Perbandingan Manfaat
Pada pertengahan tahun 1980-an, telah diajukan pendekatan baru untuk mengurangi
per-bedaan upah pria-wanita: manfaat yang diperbandingkan (comparable worth). Pendapat ini
sebetulnya merupakan perluasan dari pemikiran "bayar yang sama untuk kerja yang sama"
yang sekarang menjadi "bayar yang sama utuk manfaat yang sebanding". Untuk memahami
rumusan masalah ini, baiklah kita mulai dengan menganalisis struktur upah dan melihat
bagaimana manfaat yang sebanding akan menyamakan upah untuk pekerjaan yang berbeda.
Struktur Gaji. Hampir seluruh perusahaan besar menata pasar tenaga kerja intern mere
ka dengan menetapkan sejumlah kategori atau tingkat pekerjaan yang berbeda.
Misalnya,tingkat 10 untuk pekerja administrasi, tingkat 15 untuk pekerja ketrampilan, tingkat
12 untuk teknisi, dan lain sebagainya. Setiap katagori mempunyai job description yang berbeda
sesuai dengan karakteristiknya seperti keahlian, pengalaman, pelatihan, kondisi kerja dan
sebagainya.
Apabila tidak ada perbandingan luar yang dijadikan sebagai pedoman, perusahaan
cenderung menentukan upah pekerjaan tertentu sesuai dengan ingkat yang diperoieh oleh
pekerjaan yang serupa. Seperti akan segera kita lihat, perusahaan sering menentukan "skor
angka" pada keahlian, pengalaman, atau persyaratan kerja suatu jabatan tertentu. Selanjutnya,
perusahaan menggunakan skor ini untuk membantu menetapkan upah dari pekerjaan yang tak
bisa dibandingkan. Perbandingan eksternal dan penilaian intern secara bersama ini akan
memberikan struktur gaji untuk katagori jabatan yang berbeda.
Derngan menggunakan dugaan struktur gaji, sekarang kita bisa memahami perbedaan
antara pekerjaan yang "manfaatnya sama" (equal worth) dan pekerjaan yang "manfaatnya
sebanding" (comparable worth). Tabel 147 menunjukkan 3 pekerjaan A, B, dan C dalam satu
perusahaan tertentu. Pekerjaan A dan B di angka yang sama dari empat sifat
pekerjaan(keahiian, pelatihan, tanggung jawab, persyaratan kerja). Sifat-sifat pekerjaan
tersebut ditandai sebagai "pekerjaan sama" (equal jobs). Berdasarkan Equal Pay Act tahun
1963, mereka harus menerima bayaran yang sama. Dengan membayar $250 per minggu untuk
pekerjaan A, sedangkan pekerjaan B $300 perminggu, akan menggambarkan diskriminasi yang
melanggar hukum.
Para pengamat sering menemukan berbagai kelemahan pada konsep kompensasi ber-
dasarkan sistem manfaat yang sebanding, seperti yang dilukiskan pada Tabel 14-7, diban-
dingkan dengan yang didasarkan pada pasar. Kritik-kritik tersebut berpendapat bahwa sistem
pemberian angka (point system) bukan dasar yang cukup untuk menetapkan gaji. Beberapa
kelemahan sistem angka (point system) itu adalah bahwa faktor-faktor yang memasuki skor
angka (score point) tidak sempurna dan tidak mudah diukur; bahwa disutilitas orang dari
pekerjaan (dan dengan demikian perbedaan kompensasi yang mereka perlukan) akan sangat
berbeda, antara orang yang satu dengan
Hal yang paling runyam, barangkali, adalah dari penyelidikaan ditemukan bahwa pe-
ngaruh berbagai karakteristik pekerjaan yang bisa diukur terhadap besarnya upah, masih
banyak yang belum bisa terungkap. Walaupun kajian tersebut dibatasi hanya dengan meng
gunakan satu ras dan jenis kelamin, namun kajian tersebut jarang menjelaskan lebih dari
sepertiga beragamnya pendapatan di antara berbagai orang yang berbeda. Menggunakan skor
untuk memperkirakan manfaat seorang karyawan, seperti Menggunakan skor angka untuk
memper meramal pukulan rata-rata pemain baseball berdasarkan ketinggian, berat badan,
umur dan pendidikan pemain.
Bagaimanakah hasil yang paling mungkin dari penerapan sistem manfaat sebanding
(comparable worth) untuk menentukan upah pada pasar tenaga kerja sekarang? Dampak
utama yang timbul adalah diabaikannya kekuatan pasar dalam penentuan upah. Jika gaji sopir
truk dan operator telepon disamakan, kita akan kelebihan operator dan kekurangan pengantar
barang. Selanjutnya, pola gaji akan menjadi beku, dan membuat struktur gaji relatif tidak
responsif pada perubahan perekonomian. Kalau krisis energi yang mendadak menaikkan harga
minyak, perusahaan tidak bisa menaikkan upah relatif dari para penambang batu bara dan
buruh pengeboran minyak, Dalam sebuah perekonomian modern, tarif upah dan struktur gaji
cenderung bersifat kaku dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, gaji melakukan
penyesuaian terhadap kekurangan dan kelebihan penawaran dan permintaan di pasar tertentu.
Sistem manfaat sebanding (comparable worth) akan bercampur dengan struktur gaji yang kaku.
Harus ditekankan bahwa sistem manfaat sebanding bukanlah pandangan yang bersifat
rahasia, yang hanya ada dalam buku teks ekonomi. Banyak serikat, terutama yang diwa- kili
oleh wanita, telah menggunakan bendera comparable worth dalam menegosiasikan masalah.
Selain itu, pengadilan pun kadang-kadang menyatakan bahwa comparable worth merupakan
penyelesaian tepat untuk memecahkan kesenjangan upah pria-wanita yang telah berakar.
Selama beberapa tahun compa-rable worth seolah-olah muncul sebagai kebijakan publik utama
untuk menangani pasar tenaga kerja.
RANGKUMAN
A. Penentuan Upah dalam persaingan Sempurna
1. Tidak akan ada perbedaan upah dalam keseimbangan pasar persaingan sem purna,
kalau semua orang dan semua pekerjaan sama satu sama lain. Tingkat upah
keseimbangan yang merupakan hasil penentuan penawaran dan permintaan akan
sama untuk semuanya.
2. Seperti halnya faktor produksi lain, permintaan tenaga kerja ditentukan oleh produk
marjinal tenaga kerja. Sebuah negara atau daerah akan memiliki produk marjinal
tenaga kerja yang lebih tinggi dan upah yang lebih tinggi apabila kualitas inpu
tenaga kerjanya lebih tinggi, apabila kualitas dan kuantitas input gabungannya lebih
besar, dan apabila daerah tersebut terbuka untuk perkembangan pengetahuan dan
teknik produksi yang lebih maju.
3. Ada empat dimensi dalam penawaran tenaga kerja yaitu jumlah populasi,
persentase penduduk yang dipekerjakan, rata-rata jumlah jam kerja dan kualitas dari
aktivitas produksi.
4. Peningkatan upah menimbulkan dua efek yang bertentangan atas penawaraga
kerja. Pertama, "efek substitus;" yang mendorong tiap peke kerja lebin lama, karena
upah yang diterimanya dari tiap jam kerja lebih tinggi . "Efek pendapatan"
mempengaruhi segi sebaliknya, yaitu tingginya up babkan pekerja ingin menikmati
lebih banyak rekreasi bersarbih banyaknya komoditi yang bisa dibeli. Pada suatu
tingkat tentu, kurva penawaran tenaga kerja akan berkeluk ke belakang. Kurva pena
waran tenaga kerja dari orang-orang yang sangat berbakat serta unik, mempunyai
bentuk yang tidak elastis: upah mereka sebagian besar merupakan "sewa ekonomi
murni."
5. Begitu kita tinggalkan asumsi tidak realistis yang menganggap semua orang dan
pekerjaan sama, kita akan menemui begitu banyak perbedaan upah walaupun
dalam pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna. "Perbedaan upah kompensasi"
sebagai kompensasi dari perbedaan nonmoneter seperti kualitas pekerjaan,
merupakan salah satu sumber perbedaan tersebut. Barangkali penyebab ama
perbedaan upah terletak pada perbedaan kualitas berbagai tina kerja. Memang
benar tidak semua tenaga kerja merupakan "kelom yang tidak bersaing", tetapi
nyatanya banyak sekali kategori kelompok yang bersaing secara partial. Di pasar
tenaga kerja yang bersaing sempurna, pola akhir tingkat upah akan ditetapkan
melalui ekulibrium penawaran dan permintaan, seperti yang ditunjukkan dalam
Tabe! 144.
6. Ketakutan terhadap pengangguran seringkali menimbulkan pemikiran yang
menjurus pada "falasi total tenaga kerja" (lump-of-labor fallacy). Menurut falasi itu,
orang berkeyakinan bahwa pekerjaan yang tersedia sifatnya terbatas dan ini muncul
karena adanya pengangguraan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi atau pun
depresi. Pemikiran demikian mendasari agitasi para pekerja yang menginginkan
perpendekan hari kerja dan keringanan peraturan kerja. Sebe- narnya
pengangguran yang berlebihan memerlukan tindak kebijakan makroekonomi yang
dapat menyediakan kesempatan kerja secara menyeluruh dan bukannya tindakan
mengurangi penawaran tenaga kerja.
OKE SELESAI