Anda di halaman 1dari 23

Nama : Raden Roro Baiduri Nilawati

NIM : 2165290014
Dosen Pengajar : Dr. I Nyoman Surna, M.Psi
Mata Kuliah : Analisis Perilaku & Intervensi Pendidikan (2 SKS)
Pertemuan ke : 08 halaman 240

1. Mengapa anak berkebutuhan khusus membutuhkan program pelayanan pendidikan


secara khusus?
Jawab :
Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa”Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan phisik, emosional, mental dan sosial’. Ketetapan tersebut bagi anak
berkebutuhan khusus sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa mereka memperoleh
kesempatan yang sama seperti anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. Karena dengan
memanfaatkan sisa potensi yang dimiliki anak perlu didorong untuk mengembangkan dirinya sehingga kelak
dapat hidup mandiri seperti layaknya orang normal. Untuk itu guru maupun orang tua perlu memahami
kebutuhan dan potensi anak walaupun inteligensi mereka tidak berbeda dengan anak normal kecuali anak tuna
grahita tetapi karena ketidak lengkapan kemampuan yang dimiliki tentu dalam pembelajaran membutuhkan
fasilitas yang berbeda. Agar tidak memberatkan guru maka anak berkebutuhan khusus perlu dimasukkan ke
sekolah khusus atau dalam kelas inklusi. Kelas inklusi akan lebih memberikan makna bagi anak jika hanya
menampung anak yang mengalami kelainan yang sejenis saja.

Layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), lazim juga disebut pendidikan luar
biasa, ataupun special education. Lahirnya layanan pendidikan ABK ini dilatar belakangi
oleh kesadaran akan hak memperoleh pendidikan sebagai hak asasi manusia. Dalam upaya
melindungi hak anak secara formal dan legal, dibentuklah United Nations International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada tahun 1946, yang merupakan badan
internasional yang melindungi hak anak.

Ada dua momentum penting dalam sejarah perumusan hak asasi manusia, yaitu apa
yang dikenal dengan deklarasai universal tentang hak asasi manusia yang diproklamirkan
oleh PBB pada tahun 1959, dan menyusul pada tahun 1989 diselenggarakan Konvensi
PBB tentang Hak Asasi Anak yang dikenal dengan nama United Nations Convention on
the
Rights of the Child. Kedua momentum penting tersebut menyumbangkan perubahan besar
dalam perlakuan manusia terhadap sesama manusia, dan pandangan terhadap anak-anak.

Salah satu dimensi penting dan berarti yang menjadi keputusan dalam konvensi tersebut
adalah “anak tidak dipahami sebagai objek dan pribadi pasif yang harus dilindungi, tetapi
anak didudukkan secara proporsional sebagai warga negara yang berada dalam proses
perkembangan (citizenship in development)”. Konvensi tersebut juga mengakui tentang
hak kebebasan dan kewajiban untuk memperoleh pendidikan dasar dan kebutuhan
untuk memperoleh pendidikan pada tingkat sekolah menengah sebagai suatu kewajiban
dan diperoleh secara bebas untuk semua.

Salah satu hal yang spesifik juga disepakati bahwa perkembangan kepribadian anak,
bakat khusus, serta kemampuan mental dan fisik perlu mendapat perhatian dan
pelayanan yang maksimal agar potensi anak berkembang secara optimal (fullest
potentional), dan juga hak- hak bagi anak yang memiliki keterbatasan perlu mendapat
pelayanan secara optimal sesuai dengan kebutuhan anak. Dari sinilah istilah layanan
pendidikan ABK lahir.

Istilah pelayanan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus digunakan dalam upaya
menjelaskan tentan program dan pelayanan yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan keterbatasan dalam mengikuti
program pendidikan dengan berbagai alasan dan membutuhkan bantuan khusus (termasuk
keterbatasan fisik dan belajar serta kebutuhan sosial). Menurut UNESCO (2005), anak
yang memerlukan pendidikan khusus adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
mengikuti program pembelajaran reguler sebagai akibat dari keterbatasan yang dimiliki
anak atau ketidakberuntungan karena masalah sosial, emosional, dan perilaku. Anak
yang demikian membutuhkan bantuan khusus.

Diceritakan oleh Heward dan Orlasky (1984) bahwa bertahun-tahun yang lalu,makna
special dalam special education sangat erat kaitannya dengan anak cacat dan kata special
dimaknai dengan pemisahan “separate”. Di masa-masa awal, pendidikan khusus
ditujukan untuk sekolah terpisah yang dikhususkan untuk anak yang buta, tuli, ataupun
memiliki keterbelakangan mental. Sama halnya dengan upaya pemisahan anak-anak
nakal ataupun
anak yang memiliki prestasi belajar yang kurang baik dalam satu kelas khusus. Tren di
dunia pendidikan saat itu adalah untuk mengelompokan anak-anak dengan masalah yang
serupa dalam kelas yang sama.[2]

Sekolah merasa perlu adanya penanganan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus
dengan memisahkannya di kelas khusus. Umumnya, jumlah anak dalam kelas ini lebih
sedikit dari kelas umum. Mengingat jumlah anaknya lebih sedikit, maka pembelajaran
dalam kelas ini menjadi lebih individual dan khusus. Dengan konsep ini, anak berkebutuhan
khusus ditempatkan dalam ruangan yang memungkinkan anak mendapatkan perlakuan
khusus yang diatur dan direncanakan untuk individual. Aktifitas anak di dalamnya akan
memungkinkan mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dengan lebih baik
dibanding di kelasnya sebelumnya.

Tujuannya pada saat itu adalah, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang
dikelompokan dalam kelas/sekolah yang terpisah dapat mendapatkan penanganan dari
guru dan metode penanganan yang khusus pula. Atas dasar tujuan tersebut, maka
menjadi hal yang lumrah untuk memisahkan anak berkebutuhan khusus dari anak
normal di kelas. Namun, tanpa disadari, upaya pemisahan ini memiliki dampak besar,
bukan hanya sesederhana memisahkan anak berkebutuhan khusus dalam kelas/sekolah
yang khusus namun berdampak menjadi upaya pemisahan orang berkebutuhan khusus
dari orang- orang normal dalam lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian-penelitian dari para profesional ini yang kemudian menghasilkan


perubahan besar terhadap layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Amerika,
sehingga pada tahun 1975 dikeluarkan peraturan (Public Law 94-142) yang membawa
perubahan mendasar dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus sampai saat ini.

Perkembangan pendidikan ABK dipengaruhi oleh Public Law 94-142, the Education for All
Handicapped Children Act. Peraturan ini dikeluarkan oleh kongres amerika pada 1975,
namun baru dapat diimplementasikan pada 1980. Goodman dalam Heward dan Orlansky
(1984) menyebutkan bahwa peraturan ini dapat dikatakan sebagai peraturan yang
memberikan dampak paling besar dalam sejaran pendidikan.
Peraturan ini juga yang mengatur bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar dalam
lingkungan belajar dengan sedikit batasan, atau disebut least restrictive environment (LRE).
Lingkungan belajar dengan sedikit batasan memungkinkan anak berkebutuhan khusus
untuk dipertemukan dan dekat dengan anak-anak normal pada umumnya di sekolah
reguler (iklusi).

Perubahan paradigma masyarakat dalam memandang orang dengan kebutuhan khusus


mendorong sekolah untuk memberikan layanan yang total “a continuum of services”.
Layanan continuum adalah pilihan-pilihan jangkauan penempatan yang dapat diberikan
untuk melayani anak secara tepat. Layanan continuum ini dapat dilihat dalam bentuk
piramida, dengan bagian paling bawah merupakan layanan dengan batasan paling sedikit
(kelas reguler) dan paling atas adalah yang memiliki batasan paling banyak (fasilitas
sekolah khusus).

2. Mengapa guru membutuhkan pendidikan khusus dalam upaya memberikan pelayanan


pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus?
Jawab :
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus inklusif merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan
yang sama pada peserta didik baik yang memiliki kelainan mental ataupun fisik untuk belajar bersama
dengan teman seusianya di sekolah regular. Pendidikan inklusif memiliki tujuan untuk mengurangi
sikap diskriminatif pada anak berkebutuhan khusus. Peranan seorang guru pembimbing khusus sangat
diperlukan dalam mengoptimalkan perkembangan anak secara akademik maupun non akademik. Guru
pembimbing khusus bukan semata-mata mendampingi anak dalam belajar melainkan juga memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Mengajar di satu sisi adalah ilmu pengetahuan dalam hal mendidik (pedagogi) dan di satu sisi adalah
seni. Mengajar membutuhkan pengetahuan agar strategiyang digunakan tepat dengan perkembangan
belajar anak sehingga tujuan pembelajaranakan tercapai,Tung (2015:11). Dengan adanya peraturan
pemerintah tentang sekolah inklusi, yang mewajibkan semua sekolah untuk menerima siswa didik,
termasuk di dalamnya yang berkebutuhan khusus,
maka seorang guru harus mempunyai kesiapan untuk melayani pendidikan anak anak berkebutuhan
khusus juga. Ketrampilan atau kesiapan mengajar bukanlah bersifat keturunan, tetapi merupakan hasil
dari pembelajaran dan pengalaman. Arti dari kata siap menurut KBBI adalah sudah disediakan (tinggal
memakai atau menggunakan saja), jadi arti kata kesiapan bisa diartikan sebagai kondisi yang siap
dipakai atau digunakan. Dalam konteks kesiapan mengajar sekolah inklusi bisa diartikan sebagai kondisi
guru yang siap digunakan di sekolah inklusi. Sedangkan Slameto (2015:113), menyebutkan bahwa
kesiapan adalah totalitas keadaan seseorang yang menyebabkan orang tersebut siap untuk memberikan
jawaban secara khususterhadap suatu keadaan tertentu. Setiap individu adalah unik, berbeda satu dengan
yanglain. Di antara sesama murid regular pun, berbeda dalam karakteristiknya (gaya belajar,
kemapuan kognitif, kebutuhan, motivasi, dsb). Apalagi antara siswa regular dengan siswa yang
mempunyai kebutuhan khusus.Bahkan siswa yang menyandang kebutuhan khusus pun, banyak
jenisnya. Dengan demikian guru perlu cara mengajar yang sesuai dengan kebutuhan masing masing
siswa yang ada di kelasnya. Guru harus menyadari bahwa mereka harus memodifikasi caranya
mengajar, terutama untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus, supaya mereka tetap mencapai
kompetensi yang sama dengan teman teman regulernya. Cara guru mengajar harus cocok dan tepat
sesuai dengan perbedaan setiap siswa. Dari pemaparan tersebut, jelas bahwa seorang guru harus
mempunyai kesiapan untuk mengajar.Kesiapan mengajar adalah merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru, demikian dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:54). Kesiapan
perihal sikap, ketrampilan dan pengetahuan adalah hal-hal yang akan mendukung guru dalam
mengajar anak berkebutuhan khusus. Hal ini disebabkan karena konsep inklusi mempunyai makna tidak
adanya pemisahan ruang belajar antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal (Kurniadi dan
Sunaryo, 2017). Seorang guru akan mempunyai kesiapan mengajar, apabila ia mempunyai kompetensi
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang pendidik. Permendiknas No 16 tahun 2007, pasal 20 ayat
1 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyebutkan bahwa kompetensi yang
harus dipunyai seorang guru ada 4, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi guru adalah harmonisasi antara pengembangan
personal, penguasaan materi ajar, pemahaman mendalam terhadap karakteristik siswa, dan
proefesionalise. Sehinggajelas terlihat bahwa menguasai karakteristik peserta didik merupakan salah
satu faktor yang menentukan kesiapan mengajar seorang guru. Menurut Djiwandono (2008: 17-23),
ada empat bidang kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru. Yang pertama adalah memiliki pengetahuan tentang teori belajar dan tingkah
laku manusia. Kedua,menunjukkan sikap dalam membantu siswa belajar dan memupuk hubungan
dengan manusia lain secara tulus. Ketiga,menguasai mata pelajaran yang diajarkan. Keempat,
mengontrol ketrampilan tehnik mengajar sehungga memudahkan siswa belajar.Dapat dikatakan
bahwa persiapannya untuk mengajar di sekolah inklusi, bukan hanya dalam hal kompetensi pedagogik
saja, seperti yg dikemukakan oleh Muspiroh (2016:4), bahwa guru yang mempunyai kompetensi sosial
yang baik, akan mempunyai sikap tenggang rasa yang tinggi, mempunyai kecakapan verbal maupun
non verbal yang tinggi, dalam menerima ataupun memberikan pesan. Kecakapan kecakapan tersebut,
tentu saja akan mendukung untuk seorang guru mengenali kebutuhan anak-anak special needs.

3. Jelaskan sejarah disahkannya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.


Jawab :
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang dikerjakan oleh semua manusia, sejak ia
berada dalam kandungan, lahir, tumbuh menjadi kanak-kanak, remaja dan akhirnya
menjadi orang dewasa, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.
Knigt(2009:10)dalam bukunya filsafat dan Pendidikan menyatakan bahwa Pendidikan
dapat dilihat sebagai sub bagian dari belajar. Pendidikan adalah suatu kesengajaan
yang dilakukan oleh pembelajar untuk mengarahkan suatu situasi belajar dengan
maksudmemperoleh tujuan belajar yang diinginkan (goal). Hakekat pendidikan adalah
memanusiakan manusia, mengembangkan potensi dasar setiap individu, agar cakap
dan percaya diri dalam menghadapi masalah masalah kehidupan yang dihadapi
tanpa merasa tertekan, dan melakukannya dengan senang.SalehdanFilawati (2019 :
76)menegaskan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang unggul dan berdaya saing
,maka pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk mengembangkan sumber daya
manusia.Dengan melihat definisi di atas, maka sudah selayaknya bahwa pendidikan
adalah hak setiap orang, tanpa memandang keberadaannya. Tetapi yang menjadi
permasalahan adalah setiap orang dilahirkan tidak ada yang sama, semua mempunyai
keunikan masing-masing, dengan demikian mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang
berbeda beda puladalam mengikuti Pendidikan ,Undang Undang Dasar tahun 1945,
memberikan jaminan hak kepada setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan,
dan setiap warga negara wajib melaksanakan pendidikan dasar. Dalam hal ini termasuk
pula anak anak yang berkebutuhan khusus, dijamin oleh negara untuk mendapatkan
akses Pendidikan sesuai kebutuhan mereka.Hal ini sejalan dengan ideologi pendidikan
inklusif yang diperkenalkan secara internasional dalam Konferensi Dunia tahun 1994 di
Salamanca Spanyol oleh UNESCO.Pernyataannya menyerukan tentang komitmen
terhadap pendidikan untuk anak, remaja dan orang dewasa yang memerlukan
pendidikan di dalam sistem Pendidikanregular, dan menyetujui suatu kerangka aksi
mengenai pendidikan kebutuhan khusus, yang semangat dan ketetapan ketetapan
serta rekomendasi-rekomendasinya diharapkan akan dijadikan pedoman oleh
pemerintah pemerintah serta organisasi organisasi dalam menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan Pendidikan yang berkualitas demi kehidupanyang bermartabat
(Sugiarmin, 2003: 1-13)Lebih lanjut Sugiarmin menyatakan bahwa, Pemerintah Indonesia
sejak melaksanakan wajib belajar 9 tahun pada tahun 1994, telah memikirkan bahwa perlu
adanya perubahan sudut pandangdalam penempatan peserta didik. Perspektif yang
eksklusif dan segregatif tidak tepat lagi untuk dilaksanakan, karena itu artinya hanya
memperhatikan hak kaum mayoritas, dalam hal ini adalah peserta didik regular, sedangkan
kelompok peserta didik yang berbeda dalam hal ini anak yang mempunyai kebutuhan
khusus, tidak mendapatkan tempat dalam skema ini.Pendapat ini sejalan dengan
(Murniarti & Anastasia, 2016: 9-18),memperoleh pendidikan adalah hak seluruh warga
negara, termasuk anak berkebutuhan khusus.Merujuk dari hal tersebut, UU Sisdiknas
no 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 telah mengatur Pendidikan
khusus dan Pendidikan layanan khusus, yang mana penjabarannya diturunkan dengan
Permendiknas no 70 th 2009, yaitu memberikan peluangbagi anak berkebutuhan khusus
mendapatkanpendidikan di sekolah regular (SD, SMP, SMA) yang lokasinya paling
dekat dengan tempat tinggal anakanak tersebut. Definisi inilah yang dinamakan pendidikan
inklusif .Pengejawantahandari rancangan pendidikan yang menggabungkan anak anak
berkebutuhan khusus dengan anak anak normal dapatbelajar bersama dalam
lingkungan yang sama, adalah perwujudan dariPendidikan inklusif (Murniarti & Anastasia,
2016: 9-18)
4. Jelaskan model pelayanan bagi anak berpendidikan khusus menurut Departemen
Pendidikan Amerika dan mengapa harus demikian serta berikan contoh.

5. Apa yang dimaksudkan dengan learning disabilities dan apa perbedaannya dengan
intellectual disabilities (mental retardation)?
Jawab :
Secara harfiah kesulitan belajar merupakanterjemahan dari Bahasa Inggris “Learning
Disability”yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disabilityditerjemahkan kesulitan”
untuk memberikan kesanoptimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untukbelajar.
Istilah lain learning disabilities adalahlearning difficulties dan learning differences.
Ketigaistilah tersebut memiliki nuansa pengertian yangberbeda. Di satu pihak,
penggunaan istilah learningdifferences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah
learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias
dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah
ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi
istilahnya yakni gannguan neurologist.Defenisi yang dikutip dari Hallahan, Kauffman, dan
Lloyd (1985):
Kesulitan belajar khusus adalah suatugangguan dalam satu atau lebih proses
psikologis yangmencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaranatau tulisan.
Gangguan tersebut mungkinmenampakkan diri dalam bentuk
kesulitanmendengarkan , berpikir , berbicara,
membaca,menulis, mengeja , atau berhitung. Batasan tersebutmencakup
kondisi-kondisi seperti gannguanperseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia
perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema
belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,
pendengaran, atau motorik,hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional,
atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Menurut Hammill (1981)
kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas
mendengarkan, bercakapcakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung.
Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi
system saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain
(misalnya gangguan sensoris,hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh
lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai).
Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan
belajar, walaupun menjadi faktoryang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang
sudah ada. ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Disabilities)
dalam Lovitt, (1989) mengatakan bahwa kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi
kronis yang didugabersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan
kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Individu
berkesulitan belajar memiliki inteligensi tergolong rata-rata atau di atas rata-rata dan
memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki gangguan sistem
sensoris. Sedangkan NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities)dalam
Lerner, (2000) berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum untuk
berbagai jenis

Kesulitan Belajar kesulitan dalam menyimak, berbicara, membacaa menulis, dan


berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena
pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena factor kesulitan dari dalam individu itu
sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang
diinderainya. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan
intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau
kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses
persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan
diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner,
2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar
adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai
kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau
distraktibilitas dan masalah emosional. Kelompok anak dengan Learning Dissability (LD)
dicirikan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu yang menyertainya. Menurut
Cruickshank (1980) gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan latarfigure, visual-
motor, visual-perceptual, pendengaran, intersensory, berpikir konseptual dan abstrak,
bahasa, sosio-emosional, body image, dan konsep diri. Dari beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam
menyimak, berbicara,membaca, menulis, dan berhitung karena factor internal individu
itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh factor
eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas belajar, dan lain-lain. Tidak seperti
cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering disebut “hidden
handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak
yang mengalami kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever,
pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah,
depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).

6. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan autism spectrum disorders dan bagaimana
proses pembelajaran yang semestinya dilaksanakan.
Jawab :
PengertianAutism Spectrum Disorder Scheribman, dkk (2006)
Autism Spectrum Disorder adalah gangguan neurodevelopmental yang memiliki
karakteristik gangguan utama pada kemampuan interaksi dan komunikasi sosial dan
menunjukan perilaku repetitive (berulang-ulang) dan restricted (gangguan minat).
Pada umumnya, anak-anak ASD menunjukan karakteristiknya yaitu kesulitan
bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain dilingkungan sekitarnya, tidak
mampu merespon suatu aktivitas yang sedang berlangsung disekitarnya. Berdasarkan
karakteristik dan gejala yang muncul, anak ASD dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
austistik disorder, sindrom Asperger, dan PDD-NOS (pervasive development
disorder) (Kaufman: 2013).PengertianAutism Spectrum DisorderScheribman, dkk (2006)
Autism Spectrum Disorder adalah gangguan neurodevelopmental yang memiliki
karakteristik gangguan utama pada kemampuan interaksi dan komunikasi sosial dan
menunjukan perilaku repetitive (berulang-ulang) dan restricted (gangguan minat).
Pada umumnya, anak-anak ASD menunjukan karakteristiknya yaitu kesulitan
bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain dilingkungan sekitarnya, tidak
mampu merespon suatu aktivitas yang sedang berlangsung disekitarnya. Berdasarkan
karakteristik dan gejala yang muncul, anak ASD dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
austistik disorder, sindrom Asperger, dan PDD-NOS (pervasive development
disorder) (Kaufman: 2013).
Rondeau, dkk (2010) menjelaskan bahwa ASD (Autism Spectrum Disorder) merupakan
gangguan perkembangan pervasive, dimana menunjukan gejala gagalnya
perkembangan kemampuan sosial yang kompleks. Anak ASD dapat dideteksi sejak usia 3
tahun, sebab pada usia tersebut anak ASD tidak menunjukan perkembangan
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Greenspan (2006) menambahkan bahwa
autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, mempengaruhhi perilaku,
dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.Koray (2011), Gangguan
pervasive atau dapat disebut dengan ASD (Autism Spectrum Disorder) merupakan suatu
gangguan atau ketidaknormalan pada seseorang yang ditandai dengan tidak
berkembangnya kemampuan sosial dan komunikasi yang diiringi dengan perilaku
repetitive(perilaku berulang-ulang) dan restricted(gangguan minat). Sedangkan menurut
AmericanPsychiatric Association (DSM V: 2013), ASD merupakan suatu gangguan
kejiwaan pada seorang yang muncul pada usia dini yang ditandai dengan tidak
berkembangnya kemampuan komunikasi sosial dan interaksi sosial serta diiringi
dengan adanya gejala perilaku restricted(gangguan minat) dan perilaku repetitive (perilaku
berulang-ulang).
Berdasarkan pendapat oleh para ahli yang telah dikaji oleh penulis, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Autism Spectrum Disordermerupakan gangguan perkembangan yang
kompleks, yang ditunjukan dengan gejala gangguan dalam komunikasi sosial,
gangguan interaksi sosial, dan gangguan perilaku repetitive dan restricted yang
perkembangannya sudah tampak pada usia 3 tahun.2.Karaktersitik Autism Spectrum
DisorderMenurut National Institute of Mental Health (2007), terdapat beberapa
kemungkinan indikasi karakteriktisk anak dengan ASD yang dapat diidentifikasi dengan
mudah, antara lain adalah sebagai berikut :a.Tidak adanya babbling(mengoceh) sebagai
bentuk awal kemampuan berbicarapada usia 1 tahunb.Belum mampu berbicara 1 kata
pada usia 16 bulanc.Tidak mampu mengkombinasikan 2 kata pada usia 2 tahund.Tidak
merespon ketika dipanggil namanyae.Tidak memiliki kemampuan berbahasa baik verbal
maupun non verbalf.Tidak terdapat kontak mata ketika berinteraksi dengan orang
laing.Tampak berbeda ketika menggunakan maianan (menggunakan tidak sesuai dengan
fungsinya)h.Terlihat selalu fokus pada satu objek tertentu pada bidang benda i.Tidak bias
mengkondisikan emosionalj.Tampak seperti memiliki gangguan pendengaran3.Klasifikasi
Autism Spectrum DisorderMenurut Rondeau, dkk (2010) dan Kaufman (2013), autisme
merupakan gangguan spectrum neurodevelopmental sehingga dapat diklasifikasikan
sesuai dengan gejala yang tampak. Adapun klasifikasi ASD menurut gejalayang
tampak dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :a.Autistik DisorderAutisme adalah
gangguan perkembangan pervasive yang menunjukan kesulitan dalam bidang
kemampuan interaksi sosial, komunikasi sosial, dan perilaku (repetitive dan restricted).
Autisme merupakan klasifikasi dari ASD (Autism Spectrum Disorder) yang menunjukan
semua gejala. Dengan adannya tiga gangguan kompleks yang dimiliki anak Autisme
Disorder mengakibatkan mereka tidak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, sehingga mereka akan terlihat selalu menyendiri dan memiliki
dunianya sendiri. Selain berdampak kemampuan sosial, gangguan kompleks yang
dimiliki anak autism disoerder juga berdampak pada kemampuan intelegensinya yang
tampak tidak berkembang. Mereka tampak kesulitan berfikir abstrak dan kesulitan
melakukan aktivitas-aktivitas yang mengutamakan kemampuan kognitif.
Metode pembelajaran untuk anak ASD dapat menggunakan metode floor timeseperti
merangkak, merayap dan metode ABA (Applied Behavior Analysis). Media
pembelajaran untuk anak ASDyang cukup efektif adalah media pembelajaran visual
seperti flash carddanpuzzleuntukmengajarkan sesuatu yang tidak dimengerti anak
ASD melalui gambar yang berwarna. Pembelajaran untuk anak ASDjuga perlu
untukmenggunakan reward, agar anak terpacuuntuk mengikuti pembelajaran. Selain
memberikan layanan akademis, guru juga dapat memberikan layanan bimbingan belajar
kepada anak ASD, seperti melatih komunikasi dan sosialisasinya serta melatih sikap dan
kebiasaan

7. Apa yang dimaksudkan dengan anak gifted dan talented dan bagaimana proses
pembelajaran yang semestinya dilaksanakan?
Jawab :
beberapa istilah terkait dengan anak berbakat ini yaitu gifted, talenteddan
bright(Mulyadi, 2019). Menurut Hagen dan Hollingworth dalam (Hawadi, 2000),
giftedberbeda dengan talented. Giftedditujukan pada individu yang memiliki
kemampuan akademik tinggi, sedang talentedberkaitan dengan individu dengan
kemampuan unggul di bidang seni, musik dan drama. Istilah lain yaitu brightdiartikan
oleh Cutts dan Musseley yaitu individu yang mampu menempuh pendidikan tingkat
sekolah menengah atas (kolese)
dan lancar dalam karir yang dipilihnya. Gifteddiartiakn individu yang memiliki potensi
yang lebih tinggi dari pada individu dengan tingkat bright, sedang talented
menunjukkan pada individu yang memiliki kemampuan tidak lazim (luar biasa di bidang
akademik, dankemampuan yang tergolong superior.Berbeda dengan Coleman, ia
membedakan antara gifteddengan genius(Mulyadi, 2019). Menururt Coleman, seorang
giftedbelum tentu geniuskarena dinilai belum memberikan kontribusi unik pada
lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. Namun seorang geniusadalah pasti seorang
gifted. Geniusmenunjuk pada individu yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dan
tercermin dalam prestasi yang bermakna atau luar biasa. Sementara gifted merujuk
pada individu yang memiliki kemampuan superior.Selanjutnya, Terman mengatakan
bahwa anak berbakat adalah anak yang secara global menguasai semua mata
pelajaran dan bahkan berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi pada usia
yang sangat muda. Anak seperti ini mudah dilihat dari prestasinya yang luar biasa pada
seluruh bidang. Mereka memiliki keterampilan verbal yang luar biasa sebaik
kemampuan spatial, berhitung dan logika sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan
soal-soal matematika maupun soal-soal mata pelajaran lain.Berikutnya Ellen Winner
(1996) dalam (Santrock, 2011)juga menjelaskan bahwa anak berbakat (gifted) adalah
anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata biasanya IQ di atas 130 dan punya bakat
unggul di beberapa bidang seperti seni, musik atau matematika. Menurut Ellen Winner ada
tiga kriteria dikatakan anakmemiliki ciri berbakat yaitu :a)Dewasa lebih dini (precocity)
yaitu anak yang dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk
menggunakan bakat atau talenta mereka. Mereka mulai menguasai suatu bidang lebih
awal ketimbang teman-temannya yang tidak berbakat. Anak ini dilahirkan dengan
membawa kemampuan di domain tertentu, walau bakat yang dibawa sejak lahir itu
perlu dipelihara dan di pupuk.b)Belajar menurut kemauan sendiri. Anak berbakat
berbeda dengan anak lain yang tidak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak
dukungan atau scaffoldingdari orang dewasa. Mereka tidak mau menerima instruksi yang
jelas dan sering membuat penemuan serta memecahkan masalah sendiri dengan cara
yang unik terkait dengan kemampuan bakatnya. Kemampuan mereka di bidang lainboleh
jadi normal atau di atas normal.c)Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat
tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan
minat besar dan obsesif dan kemampuan yang kuat. Mereka punya motivasi internal
yang kuat sehingga
tidak perlu didorong oleh orang tuanya.Pandangan terbaru mempesepsikan anak
berbakat dengan menggunakan kriteria majemuk atau multikriteria. Misalnya pandangan
USOE (United States Office of Education) dan pandangan Renzulli. Menurut USOE
istilah talented, tidak dibedakaan dengan giftedatau giftedmempunyai arti yang sama
dengan talented. Anak berbakat diartikan memiliki kualifikasi sebagai seorang dengan
kemampuan menonjol yang memiliki performansi tinggi dan ditunjukkan dalam prestasi
dalam salahsatu aspek dari enam aspek yaitu kemampuan intelektual umum, pemikiran
kreatif dan produktif, kemampuan akademik khusus, kemampuan kepemimpinan,
kemampuan seni, dan kemampuan psikomotor.Selanjutnya Renzulli memberi pandangan
anak berbakat dengan menggunakan konsep “three ring conception”yaitu adanya
keterpaduan yang bersinergi antara intelegensi (di atas rata-rata.
atau IQ melebihi 120), kreativitas yang tinggi dan pengikatn diri terhadap tugas (task
commitment). Kriteria keberbakatan yang dimiliki adalah:
1. Kriteria pertamayaitu mempunyai intelegensi tinggi atau IQ di atas rata-rata (> 120)

yang ditandai dengan kemampuan daya abstraksi, kemapuan penalaran yang


tinggi serta kemampuan memecahkan masalah.
2. Kriteria keduayaitu mempunyai kreativitas yang tinggi ditandai dengan kemampuan

untuk menciptakan suatu yang baru, kemampuan untuk memberikaan gagasan-


gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memcahkan masalah dan kemampuan
melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
3. Kriteria ketigayaitu mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang ditandai

dengan ketekunan dan keuletan yang amat tinggi. Walaupun mengalami berbagai
macam hambatan dan rintangan serta menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya dengan baik.Terkaitdengan beberapa istilah di atas, penulis menjelaskan anak
berbakat dengan istilah gifted. Secara arti dan defenisi serta kriteria tentang anak
giftedini telah dijelaskan di atas.
anak berbakat (gifted) ini karena mereka memiliki kerentanan dengan adanya
perfeksionismedan faalangstnegatif yang menyebabkan permasalahan bagi anak dan
orang tua dalam mengembangkan potensi anak tersebut. Perfeksionismeyang selalu
menuntut sesuatu harus ideal dan tuntutan yang tinggi dapat menimbulkan
permasalahan seperti tidak bisa menerima kesalahan dan kekalahan diri dan orang lain.
Begitu juga dengan faalangst negatif yang memiliki rasa tidak percaya diri dan kecemasan
yang berlebihan, menyebabkan anak berbakat (gifted) ini menjadi tidak berkembang
potensinya. Untuk itu orang tua sebagai agen utama yang sangat strategis berperan
membantu anaknya mengembangkan potensi anak tersebut.Peran Orang Tua
Mengembangkan Potensi Anak BerbakatUntuk memaparkan bagaimana peranan orang
tua dalam mengembangkan potensi anak berbakat (gifted),maka kita harus
memahami dulu tentang konsep peranan. Peranan (role) merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya dia dikatakan telah menjalankan peranannya. Peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi kelompok dan masyarakatnya serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan kelompok dan masyarakat kepadanya
(Soekanto, 2009).P
eranan ini penting karena ia mengatur perilaku seseorang dan peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain. Orang
yang bersangkutan akan menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-
orang di kelompoknya. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Peranan lebih
menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai proses.Menurut Soekanto
(2009: 213), peranan meliputi tiga hal yaitu sebagai berikut:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam kelompok atau masyarakatnya. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi atau kelompok.


3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.Selanjutnya, Elly Marlihah (Elly M. Setiadi, 2011)mengemukan bahwa


kedudukan dan peranan sama-sama memiliki fungsi yang terkait (korelasional), Jika
seseorang telah menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia
telah menjalankan suatu peranan sosial. Sebab peranan merupakan faktor penentu apa
yang seharusnya diperbuat oleh seseorang dan pemberi kesempatan bagi
pemerannya.Terkait dengan konsep peranan di atas, bila dihubungkan dengan tulisan yang
penulis buat, orang tua memiliki peranan penting dalam struktur sosial keluarga.
Sebagai orang tua, ia juga dapat melakukan apa yang sebaiknya dalam mengembangkan
potensi anaknya, khususnya anak berbakat.
Orang tua adalah sebagai agen utama yang paling berperan dalam mengembangkan
potensi anak berbakat. Sebagai anak berbakat (gifted) memiliki kemampuan yang luar
biasa di bidang akademik dan non akademik. Namun, dari kemampuan itu tidak bisa
hanya dianggap sebagai sesuatu yang positif saja, karena kelebihan yangmereka miliki
sekaligus menjadi kelemahan sehingga banyak permasalahan yang muncul dengan adanya
kelebihan dan kelemahannya. Oleh karena itu orang tua harus peduli, cermat dan aktif
menyikapi dan berperan mengembangkan potensi anaknya. Lalu menjadi orang tua yang
cerdas ketika menghadapi kelemahan dan masalah yang ditemui dalam pengembangan
potensi tersebut. Peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai pendidik, supporter,
fasilitator, motivator dan role modelbagi anaknya agar anak mengalami perkembangan
dengan baik, terutama perkembangan potensi anak berbakat. Peran yang
dijalankan oleh orang tua tersebut sangat relevan dengan teori pendidikan
humanistik yang melihat anak sebagai pusat, perhatian pada pengembangan potensi
anak, orang tua sebagai fasilitator,motivator dan supporter pengembangan potensi
anaknya

8. Apa yang dimaksudkan dengan attention- deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan
bagaimana proses pembelajaran yang semestinya dilaksanakan.
Jawab :
Seorang anak Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memperlihatkan adanya
gejala yang menetap dalam hal ketidakmampuan untuk fokus (inattention), hiperaktif
dan impulsif yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Definisi ADHD
ADHD menggambarkan anak yang terus-menerus menunjukkan gejala ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif, dimana kelainan ini dapat menyebabkan
gangguan pada area kehidupan yang luas (APA, 2000, dalam Mash & Wolfe, 2005).
Karakteristik ADHD

Terdapat dua hal yang menjadi indikasi dari ADHD, yaitu: ketidakmampuan memusatkan
perhatian (inattention) dan hiperaktif-impulsifitas (DSM IV TR dalam Mash & Wolfe, 2005).
Anak ADHD yang kurang mampu memperhatikan akan mengalami kesulitan untuk
mengfokuskan diri pada salah satu kegiatan atau mengikuti perintah dalam
beraktivitas atau bermain. Anak ADHD mungkin dapat menikmati suatu kegiatan, namun ia
mendapatkan kesulitan besar untuk mengfokuskan diri pada tugas baru yang
menyenangkan maupun kurang menyenangkan bagi dirinya. Anak ADHD mudah
terpecahkan konsentrasinya dalam kondisi yang hening sekalipun dan ketika menemui
sesuatu yang menarik. Selain itu, anak ADHD kurang dapat mempertahankan perhatian
dalam waktu yang lama dan dalam kelelahan. Hal ini menyebabkan performance mereka
semakin memburuk ketika “lembur” pada tugas
yang tidak menarik atau mengulang tugas bila dibandingkan anak-anak yang lain. Anak
ADHD paling baik bekerja pada self paced task, seperti, bermain game komputer
atau membangun model pesawat dan kegiatan-kegiatan yang menarik namun tidak
membutuhkan perhatian dalam waktu lama.
Hiperaktifitas-impulsitas berhubungan dengan kekuranganmampuan yang mendasar
dalam mengatur perilaku (Quay, 1997 dalam Mash & Wolfe, 2005) terutama
mengatur perilaku gerak (Nigg, 2001 dalam Mash & Wolfe). Hiperaktifitas menyebabkan
anak tidak dapat mempertahankan dirinya untuk duduk di kelas dalam waktu yang lama
ketika belajar. Ia selalu berjalan dan berbicara berlebihan.
Anak yang impulsif tidak dapat mengendalikan reaksi kesegeraan atau berfikir sebelum
mereka beraktivitas. Sebagai akibatnya, ia mengeluarkan jawaban yang tidak tepat atau
memberi jawaban dengan cepat, sehingga jawaban yang diberikan merupakan jawaban
yang tidak benar terhadap pertanyaan yang belum selesai.
Impulsiftas dibedakan menjadi menjadi dua (Milich & Kramer, 1984 dalam Mash &
Wolfe, 2005), yaitu:
Cognitive impulsivity; gejala yang menunjukan ketidakteraturan, berfikir dengan
terburu-buru, dan membutuhkan pengawasan.
Behavior impulsivity; gejala termasuk berteriak di kelas atau melakukan sesuatu
tanpa dipertimbangkan akibat yang akan diperoleh.

Impulsifitas kognitif dan perilaku akan memberikan dampak terhadap prestasi akademik,
terutama dalam membaca (Rabiner, Coie, dan The Conduct Problem Prevention
Research
Group, 2000 dalam Mash & Wolfe, 2005) . Hal ini juga akan memprediksi munculnya
perilaku antisosial dan problem perilaku (conduct problems) (Willoughby, dkk, dalam Mash
& Wolfe, 2005).
DSM IV TR (Mash & Wolfe, 2005) memberikan pedoman terhadap dua gejala utama
dalam mengenali ADHD, yaitu:
a. Tidakmampuan memusatkan perhatian
1). Sering gagal dalam memberikan perhatian secara penuh terhadap detil atau
membuat kesalahan atas kecorobohan ketika mengerjakan tugas sekolah, bekerja dan
berbagai aktivitas yang lain.
2). Sering mengalami kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas atau
aktifitas bermain.
3). Sering tampak tidak mendengarkan jika diajak bicara.
4). Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan
rumah, dan tugas (bukan bermaksud melakukan perlawanan atau tidak memahami
perintah)
5). Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan
6). Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang
membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah)
7). Sering kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan
(permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya)
8). Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan
9). Sering melupakan tugas atau kegiatan sehari-hari.

Bila terdapat enam atau lebih gejala dari ketidakmampuan memusatkan perhatian
dalam waktu paling sedikit enam bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak
sesuai dengan tahapan perkembangan maka seorang anak dapat dikategorikan
tidakmampu memusatkan perhatian.
b. Hiperaktif
1). Sering menggerak-gerakkan tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk
2). Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang
mengharuskan tetap duduk.
3). Sering berjalan ke mana-mana atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang
tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan
tertentu atau kelelahan )
4). Sering kesulitan bermain atau mengisi waktu luangnya dengan tenang.
5). Sering bergerak, seolah-olah tubuhnya digerakkan oleh mesin.
6). Sering berbicara berlebihan
c. Impulsitas
1). Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaannya selesai.
2). Sering sulit menunggu giliran atau antrian.
3). Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam
percakapan atau permainan).
Bila terdapat enam atau lebih gejala yang ditampilkan Hiperaktif dan impulsifitas dalam
waktu paling sedikit enam bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak sesuai
dengan tahapan perkembangan maka seorang anak dapat dikategorikan ADHD
Hiperaktif- Impulsitas.

Selain hal yang telah disebutkan di atas DSM IV TR juga memberikan kriteria
tambahan sebagai berikut:
a. Tampak sebelum usia 7 tahun.
b. Terjadi lebih sering dan dengan rata-rata lebih tinggi dari anak-anak lain yang
sebaya dan berjenis kelamin sama.
c. Masalah yang muncul terus-menerus (minimal selama 6 bulan).

d. Terjadi di beberapa tempat yang berbeda dan tidak hanya di satu tempat (di
rumah dan sekolah).
e. Mengakibatkan gangguan yang signifikan dalam hubungan sosial dan
prestasimakademik anak

Treatment
Mash & Wolfe (2005) memberikan saran terhadap treatment yang akan diberikan
kepada anak ADHD:
• Intervensi bersifat menyeluruh, intensif, terus-menerus, dan bersifat
kombinasi.
• Memberikan treatmen yang bersifat eksternal yang disusun berdasarkan
kekurangan struktur internal dan ketrampilan mengorganisasi.
• Harus langsung pada perilaku yang sedang menjadi fokus perhatian pada
setting tertentu.
• Mempertimbangkan tahap perkembangan, potensi, dan kebutuhan anak dan
keluarga.

Mash & Wolfe (2005) menjelaskan beberapa treatment untuk anak ADHD, yaitu:

a). Primary Treatment, mencakup: terapi medis, pelatihan untuk orang tua, intervensi
dalam pendidikan.
b).Intensive Treatment, yang merupakan program pengayaan yang dilakukan di rumah
untuk membantu meningkatkan prestasi di sekolah. Hal ini merupakan kombinasi
Primary & Additional Treatment
c). Additional Treatment, mencakup, konseling keluarga, dukungan kelompok, dan
konseling individual.

Prevalensi dan Pola Perkembangan


ADHD muncul lebih banyak pada anak laki-laki (6%-9% pada anak usia 6-12 tahun) daripada
anak perempuan (2%-4%). Selain itu, ADHD dialami oleh anak-anak dari berbagai kelas
sosial ekonomi dan lebih banyak pada kelas ekonomi bawah. ADHD diidentifikasi hampir
diseluruh negara, hanya ada perbedaan norma dan toleransi pada gejala-gejala yang
ditunjukkan oleh anak ADHD sehingga setiap negara memiliki perbedaan dalam
mengkategorikan anak ADHD. Berikut adalah gejala yang ditunjukkan pada setiap tahap
perkembangan.
Bayi
Beberapa fakta menunjukkan bahwa bayi yang memiliki temperamen sulit karena
memiliki aktivitas yang tinggi, melakukan sesuatu yang tidak dapat diprediksi, pola asuh
yang menekan menjadi resiko munculnya masalah seperti hiperaktif. Perilaku yang
terlihat adalah aktivitas motorik yang tinggi seperti memanjat meja,dll.

Periode Toddler

Pada periode ini, terlihat anak tidak dapat mempertahankan perhatiannya untuk
bermain dengan satu objek tertentu dan mudah sekali berpindah dari satu benda ke
benda lain. Selain itu, anak memperlihatkan frekuensi temper tantrum yang sering.

Periode Preschool
Anak ADHD di periode ini digambarkan tidak pernah berhenti bergerak, impulsif dan
tidak mengetahui bahwa perilakunya akan memungkinkan terjadinya kecelakaan atau
keracunan. Beberapa anak menjadi moody, membutuhkan perhatian, defiant dan tidak
mematuhi aturan.

Middle Childhood
Beberapa anak ADHD akan mengalami penolakan sosial karena sikap mereka yang
menekan dan berperilaku tidak sesuai dengan kondisi lingkungan. Sebagian
mempelihatkan perasaan self-esteem yang rendah, menyalahkan teman mereka
karena anak ADHD kurang dalam hal self-awareness.

Adolescence
ADHD pada masa remaja yang merupakan kelanjutan dari masa anak-anak biasanya
memperlihatkan aktivitas antisosial seperti mencuri. Selain itu, mereka juga mungkin harus
mengulang kelas atau terancam dikeluarkan dari sekolah apabila ternyata mereka
mengganggu di kelas. Dalam konteks interpersonal, ditemukan bahwa ADHD berkaitan
dengan ODD yang diasosiasikan dengan resiko yang lebih besar dalam hal pola
komunikasi antara remaja dan orangtua, munculnya kemarahan dan konflik dengan
kondisi keluarga yang berubah dan adanya keyakinan yang tidak masuk akal.

9. Apa yang dimaksudkan dengan speech and communication disorders dan bagaimana
proses pembelajaran yang semestinya.
Jawab :
Gangguan berbicara sertabahasa merupakansatu dari banyak penyebab gangguan yang
terjadi pada anak.Keterlambatan bicara (speech delay) adalah pengertian yang biasanya
tertuju ke bicara yang terlambat serta komunikasi yang bukan seharusnya untuk umur
perkembangan anak.Banyak ayah dan ibu (orang tua) beranggapan keterlambatan bicara
adalah situasi yang biasa atau normal untuk yang terjadi dalam pertumbuh dan
perkembangan sang anak. Sebenarnya speech delay apabila tidak segera ditanggulangi atas
bantuan ahli/dokter akan membuat satu gangguan gawat untuk anak. Seorang anak
dianggap mempunyai keterlambatan bicara saat anak memiliki keahlian komunikasi
dibawah umumnya anak seusianya(Fauzia et al., 2020). Keterlambatan bicara anak
adalah sebuah gangguan seharusnya diawasi, ini bukan sesuatu dugaan tatapi suatu
gejala. Dapat disimpulkan speech delay yang terjadi pada anak merupakan ciri-ciriawal
bermacam gangguan.Speech delay bukan cuma mengganggu kenyamanan bersosial
dan diri anak saja, namun bisa juga mengganggu kondisi akademik anak. Gangguan
yang berbahaya bakal tampak di keahlian membaca yakni kegiatan yang inti untuk
sekolah awal anak
speech delay terjadi disebabkan oleh dua faktor yakniinternal dan eskternal. Dimana
faktor interal itudaridalam diri anakitu sendiri yaknigenetika, kecacatan fisik, malfungsi
neorologis, prematur, jenis kelamin. Sementara faktor eksternal itu dari luar diri anak
sepertiminimnya rangsanganberkomunikasi dari kedua orang tua, keluarga dan
jugalingkungan. Salah satumetodeyangbisa diterapkanbisa dengan pemberian alat bantu
dengar, pendidikjuga menambahkan pembelajaran khusus,serta melalui isyarat gerak
tubuh, tangan dan bibir. Guru memberikan tambahan pembelajaran yang setara
agar lebih banyak mengenal kata, menyusun kata serta berbicara dan
berkomunikasi. Solusi lainnya dalam mengatasi speech delay yaitu
1) pelatihan deteksi dini tumbuh kembang anak, peningkatan sarana dan prasarana
dengan mengadakan perbaikan, perawatan dan penambahan sarana prasarana yang
dibutuhkan yang mendukung bahasa anak,
2) peran ayah sangat penting dalam penanganan speech delay meliputi Membangun
kebersamaan dengan anak, Kehadiran ayah untuk anak, Memberi nasehat dan
keteladanan kepada Anak, Bertanggung jawab terhadap Anak,
3) orang tua menerapkan berbagai strategi, seperti berbicara perlahan dan yang jelas,
secara rutin mengajak berbicara dan menggunakan gerakan tangan,
4) guru menerapkan strategi untuk memperbaiki kesalahan pengucapan kata,
mengajak bercerita dan menggunakan tubuh gerakan. Melalui penerapan strategi ini,
kemampuan berbicara anak semakin meningkat lebihbaik dan prinsip komunikasi dua
arah dapat terjadi dimana anak mampu menyalurkan keinginan, imajinasi, dan emosi
mereka. Dengan demikian, diharapkan komunikasi strategi dapat dikembangkan dan
diterapkan oleh orang tua dan guru secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai