Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PELAKSANAAN

TERHADAP PASIEN HALUSINASI

KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pengampu : Ns. Yeni Suryaningsih, S.Kep., M. Kep

Disusun Oleh :

Zahrotul Jinani Nur Farishya (2011011067)

PRODI S1-ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Inisial Pasien : Ny. Riska


Hari / Tanggal : Senin, 16 Januari 2023
Pertemuan :I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh untuk bunuh
diri.
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja.
3. Klien mengatakan sudah bosan hidup.
DO :
1. Ekspresi murung.
2. Tak bergairah.
3. Dan ada bekas percobaan bunuh diri.
2. Diagnosis Keperwatan : Halusinasi .
3. Tujuan Khusus :
1. Pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya.
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan :
1. Membantu pasien mengenali
halusinasinya.
2. Melatih pasien untuk dapat mengontrol
halusinasinya.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)

FASE ORIENTASI
Perawat : “Selamat pagi, bu. Perkenalkan saya perawat Zahrotul Jinani Nur
Farishya, biasa di panggil Nurse Ica. Saya yang akan membantu
merawat ibu selama disini. Nama ibu siapa ? senangnya di panggil
siapa?”.

Pasien : (Hanya menunduk, memalingkan kepalanya) “Riska”.

Perawat : “Nama Ibu bagus ya. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

Ibu mau ngga mengobrol dengan saya ?”.

Pasien : (Hanya mengangguk) “Baik”.

Perawat : “Baik ibu, ibu mau kita mengobrol dimana ? Apa mau disini aja


?”.
Pasien : (Mengangguk lalu tersenyum tipis).
Perawat : “Baik ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini ? Apakah ada keluhan
yang dirasakan ?”.
Pasien : “Baik kok saya”.
Perawat : “Baik, kita berbincang-bincang selama 15 menit kedepan ya ?”.
Pasien : (Mengangguk).
FASE KERJA
Perawat : “Apakah Ibu sering mendengar suara tanpa ada wujudnya ?”.
Pasien : “Iyaa, sangat sering”.
Perawat : “Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri
tidak tahu apa yang suara itu katakan. Apakah pengalaman ini
terus-menerus terajadi atau sewaktu-waktu saja ?”.
Pasien : “Sering sekali nurse, apalagi kalau saya sendirian”.
Perawat : “Kapan ibu mengalami hal itu ?”.
Pasien : “Kalau saya sendirian mbak dengan anak saya tanpa suami saya”.
Perawat : “Berapa kali sehari ibu mengalami hal itu? Pada keadaan apa
terdengar suara itu ?”.
Pasien : “Kalau itu, sering sekali pokoknya”.
Perawat : “Bagaimana dengan kegiatan ibu sehari-hari, Apakah terganggu
?”.
Pasien : “Jelas sekali sangat terganggu, sampai-sampai saya tidak bisa
berkonsentrasi”.
Perawat : “Selama ini apa yang ibu lakukan ketika mendengar suara itu bu
?”.
Pasien : “Saya hanya beristighfar saja”.
Perawat : “Bagus, Ibu mau menceritakan semua ini. Sampai saat ini
perlindungan diri ibu terhadap suara-suara itu sudah bagus, tetap
dipertahankan ya bu. Ibu bisa meminta bantuan saya kapanpun ibu
mau, keluarga atau teman semua bisa membantu. Ibu sebaiknya
menyibukkan diri dengan hal lain supaya bisa meminimalisir dari
memikirkan suara-suara itu”.

Pasien : “Oohh begitu ya”.

Perawat : “Salah satu cara untuk menghilangkan atau mencegah suara-suara


itu adalah dengan cara menghardik bu”.

Pasien : “Gimana itu ?”.

Perawat : “Nah, begini ketika ibu dengar suara itu, ibu bisa pergi ke lain
arah atau lain tempat kemudian ibu teriak dengan keras “aku tidak
mau membuang anakku!” begitu terus bu berulang kali ketika ibu
mendengar suara yang menyuruh ibu untuk membuang anak ibu”.

Pasien : (Memperhatikan sembari mengangguk-anggukkan kepala).

FASE TERMINASI

Perawat : “Apakah sudah paham ibu ?”.

Pasien : “Iyaa nurse paham”.


Perawat : “Baik kalau begitu saya pamit ya bu, jangan sungkan untuk
meminta bantuan saya atau perawat lain jika ibu ada apa-apa”.

Pasien : (Mengangguk).

Anda mungkin juga menyukai